1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jamur adalah salah satu komoditas yang mempunyai masa depan cerah untuk dikembangkan, seiring semakin banyaknya orang yang mengetahui dan menyadari nilai gizi jamur sebagai bahan makanan dan manfaatnya bagi kesehatan. Dalam kehidupan keseharian pun tampaknya semakin banyak warga masyarakat di Indonesia mulai terbiasa ataupun membiasakan diri untuk mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan). Kenyataan tersebut merupakan hal yang positif, baik bagi upaya diversifikasi sumber pangan alternatif maupun bagi potensi dan peluang pengembangan dan pembudidayaan jamur. Di sisi lain, kapasitas produksi jamur di Indonesia yang tampaknya masih sangat terbatas pada saat ini, juga merupakan peluang usaha (minimal peluang pasar) yang cukup menjanjikan. Peningkatan permintaan jamur di masyarakat antara lain disebabkan oleh rasa jamur yang nikmat, kandungan gizi yang tinggi, serta semakin banyaknya rumah makan–rumah makan oriental yang menyediakan jamur sebagai salah satu menu makanan sajiannya.
Selain itu, jamur pun telah cukup terbukti dapat
membantu mengobati beberapa penyakit yang banyak diderita oleh manusia dewasa ini, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes (kencing manis atau penyakit gula), kanker, tumor, dan sebagainya (Soenanto, 2000). Produk jamur merupakan salah satu jenis sayuran yang unggul dibandingkan jenis sayuran lainnya antara lain karena kandungan gizinya yang 1
2
relatif tinggi, selain potensinya yang tinggi sebagai makanan kesehatan dan bahan pembuat obat. Salah satu jenis jamur yang sudah cukup populer di masyarakat adalah jamur tiram (Pleurotus spp). Pengusahaan atau pembudidayaan jamur tiram tampaknya mempunyai prospek yang cerah antara lain karena terdapatnya peluang yang cukup besar bagi pemasaran jarum tiram sebagai bahan baku sayuran untuk berbagai kalangan masyarakat, baik di lingkup rumah tangga, rumah makan, sampai dengan hotel-hotel berbintang. Pemasaran jamur tiram di wilayah pulau Bali tampaknya memiliki potensi dan prospek cukup baik, khususnya dalam rangka memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang membutuhkan pasokan jamur tiram secara rutin dan berkelanjutan. Pihak-pihak tersebut antara lain meliputi rumah makan - rumah makan (restoran), hotel-hotel, pasar-pasar swalayan, sampai dengan pasar-pasar tradisional. Berbicara mengenai prospek budidaya dan pemasaran jamur tiram di Bali, Kabupaten Tabanan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang memiliki iklim yang cocok untuk pengembangan usaha budidaya jamur tiram, sehingga dapat dikatakan Kabupaten Tabanan memiliki prospek cukup bagus dalam agribisnis jamur tiram (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal tersebut disebabkan oleh keberhasilan budidaya jamur tiram sangat dipengaruhi antara lain oleh ketinggian tempat yang berkaitan erat dengan suhu udara, yaitu berkisar antara 22o C sampai dengan 25o C, dan yang paling ideal untuk pengembangan jamur tiram tersebut adalah tempat-tempat (daerah-daerah) yang berketinggian
3
antara 200 meter sampai dengan 800 meter di atas permukaan laut (Warisno, 2010). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali (2009), Kabupaten Tabanan merupakan satu-satunya kabupaten yang memiliki catatan produksi jamur tiramnya dalam data statistik BPS tersebut. Data tersebut menyebutkan bahwa pada tahun 2008 luas panennya adalah 366 m2 dan total produksi sebesar 241 ton, kemudian pada tahun 2009 mengalami peningkatan luas panen menjadi 2310 m2 dengan produksi jamur 881 ton.
Data tersebut
menunjukkan peningkatan hasil jika dibandingkan data dalam hasil penelitian Aryawan (2007) yang menyatakan produksi jamur pada tahun 2006 sebesar 1,68 ton. Peningkatan produksi jamur tiram di Kabupaten Tabanan secara signifikan tersebut antara lain menunjukkan telah terjadinya peningkatan animo masyarakat Kabupaten Tabanan untuk membudidayakan jamur tiram. Hasil penelitian Aryawan (2007) tentang studi kelayakan usaha budidaya jamur tiram di Kabupaten Tabanan telah menyebutkan usaha jamur tiram ini sangat layak dikembangkan, sebagaimana juga ditunjukkan dengan peningkatan produksi secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir (BPS, 2009), namun dalam penelitian Aryawan (2007) tersebut tidak disebutkan bagaimana di tingkat off-farm pemasaran komoditas tersebut. Dalam hubungan posisi tersebut, analisis pemasaran jamur tiram di kabupaten Tabanan menjadi fokus penelitian ini. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus dilakukan oleh para pengusaha termasuk pengusaha tani (agribusinessman) dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival), untuk
4
mendapatkan laba, dan untuk berkembang.
