10 Kiat Ayah Bersabar dalam Mengasuh Anak Penulis : Irwan Rinaldi Cetakan Pertama, Juni 2013 44 ; 148 x 105 mm Desain Sampul dan Tata Letak : Mumtaz Mumpuni Penerbit Ayah untuk Semua 2013 “Barang siapa ingin dan berkenan menggandakan seluruh atau sebagian isi buku ini, dengan ikhlas kami persilahkan, dalam rangka sosialisasi pentingnya peran ayah.”
Untuk kesabaran Ayah,
dimanapun Ayah berada, tanpa kecuali.
Daftar Isi
4
SEKADAR MENGANTAR
5
SEKADAR MENGANTAR 2
7
PERTAMA. Berpikirlah Positif
10
KEDUA. Mengubah Tanpa Kritik Pedas
15
KETIGA. Sabar Membutuhkan Latihan
20
KEEMPAT. Lihat Kenakalan Anak dengan Santai
22
KELIMA. Cari Gelombang Sabar yang Pas
24
KEENAM. Sadarilah: Butuh Waktu untuk Menjadi Penyabar
28
KETUJUH. Yakinlah: Sabar itu Besar Hikmahnya
32
KEDELAPAN. Contohkan Kesabaran pada Anak-anak
35
KESEMBILAN. Arahkan Nafsu, Tampakkan Kesabaran
37
KESEPULUH. Raih dan Bangun Kerjasama dengan Anak
39
Sekedar Mengantar Dulu Begitu, Sekarang Begini … “Dulu ketika anak-anak belum lahir, saya berjanji akan menjadi ayah idaman. Ayah yang sabar dalam memahami tingkah laku anak. Ayah yang berhari-hari kurang tidur. Tenang dan arif menghadapi lengkingan tangis ketika kemauan anakanak tidak terpenuhi. Tetap tersenyum menangani perkelahian antara mereka meski dengan alasan yang tidak jelas. Tapi, ketika anak-anak lahir, saya mengingkari semua janji tersebut. Saya selalu terjebak untuk bersikap negatif pada anak. Saya menjadi ayah yang cerewet, penuntut, tukang kritik, dan kadang-kadang benci pada anak sendiri. Mungkin jika ada yang menilai keterampilan saya sebagai ayah, akan memberikan nilai C minus atau mungkin D alias tidak lulus. Saya memang merasa menyesal dan sadar masih banyak yang harus saya pelajari untuk menjadi ayah idaman. Terutama ayah yang bisa bersabar….”
5
Itulah sebagian surat panjang dari seorang ayah, ditulis dari sebuah kota, beberapa waktu yang lalu. Inti dari suratnya adalah ia ingin menjelaskan sebuah kata yang dicita-citakan sekaligus menakutkan bagi sebagian besar ayah dalam mendidik anak, yaitu bersabar. Semoga bermanfaat. Depok, 2013
6
Sekadar Mengantar 2 Bersabar adalah Bersabar Jika ada banyak hal yang mempesonakan di muka bumi ini, salah satunya tentulah dunia anak. Di dunia ini, segala keajaiban mungkin saja terjadi. Kita, ayah, tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan anak dari detik ke detik. Kita tidak dapat mencegah dengan memasukkan dunia atau cara berpikir orang dewasa pada dunianya. Suatu hari, sehabis menonton televisi, anak-anak bisa saja membayangkan atau merencanakan suatu pertunjukan meloncat dari balkon lantai dua. Persis seperti adegan yang dilihatnya di layar persegi. Atau mereka akan seperti tokoh dalam sebuah komik: bertelanjang dada dengan sebilah pisau dapur terselip di pinggang, berjalan, dan berlari ke sana ke mari menegakkan ‘kebenaran’. Mungkin memaki dengan kalimat-kalimat yang mereka tidak paham benar artinya. Celakanya, kita tidak (jarang) betah menikmati adeganadegan dalam dunia tersebut. Sebagian besar kita mungkin lebih sabar antri di kasir supermarket, atau menunggu tayangan 7
acara kesayangan di televisi. Wajah kita mungkin langsung merah padam. Anak-anak kita dorong dan menguncinya di kamar mandi sebagai hukuman. Atau segera memanggil ayah untuk mencambuk dengan ikat pinggangnya. Atau mungkin juga menoleh sesaat, mengambil napas panjang, lalu ngeloyor pergi. Semua sikap itu menunjukkan kita kurang memiliki kesabaran. Kita gagal melihat humor atau kelucuan di balik situasi itu. Mengapa kita tidak mengatakan, “Masya Allah, ‘astagfirullâhal adzim (dengan nada ramah tentunya.) Yuk, kita beresin semua yuk. Lain kali kalau main-main atau menggunting atau potong rambut bilang dulu ya sama Ayah.” Bersabar dalam mendidik anak adalah berusaha berpikir positif terhadap segala kemungkinan tingkah laku anak. Setiap ayah dengan demikian harus menyediakan kelapangan hati dalam menghadapi tingkah laku anak. Mulai dari yang lucu sampai tingkah yang tidak pernah kita bayangkan sama sekali.
