BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengasuh anak merupakan cara yang kompleks. Dalam mengasuh anak membutuhkan beberapa macam kemampuan yang harus dilakukan, diantaranya adalah kemampuan orang tua dalam memberikan kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian hukuman dan hadiah, penanaman sikap dan moral, perlakuan yang adil, pembuatan peraturan serta kecakapan mengatur anak. Kehadiran keluarga sangatlah besar artinya bagi perkembangan kepribadian anak.Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, Karena dari merekalah anak mendapat pendidikan untuk pertama kalinya, serta menjadi dasar perkembangan anak dan kehidupan anak di kemudian hari.Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan dalam keluarga.Orang tua bertugas sebagai pengasuh, pembimbing, pemelihara, dan sebagai pendidik terhadap anakanaknya.Setiap orang pasti menginginkan anaknya menjadi manusia yang pandai, cerdas, dan berakhlak mulia. Sebagai orang tua, mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan, sedangkan guru di sekolah merupakan pendidik yang kedua setelah orang tua dirumah. Orangtua merupakan
kehidupan yang dikenal anak untuk pertama
kalinya, dan untuk seterusnya anak banyak belajar di dalam kehidupan orangtua. Karena itu hubungan orang tua dianggap paling besar pengaruhnya dalam terbentuknya kedisiplinan pada diri anak. Sikap orang tua terutama tercermin pada
1
pola asuhannya, di mana mempunyai sumbangan yang cukup besar dalam perkembangan perilaku anak. Pola asuh dalam keluarga mencakup dalam setiap ranah.Yaitu mengenai aspek beragama, sosial, bermain dan lain sebagainya.Dalam setiap keluarga memiliki pengawasan yang berbeda-beda atau bervariasi.Ada yang mengawasi secara ketat dan ada yang biasa saja.Pola asuh di bagi menjadi tiga tipe, untuk tipe yang pertama yaitu pola asuh otoriter.Pola asuh otoriter yaitu kekuasaan orang tua yang dominan.Anak tidak diakui secara pribadi.Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum jika anak tidak patuh.Tipe yang kedua yaitu pola asuh permisif, yaitu dominasi pada anak.Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang. Dan tipe yang ketiga yaitu pola asuh demokratis, yaitu ada kerja sama antara orang tua dengan anak. Anak diakui secara pribadi.Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua.Ada kontrol orang tua yang tidak ketat.Seperti yang kita ketahui bahwa tiaptiap anak di besarkan dengan tipe pola asuh yang bervariasi.Oleh karena itu dalam tiap-tiap fase perkembangan manusia relatif amat sukar untuk melihat adanya perbedaan yang tegas antara hal-hal yang tidak dipelajari dan yang dipelajari. Perkembangan dan kemajuan peradaban suatu bangsa erat hubungannya dengan pendidikan, adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu tetap diharapkan adanya perubahan pola kehidupan yang lebih baik. Dunia pendidikan masih perlu dan harus mendapat perhatian dan prioritas dalam pembentukan anak didik yang mempunyai intelektual dan kepribadian guna melanjutkan pembangunan bangsa.
2
Pendidikan menurut Purwanto (2009:20) adalah “usaha sadar dan terencana untuk menolong anak didik menjadi matang kedewasaannya”. Banyak faktor penyebab dari munculnya permasalahan pembelajaran. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti tingkat intelegensi dan kepribadian. Pendidikan adalah “tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah”(Hasbullah, 2012:90). Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah kejalur pendidikan sekolah (formal) memerlukan “kerja sama” antara orang tua dan sekolah (pendidik). Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dan utama bagi kehidupan anak.Anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya. Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak selama proses pembentukan perilaku, dan pengaruh keluarga jauh lebih luas dibandingkan pengaruh lainnya, bahkan sekolahpun. Ada sebagian orang tua siswa yang memberikan kebebasan penuh kepada anak-anaknya.Tidak banyak hal yang menjadi larangan untuk dilakukan anaknya. Orang tua cenderung membiarkan anaknya berbuat apa yang dia sukai tanpa banyak mendapatkan pengawasan dari orang tuanya. Anak tidak mengetahui apakah hal tersebut baik untuk dilakukan atau tidak.Orang tua memberikan perhatian dan kontrol yang sangat sedikit. Sehingga tidak jarang anak melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dia lakukan. Hal ini lah yang sering saya lihat di
3
lapangan selama saya melakukan kegiatan praktek pengalaman lapangan .orang tua cenderung menerapkan pola asuh permisif didalam keluarganya. Dikehidupan nyata saya sering melihat orang tua siswa yang salah mengambil langkah dalam mendidik anaknya. Perlakuan orang tua tersebut sering terlihat dalam hal sebagai berikut: kekhawatiran yang luar biasa terhadap kesehatan anak, pemanjaan yang berlebihan, kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua, dan ada pula yang membiarkan anaknya berbuat apasaja yang ia suka tanpa memberikan pengawasan. Hal ini tentu saja berdampak buruk bagi anak yaitu anak tidak dapat berkembang dan tumbuh dengan baik dilingkungan keluarga. Apabila keluarga tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak juga tidak berjalan lancar dan kedisiplinan siswa disekolah pun juga tidak akan baik. Ketika sedang belajar siswa tidak disiplin.Siswa tidak mematuhi peraturan yang ada di sekolah.ketika guru sedang menjelaskan materi didepan, siswa banyak yang tidak memperhatikan dan asik dengan urusannya masing-masing. Siswa juga keluar masuk pada jam pelajaran sedang berlangsung tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada guru yang sedang mengajar didepan kelas. Ketika diberikan pekerjaan rumah, siswa sering kali mengumpulkannya tidak tepat waktu sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Siswa terlambat mengumpulkan tugas dengan berbagai macam alasan. Tetapi selain itu ada juga siswa yang disiplin ketika belajar, mematuhi peraturan yang ada di sekolah, memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi didepan kelas dan mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.Siswa juga
4
memiliki sopan santun yang baik kepada gurunya.Ketika hendak keluar kelas siswa terlebih dahulu meminta izin kepada guru. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di Sekolah Dasar Negeri No 110/1 TENAM, peneliti melihat adanya beberapa siswa yang tidak disiplin. Contohnya siswa yang tidak disiplin dalam mengikuti pelajaran yang berlangsung didalam kelas, keluar masuk kelas tanpa izin dari guru, sering terlambat ketika masuk kelas, tidak disiplin waktu dalam mengumpulkan tugas, pulang sebelum jam pelajaran berakhir, bersikap kurang sopan dengan guru, dan tidak mematuhi peraturan-peraturan yang sudah diterapkan didalam kelas. Hal
ini
tentu
tidak
seharusnya
dilakukan
oleh
siswa/siswi
disekolah.Karena hal ini telah menyalahi aturan belajar yang ada di sekolah.Seharusnya siswa/siswi dapat mengikuti pelajaran dengan tertib dan sikap disiplin diri, masuk kelas tepat pada waktunya, keluar kelas dengan izin guru, tidak terlambat dalam mengumpulkan tugas, dll. Mencermati kenyataan tersebut di atas, bahwa pola asuh memiliki dampak penting dalam membentuk kedisiplinan siswa di sekolah. Hal tersebut mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang dampak pola asuh orang tua dalammendisiplinkan siswa, dan akhirnya penulis merumuskan ke dalam penelitian yang berjudul sebagai berikut :”DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA DALAM MENDISIPLINKAN SISWA SDN NO 110/1 TENAM KABUPATEN BATANGHARI’’.
5
1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan uraian diatas maka peneliti dapat memfokuskan penelitian pada :dampak pola asuh orang tua (otoriter, demokratis) dalam mendisiplinkan siswa kelas V SDN No. 110/1 TENAM KABUPATEN BATANGHARI.
1.3 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa SDN No. 110/1 TENAM KABUPATEN BATANGHARI?”
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini diadakan untuk mengetahui dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa SDN No. 110/1 TENAM KABUPATEN BATANGHARI.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang sudah dilaksanakan adalah: 1. Manfaat Teoritis Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam cara mengasuh , membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin anak supaya anak mengenal aturan-aturan, batasan-batasan dalam berperilaku yaitu mana perbuatan yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang tidak boleh dilakukan.
