BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu
yang
menghantarkan
anak
untuk
siap
dalam
kehidupan
bermasyarakat.1 Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya.2 Berkat ikatan darah (hubungan kodrati) antara anak dan orang tua, yang didasari kasih sayang serta dorongan naluriah untuk melindungi anaknya, orang tua merupakan pendidik paling pertama dan paling utama bagi anakanaknya.
1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1994), hlm. 155 2 Eny Setyawati, http://makalahkumakalahmu.wordpress.com. Diaksesdandiunduhpada 3011-2011 jam 08:45 WIB.
1
2
Pada masa sekarang ini, salah satu perhatian utama orang tua kepada anaknya adalah masalah pendidikan anak. Era kemajuan saat ini, menuntut sekali para intelektual yang berkualitas. Kualitas calon-calon intelektual tersebut dapat diukur dari nilai akademis dan ketuntasan belajar mereka di sekolah. Salah satu faktor yang ikut menentukan kualitas nilai akademis dan keberhasilan di sekolah siswa adalah orang tua. Hubungan orang tua terhadap anak dapat mempengaruhi kebahagiaan dan harga diri anak ketika menjalani masa-masa sekolah dan nantinya turut serta menentukan kualitas hidupnya kelak jika sudah dewasa. 3 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bila orang tua berperan dalam pendidikan, anak akan menunjukkan peningkatan prestasi belajar.4 Orang tua dapat membimbing si anak agar dapat belajar dengan baik. Bimbingan orang tua mampu mempengaruhi keberhasilan belajar anak di sekolah, sebanding dengan IQ anak, bahkan mungkin lebih. Menurut studi kelompok nasional, baik buruknya prestasi belajar anak di sekolah berkaitan erat dengan bimbingan orang tua di rumah. 5 Anak yang memiliki kemampuan yang luar biasa diharapkan dapat mencapai prestasi yang tinggi (unggul) di sekolah dan kelak menjadi anggota masyarakat yang dapat memberi sumbangan yang bermakna untuk kesejahteraan bangsa dan negaranya.
3
Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Beberapa Kritik dan Sugesti, (Jakarta: Pradnya Pramita, 1997), hlm. 60. 4 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: DIVA Press, 2010), hlm. 29. 5 William Stainback, Susan Stainback, Bagaimana Membantu Anak Berhasil di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm. 5.
3
Namun sayang sekali kenyataan sekarang, tidak semua anak berbakat dapat berprestasi setara dengan potensinya. Cukup banyak diantara mereka yang menjadi underachieverkarena besarnya tuntutan yang diberikan pada mereka. Pengertian underachiever dalam hal ini mereka menjadi sosok yang berprestasi di bawah taraf kemampuannya. Anak-anak ini sejauh memiliki kemampuan mental unggul tetapi berprestasi kurang di sekolah dikhawatirkan kelak menjadi anggota masyarakat yang relatif non-produktif. 6 Berdasarkan penelitian Yaumil Achir tahun 1990 ditemukan bahwa dari 1999 anak berbakat yang terjaring, 77 siswa (38,7%) tergolong underachiever. Salah satu contoh kasus anak underachieveradalah Adi, ia adalah siswa salah satu sekolah unggulan di Jakarta yang mengikuti tes Minat dan Bakat di LPTUI. Selama ini prestasi Adi di sekolah hanya mendapat nilai maksimal 70, itupun pada satu pelajaran saja, yaitu komputer. Namun demikian, hasil tes minat dan bakat menunjukkan bahwa Adi memiliki kecerdasan di atas ratarata. Orang tua Adi sangat heran, lantas menghubungi LPTUI untuk meminta waktu konseling dengan psikolog. Saat menemui psikolog, ayah Adi menjelaskan dengan berapi-api bahwa Adi yang saat ini baru naik kelas tiga SMP tak pernah terlihat belajar di rumah. Sehari-hari ia hanya membaca komik dan menonton televisi, sehingga ayah Adi menjadi sangat cerewet pada anak bungsunya itu. Kedua kakaknya yang berusia terpaut cukup jauh dengan Adi, satu sudah lulus sarjana dan yang satu lagi duduk di bangku kuliah di Fakultas 6
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 238
4
Kedokteran sebuah universitas di Bandung. Ayah Adi ingin agar Adi juga memiliki prestasi seperti kakak-kakaknya. Sementara itu, ibu Adi merasa tak bisa terus menerus mendampingi Adi belajar. Adi sendiri merasa kalau di rumah ia memang sudah tak ingin belajar, karena merasa sudah seharian belajar di sekolah, mulai pukul 07.15-15.00. Belum lagi dilanjutkan les, dan baru sampai di rumah pukul delapan malam. Sejak kelas tiga SMP, Adi sudah sangat jarang mengerjakan hobinya bermain bola, karena ia sudah diarahkan untuk memusatkan perhatian pada Ujian Nasional (UN) di akhir tahun. Orang tua Adi sangat cemas melihat perilaku belajar anak bungsunya itu. Mereka berharap Adi rajin dan tekun belajar, dan lulus UN.7 Anak yang berprestasi rendah (underachiever) umumnya kita temui di sekolah karena pada umumnya mereka tidak mampu menguasai bidang studi tertentu yang diprogamkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku. 8 Sering kali terjadi pemahaman yang keliru dari orang tua terhadap anaknya yang mengalami underachiever. Orang tua menganggap anaknya sebagai anak yang bodoh dan tidak dapat menyerap pelajaran. Pemahaman yang salah akan membuat keadaan underachiever menjadi tidak tertangani dengan baik. Hal ini akan membuat anak semakin kehilangan potensinya untuk
7
mencapai
hasil
terbaik.
Untuk
menangani
permasalahan
MunandarSalim, http://majalahqalam.wordpress.com. Diaksesdandiunduhpada 20 -022012 jam 15:07 WIB. 8 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm. 24
5
underachievermaka dibutuhkan suatu pemahaman yang utuh mengenai anak underachiever dan bagaimana cara mengatasinya. 9 Berangkat dari permasalahan di atas, maka penulis mengadakan tertarik untuk mengambil judul PERAN ORANG TUA DALAM MENGATASI ANAK
UNDERACHIEVERDALAM
“MENGAPA
ANAK
PINTAR
MEMPEROLEH NILAI BURUK” KARYA SYLVIA RIMM dengan alasan orang tua adalah tempat pertama dan pilar utama sebuah keluarga, sehingga berperan penting dalam perkembangan kepribadian anak mereka termasuk juga masalah pendidikan. Underachiever merupakan gejala dimana prestasi belajar yang didapat oleh individu berada di bawah standar minimal yang ditentukan seharusnya dicapai.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dalam penulisan skripsi ini, sebagai berikut. 1. Bagaimana konsep anak underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm? 2. Bagaimana peran orang tua dalam mengatasi anak underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm?
9
TutikHatanti,Http://tutikhartanti.blogspot.com. Diaksesdandiunduhpada 29-11- 2011 jam 09:55 WIB.
6
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah. 1. Untuk mendeskripsikan konsep anak underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” karya Sylvia Rimm. 2. Untuk mengetahui peran orang tua dalam mengatasi anak underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” karya Sylvia Rimm.
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Secara teoretis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam segi keilmuan khususnya di bidang psikologi pendidikan yang kaitannya dengan underachiever, serta dapat menambah khasanah berfikir mengenai underachieverdan orang tua mempunyai peran penting dalam menyelamatkan anak underachiever. 2. Secara praktis Penelitian skripsi ini secara praktis diharapkan berguna. a.
Bagi Penulis Diharapkan penulisan skripsi ini berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pendidikan untuk mengetahui lebih jauh bagaimana seberapa besar peran orang tua dalam membina dan mengatasi anak underachieverdalam keluarga.
7
b.
Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi orang tua dalam memahami konsep anak underachieverdan cara mengatasinya, serta diharapkan para pendidik mampu mengenali anak underachiever sehingga dapat ikut berperan aktif dalam mengatasinya.
c.
Bagi Kalangan Pendidik Guna mengembangkan keilmuan dan memperkaya khasanah kepustakaan sebagai literatur akademis.
E. Tinjauan Pustaka Untuk memudahkan dalam mengadakan penelitian, maka dalam hal ini penulis melakukan pencarian terhadap buku-buku literature yang berkaitan dengan teori yang hendak diteliti, diantaranya : 1.
Analisis Teoritis dan Penelitian yang Relevan Di dalam buku karangan Kartini Kartono yang berjudul Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Beberapa Kritik dan Sugesti, dijelaskan bahwa orang tua adalah persekutuan hidup primer dan dialami diantara seorang pria dan wanita yang diikat oleh tali perkawinan atau cinta kasih yang di dalamnya terdapat unsur yang sama, yaitu saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling melengkapi sesuai dengan kodratnya masing-masing.10
10
Kartini Kartono, Op.cit., hlm. 7.