8
Berikut ini beberapa kiat untuk membangun rasa sabar ayah dalam mendidik anak.
9
PERTAMA : Berpikirlah Positif Menghadapi kasus-kasus di atas, tidak ada jalan lain kita harus mengubah pusat perhatian pada dimensi positif menjadi ayah. Karena pada kenyataannya tingkah laku negatif anak dapat diatur dan diatasi dengan pendekatan yang positif. Berdasarkan prinsip di atas, inilah beberapa pendekatan dalam berpikir positif : - Mengatasi konflik dan bukan memperburuk Keributan antara anak dengan anak atau anak dengan ayah tidak akan berhenti jika tidak pernah diselesaikan. Ayah yang berpikir positif adalah ayah yang mencoba mencari akar permasalahan dan mencari jalan keluar yang jelas. Bukan ayah yang gegabah memangkas atau menyimpulkan sesuatu di ujung persoalan. Contoh: Banyak anak kita yang sangat susah tidur di malam hari. Mereka mampu bertahan bermain berjam-jam melewati batas kantuk orang dewasa. Biasanya, ini menjadi masalah 10
besar di sebagian ayah. Kita tidak jemu-jemunya memberikan ceramah agar mereka pergi tidur. Tidak sedikit dari kita yang memaksa anak-anak memejamkan matanya dengan caracara yang kasar penuh ancaman, mungkin juga pukulan. Yang harus dilakukan: Carilah asal permasalahannya dengan memperhatikan, apakah tidur siangnya terlalu banyak. Ataukah sebelum tidur malam, anak terus berlarian sehingga jantungnya masih berdegup dan dia belum dapat tidur dengan tenang. Atau, kembangkanlah berbagai kemungkinan sampai kita menemukan asal permasalahannya. - Lihatlah kelebihan bukan kekurangannya Jika anak kita sering bertingkah laku negatif, ayah mudah kehilangan pandangan tentang anaknya. Menjadi ayah positif berarti ayah mengetahui bahwa anak juga memiliki hal yang positif di dalam dirinya. Contoh: Zaki, 7 tahun, sulit sekali dilarang. Apa saja yang dikerjakannya selalu menimbulkan pertengkaran dengan ayahnya. Sampai-sampai ayahnya berpikir Zaki ini ‘anak siapa’ sih, yang dikerjakan semuanya tidak ada yang benar.
11
Yang harus dilakukan: Kita seringkali lebih sibuk dengan tingkah laku negatif anak. Sehingga anak berkesimpulan “kalau nakal pasti ayah perhatikan aku”. Anak-anak tidak peduli dengan bentuk perhatian. Dimarahi lebih baik daripada tidak diperhatikan. Mungkin Ayah Zaki perlu mengubah perhatiannya lebih pada hal yang positif. - Ajarkan tingkah laku yang diharapkan dan jangan menyalahkan Tekanan tingkah laku negatif anak seringkali membuat kita menyalahkan anak setiap waktu. Ayah yang positif mencari jalan untuk dapat mengubah tingkah laku anaknya. Contoh: “Imah, kenapa sih kamu masih ‘malak’ teman kamu? Uang udah Ayah kasih, kok masih ‘malak’ juga? Otaknya di mana sih. Mikir dong, apa kata tetangga. Si Imah nih ayahnya nggak pernah mendidik. Anaknya mintain duit teman-temannya melulu.” Yang harus dilakukan: Daripada menyalahkan, lebih baik berikan Imah peraturan, misalnya “Imah, Ayah tahu kamu kadang-kadang ingin beli mainan atau makanan, sedangkan uang tidak cukup. Sekarang Imah nggak usah minta lagi ke teman-teman, tapi 12
bilang sama Ayah. Nanti insya Allah, kalau Ayah ada uang, Ayah akan belikan atau nanti Ayah kasih uang tambahan untuk menabung. Ingat ya Mah….” Kalau Imah melaksanakan peraturan yang sudah disepakati, berikan pujian dan hargai usaha anak. - Lakukan kendali/kontrol, jangan pasif Anak-anak dapat ‘menguasai’ hidup kita, mendominasi waktu dan membuat ayah menjadi tidak berdaya. Ayah yang positif akan melakukan kendali pada anaknya. Contoh: Setiap kali pulang sekolah, Ami selalu membawa mainan baru. Ketika ditanya oleh ayahnya, Ami mengatakan ia tidak meminta tapi dihadiahkan oleh temannya. Yang harus dilakukan: Ayah tidak boleh percaya begitu saja. Ayah harus melakukan pengecekan secara detil. Kalau perlu, ayah harus pergi ke sekolah tanpa setahu Ami. Untuk meyakinkan bahwa Ami tidak meminta tapi memang temannya yang memberikan.