6
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah untuk pedoman dalam memperbaiki disiplin siswa disekolah. b. Bagi Orang Tua: Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi orang tua dalam menerapkan pola asuh c. Bagi Mahasiswa: Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman referensi dalam mengadakan penelitian selanjutnya. d. Bagi Siswa SD: Penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman bahwa pola asuh orang tua memiliki dampak terhadap disiplin mereka disekolah.
1.6 Definisi Operasional Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang akan diteliti. Yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2006:39). Adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku atau cara mendidik orang tua yang diterapkan dirumah untuk anak-anaknya yang relatif konsisten dari waktu ke waktu. 2. Disiplin adalah tepat waktu, mematuhi aturan dan tanggung jawab. Kedisiplinan belajar adalah mematuhi peraturan-peraturan yang ada di dalam
7
kegiatan belajar dan tanggung jawab dalam mengerjakan perintah dari guru serta tepat waktu dalam belajar dan mengumpulkan tugas.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pola Asuh Orang Tua 1.1.1 Pengertian Pola Asuh Menurut Efendhi (2014:52) “Secara etimologi, pola asuh berasal dari kata pola dan asuh. Pola berarti bentuk, tata cara. Dan asuh berarti menjaga, merawat dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat, dan mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau system dalam menjaga, merawat dan mendidik”. Menurut Gunarso (dalam Winarti, 2011:31) mengatakan “Pola asuh orang tua merupakan cara orang tua bertindak, berinteraksi, mendidik, dan membimbing anak sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak perilaku tertentu secara individual maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak. Jadi, pola asuh anak berarti perilaku atau tata cara yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik, menjaga dan merawat anak – anaknya yang bersifat konsistensi dari waktu ke waktu secara individual maupun bersama-sama sebagai serangkaian usaha aktif untuk mengarahkan anak. . Cara mendidik secara langsung bentuk-bentuk asuhan orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, ketrampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi, dan pemberian hadiah sebagai alat pendidikan.
9
Dalam situasi seperti ini yang diharapkan muncul dari anak adalah efek intruksional yakni respon-respon anak terhadap pendidikan itu.Pendidikan secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan pola hidup, hubungan antara orang tua keluarga, masyarakat, semua ini secara tidak sengaja membentuk situasi dimana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari keluarganya.
1.1.2 Pengertian Orang Tua Berbicara mengenai orang tua tidak akan terlepas dari yang namanya keluarga. Menurut Shochib (2010:10) menyatakan bahwa keluarga merupakan “pusat pendidikan” yang pertama dan terpenting karena sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai kini, keluarga selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia.Di samping itu, orang tua dapat menanamkan benih kebatinan yang sesuai dengan kebatinannya sendiri ke dalam jiwa anak-anaknya. Inilah hak orang tua yang utama dan tidak bisa dibatalkan oleh orang lain. Sehubungan dengan ini, disiplin diri sangat diperlakukan bagi anak agar ia memiliki budi pekerti yang baik. Bantuan yang diberikan oleh orang tua adalah lingkungan kemanusiawian yang disebut pendidikan disiplin diri. Karena tanpa pendidikan orang tua akan menghilangkan kesempatan manusia untuk hidup dengan sesamanya.
2.1.3 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Septiari (2012:162) “Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak , mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan anak
10
dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan normanorma yang diharapkan masyarakat pada umumnya”. Didalam kehidupan masyarakat, keluarga merupakan unit terkecil yang memiliki peranan besar bagi keluarganya hidup bermasyarakat.Keluarga memiliki fungsi penting yang berkaitan dengan perannya sebagai media sosialisasi.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Menurut Edward (dalam Prasetyo, 2014:10)ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu: a. Pendidikan orang tua Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Orang tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan peran asuh. Selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati pertumbuhan dan perkembangan yang normal. b. Lingkungan Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya. c. Budaya Sering sekali orang tua mengikuti cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhasil dalam mendidik anak kearah kematangan.
2.1.5 Macam-macam Pola Asuh Menurut Septiari (2012:170) ada tiga macam pola asuh orang tua yaitu sebagai berikut: a. Authotarian (Otoriter) Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak.Anak harus menurut kepada orang tua.Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat.
Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter yaitu: 11
1.) Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah 2.) Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan anak dan
kemudian
menghukumnya 3.) Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak 4.) Jika terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak, maka anak dianggap pembangkang 5.) Orang tua cenderung memaksakan disiplin 6.) Orang tua cenderung memaksakan segala sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana 7.) Tidak ada komunikasi antara orang tua dan anak
b. Permisif Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja. Adapun ciri-ciri pola asuh orang tua permisif yaitu: 1.) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbingnya 2.) Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa bodoh 3.) Mengutamakan kebutuhan material saja 4.) Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan orang tua)
12
5.) Kurang sekali keakraban dan hubungan hangat dalam keluarga
c. Authoritative (Demokratis) Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak, dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Adapun ciri-ciri pola asuh orang tua demokratis yaitu: 1.) Menentukan
peraturan
dan
disiplin
dengan
memperhatikan
dan
mempertimbangkan alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak. 2.) Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan yang tidak baik agar ditinggalkan 3.) Memberikan bimbingan dengan penuh pengertian 4.) Dapat menciptakan keharmonisan dalam keluarga 5.) Dapat menciptakan suasana komunikatif antara orang tua dan anak serta sesama keluarga
2.1.6 Peran Orang Tua Anak lahir dari sebuah keluarga dan hidup bersama masyarakat di lingkungan sekitar. Ketika anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mengerti apa itu kebaikan dan keburukan. Perilaku anak ketika besar sangat tergantung pada didikan dan bimbingan orang tua yang merupakan pendidikan pertama dalam menentukan masa depan anak ketika terjun di masyarakat. Anak-anak yang orangtuanya mempunyai hubungan baik, pada gilirannya bisa menunjukkan rasa empati.Mereka adalah anak-anak yang peduli karena
13
mendapatkan pemeliharaan yang baik. Kepedulian, pemeliharaan, dan tanggung jawab menjadi norma setiap keluarga dan kualitas iini menjadi bagian dari anak tersebut. anak-anak yang memperoleh empati, pastinya ingin menunjukkan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Kecenderungannya, ketika ada temanteman melukai, anak-anak bisa memahami dan segera mungkin membantu.
2.1.7 Pengertian Keluarga Menurut Shochib (2010:17) menyatakan bahwa “Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih saying antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri.Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua.
2.1.8 Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga Menurut Sadullah (2014:186) “Keluarga merupakan suatu lembaga yang terdiri atas suami istri dan anak-anaknya yang belum menikah, hidup dalam sebuah kesatuan kelompok berdasarkan ikatan tertentu. Keluarga sebagai satu kesatuan sosial terkecil merupakan kelompok kekerabatan yang bertempat tinggal sama, yang ditandai dengan adanya kerja sama ekonomi, memiliki fungsi menyosialisasikan atau mendidik anak sehingga anak berkembang dengan baik.
14
Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik dalam kehidupannya.Melalui interaksi dalam keluarga, anak tidak hanya mengidentifikasikan
diri
dengan
orang
tuanya,
melainkan
juga
mengidentifikasikan (mensatupadukan) diri dengan kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya. Dalam lingkungan keluarga anak berada sampai ia meninggalkan keluarga untuk membentuk keluarga sendiri (menikah). Itulah akhir pendidikan dalam lingkungan keluarga. Jadi pendidikan dalam lingkungan keluarga diimulai sejak anak lahir kedunia dari kandungan ibunya, dan berhenti apabila sang anak meninggalkan keluarga asal untuk mendirikan keluarga baru. Sungguh panjang waktu yang dialami anak dalam keluarga itu.