8
Ramayulis dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam menjelaskan bahwa orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, orang tua merupakan pendidik dalam lingkungan keluarga, hal ini disebabkan karena secara alami anakanak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. 11 Sukirin dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Psikologi Pendidikan, menjelaskan bahwa orang tua adalah ayah dan ibu yang merupakan pusat kehidupan rohaniyah dan sebagai berkembangnya dengan alam luar, maka setiap reaksi, emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari dipengaruhi oleh sikapnya terhadap orang tua di permulaan hidupnya dulu.12 Dalam buku karangan Zakiah Daradjat yang berjudul Ilmu Jiwa Agama dijelaskan bahwa peran orang tua adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh pembina utama dalam hidup anak, sikap dan tata cara hidup orang tua merupakan unsur-unsur pendidikan secara tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.13 Dalam buku karangan Sylvia Rimm yang berjudul Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk dijelaskan bahwa dalam literatur psikologis atau pendidikan tidak ditemukan pendapat bahwa kurang berprestasi itu merupakan warisan. Tidak ada teori genetis yang 11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hlm. 86. Sukirin, Pokok-Pokok Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1979), hlm.14. 13 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 35. 12
9
menjelaskan, mengapa banyak anak yang mempunyai kemampuan yang tidak dapat berprestasi di sekolah. 14 Underachiever atau berprestasi di bawah kemampuan adalah jika ada
ketidaksesuaian
antara
prestasi
sekolah
anak
dan
indeks
kemampuannya sebagaimana nyata dari tes intelegensi, prestasi atau kreativitas, atau dari data observasi, di mana tingkat prestasi sekolah nyata lebih rendah dari pada tingkat kemampuan anak. 15 Underachiever mengacu kepada siswa yang memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.16 Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran
tingkat
kemampuannya).
Ia
diramalkan
akan
dapat
mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus ini dapat digolongkan ke dalam underachiever.17 Setelah membuat analisis teoretis berdasarkan buku-buku yang ada, selanjutnya menganalisis penelitian yang sudah pernah dilakukan. Dalam skripsi karya Moch. Zaky Zakaria tahun2009 yang berjudul Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelegences Anak di 14
Sylvia Rimm, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, (Jakarta: PT. Grasindo, 1997), hlm. 35. 15 Utami Munandar, op.cit., hlm. 239. 16 AsriAstuti, http://hitsuke.blogspot.com. Diaksesdandiunduhpada13-02-2012 jam 13:47 WIB 17 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm. 308.
10
Lingkungan Keluarga dijelaskan bahwa dalam hal pendidikan anak, orang tua memegang peranan yang sangat penting, karena orang tualah yang menjadi panutan anaknya. Orang tua yang memahami konsep Multiple Intelegences akan lebih mudah dalam mengembangkan potensipotensi yang terdapat dalam diri seorang anak. Selain itu kasih sayang orang tua juga sangat berpengaruh dalam keberhasilan anak dalam mencapai kecerdasan yang optimal. 18 Di dalam skripsi karya Asari tahun 2007 yang berjudul Peran Orang Tua dalam Pendidikan Kecerdasan Anak di Desa Kembangan Kecamatan Blado dijelaskan bahwa peranan orang tua dalam pendidikan kecerdasan anak di desa Kembangan kecamatan Blado sangat berpengaruh dan berperan penting bagi perkembangan emosional anak. Semakin aktif peran orang tua dalam mendidik anak, semakin tinggi pula tingkat kecerdasan anak.19 Dalam skripsi lain karya Fuad Hasyim tahun 2010 yang berjudul Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SDN Candigugur Kecamatan Bawang Kabupaten Batang dijelaskan bahwa peran orang tua sangat signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SDN Candigugur Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya orang tua siswa dalam membimbing siswa diantaranya dengan memberikan kasih sayang,
18
Moch. Zacky Zakaria, “Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelegences Anak di Lingkungan Keluarga”, Skripsi, (Pekalongan, Perpustakaan STAIN, 2007),hlm. 11. 19 Asari, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Kecerdasan Anak di DesaKembangan Kecamatan Blado”, Skripsi, (Pekalongan, Perpustakaan STAIN, 2007), hlm. 13.
11
mecukupi
kebutuhannya,
memberikan
pendidikan,
memberikan
perlindungan, dan memberikan pendidikan agama.20 2.
Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibangun suatu kerangka berpikir bahwa keluarga merupakan pilar pembangunan bangsa. Kesuksesan dalam keluarga sangat menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Dalam kaitannya dengan penanganan anak underachiever, keluarga (orang tua) memegang peranan yang sangat penting. Keluarga merupakan tempat pertama di mana anak dapat belajar. Prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting saat ini, bahkan masih menjadi satu-satunya ukuran berhasil tidaknya anak dalam menjalankan tugas-tugasnya. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi siswa adalah tingkat intelegensi (IQ). Siswa ber-IQ tinggi seharusnya mempunyai prestasi yang tinggi sesuai dengan potensinya. Akan tetapi tidak semua anak bisa berprestasi di sekolah. Jika ketidakberhasilan tersebut disebabkan oleh kemampuan anak yang kurang, maka hal itu adalah hal yang wajar. Namun, jika anak dengan kemampuan yang baik menghasilkan prestasi sekolah yang rendah, maka hal tersebut adalah sesuatu yang salah dan harus ditangani dengan tepat. Sylvia Rimm menuturkan, anak underachiever, kemungkinan adalah anak yang kreatif, sangat verbal dan berkemampuan matematis
20
Fuad Hasyim, “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SDN Candigugur Kecamatan Bawang Kabupaten. Batang”, Skripsi, (Pekalongan, Perpustakaan STAIN, 2010), hlm. 7.
12
yang sangat tinggi. Meskipun begitu, dengan bakat dimilikinya, anak yang tergolong underachiever tidak sesukses anak-anak lain di sekolahnya. Underachiever dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau kegagalan untuk menampilkan tingkah laku atau prestasi sesuai dengan usia atau bakat yang dimiliki anak atau dengan kata lain, potensi yang tidak
terpenuhi
(unfulfilled
potentials).
Namun
demikian,
underachievertidak tergolong ke dalam satu golongan atau memiliki karakteristik yang sama. Underachiever muncul dalam bentuk yang luas dan beragam. Mengingat begitu besarnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, maka orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk menyelamatkan anak-anak mereka agar dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya.
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Jenis Penelitian Karya ilmiah ini termasuk jenis Penelitian Pustaka (Library Research), yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji dokumen atau sumbersumber tertulis seperti buku-buku, majalah-majalah, dan artikel-
13
artikel. Pencarian data dilakukan dengan cara membaca dan menelusuri dari buku dan sejumlah metode tertentu. b. Pendekatan Penelitian Pendekatan
yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah
pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data-data tertulis. 21Pendekatan ini adalah suatu pendekatan dengan menggambarkan data melalui bentuk katakata/kalimat
yang diperoleh menurut
versi yang ada untuk
memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci. 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang memberikan data langsung dari tangan pertama. 22 Adapun buku-buku yang menjadi sumber data primer dalam skripsi ini adalah buku Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk ( Ed.Terjemah : “Why Bright Kids Get Poor Grades”), Alih Bahasa : A. Mangunhardjana, Karya Sylvia Rimm. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh, dibuat, dan merupakan perubahan dari sumber data primer. 23 Sifat
21
Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: PT.RemajaRosdakarya, 2001), hlm. 3. 22 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsono, 1990), hlm. 67. 23 Op.Cit.,hlm 4
14
sumber ini adalah indirect atau tidak langsung. Biasanya sumber ini menguraikan atau menjabarkan sumber pertama. Adapun buku-buku yang menjadi sumber data sekunder dalam skripsi ini adalah sebagai berikut. 1) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat,
Karya Utami
Munandar 2) Ilmu Jiwa Agama, Karya Zakiah Daradjat 3) Tanggung jawab Orang Tua terhadap Anaknya, Karya M.Thalib 4) Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Karya M. Jamaludin Mahfudz 5) Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Karya Ngalim Purwanto Serta buku-buku, dan artikel-artikel yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dipakai antara lain: metode dokumenter. Metode dokumenter adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan tulisan, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya.24 4. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kongklusi, bentuk-bentuk dalam teknik analisis data sebagai berikut.
24
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), hlm. 121.
15
a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data tersebut.25 Pendapat tersebut diatas diperkuat oleh Lexy J. Moloeng, Analisis Data deskriptif tersebut adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar bukan dalam bentuk angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif, selain itu semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. 26 Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. b. Analisis Setting dan Analisis Isi Analisis Isi dilakukan dengan cara membandingkan antara satu buku dengan buku yang lain dalam bidang yang sama, baik berdasarkan perbedaan waktu penulisannya maupun mengenai kemampuan buku-buku tersebut dalam mencapai sasaran sebagai bahan yang disajikan kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat tertentu.
Kemudian
data
kualitatif
tekstual
yang
diperoleh
dikategorikan dengan memilah data tersebut. Fokus penelitian deskriptif analitis adalah berusaha mendeskripsikan, membahas, dan mengkritikgagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan
25
Winarno Surachman,Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik ,(Bandung: Tarsita, 1990), hlm. 139 26 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 6.