13
Insya Allah, dengan tidak memperuncing masalah, akan membuat hidup kita dengan anak-anak lebih mudah. Kita akan merasa menjadi ayah yang nyaman, bahagia. Dunia menjadi terbentang lapang.
14
KEDUA : Mengubah Tanpa Kritik Pedas Anak-anak senang mencari perhatian ayahnya. Dan mereka pandai ‘menemukan titik lemah’ ayah. Misalnya, ada ayah yang tidak tega dan akhirnya menyerah pada permintaan anak jika sudah menangis. Sebagai ayah yang berpikir positif, berikan anak perhatian saat bertingkah laku baik. Usahakanlah tidak terlalu berlebihan memerhatikan tingkah laku negatif, karena akan membuat anak mengambil kesimpulan bahwa lebih baik dimarahi daripada tidak diperhatikan. Kritik yang dilontarkan pada anak secara terus-menerus akan membuat anak kehilangan rasa percaya dirinya. Mengkritik tetap dibutuhkan tapi jika terlalu banyak, berdampak tidak baik. Berikut ini beberapa pendekatan dalam mengkritik: - Beritahukan nama perasaan Jika anak kita marah, sampaikan kepada anak nama perasaan yang sedang dialaminya. 15
Contoh: Sari, 4 tahun, tiba-tiba melemparkan seluruh mainannya. Sari merasa ayahnya tidak mendengarkan permintaannya karena pada waktu yang sama, ayah sedang menerima telepon. Yang harus dilakukan: Hindarkan meng-counter tingkah laku secara langsung. Segeralah mencari titik temu dengan menamai perasaan Sari. “Oh, maaf sayang. Ayah tahu kamu sedang marah sampai melempar semua mainan ke dinding. Marah boleh tapi tidak lempar-lempar mainan,” sambil langsung mengambil mainan di sekitar anak yang sudah dan akan dilempar. - Tunjukkan ciri positif anak Daripada mengkritik anak karena kesalahannya, lebih baik tunjukkan ciri positif anak. Contoh: Ayah tahu pasti tentang kelakuan Fakhri akhir-akhir ini di sekolah. Laporan-laporan tidak mengenakkan sudah diterimanya dari ‘intel-intel’-nya, seperti bapak guru dan teman-teman Fakhri. Yang harus dilakukan: Hari ini dan Insya Allah juga hari berikutnya, Ayah akan 16
menyambut Fakhri pulang sekolah dengan lebih baik. Salah satunya adalah melalui obrolan ringan ketika makan siang bersama. “Eh, Ayah kaget lho sama kamu tadi di sekolah. Biasanya kamu dapat bermain baik dengan teman-temanmu.” - Jelaskan harapan kita Jelaskan kepada anak agar dia tahu apa harapan dan keinginan kita dengan singkat. Gunakanlah bahasa mereka. Contoh: Salah satu tingkah Fakhri yang kurang disenangi ayahnya adalah bermain dengan suara berisik ketika ayahnya menelepon. Fakhri tahu betul bahwa ayah pasti marah dan ngomel kalau ia bersikap demikian. Anehnya, meski ayahnya sering marah dengan ketus, Fakhri tidak merasa perlu mengubah kebiasannya. Bahkan akhir-akhir ini, suaranya lebih berisik dari yang sudah-sudah. Yang harus dilakukan: Cobalah berhenti mengomel dan mengobral rasa marah dengan kata-kata yang menjemukan anak-anak. Dekatilah Fakhri dan ucapkan perasaan kita dengan kata yang jelas. “Ayah ingin kamu main tidak dengan suara keras. Karena Ayah akan menelepon Om Ahmad.” Jangan lupa memberikan pujian ketika anak mau diajak kerjasama. 17
- Kritiklah tingkah laku anak, bukan anaknya Ini suatu kelumrahan memang. Sering kita, sebagian besar ayah dalam memberikan kritik pada anak, tanpa sadar yang kita kritik adalah anaknya, bukan tingkah lakunya. Contoh: Azmi, 7 tahun, terkenal keras dan suka bertengkar dengan teman-temannya meski ia berbadan kecil. Saking kerasnya, sebagian temannya menganggap Azmi kasar dan nggak enak diajak bermain. Yang harus dilakukan: Lebih baik kita mengatakan, “Tidak baik bertengkar terus dengan teman” (mengkritik tingkah lakunya) daripada “Kamu jelek banget deh kalau bertengkar dengan temanmu” (mengkritik anaknya). Ini adalah sebuah paradigma baru yang harus dibiasakan sehingga kita terlatih untuk memisahkan antara tingkah laku dengan pelakunya.