2.2 Disiplin 2.2.1 Pengertian Disiplin Menurut Mustari ( 2014:35) “Disiplin merujuk pada instruksi sistematis yang diberikan kepada murid (disciple). Untuk mendisiplinkan berarti menginstruksikan orang untuk mengikuti tatanan tertentu melalui aturan-aturan tertentu”.Biasanya
kata
“disiplin”
berkonotasi
negatif.Ini
karena
untuk
melangsungkan tatanan dilakukan melalui hukuman. Dalam arti lain, disiplin berarti suatu ilmu tertentu yang diberikan kepada murid. Disiplin diri merujuk pada latihan yang membuat orang merelakan dirinya untuk melaksanakan tugas tertentu atau menjalankan pola perilaku tertentu, walaupun bawaannya adalah malas.Misalnya, orang yang memilih membaca
15
pelajaran pada saat malam minggu, ketika orang lain santai-santai, adalah orang yang tengah mendiplinkan diri. Maka, disiplin diri adalah penundukan diri untuk mengatasi hasrat-hasrat yang mendalam. Disiplin diri biasanya disamakan artinya dengan “kontrol diri” (self control). Disiplin diri merupakan pengganti untuk motivasi.Disiplin ini diperlukan dalam rangka menggunakan pemikiran sehat untuk menentukan jalannya tindakan yang terbaik yang menentang hal-hal yang lebih dikehendaki.
2.2.2 Jenis Disiplin Belajar Menurut Suharsimi (dalam Ilyas, 2008:23) ada dua jenis disiplin belajar yaitu: a. Disiplin sikap belajar Bahwa disiplin sikap belajar adalah suatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk tercapai suatu tujuan peraturan itu dengan perubahan sikap atau tingkah lakunya.Sedangkan menjalankan peraturan atas pengaruh pihak luar dengan kepatuhan dan ketaatan maka hal ini disebut berdisiplin. Jadi sikap yang baik akan mempengaruhi proses disiplin belajar siswa.
b. Disiplin tanggung jawab belajar Seseorang atau siswa hendaknya mempunyai sikap disiplin tanggung jawab dalam belajar. Seseorang yang bertanggung jawab sebagai pelajar akan mengetahui posisinya sebagai seorang pelajar dengan penuh tanggung jawab saat menerima tugas dari gurunya.
16
2.2.3 Fungsi Disiplin Belajar di Sekolah Menurut Suharsimi (dalam Ilyas, 2008:25) “sebagai suatu fungsi aturan pendidikan disiplin mempunyai keterlibatan dalam ketentuan atau aturan dalam mencapai standar yang tepat dalam prilaku dan aktivitas”.Pencapaian standar yang tepat dalam perilaku dan aktivitas, berarti siswa dapat menunjukkan sikap yang seharusnya dilakukan oleh siswa tersebut yaitu mentaati peraturan dan melakukan disiplin belajar. Karena disiplin tidak akan muncul tanpa adanya peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis sedang peraturan sendiri tidak akan ada arti apa-apa tanpa adanya suatu disiplin.
2.2.4 Indikator-indikator Disiplin Belajar Menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Ilyas, 2008:28) mengemukakan bahwa indikator-indikator disiplin sebagai berikut: 1. Menghargai Waktu Menghargai waktu, selalu menghabiskan waktu seefektif mungkin dengan melakukan hal-hal positif dan tidak pernah melewatkan waktu senggang untuk bermalas-malasan.Di sekolah para siswa tidak dibebani dengan tugas-tugas yang bersifat mendidik dan tugastugas yang berkaitan dengan kepentingan masing-masing tersebut.seperti mencuci pakaian sendiri, membereskan tempat tidur sendiri, sehingga tidak ada tenaga dan waktu yang khusus dibutuhkan oleh para siswa dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini menyebabkan waktu luang diluar jadwal belajar di sekolah tersebut diisi dengan berbagai kegiatan positif, seperti kerja bakti. 2. Selalu aktif dalam melakukan hal-hal positif Dalam menjalani kehidupan selalu diisi dengan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat, seperti aktif dalam keorganisasian dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.Salah satunya OSIS yang berupa organisasi interen yang berada di lingkungan sekolah. 3. Biasa bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab Banyak sekali tugas yang sifatnya mendidik yang harus dilakukan oleh para siswa seperti bekerja bakti, membersihkan kamar mandi, tugas rutin membantu di dapur.Hal ini dilakukan dengan secara tuntas dan penuh rasa tanggung jawab oleh para siswa disekolah. 4. Biasa mematuhi peraturan Berkaitan dengan adanya peraturan yang dibuat untuk menciptakan keteraturan di sekolah tersebut.para siswa diwajibkan untuk mematuhinya. Sehingga para siswa mematuhi peraturan-peraturan dimanapun juga karena kebiasaan mematuhi peraturan disekolah tersebut.
17
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Menurut Ubaedy (dalam Yanti,2015:12) “Kedisiplinan seseorang/individu dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal”. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut seperti bakat, minat, keinginan, perhatian, dan sebagainya. Sedangkan faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan kedisiplinan seorang individu adalah faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut: (a) Pergaulan anak yang sedang belajar. Pergaulan anak yang sedang belajar adalah suatu jaringan atau hubungan antara individu anak dengan suatu kemampuan hubungan pergaulan yang kokoh sehingga terjadi keharmonisan dalam waktu yang relatif lebih panjang dalam meraih cita-citanya. (b) Motivasi orang tua anak yang sedang belajar. Motivasi orang tua anak yang sedang belajar ialah dorongan yang menjadi penggerak individu anak yang datang dari orang tua sehingga anak atau anak mau melaksanakan suatu pekerjaan, meraih benda yang diinginkan atau menginginkan situasi yang nyaman untuk diraihnya. (c) Pendidikan orang tua anak yang sedang belajar. Pendidikan orang tua anak yang sedang belajar adalah suatu kristalisasi hasil melakukan pengembangan diri melalui job skill dan juga mental skill sehingga menambah pengetahuan, pengalaman, dan pergaulan bagi bagi orang tua yang telah melakukan proses pendidikan. (d) Lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat ialah komunitas masyarakat dimana individu anak berada dalam melakukan proses pendidikan atau belajar. Komunitas masyarakat terdiri dari komunitas masyarakat sekolah dan komunitas dimana individu anak bersama orang tua berada atau sosial komunitas.
2.2.6 Teknik Pembinaan Kedisiplinan Belajar Pembinaan kedisiplinan belajar dapat disekolah maupun dirumah yaitu dengan melaksanakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan secara ketat dan konsisten.Pelaksanaan peraturan ini dapat memberikan dorongan yang positif bagi siswa untuk hidup lebih tertib dan teratur. Adapun cara pembinaan kedisiplinan belajar tersebut ada beberapa pendapat yaitu: 1.) Gunarsa (dalam Oktarina, 2010:61) menyatakan “Disiplin diri pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup si anak”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa orang tua dapat
18
menerapkan tata tertib terutama dalam hal belajar kepada anak semenjak ia masih kecil, sehingga sewaktu dewasa ia sudah terbiasa dengan adanya tata tertib tersebut. 2.) Akbar (dalam Oktarina, 2010:61) menyatakan “Pembentukan disiplin dimulai dari aturan-turan sederhana yang harus ditegakkan oleh anak”. Hal ini mengandung maksud bahwa disiplin dimulai dengan aturan-aturan yang mudah dimengerti oleh anak sehingga secara sadar anak mampu menerapkan dalam hidupnya sendiri. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik pembinaan kedisiplinan belajar mengandung unsur: 1. Kedisiplinan pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib dimulai dengan aturan-aturan yang sederhana sehingga anak bisa menerapkannya sendiri secara sadar. 2. Kedisiplinan yang telah dimengerti oleh anak diwujudkan dengan tingkah laku yang konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Dampak Pola Asuh Orang Tua terhadap Disiplin Siswa 2.3.1 Dampak Pola Asuh Otoriter “Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak.Anak harus menurut kepada orang tua.Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat” (Septiari, 2012:170).
19
Pola asuh ini memiliki dampak anak menjadi tertekan, penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga kepada orang lain, dan mudah stress.
2.3.2 Dampak Pola Asuh Permisif “Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua memiliki kehangatan, dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan, ingin dituruti keinginannya.Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa saja” (Septiari, 2012:171). Pola asuh ini memiliki dampak yang menyebabkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri.
2.3.3 Dampak Pola Asuh Demokrasi “Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak, dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan” (Septiari, 2012:171). Pola asuh ini memiliki dampak yang menyebabkan anak mandiri, mempunyai control diri, mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadaphal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa, penurut, patuh, dan berorientasi pada prestasi.