16
gagasan primer yang lain dalam upaya melakukan studi yang berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model. Analisis Setting dilakukan dengan cara mencari isi melalui latar belakang setting permasalahan, sehingga akan didapatkan latar belakang permasalahan dari hal yang akan diteliti.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Landasan Teori, berisi dua subbab. Subbab pertama Pengaruh Orang Tua dalam Keluarga, dan subbab kedua Underachiever pada anak. Subbab Pengaruh Orang Tua dalam Keluarga meliputi: Pengertian Orang Tua, Peranan Orang Tua dalam Keluarga, Pola Asuh Orang Tua, Peran Keluarga dalam Proses Pendidikan, dan subbab kedua Underachiever pada anak meliputi: Pengertian Underachiever, Faktor Penyebab Anak Underachiever, Ciri-ciri
Anak
Underachiever,
Pencegahan
dan
Penanganan
Anak
Underachiever. Bab III Peran Orang Tua dalam Mengatasi Anak Underachiever dalam Keluarga, berisi dua subbab. Subbab pertama Biografi Sylvia Rimm dan subab kedua Konsep Pemikiran Sylvia Rimm Tentang Konsep Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar memperoleh Nilai Buruk”. Subbab pertama Biografi Sylvia Rimm meliputi: Latar Belakang Sylvia Rimm, Latar Belakang
17
Pendidikan Sylvia Rimm, Penghargaan dan
Karya-karya Sylvia Rimm.
Subbab kedua Konsep Pemikiran Sylvia Rimm Tentang Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk”, meliputi: Makna Uderachiever,
Faktor-faktor
Penyebab
Underachiever,
Ciri-ciri
Anak
Underachiever, Peran Orang Tua dalam Penanganan Anak Underachiever. Bab IV Analisis Peran Orang Tua Dalam Mengatasi Anak Underachiever Dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm. Dalam bab ini terdiri dari Analisis Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm, Analisis Peran Orang Tua dalam Menatasi Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm. Bab V Penutup, pada bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Orang Tua Dalam Keluarga 1. Pengertian Orang Tua Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya ayah dan ibu.1Sedangkan menurut Miami, orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.2 Menurut Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan sehari-hari.3 Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. cit. hlm. 269 Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi Terapan, (Jakarta:Rajawali Press. 1982), hlm. 48 3 Ny Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga, (Jakarta : Gunung Mulia, 1976), hlm.27 2
18
19
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Jadi, orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temanya dan yang pertama untuk dipercayainya. 4
4
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalah-psikologi-tentangbimbingan-orang-tua-dalam-membina-akhlak-anak-usia-pra-sekolah-di-lingkungan-keluarga/html Eni Susmiyati S.Psi. dikirimkan Tgl. 14 Maret 2010 diakses 09 Juli 2011, jam 05.59
20
2. Peran Orang Tua dalam Keluarga Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anakanaknya maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, baik di dalam keluarga itu sendiri maupun di lingkungan masyarakat berikut ini penulis akan menguraikan peranan-peranan tersebut: a. Peran Ibu Peran seorang ibu bagi anak-anaknya sangat besar artinya, karena anak-anak lebih dekat hubungannya kepada ibu daripada kepada ayahnya dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu seorang ibu harus benar-benar berfungsi dalam menunaikan tugasnya, antara lain meliputi pemeliharaan pendidikan anak-anaknya agar mereka menjadi anak yang berguna dan menjadi anak yang shaleh. Pembinaan pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaknya bijaksana dan pandai mendidik anakanaknya. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari, karena ibu adalah seseorang yang pertama berkomunikasi langsung dengan anaknya. Pernyataan rasa kasih sayang dan perlindungan merupakan hal sangat penting bagi
21
anak untuk mengembangkan rasa percaya diri dan terhindar dari rasa takut dan gelisah yang akan mengganggu perkembangan jiwa anak. Peran ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional. b. Peran Ayah Di samping ibu, ayah juga memegang peran yang sangat penting pula. Ayah sebagai kepala keluarga merupakan penanggung jawab dalam perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Dengan demikian di samping memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan, minum, sandang dan sebagainya, juga ayah aktif membina perkembangan pendidikan anak. 5 Anak
memandang
ayahnya
sebagai
orang
yang
tertinggi
prestasinya, berarti ayah merupakan pimpinan yang sangat patut dijadikan cermin bagi anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figur yang terpandai dan berwibawa. Dengan demikian, setiap perilaku ayah merupakan contoh dorongan bagi anak untuk mengikutinya. Orang tua harus menyadari bahwa anak selalu membutuhkan perhatian dan bimbingan orang tuanya, oleh karena itu orang tua harus mengerti betul ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui oleh anak. Maka hal-
5
Hary Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 2
22
hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak antara lain: 1) Pembinaan Pribadi Anak Setiap orang tua ingin membina anak agar menjadi anak yang baik mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatan, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadinya. Acapkali orang tua yang tidak sengaja, tanpa disadari mengambil suatu sikap tertentu, anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsurunsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh. Di sini tugas orang tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak yang dialami pada permulaan hidup dapat berlangsung sebaik-baiknya, tanpa gangguan yang berarti. Hubungan orang
tua
dengan anak
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa anak kepada pembinaan pribadi yang
23
tenang, terbuka dan mudah dididik, karena anak mempunyai kesempatan yang baik untuk tumbuh berkembang. Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan seharihari antara orang tua dan anak merupakan hubungan berarti yang diikat pula oleh adanya tanggung jawab yang benar sehingga sangat memungkinkan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar rasa cinta kasih sayang yang murni, rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya, tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan
dan
percekcokan
akan
membawa
anak
kepada
pertumbuhan pribadi dan tidak dibentuk, karena anak tidak mendapat suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. Masih banyak lagi faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi anak. Di samping itu, banyak pula pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai pendidikan baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang terhadap anak, baik melalui latihan atau pembiasaan, semua itu merupakan unsur pembinaan pribadi anak. 2) Perkembangan Agama pada Anak Perkembangan keagamaan seseorang di tentukan oleh pendidikan dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya, karena melalui pendidikan secara terpadu akan membantu pertumbuhan dan perkembangan keagamaan secara terpadu pula. Anak yang di waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama seperti ibu
24
bapaknya orang yang tau dan mengerti agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan agama pada anak tergantung kepada orang tuanya, karena sikap, tindakan, dan perbuatan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan agama pada anak. 3) Pembentukan Pembinaan pada Anak Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihanlatihan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya, karena dengan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. Untuk membina anak agar mempunyai sifat-sifat terpuji, tidaklah mungkin dengan penjelasan pengertian saja, akan tetapi perlu membiasakannya untuk melakukan yang baik buat anak cenderung melakukan perbuatan yang baik seperti latihan-latihan keagamaan yang menyangkut ibadah, dibiasakan sejak kecil sehingga lambat laun akan merasa senang dan terdorong oleh sikap tersebut untuk melakukannya atas dasar keinginan dari hati nurani yang ikhlas.
25
4) Dibawa Orang Tua Anak akan meniru segala perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya dan mau melaksanakan perintah orang tuanya bila semua itu akan merasa enggan kepada orang tua. Maksud enggan ialah si anak menganggap orang tuanya dianggap dan diakui sebagai pembimbing dan panutan. Maka orang tua wajib ditaatinya, ditiru perbuatannya, dan dihormati. Akibat dari rasa enggan kepada orang tua timbul rasa patuh dan penuh kesadaran dan rela hati. 5) Contoh Teladan Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang dilaksanakan oleh orang tua sangat diperlukan. Hal ini merupakan proses pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak kelas terbiasa berbuat baik sesuai dengan aturan dan norma yang ditetapkan di masyarakat berdasarkan kaidah yang berlaku orang tua yang dapat memberi contoh teladan yang baik kepada anak-anaknya adalah orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke jalan yang baik sesuai dengan yang diharapkan. 6) Pembentukan Sikap Dalam pergaulan sehari-hari kata sikap sering kali digunakan dalam arti yang salah dan kurang tepat. Untuk lebih jelasnya Ngalim Purwanto, mengemukakan definisi sikap ialah “Suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang” suatu kecenderungan untuk bereaksi
26
dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. 6 Keluarga pada intinya merupakan tempat pertama dan yang paling utama bagi tumbuh kembang anak. Dari sejak dalam kandungan, peranan orang tua dalam mendidik anak sangat menentukan. Melalui orang tua pula seorang anak, dari sejak lahir, akan belajar dan menyerap berbagai pengalaman hidup. Oleh karena itu tak heran bila ada filosof yang mengatakan bahwa keluarga dan orang tualah yang menentukan kepribadian seorang anak. Begitu juga dalam Islam. Hadits Nabi mengatakan bahwa orang tua lah yang berperan atau menentukan seorang anak akan menjadi Majusi, Nasrani, atau Yahudi. Seorang anak pada dasarnya dilahirkan dalam kondisi putih bersih laksana kertas. Melalui interaksi dengan lingkungannya seorang anak akan belajar hidup. Baik interaksi melalui mata terhadap setiap peristiwa yang dilihatnya, melalui telinga berdasarkan suara yang didengar juga melalui pancaindra lainnya seorang akan beraksi dan merespon. Orang tualah yang menentukan coretan atau lukisan hidup seorang anak. Begitu pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak, maka pemahaman orang tua terhadap masalah pendidikan dan psikologi anak harus lebih ditingkatkan. Namun sayangnya, tidak sedikit orang tua yang kurang memahami ilmu mendidik anak. Selama ini 6
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan,(Bandung; Remaja Rosdakarya 1995),cet. Ke-10 hlm 84-86.