18
Kalau kita biasa mengecam anak, bukan tingkah lakunya, maka bersiap-siaplah melupakan citacita bahwa kelak anak Anda akan menjadi orang yang bijak, ramah, arif, dan tidak pendendam. Penelitian mengatakan anak-anak yang dibesarkan dengan kecaman/kritikan kepada pribadinya akan mengalami kendala dalam bermasyarakat.
19
KETIGA : Sabar Butuh Latihan Semua orang pada dasarnya mampu bersabar. Sabar dapat dilatih dengan cara memahami sifat, sikap, perasaan, dan harapan yang kita miliki. Sabar dimulai dari sikap. Jika kita seorang perfeksionis, maka sekarang waktunya untuk meninggalkan itu. Sadari bahwa rumah tidak akan kembali normal, bersih, dan rapi (semua tertata ditempatnya) sampai anak-anak tumbuh dewasa. Pandanglah kenakalan anak sebagai fase normal dan akan segera berlalu. Contoh: Ayah selalu kesal setiap kali anak-anak membongkar kotak mainannya. Ayah takut kalau ada tamu, rumah berantakan sekali. Ayah jadi sering marah ketika anak mulai membongkar mainannya. Ayah inginnya anak selalu rapi. Setiap kali mengambil mainan harus mengembalikannya. Yang harus dilakukan: Carikan tempat untuk membongkar kotak mainan. Jelaskan kepada anak, ruangan mana saja yang boleh dipakai 20
untuk mengungkapkan dirinya. Sehingga, anak tidak akan terganggu jika ada tamu dan tidak kena marah ayah karena mainan yang berantakan. Ketika tamu datang, ayah jadi tenang karena tidak perlu repot membereskan ruang tamu. Ternyata apa-apa di dunia ini membutuhkan usaha berupa latihan. Apalagi menjadi ayah, karena sampai saat sekarang belum ada tempat latihan (sekolah) formal menjadi ayah. Namun kedekatan dalam ketaatan pada Allah jangan dilupakan.
21
Lihat
KEEMPAT : Kenakalan Dengan Santai
Jangan melihat kenakalan anak dengan tegang. Biarkan anak menjadi anak dan biarkan mereka mengerjakan apa yang sepantasnya dilakukan anak-anak. Kuncinya, jangan stres ketika melihat hal-hal yang mengerikan terjadi. Sikap memahami dan menerima dunia anak-anak itu akan mempermudah kita untuk selalu sabar. Contoh: Yusuf kehausan dalam perjalanan, padahal ayahnya sudah mengingatkannya untuk membawa botol minum. Yusuf tidak mengikuti perkataan ayahnya. Hasilnya memang Yusuf kehausan dan ngotot minta dibelikan air minum. Yang harus dilakukan: Ayah harus konsisten tidak membelikan air minum untuk Yusuf dan menunggu sampai di tujuan. Ingatlah, insya Allah anak tidak akan mengalami dehidrasi selama seperempat jam perjalanan. Ayah jangan merasa takut dan tegang menghadapi tekanan haus Yusuf. Dengarkan dan anggap saja seperti nyanyian di siang hari (apalagi jika kita menggunakan kendaraan pribadi). Kalau tidak menggunakan kendaraan 22
pribadi, mungkin kita dapat meminta Yusuf menunggu sampai di terminal yang dituju. Sesampainya di tujuan, ayah menanyakan kepada Yusuf bagaimana rasanya kehausan di jalan. Insya Allah lain waktu Yusuf akan ingat untuk selalu membawa minum kalau pergi. Saya tidak akan terburu-buru hari ini. Saya akan tenang dan rileks. Semua yang tumpah bisa dibersihkan, yang pecah bisa dilem atau dibeli yang baru. Saya tidak akan marah, karena saya cinta anak-anak.