2.4 Kerangka Berfikir POLA ASUH ORANG TUA
MENDISIPLINKAN SISWA
20
Gambar 1. Kerangka Berfikir Anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dengan baik.Orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat dan cerdas.Anak mereupakan asset keluarga yang paling besar, dalam tahap pertumbuhan dan perkembangannya tentu memerlukan nutrisi, stimulasi, pola pengasuhan yang tepat agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Pola asuh orang tua merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses belajar anak. Perhatian orang tua yang wajar dan tidak berlebihan merupakan semangat dan juga penggerak bagi semangat belajar anak.Didalam belajar, anak membutuhkan motivasi atau dorongan untuk meningkatkan kemauannya. Disiplin anak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya lingkungan keluarga, fasilitas belajar, keadaan fisik siswa dan lainnya. Dalam keluarga seorang anak di didik dan di bina, tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang anak, dan akan mempengaruhi kedisiplinan belajarnya.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian kualitatif memilikiprosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan 21
dari orang-orang yang diamati.Artinya data yang dianalisisdidalamnya berbentuk deskriptif dan tidak berupa angka-angka. Penelitian kualitatif dilakukan guna mendapatkan pemahaman tentang apa yang dialami oleh peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh peneliti yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk katakatadan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini berkenaan dengan mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan tentang pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa.
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Peneliti melakukan penelitian di SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari yang dilaksanakan pada tanggal 04 Januari s.d 04 Februari 2016.
3.3 Sumber Data dan Data Data penelitian ini adalah penelitian kualitatif, bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Arikunto, 2002:122).” Adapun sumber data dalam hal ini adalah sebagai berikut. 1) Sumber Data Primer
22
Sumber data primer menurut Sugiyono (2013:225) adalah “sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.Data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan.Data primer ini disebut juga data asli atau data baru.Sumber data primer diperoleh peneliti melalui wawancara dengan informan dan hasil observasi.Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu wali murid kelas V yang berjumlah 6 orang. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder menurut Sugiyono (2013:225) adalah “sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalkan lewat orang lain atau dokumen”. Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan oleh data primer.Adapun sumber data sekunder penelitian ini adalah berupa foto-foto.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, peneliti merupakan instrument utama. Interaksi antara peneliti dengan informan diharapkan dapat memperoleh informasi yang mampu mengungkapkan permasalahandilapangan secara lengkap.teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Observasi Menurut Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono,
2010:203) “Observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai
23
proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Observasi merupakan pengamatan atau selang waktu tanpa manipulasi atau mengontrol dimana perilaku itu ditampilkan. Tabel 3.1 Tabel pedoman observasi No 1.
2.
3.
Indikator Menghargai waktu
Selalu aktif dalam melakukan hal-hal positif Biasa bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab Biasa mematuhi peraturan
4.
Pertanyaan • Apakah siswa menggunakan waktu belajarnya dengan efektif? • Apakah siswa menggunakan waktu luangnya untuk belajar? • Apakah siswa aktif mengikuti kegiatan pramuka yang diadakan di sekolah? • Apakah siswa aktif dalam mengikuti kegiatan sekolah selain pramuka? • Apakah siswa melaksanakan tugas piketnya dengan baik? • Apakah siswa menyelesaikan tugas piket nya hingga selesai?
Deskripsi Hasil Observasi
• Apakah siswa selalu berpakaian rapi ketika belajar? • Apakah siswa sering terlambat masuk kelas? • Apakah siswa sering terlambat mengumpulkan pekerjaan rumah (PR)?
Deskripsi hasil observasi terlampir
Deskripsi hasil observasi terlampir
Deskripsi hasil observasi terlampir
Deskripsi hasil observasi terlampir
3.4.2 Wawancara Menurut Moleong (2002:135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (interviewer)yang
yang dilakukan oleh mengajukan
dua pihak,
pertanyaan
dan
yaitu pewawancara yang
diwawancarai
(interview)yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penggunaan teknik wawancara, penulis melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merancang kisi-kisi wawancara yang nantinya dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan pedoman wawancara. Dan pedoman tersebut akan
24
dijadikan patokan dalam melakukan wawancara dengan subyek penelitian di lapangan. 2. Menentukan subyek yang akan diwawancarai. Pengambilan subyek didasarkan pada kebutuhan peneliti yang dianggap paling mengetahui mengenai permasalahan yang diteliti. 3. Mendatangi satu persatu subjek yang akan diwawancarai serta menentukan jadwal wawancara sesuai kesepakatan yang telah dilakukan dengan para subyek. 4. Melaksanakan wawancara berdasarkan pedoman wawancara kepada subyek peneliti yang telah ditentukan, serta pendokumentasian dengan menulis hasil wawancara yang nantinya akan dijadikan sebagai laporan hasil penelitian.
Tabel 3.2 Tabel kisi-kisi pedoman wawancara
Variabel Penelitian
Indikator
Deskriptor
25
No Item
Pola Asuh Orang Tua
1. Otoriter
2. Demokratis
3. Permisif
Kurang komunikasi Sangat berkuasa Suka menghukum Suka mengatur Suka memaksa Bersifat kaku
Suka berdiskusi dengan anak Mendengarkan keluhan anak Memberi tanggapan Komunikasi yang baik Luwes
Kurang bimbingan Kurang kontrol Tidak pernah menghukum Anak lebih berperan dari pada orang tua Memberi kebebasan penuh
1-5
6-10
11-15
3.4.3 Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis maupun film sumber tertulis yang dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi (Moleong, 2002:54). Dalam penelitian ini dokumentasi yaitu berupa hasil foto yang diambil peneliti disaat berlangsungnya wawancara terhadap subyek penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
26
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama memasuki lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2010:336).Data yang dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi langsung dicatat untuk dianalisis. Analisis data lebih difokuskan saat proses dilapangan bersama dengan pengumpulan data. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik analisis data menurut Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010:337) mengemukakan uraian analisis data yaitu: reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan. 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2010:338). 2. Menyajikan Data Setelah reduksi data, yang dilakukan peneliti adalah menyajikan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.Dalam hal ini Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010:341) menyatakan “Yang paling digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif”.Dari penyajian data ini memberikan kemungkinan pada peneliti untuk menarik kesimpulan.
27
Penyajian data ini akan digunakan dalam menganalisis data dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa SDN No. 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari. 3. Menarik Kesimpulan Pada proses akhir analisis data ini adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan data berikutnya pada tahap awal, didukung oleh buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2010:345). Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan
data,
maka kesimpulan
yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Analisis kesimpulan ini mengenai dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa SDN No. 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari.
3.6 Keabsahan Data Pelaksanaan teknik keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Menurut Moleong (2014:324), ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferadibility),
kebergantungan
(dependability) dan kepastian (comfirmability). Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Adapun teknik yang digunakan dalam keabsahan data adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan Secara Seksama
28
Pengamatan secara seksama dilakukan secra terus menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari. 2. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang
dilakukan
sehingga
informasi
yang
didapatkan
memperoleh
kebenaran.Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
dengan
sumber.Triangulasi
menggunakan metode
yang
triangulasi digunakan
metode berbagai
dan
triangulasi
metode
untuk
mengumpulkan data yang akurat tentang kepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, awancara, dan dokumentasi. Triangulasi sumber digunakan untuk mengecek keakuratan data yaitu disiplin belajar siswa.Triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data menggunakan berbagai sumber yaitu subjek dan guru kelas.Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang didapat dari berbagai sumber untuk mendapatkan data yang akurat tentang dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa. 3. Memperpanjang waktu di lapangan Hal ini dilakukan untuk menghapus jarak antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada jarak antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada lagi informasi yang disembunyikan oleh narasumber karena telah mempercayai peneliti,. Selain itu memperpanjang waktu di lapangan dilakukan untuk mengecek
29
kesesuaian dan kebenaran data yang telah diperoleh. Memperpanjang waktu di lapangan dapat diakhiri apabila pengecekan kembali data di lapangan telah kredibel.
30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari.Peneliti melakukan pengamatan secara langsung mengenai dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa. Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara terhadap wali murid .adapun tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk mendapatkan informasi tentang pola asuh yang diterapkan di dalam keluarganya sebagai pendukung dari hasil observasi yang peneliti lakukan. Kemudian peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan bukti fisik pelaksanaan penelitian. Berikut uraian hasil penelitian: 4.1.1 Hasil Observasi Hasil Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 5-9 Januari 2016 yaitu: Pada indikator menghargai waktu, siswa masih banyak yang belum memanfaatkan waktu belajarnya dengan efektif. Siswa masih sering bermain-main ketika guru menjelaskan materi didepan kelas dan siswa kurang mengindahkan apa yang diperintahkan oleh gurunya. Ketika mendapat teguran dari guru siswa hanya bisa mematuhinya dalam waktu yang sebentar. Setelah itu mereka akan mulai melakukan kegiatan-kegiatan lainnya yang tidak berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung.