27
kebanyakan orang tua mendidik anak-anak dengan cara instingtif dan sekedar menuruti naluri saja. Cara ini sebenarnya sangat merugikan, baik bagi anak maupun orang tua itu sendiri. Perkembangan dinamika psikologis anak kurang dipahami dengan baik sehingga sering terjadi kasus pertengkaran orang tua dan anak. Akibatnya, anak tidak betah di rumah, kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, dan berbagai tindak kriminalitas yang dilakukan anak baru gede (ABG) dan remaja-remaja tanggung. 3. Pola Asuh Orang Tua Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama di mana anak dapat
berinteraksi.
Pengaruh
keluarga
dalam
pembentukan
dan
perkembangan kepribadian sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian adalah praktik pengasuhan anak. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Brown sebagaimana yang di kutip Ahmad D Marimba dalam bukunya
Psikologi Sosial yang
mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak. Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu di antaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya.
28
Di samping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbedabeda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Pola asuhan itu menurut Stewart dan Koch terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: a. Pola asuh otoriter, b. Pola asuh demokartis, dan c. Pola asuh permisif. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangat berperan dalam meletakan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Hal demikian disebabkan karena anak mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain. Faktor
lingkungan
sosial
memiliki
7
sumbangannya
terhadap
perkembangan tingkah laku individu (anak) ialah keluarga khususnya orang tua terutama pada masa awal (kanak-kanak) sampai masa remaja. Dalam mengasuh anaknya orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu.
7
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I, hlm 76
29
Penggunaan pola asuh tertentu ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap bentukbentuk perilaku sosial tertentu pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Kohn juga masih mengatakan bahwa pola asuhan merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, individu banyak dipengaruhi oleh peranan orang tua tersebut. Peranan orang tua itu memberikan lingkungan yang memungkinkan anak dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Delphie Bandi mengatakan dalam bukunya bahwa keluarga yang dilandasi kasih sayang sangat penting bagi anak supaya anak dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang tersebut tidak ada, maka seringkali anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari anak. Sebenarnya, setiap orang tua itu menyayangi anaknya, akan tetapi
30
manifestasi dari rasa sayang itu berbeda-beda dalam penerapannya; perbedaan itu akan nampak dalam pola asuh yang diterapkan. 8 4. Peran Keluarga dalam Proses Pendidikan Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional. Sehingga keluarga mempunyai pengaruh yang mendalam dalam terhadap anak. Keluarga merupakan lingkungan alami yang memberi perlindungan dan keamanan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang penting, tempat anak mulai berhubungan dengan dunia sekitarnya serta membentuk pengalaman-pengalaman yang membantunya berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat penting, karena anak lahir dalam keadaan lemah untuk memenuhi kebutuhan pokoknya atau member keamanan dan perlindungan bagi dirinya sendiri.keluarga tidak hanya berpengaruh pada tahun-tahun pertama dari kehidupan anak, tetapi terus berlangsung dalam berbagai fase umur anak. Sehingga pendidikan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap anak dan akan terbawa ke dalam pusat pendidikan atau lembaga sosial lainnya. Oleh sebab itu anak pada hakekatnya merupakan ekspresi kebudayaan keluarga. Karenanya perbaikan terhadap kebudayaan keluarga serta upaya memperkaya dengan berbagai pengalaman edukatif dan pola-
8
Delphie, Bandi, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus(Bandung: Refika Aditama, 2006), hlm 65.
31
pola tingkah laku yang lurus pada gilirannya akan membias pada perbuatan sekolah dan pusat-pusat pendidikan lainnya. Karena
keluarga
memiliki
peran
yang
penting
dalam
mempersiapkan anak bagi kehidupan sosial, pengaruh orang tua, saudara, dan anggota keluarga lainnya terhadap tingkah laku anak di sekolah menjadi sangat kuat. Dari orang tua dan teman pergaulan, anak banyak memperoleh arahan yang mendasar untuk bersekolah dan mengikuti proses pendidikan. Karenanya, apabilaterjadi komplik antara nilai-nilai yang diterima dari teman pergaulan dan nilai-nilai yang diterima dari sekolah, bantuan keluarga terhadap anak sangat
penting dalam
menetapkan hubungan yang menguntungkan antara anak dan sekolah. Peran keluarga dewasa ini tampak semakin bertambah dengan membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah di rumah serta memberi pengalaman dan pengetahuan
yang
melengkapi
fungsi
pengajaran sekolah. Hal ini disebabkan kemampuan orang tua untuk andil dalam proses belajar semakin bertambah karena adanya peningkatan intelektualitas keluarga, oleh karena itu latar belakang sosial anakpun akan menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan besar dalam keberhasilan anak-anak di sekolah. Dengan
demikian
untuk
menghadapi
arus
informasi
dan
pengetahuan yang mesti disikapi. Bekal yang diperoleh anak dari keluarga akan memberikan kemampuan untuk mengambil haluan di tengah-tengah lautan pengetahuan yang terus meluap.
32
B. Underachiever pada Anak 1. Pengertian Underachiever Anak underachiever ini tergolong anak yang mengalami kesulitan belajar disekolah. Peserta didik yang tergolong underachiever adalah anak yang memiliki taraf intelegensi tergolong tinggi, akan tetapi memperoleh prestasi belajar yang tergolong rendah (dibawah rata-rata). Peserta didik ini dikatakan ”underachiever” karena secara potensial, peserta didik yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, akan tetapi dalam hal ini anak tersebut mempunyai prestasi belajar dibawah kemampuan potensial mereka. Underachiever atau berprestasi di bawah kemampuan ialah jika ada ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak dan indeks kemampuannya sebagaimana nyata dari tes intelegensi, prestasi atau kreativitas, atau dari data observasi, dimana tingkat prestasi sekolah nyata lebih rendah daripada tingkat kemampuan anak. (Minandar, Utami, 2004: 239) Kemampuan anak tidak selalu menjamin sukses pendidikan atau produktivitas dan kreativitas. Ada risiko dan tekanan yang menyertai intelegensi tinggi untuk menjadi anak yang sikapnya defensif. Yang menjadi faktor penentu agar anak berbakat akan mencapai prestasi belajar tinggi (superchievement) atau prestasi belajar kurang (underachievement), tergantung dari rumah, sekolah dan teman sebaya. Dengan demikian, prestasi belajar ini dapat dipandang dari dua sisi.
33
Gejala underachiever muncul terutama ketika angka mulai mendekati angka 6 tahun. Ketika mulai terlibat kompetisi. Anak yang memerlukan pertolongan khusus karena tergolong underachiever, ditentukan oleh: a. Seberapa besar kesenjangan antara prestasi dan potensi isi anak. b. Bagaimana kemajuan kolastiknya. c. Praktik pendidikan yang berlaku. Anak underachiever akan lebih menderita bila ketidakmampuannya membuat ia diisolasi dan dihina lingkungan sosialnya, juga bila sikap guru terasa merugikan. Misalnya saja, ada sekolah yang mencap keterampilan anak membaca sebagai ”penyimpangan prilaku”. Sementara, di sekolah lain anak yang sama menerima ”pertolongan individu”, karena sekolah ini menganggap bahwa lazim anak mengalami problem akademik, dan ini bukan karena kesalahan si anak semata-mata.9 2. Faktor Penyebab Underachiever Menurut Sylvia Rimm, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya underachiever pada anak,10 yaitu : a. Perilaku orang tua yang tidak disukai anak. b. Orang tua terlalu meremehkan c. Orang tua kurang perhatian d. Orang tua bersikap terlalu permisif e. Konflik keluarga yang serius
9
Tol‟ah Aeni Firdiasih, Tol'ah.. underachiever(Semarang: Universitas Semarang Press, 2009), hlm 23 10 Sylvia Rimm, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk. (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), hlm 45.
34
f. Orang tua yang tidak menerima anak atau sering mengkritik g. Orang tua terlalu melindungi (overprotective) h. Anak merasa rendah diri 3. Ciri-Ciri Anak Underachiever Menurut Montgomery seperti dalam jurnal WestminsterInstitute of Education, yang dikutip oleh Winkel WS dalam bukunya mengungkapkan bahwa seorang anak dapat dikatakan underfunctioning bila memiliki lima dari indikator yang ada di bawah ini, yaitu: a. Adanya pola yang tidak konsisten pada pencapaian dalam tugas-tugas sekolah b. Adanya pola yang tidak konsisten pada pencapaian pada mata pelajaran tertentu c. Adanya ketidakcocokan antara kemampuan dan pencapaian karena kemampuan yang dimiliki ternyata lebih tinggi d. Konsentrasi yang kurang e. Suka melamun atau mengkhayal di dalam kelas f. Terlalu banyak melawak di dalam kelas. g. Selalu mempunyai strategi untuk menghindari pengerjaan tugas sekolah h. Kemampuan belajar yang rendah i.