Berhasil tidaknya usaha tersebut
sangat tergantung pada keahliannya di bidang pemasaran, produksi, keuangan, dan sumber daya manusia (Firdaus, 2008). Pemasaran sebagai kegiatan produktif mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk, dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu diperlukan biaya pemasaran, biaya pemasaran digunakan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga pemasaran yang terlibat, mulai dari petani / produsen sampai dengan konsumen akhir. Dalam pemasaran produk pertanian tersebut terdapat peluang munculnya perantara pemasaran produk pertanian yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran seperti pedagang pengumpul, agen / distributor, pedagang besar, dan pedagang eceran. Produksi jamur tiram di Kabupaten Tabanan perlu didukung oleh sistem pemasaran yang ideal dan sehat, yang pada gilirannya diharapkan semakin meningkatkan animo masyarakat Tabanan untuk membudidayakan jamur tiram. Pemasaran yang ideal tersebut berkaitan dengan beberapa hal antara lain marjin pemasaran dan share harga di antara pihak-pihak yang turut serta menjalankan fungsi-fungsi pemasaran tersebut. Salah satu indikator sistem pemasaran yang sehat dan ideal, di antaranya harga di tingkat petani produsen besarnya 70% dari harga pada lembaga pemasaran terakhir, atau paling tidak marjin pemasaran rata-rata mencapai 37% – 46%, dan bagian harga yang diterima petani rata-rata mencapai 54% – 63%, sehingga akan menguntungkan baik bagi produsen maupun konsumen (Budiman dan Bambang, 2004).
5
Efektifitas suatu mekanisme pasar dapat dilihat dari indikator kinerja pemasaran, dan pengukuran kinerja pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pendekatan yang selama ini cukup banyak digunakan para peneliti untuk mengetahui kinerja pemasaran komoditas pertanian adalah Pendekatan SCP (Structure, Conduct, Perfomance) (Sudiyono, 2004). Pendekatan ini mengkaji market structure atau struktur pasar, market conduct atau perilaku pasar, dan market performance atau disebut keragaan pasar atau penampilan pasar. Dalam struktur pasar digambarkan antara lain mengenai pola hubungan antara pembeli dan penjual yang berkenaan dengan terjamin atau tidaknya kondisi persaingan secara memadai dalam harga dan kualitas produk. Perilaku pasar menggambarkan pola tingkah laku lembaga pemasaran dalam hubungannya dengan struktur pasar yang dihadapinya tersebut, sedangkan keragaan atau penampilan pasar dapat dilihat dari besarnya marjin pemasaran dalam kaitannya dengan biaya yang yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi pemasaran. Mengingat pentingnya suatu sistem pemasaran yang sehat dan ideal, maka persoalan pemasaran jamur tiram sangat menarik untuk dikaji melalui pelaksanaan suatu penelitian.
Pengetahuan mengenai struktur pasar, perilaku
pasar, serta keragaan pasar yang antara lain meliputi rantai pemasaran komoditas jamur tiram di Kabupaten Tabanan, mulai dari tingkat petani sampai dengan konsumen akhir, niscaya akan sangat membantu dalam kegiatan pemasaran produksi jamur tiram sehingga dapat dicapai efisiensi yang lebih optimal.
6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebagaimana disampaikan dalam latar belakang tersebut di atas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah saluran pemasaran jamur tiram di Kabupaten Tabanan ? 2. Bagaimanakah struktur, perilaku, dan keragaaan pasar jamur tiram di Kabupaten Tabanan ?
1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini adalah
sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi saluran
pemasaran jamur tiram di Kabupaten
Tabanan. 2. Untuk menganalisis struktur , perilaku, dan keragaan pasar jamur tiram di Kabupaten Tabanan.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, sebagai berikut : 1. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu manajemen agribisnis. 2. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi informasi dan dasar pertimbangan bagi para pengambil kebijaksanaan terkait dengan pemasaran jamur tiram di Kabupaten Tabanan, termasuk pula informasi dan dasar pertimbangan bagi
7
para pelaku budidaya jamur dan pedagang jamur di
Kabupaten Tabanan
dalam upaya peningkatan efisiensi pemasaran.
1.5 Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Tabanan yang merupakan sentra produksi jamur untuk Propinsi Bali. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan peneliti, maka ruang lingkup penelitian ini terbatas hanya menekankan pada proses pemasaran jamur tiram di Kabupaten Tabanan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi saluran pemasarannya sampai pada saluran akhir pada pedagang pengecer dan untuk menganalisis struktur , perilaku, dan keragaan pasar. Salah satu pendekatan penelitian yang sering dipergunakan di bidang pemasaran adalah pendekatan model SCP (Structure, Conduct, Performance), pendekatan tersebut dijadikan acuan dalam penelitian ini.