31
Selain itu ketika ada waktu luang siswa belum bisa menggunakan waktunya untuk belajar.Sebagian kecil siswa ada yang sudah bisa menggunakan waktu luangnya untuk belajar meskipun itu hanya sebentar. Misalnya membaca kembali apa yang sudah dipelajari pada jam sebelumnya atau membaca cerita pendek yang ada di buku pelajaran. Ketika peneliti sedang melakukan observasi, peneliti melihat guru sedang menemui tamu yang berkepentingan dengan guru yang sedang mengajar di kelas V. Disaat guru hendak menemui tamunya, guru terlebih dahulu memberikan tugas kepada siswa pada materi yang baru saja dijelaskan.Setelah itu guru baru menemui tamunya.Disaat guru pergi menemui tamunya, hanya ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan. Sementara siswa lainnya melakukan kegiatan lain yang tidak diperintahkan oleh guru. Disini terlihat bahwa siswa belum bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar. Hasil Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 15-16 Januari 2016 yaitu: Pada indikator selalu aktif dalam melakukan hal-hal positif, siswa sudah aktif dalam melakukan kegiatan yang diadakan sekolah misalnya kegiatan pramuka yang dilaksanakan setiap hari Sabtu sore.Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan pramuka tersebut.Siswa aktif mengikuti setiap rangkaian kegiatan pramuka dari awal sampai akhir. Selain pramuka, disekolah juga diadakan yasinan rutin setiap hari Jum’at pagi sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan.Petugas yasinan yang dilakukan setiap hari Jum’at tersebut dilakukan secara bergiliran antara kelas 4, 5, dan 6.Untuk kelas 1-3 belum diperintahkan untuk mengikuti kegiatan yasinan
32
seperti yang lainnya.Ketika yasinan Jum’at pagi sedang berlangsung, siswa kelas V mengikutinya dengan hikmat dan dapat membaca yasin dengan lancar. Hasil Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 11-14 Januari 2016 yaitu: Pada indikator biasa bekerja secara tuntas dan bertanggung jawab, contohnya yaitu kegiatan piket kelas yang sudah dijadwalkan oleh guru wali kelas.Setiap hari kelas selalu dibersihkan dengan siswa yang berbeda-beda sesuai jadwal yang sudah ada.Ada sebagian siswa yang melakukan tugas piketnya dengan rasa tanggung jawab dan ada juga yang tidak. Sebagian siswa tidak mau melakukan tugasnya dengan alasan ingin bermain dengan teman yang lainnya dan ada juga yang mengatakan bahwa dirinya sudah capek. Seharusnya siswa menyadari bahwa membersihkan ruang kelas adalah tugas bersama yang harus dilakukan. Hasil Observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 18-23 Januari 2016 yaitu: Pada indikator biasa mematuhi peraturan, salah satu contohnya yaitu berpakaian rapi.Sekolah memiliki peraturan dalam berpakaian.Salah satunya yaitu memasukkan bajunya kedalam celana/rok agar terlihat rapi. Siswa masih ada yangmerasa keberatan ketika diminta melakukan hal tersebut dengan alasan tidak nyaman. Ketika guru menegurnya untuk memasukkan bajunya, siswa mengeluh dan merasa berat untuk melakukannya.Dan ketika guru sudah mengalihkan fokusnya ke hal yang lainnya siswa mulai mengeluarkan kembali bajunya. Selain berpakaian rapi juga terdapat aturan dalam masuk kelas. Pagi pada jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 07.30 WIB. Setelah lonceng berbunyi tanda waktu belajar dimulai masih juga terdapat siswa yang bermain di halaman sekolah.Ketika guru sudah memasuki ruang kelas, siswa baru bergegas memasuki
33
ruang kelas.Ada sebagian siswa lagi yang suka terlambat masuk kelas dengan alasan bangun kesiangan.Sehingga tiba di sekolah sudah lewat dari pukul 07.30 WIB.Seharusnya siswa tiba di sekolah sebelum pukul 07.30 WIB.Sehingga siswa tidak terlambat masuk kelas pada waktu yang telah ditentukan. Ketika sesudah belajar guru sering kali memberikan pekerjaan rumah (PR) untuk siswanya. Dan guru akan meminta kembali tugas tersebut ketika jam mata pelajaran tersebut berlangsung di hari berikutnya. Sebagian siswa dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tepat pada waktunya.Tetapi ada juga siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik.Salah satu contohnya yaitu ketika guru meminta mengumpulkan tugasnya, ada sebagian siswa yang tidak mengumpulkannya dengan alasan belum siap, tertinggal dirumah, lupa mengerjakan dan lain sebagainya.Seharusnya hal ini tidak dilakukan oleh siswa dan siswa harus menanamkan rasa disiplin didalam dirinya. Dari hasil observasi diatas dapat peneliti simpulkan bahwa tidak semua siswa memiliki disiplin belajar yang baik.Masih ada banyak siswa yang belum memahami pentingnya kedisiplinan dalam belajar.
4.1.2 Hasil Wawancara Pola asuh orang tua merupakan sistem atau cara yang digunakan atau diterapkan orang tua untuk mengasuh, membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin
dalam
menanamkan
kedisiplinan
anaknya.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa dalam mendisiplinkan anak, orang tua siswa kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari menerapkan pola asuh permisif dan demokratis.
34
Dalam pola asuh permisif, orang tua cenderung memberi kebebasan kepada anaknya untuk berbuat apa saja yang ia inginkan. Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 26 Januari 2016 mengenai pemberian kebebasan bermain kepada anak. “Iya mbak saya memberi kebebasan bermain kepada anak saya.Karena saya sendiri juga sulit untuk mengontrol dia ketika bermain. Waktu bermain anak kan siang hari mbak. Dan ketika siang hari adalah waktunya bekerja untuk saya.Jadi saya tidak bisa melihat anak saya bermain kemana saja”. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 27 Januari 2016, beliau mengatakan: “Iya mbak.Karena saya sendiri juga sulit untuk mengontrol dia ketika bermain.Dulu saya sudah pernah melarangnya untuk bermain jauh-jauh tetapi anak saya tetap saja bermain sampai jauh karena saya juga tidak bisa mengawasinya mbak.Jadi anak saya tetap saja melakukan hal itu”. Dari hasil wawancara dengan dua orang tua murid dapat diketahui bahwa sebagai orang tua mereka memberikan kebebasan kepada anaknya dikarenakan mereka sendiri tidak bisa memantau anaknya bermain. Mereka sibuk untuk bekerja sehingga ketika anak dilarang untuk tidak bermain jauh-jauh anak tidak mendengarkan apa kata orang tuanya. Urusan pekerjaan terkadang memang menjadi kesibukan yang tidak bisa diganggu. Karena apabila tidak bekerja maka orang tua tidak akan bisa menghidupi keluarganya. Tetapi sebagai orang tua seharusnya tetap meluangkan sedikit waktunya untuk mengawasi anak-anaknya dan mendidik anaknya.Bukan hanya sekedar pemberian materi saja.Karena pendidikan dalam keluarga adalah
35
pendidikan yang pertama kali anak dapatkan sebelum pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan keluarga, anak akan mendapatkan pendidikan dasar yang harus diketahui oleh anak. Contohnya penanaman disiplin, perilaku yang baik dan tidak baik, dan lain sebagainya. Terkadang orang tua kurang menyadari akan hal itu. Mereka terkadang mengabaikan hal penting ini dalam mendidik anaknya.Orang tua sibuk bekerja dan tidak mengetahui apakah anaknya sedang mengalami masalah belajar atau tidak. Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 23 Januari 2016. “Iya mbak.Saya sebagai orang tua sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga saya.Bekerja dari pagi sampai sore saja terkadang masih saja ada kurangnya.Apalagi semenjak suami saya meninggal saya bekerja sendirian. Ketika sampai dirumah saya sudah capek dan butuh istirahat. Terkadang saya tidak sempat lagi untuk mengobrol dengan anak-anak saya, menanyakan apakah ada masalah disekolah.Jadi apabila anak saya tidak menceritakan masalahnya, saya tidak tahu mbak”. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 23 Januari 2016. Beliau mengatakan: “Iya mbak.Saya harus bekerja untuk menghidupi anak-anak saya.Saya tidak mau anak saya kekurangan.Jadi saya harus bekerja.Apalagi saya ini sebagai buruh motong karet. Kalau saya tidak berangkat kerja maka saya tidak akan mendapatkan uang untuk biaya menghidupi anak saya dan keluarga. Selain itu saya juga menanam sayur-sayuran yang setiap hari harus saya rawat mbak.Jadi saya sibuk dengan urusan saya.Makanya saya kurang tahu apakah anak saya sedang mengalami masalah belajar atau tidak di sekolah.Kecuali jika anak saya menceritakannya dengan saya mbak”.