23
KELIMA : Cari Gelombang Sabar yang Pas Kadang-kadang seseorang marah karena terlalu lelah, tertekan, atau terlalu banyak pekerjaan. Atau, karena tidak ada yang membantu dan tidak punya cukup waktu untuk diri sendiri. Berikut ini cara mencari gelombang sabar yang pas : - Berbagi tugas Ajaklah anggota keluarga berbagi tugas. Jika anak masih kecil dan satu-satunya anggota keluarga adalah istri, ajak dia berpartisipasi dalam menangani anak di rumah. Contoh: Pekerjaan rumah yang paling berat (mungkin) untuk dilakukan adalah membangunkan anak, menemani mengerjakan PR dan sejenisnya. Yang harus dilakukan: Bagilah tugas sesuai dengan kemampuan pasangan. Sebagai manajer, kita tinggal membuat perencanaan 24
(planning), mengorganisasikan (mengatur siapa mengerjakan apa), melakukan tindakan dan mengendalikan yang sedang berlangsung. Misalnya, istri menemani anak mengerjakan PR dua hari sekali. Membangunkan anak dibagi tugasnya dengan istri. Anak bungsu dipegang istri, yang sulung dengan suami. Insya Allah, semakin terencana dengan baik akan mengurangi rasa lelah dan membuat kita menjadi lebih sabar. - Berbagi cerita dengan pasangan kita Jika Ayah merasa tegang atau cemas menghadapi kenakalan anak, carilah ‘telinga’ untuk mendengar keluhan Ayah. Ayah akan merasa enak kembali. Jika Ayah sudah merasa stres menghadapi anak, mintalah pasangan untuk menjaga sang buah hati dan Ayah bisa istirahat sejenak. Contoh: Kadang-kadang ayah sering jenuh dengan tugasnya sehari-hari. Ada kekesalan dan kejengkelan yang ingin dibagi dengan orang lain. Yang harus dilakukan: Pasangan atau kakak/adik kandung kita perlu juga menyediakan telinga untuk mendengarkan keluhan atau 25
curahan hati seorang ayah. Saran tidak diperlukan, tapi ayah ini butuh untuk dimengerti perasaannya. - Turunkan harapan kita Hilang kesabaran dapat terjadi lantaran harapan terlalu tinggi terhadap anak. Naif jika kita mengharapkan anak usia 5 tahun, bisa duduk tenang di meja makan, atau anak usia 1 tahun selalu ingat bahwa ia tidak boleh main dengan tisu gulung,meskipun kita sudah mengatakannya berkali-kali. Contoh: Ayah Nia, seorang ayah yang perfeksionis. Ia ingin Abdul ‘Aziz anaknya yang berusia 3 tahun sudah dapat makan sendiri dengan rapi di meja makan. Ayah Nia tidak suka dan akan melotot melihat nasi berantakan dan air tumpah di meja. Akibatnya, Abdul ‘Azis kapok makan di meja makan. Yang harus dilakukan: Jika anak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keinginan kita, sebenarnya ia bukan melawan. Usianya yang masih muda menjadikannya menggunakan sifat keras kepala tidak pada tempatnya, atau anak menguji batas-batas yang diperbolehkan ayahnya. Dengan sedikit bermurah hati, turunkan harapan ayah kepada anak, sehingga kita akan menemukan gelombang sabar yang pas untuk situasi tersebut. 26
- Sering-seringlah mengatakan kepada anak bahwa kita senang bersamanya Katakan betapa sayangnya kita padanya. Anak-anak membutuhkan komentar positif tentang dirinya dan perlu tahu bahwa dia dicintai. Hal ini khusus perlu dilakukan lebih banyak jika anak selalu membuat masalah. Contoh: Gina, 8 tahun, sering terlihat murung dan sedih. Dia tidak ceria seperti teman-temannya. Penyebabnya adalah ayah tidak pernah mengatakan hal yang positif tentang Gina. Gina itu nakal. Gina itu tidak bisa dibilangin. Gina itu malas, dan lainlain. Yang harus dilakukan: Ayah Gina harus mulai belajar mengatakan “Ayah senang sekali ditemani Gina mencuci. Ayah jadi bersemangat mendengar cerita Gina sehingga cepat selesai tugas Ayah.” Atau, “Gina tahu, Ayah sayang sama Gina. Waktu Ayah tahu ibu hamil Gina, Ayah bahagia sekali.” Meskipun kita mencintai anak lebih dari harta benda, tetap saja kita membutuhkan waktu untuk diri sendiri. Jika kita merasa nyaman, kita akan menjadi lebih mudah bersabar menghadapi anakanak.