Kebiasaan belajar yang tidak baik
j.
Sering menghindar dan tidak menyelesaikan tugas-tugas sekolah
k.
Menolak untuk menuliskan apa pun
35
l.
Terlalu banyak aktivitas dan gelisah atau tidak bisa diam
m. Terlalu kasar dan agresif atau terlalu submisif dan kaku dalam bergaul n.
Adanya ketidakmampuan untuk membentuk dan mempertahankan hubungan sosial dengan teman sebaya
o.
Adanya ketidakmampuan untuk menghadapi kegagalan
p.
Adanya ketakutan dan menghindar dari kesuksesan
q.
Kurang mampu untuk menggali pengetahuan yang dalam tentang diri dan orang lain
r.
Kemampuan berbahasa yang rendah
s.
Terus berbicara dan selalu menghindar untuk mengerjakan sesuatu
t.
Merupakan bagian dari kelompok minoritas 11
4. Pencegahan Dan Penanganan Underachiever a. Pencegahan Untuk mencegah anak menjadi underachiever, beberapa upaya bisa dilakukan, yaitu: 1) Terima anak apa adanya dan beri support (dukungan) 2) Anda juga perlu bersikap konsisten 3) Target yang realistik 4) Kuasai seni menuntut 5) Belajar menunda kepuasan jangka pendek 6) Ajari dan beri contoh untuk belajar aktif memecahkan masalah 11
Winkel, WS dan Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling Di InstitusiPendidikan (Yogyakarta : Media Press,2004), hlm 45.
36
7) Beri „reward atau imbalan‟ bila anak menunjukkan prestasi besar b. Penanganan Apabila anak sudah terlanjur underachiever, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu: Pertama, gunakan sistem imbalan yang efektif. Efektifitas ini tergantung akurasi informasi prestasi anak di kelas. Karena itu orang tua harus sesering mungkin berkonsultasi dengan guru. Kedua, ajari anak strategi untuk membangkitkan motivasi. Selain imbalan yang diterimanya, ajari anak untuk mencari imbalan kepada dirinya sendiri. Misalnya setelah mengerjakan PR ia boleh main komputer atau naik sepeda. Mengingat
gangguan
underachiever
ini
akan
sangat
mempengaruhi perkembangan anak, sebaiknya kita sesegera mungkin mengatasinya. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Karena itu, kenalilah putera-puteri kita sebaik mungkin dan bergaul lah sedekat mungkin. Bukan tidak mungkin, karena didera kesibukan, tahu-tahu kita telah mendapatkan mereka sudah beranjak dewasa dan kita menyesal karena kehilangan masa-masa emas bersama mereka. Menyesal kemudian tentu tidak berguna. 12
12
Muhammad Nursalim dan Suradi, Layanan Bimbingan Dan Konseling(Surabaya : Unesa University Press,2002), hlm 35
BAB III PERAN ORANG TUA DALAM MENGATASI ANAK UNDERACHIEVER DALAM KELUARGA
A. Biografi Sylvia Rimm 1.
Latar Belakang Sylvia Rimm1 Sylvia Rimm adalah direktur Family Achievement Clinic pada The Cleveland School of Medicine. Dia merupakan koresponden kontributor pada acara NBC Today, psikologis anak online Disney pada family.com, pembawa acara pada acara radio nasional " Family Talk with Sylvia Rimm," dan penulis kolom surat kabar bersindikasi doktornya dalam bidang psikologi pendidikan dari University of Win cosinMadison dan dia juga penulis beberapa buku, termasuk bestseller See Jane Win, Why Bright Kids Get Poor Grades, dan How to Parent So Children Will Laarn. Ibu dari empat anak ini tinggal di Cleveland dengan suaminya. Sylvia Rimm adalah termasuk orang yang sangat peduli terhadap bidang psikologi perkembangan. Beliau sering mengadakan seminarseminar mengenai tahapan seluk beluk perkembangan anak pada usia remaja pada khususnya. Dalam setiap pemaparannya mengenai masalah-
1
Rimm, Sylvia. 1997. Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk. Jakarta: PT. Grasindo.
37
38
masalah yang berkaitan dengan remaja, beliau lebih menganggap bahwa sosok anak yang sedang remaja adalah sebagai fase ulat kepompong. Dalam hal ini yang dimaksudkan oleh beliau, para remaja cenderung menutup diri terhadap perubahan-perubahan yang ada disekitarnya yang akan mempengaruhi dirinya, namun para remaja cenderung bersikap sangat terbuka dengan perkembangan dan perubahan zaman di lingkungan sebayanya. Sylvia Rimm berpendapat bahwa remaja adalah sebuah tahapan fase kepribadian yang belum matang dan sempurna dalam tahapan perkembangan kepribadian. 2.
Latar belakang Pendidikan a. B.A., 1957, Sociology, Douglass College, Rutgers University, NewBrunswick, New Jersey b. M.S., 1971, Educational Psychology, Universityof WisconsinMadison, Madison, Wisconsin c. Ph.D., 1976, Educational Psychology, Universityof WisconsinMadison, Madiso Meritorious Service Award, Wisconsin Councilof Gifted and Talented, 1984.
3.
Penghargaan dan Karya-Karya Sylvia Rimm Beberapa penghargaan yang telah didapatkan oleh Sylvia Rimm antara lain sebagai berikut : a. Meritorious ServiceAward, Wisconsin Association of Educators ofthe Gifted and Talented 1987, Universityof Wisconsin-Madison, UTAG, March, 1987.
39
b. 1986 AAUW Wisconsin Women Leader in Education, Wisconsin Division of American Association of University Women, March, 1987. c. 1986 AAUW Women Leader in Education, Regional Division of American Association of University Women, Watertown, WI, March, 1987. d. Honorary Community Contribution Award, Madison Civic Club, Madison, WI, December, 1992. e. 1994 Distinguished Woman Scholar Award, Virginia Commonwealth University School of Education and Delta Kappa Gamma Society International, Richmond, VA. f. 1994 50 Most Interesting People Award,Cleveland Magazine, Cleveland, OH. g. 1996 Distinguished Achievement Award, TheDouglass Society, Douglass College, April, 1996. Hall of FamePsychology/Education, Perth AmboyHigh School, Perth Amboy, NJ, April, 1996. h. Cleveland Parent Super Heroes Award, Public Friend category. Media Associates, Inc.(Cleveland Parent,Akron Parent, NE Ohio BabyBook Magazine), October, 1997. i. 1998 Excellencein Education Honor Award, Cleveland Area Chapter of Phi Lambda Theta, May, 1998. j. 1998 Women of Achievement Award, YWCA, Lorain, OH, October, 1998.
40
k. Honorary Degree, Doctor of Humane Letters, Mount Mary College, Milwaukee,WI, May, 2000. l. Crain's Cleveland Business'AWomen of Influence at Recognition, Cleveland, OH,October, 2000. m. 2008 i Parenting Media Award for How to Parent So Children Will rd Learn (3 Ed.).
n. 2008 Ann Isaacs Founders‟ Memorial Award in recognition of dedicated and distinctive lifetime service to the field of gifted education. o. 2008 National Association for Gifted Children Parents Network Award in honor of contributions to parents of gifted children.
Beberapa karya-karya yang telah didapatkan oleh Sylvia Rimm antara lain sebagai berikut : a. Exploring Feelings: Discussion Book for Gifted Kids Have Feelings Too b. Why Bright Kids Get Poor Grades: And What You Can Do About It c. How to Parent So Children Will Learn d. Education of the Gifted and Talented e. Keys to Parenting the Gifted Child f. Underachievement Syndrome: Causes and CuresSee Jane Win g. See Jane Win for Girls: A Smart Girl's Guide to Success h. How Jane Won
41
i.
Gifted Kids Have Feelings Too
j.
Raising Preschoolers
k. Sylvia Rimm on Raising Kids l.
Rescuing the Emotional Lives of Overweight Children
m. Growing Up Too Fast2
B. Konsep Pemikiran Sylvia Rimm tentang Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” 1. Makna Underachiever Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. Underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.” Rimm (dalam Del Siegle & McCoah, 2008) menyatakan bahwa ketika siswa tidak menampilkan potensinya, maka ia termasuk underachiever. Siswa yang underachiever seringkali salah dinilai sebagai siswa berkesulitan belajar.3 Rimm
juga
mendifinisikan
underachievement
sebagai
kesenjangan akut antara potensi prestasi (Expected achievement) dan prestasi yang diraih (Actual achievement). Untuk dapat diklasifikasikan
2
Sylvia Rimm, http://www.sylviarimm.com/VITA.pdf diakses dan diunduh pada tanggal 09-10-2012 jam 14:45 WIB 3 Stainback, William Stainback, Susan,. Bagaimana Membantu Anak Berhasil di Sekolah. (Yogyakarta: Kanisius, 1999), hlm 56.