36
Orang tua sibuk bekerja dari pagi sampai sore untuk menghidupi keluarganya.Sebagai petani dan buruh motong karet beliau menghabiskan waktu sehariannya untuk bekerja sehingga kewajiban lainnya pun harus terabaikan. Sebagai orang tua harus melatih dan meningkatkan kedisiplinan pada anak supaya mereka dapat mengerti perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Karena anak SD dalam berbuat atau melaksanakan sesuatu sesuai dengan keinginan hatinya. Jika mereka merasa senang dan ingin tahu atau penasaran, maka mereka akan melakukan perbuatan tersebut. Akan tetapi bila mereka tidak suka, mereka tidak akan melakukannya. Jadi, orang tua benar-benar harus memperhatikan kegiatan anak sehari-hari. Pada tahap ini, merupakan peluang yang tepat bagi orang tua untuk memberikan dasar-dasar pendidikan kedisiplin anak. Dimulai dari tahap ini anak dilatih disiplin dalam waktu, disiplin dalam belajar, disiplin dalam bermain dan disiplin dalam beribadah. Anak diberikan batasan-batasan dan penjelasan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakannya. Dengan demikian anak akan terbiasa melakukannya dan mempunyai tanggung jawab dalam segala aktivitas sehari-hari. Akan tetapi hal itu belum diterapkan di beberapa keluarga yang peneliti lakukan wawancara. Orang tua membiarkan anaknya membolos sekolah dan orang tua tidak memberikannya sanksi. Seperti ungkapan dari salah satu orang tua murid kelas V
SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari tanggal 26 Januari 2016 beliau mengatakan:
“Saya sudah pernah memperingatkan anak saya untuk tidak membolos mbak.Tetapi terkadang anak saya masih tetap membolos.Karena waktu seharian saya, saya habiskan untuk bekerja.Jadi saya tidak tahu ketika anak saya membolos lagi”.
37
Pernyataan serupa juga di ungkapkan olehsalah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batangharipada tanggal 27 Januari 2016, beliau mengatakan:
“Iya mbak.Dulu saya sudah pernah menghukum anak saya, tetapi anak saya masih saja tetap mau membolos.Saya juga sudah berulang kali mengingatkannya untuk tidak membolos lagi, tetapi tetap saja anak saya lakukan itu.Saya sampai bosan mengingatkannya mbak.Mungkin karena saya tidak dirumah ketika siang hari maka anak saya tidak takut membolos”. Selain pernyataan dari dua orang tua wali murid diatas, pernyataan serupa juga diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghar pada tanggal 23 Januari 2016 i, beliau mengatakan: “Saya hanya memarahi anak saya mbak ketika anak saya membolos sekolah, tidak menghukumnya.Saya takut anak saya tidak mau sekolah lagi jika saya menghukumnya”. Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang tua murid diatas, dapat diketahui bahwa orang tua tidak memberikan hukuman kepada anaknya ketika anaknya membolos sekolah. Mereka sudah pernah mencoba mengingatkan agar anaknya tidak membolos kembali, tetapi peringatan dari mereka tidaklah di ingat oleh anak-anaknya. Dan ada juga yang mengatakan mereka tidak pernah menghukum anaknya yang membolos sekolah dikarenakan takut jika anaknya tidak mau sekolah kembali. Berbagi cerita dengan keluarga adalah suatu hal
yang sangat
menyenangkan. Karena keluargalah tempat kita berbagi cerita. Dengan keluarga kita dapat menceritakan apa saja yang kita rasakan, baik itu senang maupun susah. Berbagi cerita dengan keluarga bisa dilakukan saat berkumpul bersama keluarga.
38
Tetapi dalam kehidupan nyata tidak semua keluarga dapat melakukan hal tersebut dengan alasan waktu dan kondisi lain yang tidak mendukung untuk dapat selalu berkumpul dan berbagi cerita dengan keluarga dirumah. Hal tersebut sesuai ungkapan dari salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batangharipada tanggal 26 Januari 2016 beliau mengatakan: “Jika keadaan badan tidak terlalu capek maka saya sempatkan untuk mengobrol dan berbagi cerita sebentar dengan anak saya mbak disaat kami sedang berkumpul sambil menonton televisi. Tetapi itu tidak bisa kami lakukan setiap hari mbak. Karena memang saya yang butuh istirahat cukup, sehingga saya sering kali tidur lebih awal”. Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari 23 Januari 2016, beliau mengatakan sebagai berikut: “Saya pernah mengajak ngobrol dan berbagi cerita dengan anakanak saya mbak.Tetapi itu jarang saya lakukan.Siang hari saya bekerja seharian. Maka ketika malam hari saya terkadang benarbenar merasa capek dan butuh istirahat. Sesudah dipijiti oleh anak saya, saya langsung bergegas untuk tidur”. Selain pernyataan dari dua orang tua murid diatas, pernyataan yang samajuga dikatakan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 26 Januari 2016, beliau mengatakan: “Pernah mbak meskipun jarang ya.Setelah anak saya pulang mengaji terkadang saya berbagi cerita sebentar dengan anak-anak saya.Karena memang waktu saya sedikit untuk ngobrol bersama anak saya.Malam adalah waktu saya untuk istirahat. Karena badan dalam keadaan capek mbak. Apalagi bekerja sebagai petani yang bekerja seharian”. Dari beberapa ungkapan diatas mengenai pemberian kebebasan kepada anak ketika bermain, orang tua bersikap pasif, memberikan kebebasan kepada
39
anaknya untuk mengatur diri sendiri, dan kurangnya hubungan yang hangat dalam keluarga sangat berdampak yang tidak baik kepada anak-anak. Orang tua cenderung tidak pernah memberikan hukuman kepada anaknya, hal ini akan membuat anak berbuat sesuka hatinya dan akan terus melakukan kesalahan yang sama. Orang tua tidak menanamkan rasa disiplin didalam diri anak.Orang tua hanya memenuhi kebutuhan materinya saja.Sehingga anak tidak terbiasa untuk disiplin dan mematuhi peraturan dimanapun anak berada, baik itu di rumah maupun di sekolah. Ketika di sekolah anak juga terbiasa melanggar peraturanperaturan yang berlaku di lingkungan sekolah, anak kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru didepan kelas dan anak kurang bisa menghargai orang lain. Semua itu mereka lakukan karena ketika di rumah mereka melakukan hal itu tanpa mendapatkan teguran dari orang tua mereka.Sehingga ketika di sekolah anak mendapat teguran tersebut, anak kurang bisa menerimanya. Dan bagi mereka apa yang mereka lakukan tersebut adalah suatu hal yang benar. Kebahagiaan anak-anak dalam keluarga memang menjadi prioritas utama bagi kedua orang tua. Mereka selalu berusaha membahagiakan anak-anaknya dengan cara yang berbeda-beda. Ada sebagian keluarga membahagiakan anaknya dengan memberikan perhatian kasih sayang yang penuh kepada anaknya, dan ada juga yang membahagiakan anaknya dengan cara mencukupi kebutuhannya seharihari. Kedua hal itu sebenarnya sama-sama dibutuhkan oleh anak-anak mereka. Tetapi dengan alasan lain terkadang orang tua tidak dapat memberikan kedua hal tersebut. Selain pola asuh permisif, ada juga orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis. Berdasarkan hasil wawancara peneliti pada salah satu orang tua murid
40
kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016 mengenai pemberian kebebasan dan penanaman rasa pentingnya belajar kepada anaknya, beliau mengatakan sebagai berikut: “Saya memberi kebebasan anak saya bermain kemana saja ia suka mbak selagi itu tidak keluar dari desa kami, sehingga kami selaku orang tua masih dapat memantaunya.Dan sebelum bermain dengan teman-temannya, anak saya harus belajar terlebih dahulu.Apabila diberi PR dengan guru maka anak saya harus mengerjakannya terlebih dahulu”. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa orang tua memberikan kebebasan pada anak, namun kebebasan tersebut masih perlu dikontrol.Bahwa di dalam keluarga perlu adanya sikap keterbukaan antara orang tua dengan anak, serta dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa anak harus mengetahui perlunya belajar.Selain orang tua bersikap demokratis dalam menanamkan kedisiplinan anak, namun pada saat-saat tertentu orang tua perlu menerapkan sikap otoriter yaitu berupa sanksi dan peraturan-peraturan yang tegas supaya anak memiliki tanggung jawab dalam mentaati peraturan keluarga maupun sekolah. Selain memberi kebebasan yang masih perlu di kontrol, keluarga juga memberikan hukuman yang tegas untuk anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batangharipada tanggal 25 Januari 2016 sebagai berikut: “Iya mbak. Saya akan memberikan hukuman-hukuman yang tegas untuk anak saya apabila anak saya tidak mematuhi peraturan yang saya berikan. Karena ini bertujuan untuk melatih anak saya agar dapat hidup disiplin dan terbiasa mematuhi peraturan-peraturan yang ada baik di rumah maupun di sekolah”. Hal serupa juga dikemukakan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016, beliau mengatakan:
41
“Iya mbak saya akan menghukum anak saya jika tidak mematuhi peraturan.Karena kita harus patuh dengan peraturan-peraturan yang sudah dibuat.Dengan ini anak akan terbiasa hidup disiplin”. Selain hukuman karena melanggar peraturan, orang tua juga memberikan hukuman kepada anaknya ketika anaknya tidak mengerjakan tugas sekolah yang diberikan gurunya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 januari 2016 beliau mengatakan: “Iya mbak.Karena sebagai siswa anak saya tugasnya belajar dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada anak saya.Jika anak saya tidak mengerjakan tugas maka anak saya sudah melanggar salah satu peraturan yang ada di sekolahnya dan anak saya harus dihukum supaya tidak mengulanginya kembali”. Hal serupa pun dikemukakan kembali oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016 beliau mengatakan sebagai berikut: “Saya akan mendengarkan penjelasan dari anak saya terlebih dahulu mbak mengapa anak saya tidak mengerjakan tugas.Apabila alasan anak saya tidak masuk akal maka saya akan menghukumnya supaya anak saya tidak mengulangi kesalahan itu lagi untuk yang kedua kalinya”. Jadi, dalam keluarga yang demokratis terdapat adanya peraturan-peraturan yang tegas, dimana peraturan itu harus disepakati dan dipatuhi bersama.Hukuman digunakan supaya anak tidak mengulangi perbuatan yang salah untuk kedua kalinya. Dengan adanya hukuman tentu saja anak dapat berpikir manakah tindakan yang benar dan manakah tindakan yang salah sehingga anak akan menghindari perbuatan yang menimbulkan hukuman.Menjadi tugas dan kewajiban bagi orang tua untuk memberikan pendidikan disiplin pada anak supaya anak bisa menjadi manusia bertanggung jawab dalam kehidupannya baik
42
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anak dan sebagai warga negara. Sebagai orang tua yang baik, ditengah kesibukannya dalam bekerja tentu saja para orang tua juga harus mampu menjadi tempat anak bersandar dan menceritakan keluh kesah apa saja yang anaknya alami. Karena orang tua lah yang menjadi tempat mengadu para anak untuk menumpahkan segala sesuatu yang anak rasakan. Orang tua harus banyak berkomunikasi dengan anak-anaknya, untuk menanyakan apakah terjadi suatu masalah dengan anaknya atau orang tua juga harus menanyakan hal-hal apa saja yang telah dilakukan anaknya selama di sekolah tadi. Apakah anak mengalami masalah belajarnya atau tidak. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016beliau mengatakan sebagaiberikut: “Saya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kerjaan sampingan saya mengasuh anak tetangga saya sampai waktu setengah hari.Jadi saya bekerja sambil dirumah dan saya juga bisa sambil mengawasi anak saya mbak.Ketika anak saya pulang sekolah maka saya mengajak anak saya ngobrol dan menanyakan bagaimana belajar anak saya di sekolah tadi.Jadi ketika anak saya sedang ada masalah dalam belajarnya saya mengetahuinya mbak”. Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016, beliau mengatakan sebagai berikut: “Saya selalu tahu ketika anak saya sedang mengalami masalah disekolahnya.Karena saya bekerja cuma menunggu usaha toko saya di rumah.Jadi saya punya bayak waktu untuk anak saya untuk menanyakan apakah anak saya sedang mengalami masalah belajar.Dan ketika anak saya mengalami masalah belajarnya, anak saya selalu menceritakan hal itu kepada saya.Sehingga saya bisa dengan mudah mengetahui masalah-masalah yang sedang dihadapi anak saya”.
43
Orang tua sebagai tempat mengadu keluh kesah anaknya, hal ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016 beliau mengatakan sebagai berikut: “Iya mbak ketika anak saya mengeluh mengenai mata pelajaran disekolah pasti saya mau mendengarkannya mbak. Dan saya akan memberikan solusi kepada anak saya bagaimana caranya supaya anak saya tidak merasa kesulitan lagi dengan mata pelajaran yang ada di sekolah. tentunya dengan cara rajin belajar dan suka bertanya kepada guru di kelas tentang mana saja yang belum bisa dipahami agar guru dapat menjelaskan kembali materi pelajaran tersebut”. Pendapat yang serupa pun juga dikemukakan oleh salah satu orang tua murid kelas V SDN No 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari pada tanggal 25 Januari 2016 beliau mengatakan: “Iya mbak saya akan mendengarkan keluhan anak saya. Dan saya akan mencari solusi terbaik untuk anak saya. Saya juga berpesan kepada anak saya agar lebih rajin lagi belajarnya.Nanti jika anak saya mendapat peringkat maka saya akan memberinya hadiah”. Dari beberapa ungkapan diatas mengenai orang tua memberikan kebebasan kepada anak yang masih perlu dikontrol, memberikan sanksi yang tegas, mendengarkan keluh kesah anak, selalu mengajak anak ngobrol, dan menciptakan keharmonisan didalam keluarga hal ini dapat berdampak baik dengan kedisiplinan anak-anaknya.Disini orang tua memberikan pemahaman tentang pentingnya kedisiplinan baik itu di rumah maupun di sekolah.Orang tua juga memberikan sanksi yang tegas jika anak-anaknya tidak mematuhi peraturan dan jika anak tidak mengerjakan tugasnya. Dengan adanya sanksi yang tegas maka anak akan takut mengulangi perbuatan salahnya itu untuk yang kedua kalinya. Dengan begitu anak akan lebih berhati-hati dalam bertindak dan anak
44
akan lebih disiplin ketika di sekolah. Selain itu orang tua juga menanamkan pentingnya belajar. Sehingga ketika di sekolah anak akan memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Dengan menciptakan suasana yang komunikatif maka anak akan lebih terbimbing dengan baik dan orang tua dapat memberikan masukan-masukan kepada anak nya tentang apa saja yang baik dilakukan dan yang tidak baik untuk dilakukan. 4.1.3 Hasil Dokumentasi Selain melakukan observasi dan wawancara peneliti juga mengambil data berupa dokumentasi.Dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data tambahan dari data yang diperoleh dari instrument pengumpulan data tersebut.Dokumentasi ini berupa pengambilan gambar atau foto siswa dalam melakukan kegiatan belajar disekolah.Contohnya ketika siswa sedang melakukan kegiatan belajar didalam kelas dan ketika sedang melakukan kegiatan-kegiatan lainnya di lingkungan sekolah.Selain itu juga dokumentasi ketika peneliti melakukan wawancara dengan orang tua siswa. 4.2 Pembahasan Setelah peneliti wawancara dengan responden, dapat diketahui bahwa orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda-beda.Ada yang menerapkan pola asuh permisif dan pola asuh demokratis. Dampak pola asuh permisif dalam mendisiplinkan siswa sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.Hal tersebut di sebabkan karena anak cenderung tidak diperhatikan ataupun salah dalam memberikan perhatian. Hal ini dikarenakan orang tua kurang memahami masa-masa perkembangan serta tata cara dalam mengasuh anak.