27
KEENAM : Sadarilah : Butuh Waktu Untuk Penyabar Menjadi sedikit penyabar memang butuh latihan. Latihan selalu berhubungan dengan waktu. Kalau dengan waktu pun kita ternyata mempunyai masalah, mungkin di bawah ini layak dicoba: - Milikilah waktu yang lebih panjang Kesabaran akan hilang jika waktu terbatas. Terlambat menunaikan janji misalnya, sering membuat orang tidak sabar. Atau, meminta anak menyelesaikan pekerjaan yang relatif berat dengan alokasi waktu yang pendek. Contoh: Ayah Lili adalah seorang ayah yang bekerja. Setiap pagi, Ayah Lili tegang karena takut terlambat datang ke tempat kerja. Ayah Lili biasanya akan segera membangunkan anakanak agar tidak terlambat sekolah dan marah jika anaknya terlambat mandi, makan, ganti baju, dan lain-lain. Kemarahan Ayah Lili ternyata tidak membuat anak-anaknya cepat mengerjakan tapi justru semakin lambat. 28
Yang harus dilakukan: Aturlah jadwal dan rencana yang dapat dimengerti dan disetujui seluruh anggota keluarga. Sehingga semua anggota keluarga dapat belajar bertanggung jawab dengan kesepakatan bersama. - Jangan tunda pekerjaan Usahakan sebisanya menyelesaikan tugas di awal waktu. Jika ada pekerjaan yang harus dilakukan di pagi hari, coba persiapkan sejak malam. Akan lebih mudah bagi kita untuk tenang dan rileks, jika tidak tergesa-gesa. Contoh: Kemarin, ketika pulang sekolah, Fardhan, siswa kelas 3 SD, menyampaikan sepucuk surat dari guru buat ayahnya. Surat beramplop tertutup itu rupanya bukan surat biasa. Isinya berupa teguran ramah dari seorang guru yang sangat mencintai anak didiknya. Pasal dari teguran itu adalah akhir-akhir ini Fardhan seperti anak yang tidak terurus. Kuku jari tangannya panjang dan hitam. Buku-buku latihan sering tertinggal. PR jarang dikerjakan. Bahkan termos meski dibawa setiap hari, tapi anehnya jarang ada isinya.
29
Guru paham betul bahwa Fardhan berasal dari keluarga besar. Kakaknya ada tiga orang, sedangkan adiknya dua orang, masih kecil-kecil. Yang harus dilakukan: Menyadari punya anak banyak, Ayahnya Fardhan mau tidak mau harus menghindari kebiasaan menunda-nunda pekerjaan dengan mengerjakan segera yang bisa dilakukan. Hindarilah menumpuk pekerjaan pada suatu waktu dengan membayangkan bahwa kita mampu menyelesaikannya secara bersamaan. Yakinlah bahwa pekerjaan atau masalah selalu datang tanpa izin dan tiba-tiba. - Kenalilah perbedaan tingkah laku yang sesuai dengan usia anak Sabarlah dengan tingkah laku yang sesuai dengan usia anak. Tapi sebaliknya, tidak memberikan toleransi pada akhlak buruk. Contoh: Anak sering mengembangkan gejala ‘penyakit’ pura-pura tidak mendengar. Gejala mengabaikan ini merupakan tingkah yang tidak baik dan tidak sopan.
30
Yang harus dilakukan: Kita harus mengubahnya. Tapi, tidak harus dengan teriakan. Berilah penjelasan bahwa itu bukan akhlak yang baik. Dan yang terpenting, cari tahu apa saja tingkah laku anak pada usia tersebut secara umum. Menjadi seorang sabar bukanlah pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan. Hari ini mau, hari ini harus jadi. Jarang sesuatu di dunia ini didapat dengan instan. Ibarat makan sayur, kita perlu membeli, mencuci, memasak, menghidangkan sampai menyuapnya.
31
KETUJUH : Yakinilah : Sabar Itu Besar Hikmahnya Orangtua (terutama Ayah) dan guru yang sabar merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan anak. Ayah dan guru yang kurang sabar dapat merusak proses pendidikan anak, baik dalam segi kepribadian, perilaku, maupun hubungan sosial. Oleh karena itu tidak heran jika Rasulullah SAW berpesan kepada seorang sahabat “jangan engkau marah”. Sabar merupakan sikap yang sulit dilakukan secara kontinyu. Makanya manusia diperintahkan sabar dan memperjuangkan kesabaran, ketika sulit menjadi sabar (Q.S. Ali ‘Imrân 3: 200). Keutamaan sabar dalam Islam : - Menjadi pemimpin yang senantiasa mendapat hidayah (Q.S. As Sajdah 32: 24), - Mendapatkan kalimah (rahmat) Allah yang baik dan sempurna (Q.S. Al A’râf 7: 137), - Mendapat balasan yang tidak terhingga (Q.S. Az Zumar 39: 10) dan juga hadits Rasulullah SAW. “tiada pemberian 32
yang diberikan kepada seseorang lebih baik dan lebih luas daripada sabar” (H.R. Muslim), - Diberikan pertolongan dan kemenangan (Q.S. Ali ‘Imrân 3: 120), - Selalu bersama Allah (Q.S. Al Anfâl 8: 46), - Mendapatkan doa dari Allah dan Rahmat-Nya (Q.S. Al Baqarah 2: 157), - Senantiasa mendapatkan hidayah (Q.S. Al Baqarah 2: 157). Kemampuan ayah dan guru dalam bersabar dapat dibagi tiga macam. - Mampu melepaskan semua dorongan nafsu sehingga ia bisa bertahan dalam kesabaran (Q.S. Fushshilat 41: 30) Ayah yang seperti ini akan memiliki jiwa yang selalu tenang dan menerima ketentuan Allah sebagaimana Allah memanggilnya dengan An Nafsul Muthmainnah (jiwa yang tenang) (Q.S. Al Fajr 89: 27 – 28). - Terjadi pertarungan antara sabar dan nafsu sehingga terkadang sabar, kadang tidak Ayah yang memiliki kecenderungan seperti ini sebaiknya segera sadar, bertaubat, dan akan mendapatkan ampunanNya (Q.S. At Taubah 9: 102). 33
- Terkalahkan oleh nafsu karena lemah iman sehingga sering lepas kontrol Maka kalau tidak segera bertaubat, orang seperti ini akan dianggap sebagai orang lalai dan dibalas dengan azab Allah yang pedih (Q.S. As Sajdah 32: 13). Allah Maha Kuasa! Allah penuh dengan cinta. Salah satunya, Dia menyediakan berbagai balasan bagi orang sabar. Allah bersama-sama orang sabar.