42
sebagai underachiever, kesenjangan antara potensi dan prestasi tersebut bukan merupakan hasil diagnosa kesulitan belajar (Learning disability) dan terjadi secara menetap pada periode yang panjang .Underachiever ini juga tidak dikaitkan dengan adanya perubahan hormonal menjelang remaja. Saat ini belum ada metode yang tepat yang dapat digunakan psikolog pendidikan untuk mengidentifikasi underachiever Secara operasional, underachievement dapat didefinisikan sebagai kesenjangan antara skor tes inteligensi dan hasil yang diperoleh siswa di sekolah. Underachievement
juga
dapat
didefinisikan
sebagai
ketidakmampuan atau kegagalan untuk menampilkan tingkah laku atau prestasi sesuai dengan usia atau bakat yang dimiliki anak atau dengan kata lain, potensi yang tidak terpenuhi (Unfulfilled potentials). Namun demikian, underachievers tidak tergolong ke dalam satu golongan atau memiliki karakteristik yang sama. Underachievement muncul dalam bentuk yang luas dan beragam.
2. Faktor-Faktor Penyebab Menurut Sylvia Rimm dalam bukunya Why Bright Kids Get Poor Grades and What Can You Do About it, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya underachiever pada anak, yaitu :4 a. Perilaku orang tua yang tidak disukai anak. 4
Rimm, Sylvia,Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk. (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), hlm 45.
43
Orang tua menuntut terlalu tinggi atau perfectionist. Anak bisa kurang motivasi untuk menyelesaikan tugasnya sebagai cara untuk membalas dendam pada orang tuanya, yang dirasakan terlalu otoriter, kaku, bersikap tidak adil dan sok kuasa. Kalau orang tua terlalu menuntit kesempurnaan, anak bisa menyerah sebelum mencoba mengerjakan tugas-tugasnya atau berpura-pura mengerjakannya. Waspadai sikap anda, karena sikap perfeksionis tidak selalu dalam bentuk ucapan. Anak yang peka bisa mengkap isyarat, misalnya dari ekspresi wjah orang tua yang kecewa atau kurang puas ketika ia gagal menjadi juara kelas. b. Orang tua terlalu meremehkan Anak belajar dari sikap orang tua yang meremehkan atau meragukan
kemampuannya,
sehingga
ia
pun
meragukan
kemampuannya sendiri untuk berprestasi dan untuk bersikap mandiri. c. Orang tua kurang perhatian Orang tua yang kelewat sibuk dengan kegiatannya sendiri, sehingga tak sempat memperhatikan prestasi dan usaha anaknya. Hal ini akan meninggalkan kesan kepada anak bahwa belajar bukanlah aktivitas yang penting. Demikian pula orang tua yang hanya pedulu pada prestasi atau hasil tetapi tidak peduli pada proses atau usaha pencapaian prestasi tersebut.
44
d. Orang tua bersikap terlalu permisif Sebagian orang tua memilih bersikap permisif (serba membolehkan) karena mengira dengan demikian anak akan tmbuh mandiri. Kenyataannya, anak yang sehari-hari tidak mengenal disiplin di rumah dan disiplin dalam belajar akan cenderung merasa tidak aman dan kuarang motivasi untuk mencapai prestasi. Anak tidak belajar mendisiplinkan diri sendiri untuk memenuhi harapan orang lain, atau untuk mencapai target. Ia juga tidak belajar bagaimana bekerja keras dan bertahan dalam situasi yang menekan. e. Konflik keluarga yang serius Suasana rumah yang terus menerus kalut akan membuat anak merasa tidak aman. Kehilangan rasa aman ini membuat anak kehilangan minat terhadap aktifitas sekolah dan berprestasi. Tugas sekolah menjadi nomor dua setelah konflik orang tua. Kebutuhan yang mendesak dalam dirinya adalah lari dari situasi yang menegangkan, dan itu bisa dicapainya dengan cara melamun, menggunakan obat-obat terlarang, atau perbuatan-perbuatan yang menyimpang lainnya. Karena orang tua bagi anak hanya merupakan sumber ketegangan dalam dirinya, anak juga kehilangan motivasi untuk menyenangkan hati orang tuanya. f. Orang tua yang tidak menerima anak atau sering mengkritik Anak yang merasa kehadirannya tidak diharapkan, terutama oleh orang tuanya akan merasa dirinya tak berdaya, tidak mampu atau
45
geram. Dengan prestasi buruk di sekolah atau tak peduli pada tugastugas sekolah merupakan upaya anak untuk membalas dendam kepada orang tua. Kritik yang terlalu sering atau terlampau keras mempunyai dampak yang serupa. Anak yang sering mendapat kritik atau cela lama kelamaan merasa bahwa kehadirannya tidak diharapkan oleh orang tuanya. g. Orang tua terlalu melindungi (overprotective) Orang tua dengan berbagai alasan bersikap terlalu melindungi anak. Alasan yang klise adalah mengkhawatirkan keselamatan anak dan menginginkan anak mendapat yang terbaik. Orang tua yang merasa bersalah karena tidak terlalu mengharapkan kehadiran anaknya juga dapat bersikap overprotective. Anak yang terlalu dilindungi tidak sempat belajar bagaimana memotivasi diri sendiri bila bekerja di bawah situasi yang menekan. Mereka tidak tumbuh matang dan tidak punya motivasi belajar. h. Anak merasa rendah diri Perasaan tidak berharga akan menurunkan motivasi anak. Anak merasa tidak berdaya berhadapan dengan lingkungannya. Ia merasa tidak berharga, tidak bisa belajar apa-apa bahkan tidak berani menginginkan sesuatu. Ia hanya berani menginginkan target di bawah potensi sesungguhnya yang ia miliki. Ia juga takut ketahuan bahwa ia tidak mampu atau tak berguna. Maka ia lebih suka menarik diri dari pada menempuh risiko gagal dalam mencoba kemampuannya.
46
Mungkin saja ia tampil sebagai anak manis yang patuh dan cenderung pasif.
3. Ciri-Ciri Anak Underachiever Ada beberapa ciri yang menandakan seorang anak tergolong anak underachiever, untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan waktu sekurangkurangnya dua minggu. Penelitian tentang anak berbakat berprestasi kurang menemukan ciriciri yang khas dari anak-anak ini. Whitmore meringkas ciri-ciri yang paling penting dalam suatu daftar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan mereka. Jika anak menunjukkan lebih dari sepuluh ciri-ciri dalam daftar, kemungkinan besar ia termasuk anak berbakat berprestasi kurang. Diantara ciri-ciri tersebut yaitu 5 : a. Nilai rendah pada tes prestasi, b. Mencapai nilai rata-rata atau di bawah rata-rata kelas dalam keterampilan dasar: membaca, menulis, berhitung, c. Pekerjaan setiap hari tidak lengkap atau buruk, d. Memahami dan mengingat konsep-konsep dengan baik jika berminat, e. Kesenjangan antara tingkat kualitatif pekerjaan lisan dan tulisan (secara lisan lebih baik), f. Pengetahuannya faktual sangat luas, g. Daya imajinasi kuat, 5
Suradi, Masalah dan Diagnostik Kesulitan Belajar,(Surabaya : UNESA University Press, 1997), hlm 32
47
h. Selalu tidak puas dengan pekerjaanya, juga seni, i. Kecenderungan
keperfeksionisme
dan
mengkritik
diri
sendiri,
menghindari kegiatan baru seperti untuk menghindari kinerja yang tidak sempurna, j. Menunjukkan prakarsa dalam mengerjakan proyek di rumah yang dipilih sendiri, k. Mempunyai minat luas dan mungkin keahlian khusus dalam suatu bidang penelitian dan riset, l. Rasa harga diri rendah nyata dalam kecenderungan untuk menarik diri atau menjadi agresif di dalam kelas, m. Tidak berfungsi konstruktif di dalam kelompok, n. Menunjukkan kepekaan dalam persepsi terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap hidup pada umumnya, o. Menetapkan tujuan yang tidak realistis untuk diri sendiri, terlalu tinggi atau terlalu rendah, p. Tidak menyukai pekerjaan praktis atau hafalan, q. Tidak mampu memusatkan perhatian dan berkonsentrasi pada tugastugas, r. Mempunyai sikap acuh dan negatif terhadap sekolah, s. Menolak upaya guru untuk memotivasi atau mendisiplinkan perilaku di dalam kelas, t. Mengalami kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya, kurang dapat mempertahankan persahabatan
48
4. Langkah Penanganan Anak Underachiever Menurut Sylvia Rimm ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya underachiever pada anak,6 yaitu: a. Terima anak apa adanya dan beri suport Sejak dini, anak perlu sering-sering ditanggapi keluhannya, misalnya
ketika
ia
meragukan
kemampuannya,
anda
bisa
mengatakan: "Insya Allah kamu bisa". Tekankan bahwa yang paling penting adalah berusaha semaksimal mungkin, gagal itu merupakan hal yang bukan tidak diperbolehkan tetapi pantang untuk berputus asa. b. Anda juga perlu bersikap konsisten Jangan menuntut anak di luar kemampuannya. Apapun prestasi anak, orang tua harus percaya kepada anak (bahwa ia mampu dan telah berusaha maksimal), menghargainya (bahwa ia telah berusaha, terlepas ia berhasil atau gagal, kehadiran anak tetap merupakan karunia bagi orang tua), dan mendengarkan apa yang disuarakan anak. Jangan sekali-kali berkata kasar atau melecehkan. c. Target yang realistik Tetapkanlah target yang menurut perkiraan anda sesuai dengan anak. Jangan terlalu berlebihan berharap anak akan cepat mengatasi masalahnya. Semua itu harus melalui suatu proses.