45
Adapun pola asuh permisif yang biasanya terjadi kepada anak diantaranya:
1. Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbingnya 2. Mendidik anak acuh tak acuh, bersikap pasif dan masa bodoh 3. Mengutamakan kebutuhan material saja 4. Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan untuk mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan orang tua) Hasil penelitian terhadap indikator yang dipaparkan di atas, menyebabkan perilaku anak yang tidak baik, diantaranya anak dapat bertindak sesuka hati, anak tidak mendengar apa diberitahukan oleh orang tuanya, anak tidak disiplin serta tidak bertanggung jawab terhadap apa yang di amanahkan orang tuanya ataupun gurunya. Hal tersebut apabila dibiarkan secara terus menerus tanpa pantauan atau pun bimbingan dari orang tuanya, maka pola asuh tersebut dapat merusak masa depan anak. Kenyataan lain di lapangan yang ditimbulkan oleh dampak dari pola asuh permisif yakni anak tidak memahami kewajibannya untuk melakukan sesuatu sepenuh hati tanpa merasa terpaksa atau terbebani, anak tidak mengakui tindakannya ketika berbuat kesalahan, anak tidak menyelesaikan tugas hingga tuntas, perilaku tersebut yang dilakukan oleh anak, dipengaruhi oleh dampak pola asuh orang tua yang tidak peduli dengan pola pengembangan anak dalam berperilaku sehari-hari, sehingga menyebabkan anak seenaknya untuk bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. Dengan demikian sebagai orang tua harus bisa memahami dan belajartentang pola asuh agar tidak terjebak dalam sebuah kasih sayang yang salah, sehingga bisa mengakibatkan anak menjadi tidak disiplin, rendahnya tanggung jawab terhadap diri anak, rendahnya nilai kasih sayang, nilai sopan santun dan nilai pengendalian diri
46
dalam diri anak. sehingga sebagai orang tua agar tidak menerapkan pola asuh yang salah.
Pola asuh demokratis juga memiliki hubungan yang erat dengan kedisiplinan siswa. Secara sadar atau tidak sadar pola asuh yang diterapkan orang tua terhadap anak-anaknya akan turut menentukan perilaku anak ketika di lingkungan luar rumah. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang ditemui anak sehingga apa pun yang diajarkan orang tua pada anak akan turut menentukan perilaku anak ketika berada di luar rumah. Salah satu penyebab munculnya perilakupada seseorang adalah bagaimana seseorang dididik atau diasuh berdasarkan pengalaman dalam keluarga dan lingkungan.Dalam mencapai kedisiplinan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar dan dalam diri individu.Dari luar misalnya pola asuh, pengaruh teman sebaya dan aturan lingkungan individu berada.Faktor dari dalam diri individu misalnya kemampuan mengendalikan diri dan kemampuan membuka diri. Seorang individu yang memiliki pengendalian diri yang baik dan memiliki keterbukaan diri akan memiliki perilaku yang positif, terarah dan sesuai aturan dalam hal apapun. Kedisiplinan sering diartikan sebagai kepatuhan terhadap sebuah aturan, menggunakan seluruh waktunya untuk kegiatan positif dan tidak membuang waktu secara sia-sia. Orang tua mengetahui dampak-dampak positif yang akan terjadi pada anak ketika orang tua menerapkan pola asuh demokratis, salah satunya adalah anak mampu berdisiplin diri. Seorang anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis akan mempunyai kemampuan sosial yang tinggi, percaya diri, patuh, bertanggung jawab dan memiliki disiplin yang tinggi
47
Orang
tua
demokratis
akan
mendorong
anak-anaknya
menuju
perkembangan yang lebih baik, sesuai tahap perkembangan dan kesadaran diri pada anak lebih berkembang. Seseorang yang mampu mengelola diri dengan baik perilakunya akan berkembang ke arah yang lebih positif dan terarah. Mampu bertanggung jawab penuh dan mengerjakan sesuatu sesuai aturan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Orang tua yang memberikan kasih sayang cukup, pendekatan kepada anak hangat, bersedia melakukan diskusi dengan anak, bersikap tegas, mengawasi keberadaan dan aktivitas yang dilakukananak menjadikan anak merasa dihargai dan dipedulikan.Anak mempunyai pemikiran yang terbuka terhadap aturan yang ada dan memiliki pengelolaan diri tinggi.Lingkungan terbaik untuk membentuk kepribadian anak adalah lingkungan keluarga yang kondusif, terbuka dan demokratis. Selain dari pola asuh orang tua, disiplin anak tua juga tergantung pada lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat melalui peraturan yang sudah ditetapkan serta fasilitas yang memadai. Peraturan diartikan sebagaisuatu aturan, norma atau tata tertib yang dibuat oleh suatu kelompok untuk di taati bersama. Penerapan peraturan yang ada di sekolah dan masyarakat membantu seseorang menyesuaikan diri dengan baik, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang mantap serta berperilaku sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.Fasilitas yang dimaksud adalah segala bentuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan seseorang untuk mendukung keberhasilan yang maksimal.Sebagai contoh lingkungan sekolah menyediakan fasilitas bagi peserta didiknya agar peserta didik memaksimalkan kedisiplinan belajarnya.Mengajar dengan berbagai macam
48
metode dan media agar peserta didik tidak bosan, sehingga mengurangi siswa yang membolos.
49
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai dampak pola asuh orang tua dalam mendisiplinkan siswa SDN NO 110/1 Tenam Kabupaten Batanghari dapat disimpulkan sebagai berikut: Terdapat dampak antara pola asuh orang tua dengan kedisiplinan siswa di sekolah. Setiap orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda-beda.Ada yang menerapkan pola asuh permisif dan ada juga yang menerapkan pola asuh demokratis.Dengan adanya penerapan pola asuh yang berbeda maka berbeda pula tingkat kedisiplinan siswa disekolah. Dalam pola asuh permisif orang tua cenderung memberikan kehangatan dan menerima apa adanya. Orang tua memberi kebebasan apa saja yang akan dilakukan anaknya. Hal ini akan berdampak anak menjadi kurang patuh dan kurang bisa mengontrol diri. Ketika di sekolah anak juga terbiasa berbuat sesuka hatinya. Anak sulit mematuhi peraturan yang ada disekolah dan disiplin belajar pada anak akan terlihat rendah. Sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis tingkat disiplin anak lebih tinggi. Hal ini dikarenakan antara orang tua dan anak terjalin komunikasi yang baik dan orang tua menyampaikan nasihat-nasihat kepada anaknya dengan cara yang baik dan berdampak anak mudah menerimanya. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak, dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan, Anak yang di didik dengan pola asuh demoratis membuat anak menjadi lebih mandiri, patuh, penurut, dan berorientasi pada prestasi. Sehingga ketika guru menyampaikan materi pelajaran 50
didepan kelas anak akan memperhatikan dan anak akan mematuhi peraturanperaturan yang ada disekolah. Disiplin belajar pada anak yang diasuh dengan pola asuh demokratis akan lebih terlihat jika dibandingkan dengan anak yang diasuh dengan pola asuh permisif.
5.2 Saran Berdasarkan pada temuan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, maka peneliti menyampaikan beberapa saran kepada pihak orang tua terkait dengan mendisiplinkan
siswa. Saran yang harus diperhatikan orang tua dalam
mendisiplinansiswa adalah sebagai berikut: 1. Kepada orang tua siswa untuk lebih memberikan pola asuh yang baik kepada anaknya, mulai dari bentuk yang kecil ataupun yang besar. Kepada pihak guru untuk lebih memberikan pola asuh yang baik kepada anak didiknya supaya jika terjadi masalah pada siswa dapat berkoordinasi dengan orang tua siswa. 2. Kepada peneliti lain yang akan meneliti mengenai pola asuh orang tua dapat menggunakan skripsi ini sebagai bahan rujukan.
51