34
KEDELAPAN : Contohkan Kesabaran Kepada Anak Ada cara yang lebih cepat dan tepat dalam membangun rasa sabar. Ajaklah anak ikut bersabar dalam berbagai hal dengan mengajarkan mereka kesabaran. Anak-anak secara fitrah memang kurang sabar dan mudah frustrasi. Jika ayah meladeni sikap negatif anak dengan yang sama, maka anak akan sulit mengubah sikapnya. Sikap kalem dan tenang dari kita, merupakan cara terbaik untuk mengajarkan anak, bahwa apa pun masalahnya, segala sesuatu bisa diselesaikan dengan ketenangan dan kesabaran. Contoh: Ayah marah kepada Nunik anaknya, 5 tahun, karena menggunting rambutnya sendiri. Ayah tahu bahwa rambut Nunik akan tumbuh lagi. Tapi memikirkan penampilan anaknya yang sebentar lagi mau masuk sekolah dengan kepala botak, tidak kuat hati Ayah. Yang harus dilakukan: Jika ini terjadi, jangan sungkan untuk meminta maaf kepada anggota keluarga. Keteladanan yang ditunjukkan 35
kepada anak adalah bahwa pendidik kadang-kadang bisa berbuat salah. Bahwa pendidik bukan orang yang sempurna. Dalam waktu yang sama, kita juga sudah mengajarkan kepada anak bahwa sudah mencoba dan berusaha untuk menahan marah dan selalu bersabar. Salah satu hal yang bisa membuat pendidik kehilangan sabarnya adalah cara kerja anak yang biasanya lamban (membutuhkan waktu yang lebih). Hindari memberikan bantuan jika anak sedang mengerjakan tugasnya dengan kecepatan anak. Jika kita banyak membantu, anak-anak akan merasa tidak berdaya dan tidak berharga. Berikan pekerjaan pada anak dan sadarilah bahwa tugas itu tidak akan cepat diselesaikan, segera setelah kita memintanya. Biarkan anak bekerja sesuai dengan kecepatannya. Sabar adalah keterampilan dan Rahmat Allah SWT. Kesabaran selalu diuji dan diuji. Hadapilah setiap situasi dengan tenang, ambil napas panjang, dan sembunyikan rasa marah kita (dan juga benda-benda tajam lainnya).
36
KESEMBILAN : Arahkan Nafsu, Keluarkan Kesabaran
37
- Berdoalah Agar dijadikan orang yang selalu bersabar dan dapat menahan amarah. Salah satu doa yang diajarkan Rasulullah adalah “Ya Allah, Rabb Nabi Muhammad. Ampunilah dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah aku dari fitnah-fitnah yang menyesatkan.” (H.R. Ibnu Sina). Nafsu kadang-kadang tidak selamanya negatif. Bagi kita, ayah, tinggal berusaha mengarahkan nafsu kepada kebaikan agar rasa sabar muncul dengan sendirinya.
38
Raih
KESEPULUH : dan Bangun Kerjasama dengan Anak
Anak perlu kita libatkan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada hal kerja sama. Gunanya adalah selain untuk memudahkan ayah, juga mengajarkan anak bertanggung jawab pada setiap kegiatan dan juga menumbuhkan rasa “berguna” pada diri mereka. Berikut ini beberapa usaha membangun kerja sama dengan anak. - Tenang dan jangan meledak-ledak Cara terbaik untuk menimbulkan perang antara anak dan ayah adalah dengan mengancam, merendahkan, dan hukuman. Contoh: Daripada berteriak “Kamu malas banget sih!”. “Kalau kamu tidak membereskan mainanmu sekarang, Ayah nggak jadi beliin es krim”.