6
SylviaRimm,Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk. (Jakarta: PT. Grasindo, 1997), hlm 47
49
d. Kuasai seni menuntut Perhatikan kesiapan anak untuk mengerjakan tugas baru, sehingga dimungkinkan mereka dapat berprestasi optimal. Tugas yang terlalu mudah tidak akan menantang anak untuk menunjukkan kemampuannya. Sebaliknya kegagalan yang terus menerus (karena target terlalu tinggi) akan membunuh motivasi anak untuk berprestasi. Menetapkan target yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah merupakan seni tersendiri. e. Belajar menunda kepuasan jangka pendek Setelah anak berusia 5 tahun, ia mulai bisa mengenal target jangka panjang dan jangka pendek; serta mengenal kepuasan jangka panjang dan jangka pendek. Ajari dan dorong anak untuk menunda kepuasa-kepuasan jangka pendeknya demi mendapatkan kepuasan jangka panjang atau kepuasan yang lebih besar. Misalnya, "Yuk, kita menghapal Al-Qur‟an ayat demi ayat, lalu surat demi surat, kalo sudah hapal beberapa surat pendek sholatmu bisa lebih khusyu‟." f. Ajari dan beri contoh untuk belajar aktif memecahkan masalah. Ajari anak bahwa rasa ingin tahu itu menggairahkan, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya itu mengasyikkan, sehingga belajar itu kegiatan yang menyenangkan. Lontarkan saja pertanyaan pada diri sendiri, dan biarkan anak ikut mendengarkan dan terangsang rasa ingin tahunya, mengapa dan bagaimana cara
50
kerja sesuatu (Yoyo yang sedang dimainkan anak, juicer di dapur, hujan turun dari langit dsb). Biasakan secara bersama mencari jawaban dari buku. Jadi secara tidak langsung anak mendapatkan bekal bagaimana caranya belajar aktif dan menyenangi kegiatan belajar. Motivasi belajar akan bangkit dan terpelihara dalam dirinya karena anak merasakan sendiri manfaatnya. g. Beri „imbalan‟ bila anak menunjukkan prestasi besar Penelitian terakhir menunjukkan bahwa prestasi akademik dan kepribadian yang positif (misalnya konsep diri yang positif, merasa berfungsi secara efektif) terkait erat dengan kondisi rumah. Anak yang selalu dihargai karena prestasinya umumnya akan lebih termotivasi untuk berprestasi. Anak underachiever biasanya kurang memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri, termasuk prestasinya. Sistem imbalan akan membantu membangkitkan rasa tanggung jawab ini. Tugas orang tua adalah menemukan imbalan apa yang efektif bagi anak. Ada yang senang dengan pujian tetapi ada yang pada awalnya memerlukan imbalan yang lebih konkret, misalnya tambahan pensil baru, meja belajar baru atau sekadar ciuman di pipi. 7
7
Tarmidzi. Konsep Diri Siswa Underachiever. http://tarmidzi.wordpress.com /2008 /05/27/konsep-dirisiswaunderachiever.html. diakses 13 Oktober 2012
51
Apabila anak sudah terlanjur underachiever, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu: 1) Gunakan sistem imbalan yang efektif. Efektifitas ini tergantung akurasi informasi prestasi anak di kelas. Karena itu orang tua harus sesering mungkin berkonsultasi dengan guru. 2) Ajari anak strategi untuk membangkitkan motivasi. Selain imbalan yang diterimanya, ajari anak untuk mencari imbalan kepada dirinya sendiri. Misalnya setelah mengerjakan PR ia boleh main komputer atau naik sepeda. Mengingat gangguan underachiever ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, sebaiknya kita sesegera mungkin mengatasinya. Mencegah itu lebih baik daripada terlanjur kepribadian anak menjadi introvert/ pendiam.
BAB IV ANALISIS PERAN ORANG TUA DALAM MENGATASI ANAK UNDERACHIEVER DALAM “MENGAPA ANAK PINTAR MEMPEROLEH NILAI BURUK” KARYA SYLVIA RIMM
A. Analisis Konsep Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm Dalam perspektif Sylvia Rimm, anak mengalami underachiever bukanlah anak yang termasuk dalam kategori bodoh, melainkan disebabkan oleh adanya tekanan kejiwaan yang berlebih kepada anak. Sylvia Rimm lebih cenderung menggambarkan underachiever sebagai sebuah fase tekanan psikologis bagi si anak. Underachiever dalam definisi Sylvia Rimm ialah sebuah kesenjangan akut antara potensi prestasi (expected achievement) dengan prestasi yang diraih (actual achievement), Rimm mengungkapkan bahwa kesenjangan tersebut bukan berasal dari kesulitan belajar dan tidak terkait dengan perubahan hormonal masa pubertas sang anak. Beberapa tekanan-tekanan tersebut pada umumnya di sebabkan dari dua faktor, yaitu faktor orang tua dan faktor pergaulan. Mengenai faktor orang tua Sylvia Rimm mengungkapkan bahwa orang tua biasanya terlalu berharap anaknya untuk dapat meraih prestasi sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga apabila anak gagal memenuhi harapan orang tuanya, maka anak
52
53
menjadikan kegagalan tersebut
sebagai
sebuah rasa
bersalah
yang
berkepanjangan. Dalam perspektif Sylvia Rimm, ada beberapa faktor dari orang tua yang dapat menyebabkan anak merasa tertekan dan mengalami underachiever, faktor tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Perilaku orang tua yang tidak disukai anak 2. Orang tua seringkali menuntut terlalu meremehkan 3. Sikap orang tua yang kurang perhatian 4. Orang tua kurang perhatian 5. Sikap Permisif (Membebaskan dari segala larangan) Orang tua kepada anak dalam pergaulan dan di sekolah. 6. Konflik Keluarga yang serius. 7. Orang tua yang tidak menerima sikap anak. 8. Sikap Overprotective Orang tua 9. Rendahnya sikap percaya diri sang anak Adapun beberapa ciri anak underachiever dalam perspektif Sylvia Rimm antara lain sebagai berikut :46 1.
Buruknya keahlian dalam tugas-tugas sekolah
2.
Kebiasaan belajar yang buruk
3.
Memiliki masalah penerimaan oleh teman sebaya
4.
Konsentrasi yang buruk dalam aktivitas sekolah
46
Rimm, Sylvia,Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, (Jakarta: PT. Grasindo.1997), hlm 17
54
5.
Tidak bisa mengatur diri baik di rumah maupun di sekolah
6.
Mudah bosan dan sering “meninggalkan” kegiatan kelas
7.
Memiliki kemampuan berbahasa oral yang baik, tapi buruk dalam menulis
8.
Mudah terdistraksi dan tidak sabar
9.
Sibuk dengan pikirannya sendiri
10.
Kurang jujur
11.
Sering mengkritik diri sendiri
12.
Mempunyai hubungan pertemanan yang kurang baik
13.
Suka bercanda di kelas (membuat keributan) dan mencari perhatian
14.