39
Yang harus dilakukan: Mengapa kita tidak mencoba mengatakan “Ayah ingin kamu meletakkan pakaian kotor itu di tempatnya”. Ingatkan juga tentang peraturan dasar di dalam rumah seperti “tidak ada yang bersenang-senang sebelum tugas masing-masing selesai”. Jika kita terus-menerus menggunakan metode ini, maka hukuman, ancaman, dan merendahkan anak tidak diperlukan. Anak akan belajar bahwa tugasnya merupakan tanggung jawab yang harus dikerjakan dan diharapkan selesai oleh anggota keluarga lainnya. - Realistis Bagilah tugas sesuai dengan tingkat usia, sifat, dan keterampilan anak. Jika tugas terlalu sulit, anak akan frustrasi dan marah. Ingatlah, tidak ada anak yang sempurna. Boleh menentukan target yang tinggi, tapi sebaiknya kita juga siap menerima usaha terbaik yang dapat dilakukan anak. Contoh: Anak-anak sering enggan diajak bekerja sama. Sehingga sebagian kita merasa seluruh urusan rumah tangga adalah tanggung jawab suami istri saja.
40
Yang harus dilakukan: Pada anak usia 7 tahun, diberikan tanggung jawab membuang sampah setiap hari. Waktunya tidak usah kita atur, tapi tanyakan pada anak. Mengingatkan jika dia lupa, cukup 3 kali saja. Lakukan evaluasi. Sedangkan pada usia anak 3 tahun, berikan pekerjaan melipat pakaiannya sendiri atau membantu mengelap meja, kursi, dan lain-lain. - Mengurangi diskusi Jika saatnya bicara mengenai tugas, hindarkan diskusi mengapa pekerjaan itu harus dikerjakan. Anak harus belajar bertingkah laku tertentu dan mengerjakan tugas karena ia diharapkan demikian. Protes atau keberatan dapat disampaikan setelah pekerjaan selesai, misalnya pada acara rapat keluarga. Contoh: Anak usia 6 atau 7 tahun, biasanya akan mempertanyakan tugas tertentu. Anak yang suka berdebat, sebenarnya sedang berusaha menghindar dari perkerjaan. Yang harus dilakukan: Jawablah dengan aturan yang sudah dibuat bahwa setiap anggota keluarga di dalam rumah ini wajib membuat rumah menjadi nyaman untuk ditinggali. Kalau ada ketidaksetujuan, maka dapat dibicarakan saat rapat keluarga. 41
- Tunjukkan penghargaan kepada usaha anak Penting bagi ayah untuk menunjukkan kebahagiaan ketika anak mau bekerja sama. “Terima kasih anak-anak, Ayah jadi lebih cepat membereskan kelas karena bantuan kalian” atau “Ayah senang, Hasan tidak lupa menjemur handuk setelah mandi.” Tunjukkan kepada anak, kita memperhatikan dan menghargai usaha anak. “Hanya anak-anak yang tahu apa yang mereka cari,” begitu desah pangeran kecil dalam sebuah potongan adegan yang mengharukan di dalam buku Le Petit Prince St-Exupery. Demikian juga mungkin yang ingin atau belum terkatakan oleh anak-anak kita. Mereka berada di sebuah dunia yang tak terbatas. Pantai angan-angan mereka terbentang sepanjang mereka mau dan bisa. Tinggallah kita, ayah, meletakkan rasa sabar, rasa mau mengerti selapang-lapangnya. Seperti anjuran klasik yang mungkin sering kita dengar. Didiklah anak, cintailah anakmu sesuai dengan kebutuhan karena mereka tidak akan hidup di duniamu.
42
Tentang Penulis Irwan Rinaldi, menamatkan pendidikannya di Universitas Indonesia serta di salah satu Sekolah Tinggi Filsafat di Jakarta. Pria Kelahiran dusun Biaro Bukittinggi ini terus belajar membaktikan dirinya kepada persoalan Pengasuhan (Parenting), khususnya ke-Ayah-an. Alamat email :
[email protected]
43
AYAH untuk SEMUA (AuS) merupakan lembaga independen dengan ruang lingkup kegiatan yang terfokus pada sosialisasi peran ayah dalam pengasuhan. Kehadiran AUS dilatarbelakangi kesadaran bahwa anak-anak sungguh membutuhkan kehadiran ayah seutuhnya, lahir dan batin. Kondisi ayah masa kini dengan keragaman profesi, budaya, agama, pendidikan dan ekonomi, sepatutnya memiliki peran lebih dari sekedar pencari nafkah. Peran ayah dalam mengasuh putra dan putri bersama bunda memiliki makna dan pengaruh yang mendalam pada tumbuh kembang anak, bukan hanya secara fisik, melainkan juga secara psikologis. AUS hadir untuk membantu para ayah berbagi inspirasi, menjadi mitra ayah untuk menjadi cerdas bukan hanya secara intelektual, melainkan juga spiritual. jadilah ayah hebat, jadilah ayah untuk semua.
44