Berperilaku yang tidak biasa. Melalui ciri-ciri diatas yang diungkapkan oleh DR Sylvia Rimm, dapat
diketahui bahwa anak yang mengalami masalah underachiever cenderung menjadi lebih introvert atau tertutup ketika ditanya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang akademis. Sikap tertutup dan cenderung mencari perhatian yang dimiliki anak, akan berlangsung terus menerus selama tidak adanya komunikasi anak dengan orang tua. Dalam perspektif Sylvia Rimm, saat akan melakukan dialog dengan sang anak ada beberapa langkah-langkah yang bisa diambil oleh orang tua, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
55
1. Orang tua harus mempunyai sikap untuk menerima anak apa adanya sesuai dengan kemampuan anak, baik dalam hal akademis maupun dalam bidang lainnya. 2. Orang tua mulai bersikap untuk mendengarkan apa kemauan dan pendapat sang anak, dengan begitu anak lebih merasa dihargai dan merasa nyaman untuk mulai mengeluarkan pikiran-pikirannya. 3. Orang tua sebaiknya memberikan tujuan kepada anak, atau harapan yang realistik, dengan harapan realistik anak tidak akan merasa tertekan secara mental dan psikologis. Namun juga yang perlu diingat bahwa anak juga jangan dibebani dengan target atau harapan dibawah kemampuannya, karena apabila itu terjadi justru akan menghilangkan potensi anak untuk berkembang. 4. Anak saat mencapai target atau harapan orang tua, berikanlah penghargaan. Penghargaan tersebut bisa berupa “Hadiah” atau “Pujian”, dengan sikap tersebut anak merasa jerih payahnya untuk berkembang dihargai sebagaimana mestinya, meskipun hanya berupa pujian dari orang tua. Jadi dalam penanganan anak underachiever lebih diutamakan pendekatan secara psikologis dan dialog dengan sang anak dengan mengesampingkan sikap “Punishment” karena gagalnya anak memenuhi target dan harapan orang tua
56
B. Analisis Peranan Orang tua dalam Mengatasi Anak Underachiever dalam “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” Karya Sylvia Rimm Dalam perspektif
Sylvia Rimm seperti yang dikemukakan
dalam
bukunya “Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk” , dijelaskan bahwa Masing-masing factor tersebut atau secara kombinasi dapat menyebabkan anak menjadi underachiever. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab underachiever, orang tua dapat melakukan tindakan-tindakan untuk menangani anak yang mengalami underachiever . Beberapa faktor tersebut antara lain : 1. Faktor Sekolah Sekolah
merupakan
faktor
yang
sangat
berperan
dalam
menyebabkan terjadinya underachiever . Siswa cerdas cenderung menjadi anak yang nakal jika berada di kelas yang dianggapnya tidak memberikan tantangan.Dia akan mempunyai banyak waktu untuk memikirkan kejailan untuk menghilangkan kebosanan. Guru memegang peranan penting dalam prestasi sekolah. Bagaimana
guru
dalam
memperlakukan
anak
didiknya
akan
mempengaruhi prestasi yang akan dicapai anak. Penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi menunjukkan bahwa harapan (expectancy) guru terhadap kemampuan anak sangat berpengaruh
pada
penilaian anak
mengenai hal tersebut di atas.Kelas yang diberitahukan bahwa mereka adalah anak-anak pintar dan cerdas mendapatkan prestasi belajar lebih
57
tinggi dibandingkan kelas yang diberitahukan bahwa kemampuan mereka kurang (pada kenyataannya, kemampuan mereka tidak berbeda). Sering kali guru tanpa sadari rmengabaikan hal ini. 2. Faktor lingkungan rumah Selain sekolah, lingkungan rumah juga dapat menyebabkan anak menjadi underachiever . Bagaimana orang-orang terdekat memperlakukan anak akan mempengaruhi pencapaian anak dalam berprestasi. Keluarga adalah factor terpenting yang dapat menyebabkan anak mengalami underachiever . Misalnya : kurangnya perhatian, dukungan, dan kesiapan orang tua untuk membantu anaknya dalam belajar di rumah. Harapan orang tua yang terlampau tinggi terhadap anaknya sehingga sering terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dengan anak. Selain itu, orang tua kurang menghargai prestasi belajar yang telah dicapai oleh anak. Sikap orang tua yang demikian kurang memacu anak untuk belajar lebih giat.Anak merasa prestasi belajar yang telah dicapai kurang dihargai dan anak juga akan merasa dirinya tidak mampu berprestasi dalam belajar. Keretakan hubungan antara orang tua (ayah dan ibu), sehingga sering menimbulkan percekcokan dalam rumah tangga yang pada akhirnya menjurus pada perceraian. Kondisi yang demikian, menyebabkan anak kurang berkonsentrasi dalam belajar. Anak akan mengalami underachiever juga terjadi jika suasana rumah gaduh, bising, sumpek, dan dalam keadaan berantakan.
58
Peran orang tua sangat menentukan keberhasilan mereka.Orang tua yang menunjukkan perhatian, dukungan, kesiapan untuk membantu anak, dapat memotivasi anak berhasil di sekolah. 3. Faktor diri sendiri Berprestasi atau tidak juga dipengaruhi karakteristik siswa. Salah satunya penilaian anak terhadap kemampuan yang dimilikinya. Jika siswa merasa dirinya tidak mampu, dia tidak akan berusaha untuk mendapatkan prestasi
sekolah
yang
baik
sesuai
dengan
penilaian
terhadap
kemampuannya. Yang termasuk faktor yang berasal dari diri sendiri antara lain : a. Persepsi diri b. Hasrat berprestasi c. Fokus Kontrol d. Pola Belajar Beberapa fungsi keluarga / orang tua yang harus dioptimalkan dalam harus diperhatikan dalam mengatasi anak Underachiever yang dikemukakan oleh Sylvia Rimm adalah sebagai berikut : a. Orang tua bekerjasama dan
berperan aktif dengan sekolah dalam
memantau buah hatinya. b. Sikap anak terhadap sekolah sangat di pengaruhi oleh sikap orang tua terhadap sekolah, sehingga sangat dibutuhkan kepercayaan orang tua terhadap sekolah yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.
59
c. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman - pengalamannya dan menghargai segala usahanya. d. Orang tua menunjukkan kerjasama dalam menyerahkan cara belajar di rumah, membuat pekerjaan rumah dan memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. e. Orang tua bekerjasama dengan guru untuk mengatasi kesulitan belajar anak. f. Orang tua bersama anak mempersiapkan jenjang pendidikan yang akan dimasuk dan mendampingi selama menjalani proses belajar di lembaga pendidikan. Sejatinya orang tua harus mampu menempatkan dirinya juga sebagai pembimbing dan motivator anak dalam setiap kegiatan yang anak lakukan. Terjadinya underachiever
pada anak, menandakan bahwa pola hubungan
orang tua terhadap anak mengalami sedikit permasalahan, underachiever pada anak sejak dini pada usia sekolah, lambat laun kalau dibiarkan akan menumbuhkan sikap kepribadian yang tertutup dan apatis. Masalah underachiever ini jangan ditanggapi dengan sikap keras oleh Orang tua, namun justru ditanggapi dengan sikap terbuka dan penuh dialog. Dalam mengatasi anak underachiever sejatinya dibutuhkan peran serta dan kerjasama dari pihak orang tua dan guru di sekolah, sehingga perkembangan psikologis anak di sekolah bisa terpantau dan masalah underachiever pada anak dapat teratasi secara seksama. Penguasaan dialog secara personal dari
60
orang tua kepada anak, lambat laun akan mulai menumbuhkan rasa percaya diri sang anak, karena anak merasa dihargai dan perkembangan emosional anak akan tumbuh sebagaimana mestinya. Mengingat gangguan Underachiever ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, sebaiknya kita sesegera mungkin mengatasinya. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Karena itu, kenalilah puteraputeri kita sebaik mungkin dan bergaul lah sedekat mungkin. Bukan tidak mungkin, karena didera kesibukan, tahu-tahu kita telah mendapatkan mereka sudah beranjak dewasa dan kita menyesal karena kehilangan masa-masa emas bersama mereka. Menyesal kemudian tentu tidak berguna. 47
47
Nursalim, Muhammad dan Suradi, Layanan Bimbingan Dan Konseling (Surabaya : Unesa University Press. 2002), hlm 35
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; 1. Underachievement dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan atau kegagalan untuk menampilkan tingkah laku atau prestasi sesuai dengan usia atau bakat yang dimiliki anak atau dengan kata lain, potensi yang tidak terpenuhi (unfulfilled potentials). 2. Menurut Sylvia Rimm faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya underachiever pada anak, yaitu : a. Perilaku orang tua yang tidak disukai anak.. b. Orang tua terlalu meremehkan c. Orang tua kurang perhatian d. Orang tua bersikap terlalu permisif e. Konflik keluarga yang serius f. Orang tua yang tidak menerima anak atau sering mengkritik g. Orang tua terlalu melindungi (overprotective) h. Anak merasa rendah diri 3. Peran Orang tua menurut Sylvia Rimm yang dapat dilakukan agar anak tidak menjadi underachiever antara lain :
61
62
a. Terima anak apa adanya dan beri support (dukungan) b. Anda juga perlu bersikap konsisten c. Target yang realistic d. Kuasai seni menuntut e. Belajar menunda kepuasan jangka pendek f. Ajari dan beri contoh untuk belajar aktif memecahkan masalah g. Beri „reward atau imbalan‟ bila anak menunjukkan prestasi besar
B. Saran-saran Setelah penulis melakukan penelitian, ada beberapa hal yang penulis ingin kemukakan sebagai bentuk saran. 1. Biasakanlah untuk berkomunikasi secara langsung dan terus terang dan keluarga, sehingga anak menjadi nyaman dalam mengungkapkan ketika ada masalah. 2. Perlunya peran aktif orang tua dan kerjasama dengan guru di sekolah sehingga kesulitan-kesulitan anak yang berhubungan dengan hal akademis dapat diatasi dan dipecahkan bersama-sama.