1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah satu negara berkembang di Asia demikian juga pendidikannya. Perkembangan pendidikan di Inonesia dapat kita lihat dari perubahan kurikulum yang ada di Indonesia. Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan direncanakan dan dirancang secara sistemik atas dasar norma–norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir,2004:6). Guru adalah pelaksana dari suatu kurikulum. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Sejak tahun 1947 sampai tahun 2013 Indonesia sudah mengalami sembilan kali perubahan kurikulum, yaitu pada tahun 1947 kurikulum bernama Rencana Pelajaran, 1952 bernama Rentjana Pelajaran Terurai, 1964 bernama Rentjana Pendidikan, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984 yang bernama CBSA, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 yang bernama KBK Kurikulum 2006 yang bernama KTSP dan yang terbaru adalah kurikulum 2013. Perubahan ini di dasari oleh tuntutan jaman yang semakin maju, dan dunia pendidikan yang semakin berkembang. Sehingga dibutuhkan kurikulum yang sesuai dengan
1
2
tuntutan jaman. Tujuan dari kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Implementasi sebuah kurikulum baru membutuhkan pelatihan agar guru paham dengan kurikulum tersebut. Menurut kamus besar bahasa indonesia (1990:327), “implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan”. Implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan pada tahun 2013, dengan menunjuk beberapa sekolah percontohan. Pada tahun pertama kelas yang melaksanakan adalah kelas 1 dan 4. Kemudian pada tahun 2014 semua sekolah mulai menerapkan kurikulum 2013. Pada tahun 2014 kelas yang melaksanakan kurikulum 2013 adalah kelas 1, 2, 4, dan 5. Namun implementasi kurikulum ini menimbulkan pro dan kontra. Menurut pengalaman peneliti dalam observasi di SDN No. 112/I Perumnas, SDN 13/I Muara Bulian dan SDN No. 55/I Sridadi yang telah melaksanakan kurikulum 2013, banyak guru yang masih merasa bingung dengan kurikulum ini. Pada tahun 2015 pemerintah menghentikan pelaksanaan dari kurikulum 2013, hal ini berlaku untuk sekolah yang merasa belum siap untuk melaksanakan kurikulum 2013, untuk sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga semester/sekolahan percontohan untuk kurikulum 2013 diwajibkan menggunakan kurikulum ini. Namun sekolah yang merasa sudah mampu melaksanakan kurikulum 2013 boleh melanjutkan kurikulum tersebut. SDN No. 112/I Perumnas adalah salah satu sekolah pilot project untuk kurikulum
3
2013. Sekolah ini berikan mandat sebagai pilot project untuk kurikulum 2013, hal ini didasarkan atas prestasi yang diperoleh SDN No. 112/I Perumnas. SDN No. 112/I Perumnas telah mempunyai beberapa piala dari berbagai kejuaraan baik akademik maupun non akademik, ini cukup membuktikn bahwa SDN No. 112/I Perumnas memiliki prestasi yang baik. Siswa yang berprestasi pasti memiliki guru yang baik dalam mengajar. SDN No. 112/I Perumnas juga termasuk sekolah binaan MBE (managing basic education) salah satu program dari UNSAID unutuk mengembangkan pendidikan yang ada di indonesia dengan pembelajaran yang menerapkan PAIKEM. Hasil wawancara dan observasi awal dengan beberapa guru kelas di SDN No. 112/I Perumnas diperoleh bahwa implementasi kurikulum 2013 memiliki banyak permasalahan, diantaranya adalah (1) Distribusi buku yang terlambat. (2) Kurangnya pelatihan tentang kurikulum 2013. (3) Pada saat pelatihan, penjelasan Kurikulum 2013 yang diberikan oleh pembimbing satu dengan yang lain berbedabeda sehingga menimbulkan kebingungan. (4) Materi dalam buku siswa terlalu dangkal, sehingga perlu adanya buku pendamping lain atau sumber belajar lain untuk menunjang pembelajaran. Hasil wawancara dan observasi awal yang telah dilakukan dapat kita simpulkan bahwa implementasi Kurikulum 2013 masih banyak menemui kendala. Banyaknya masalah yang timbul dalam implementasi Kurikulum 2013 ini menimbulkan berbagai persepsi. Berdasarkan pada uraian diatas maka peneliti mengambil judul penelitian “Persepsi Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SDN No. 112/I Perumnas”.
4
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditemukan beberapa masalah diantaranya yaitu: 1. Sekolah belum maksimal dalam memberikan sosialisasi dan pelatihan Kurikulum 2013 kepada guru dan praktisi pendidikan lainnya. 2. Belum semua guru memahami tentang karakteristik Kurikulum 2013. 3. Belum semua guru memahami tentang proses implementasi Kurikulum 2013.
1.3 Pembatasan Masalah Penelitian ini dilakukan di SDN No.112/1 Perumnas pada pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah persepsi guru terhadap pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 di SDN No.112/1 Perumnas?”
1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persepsi guru terhadap pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 di SDN No.112/1 Perumnas.
5
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan memperkaya khasanah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada implementasi kurikulum 2013. 2. Manfaat Praktis 1) Bagi peneliti, sebagai memenuhi syarat gelar sarjana pendidikan. 2) Bagi lembaga pendidikan, untuk membenahi dan mengembangkan kebijakan-kebijakan yang ada di sekolah mengenai implementasi kurikulum 2013. 3) Bagi guru, untuk bahan evaluasi diri dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013. 4) Bagi siswa diharapkan
dapat mengoptimalkan pemahaman mengenai
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
1.7 Definisi Operasional Persepsi adalah pandangan yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu hal yang telah dilakukannya. Guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
6
pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek. Implementasi merupakan pelaksanaan, penerapan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan kegiatan. Kurikulum adalah suatu bentuk perencanaan yang berisikan pengaturan tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
7
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dipaparkan di sini dengan maksud untuk menghindari duplikasi pada desain dan temuan penelitian, di samping itu untuk menunjukkan keaslian peneliti bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti oleh peneliti lain dalam konteks yang sama. Selain itu dengan mengenal peneliti terdahulu, maka sangat membantu peneliti dalam memilih dan menetapkan desain penelitian yang sesuai karena peneliti memperoleh gambaran dan perbandingan dan desain-desain yang telah dilaksanakan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian penulis adalah: 1. Supianto Anton 2014 dengan judul “Persepsi Guru IPS terhadap Kurikulum 2013” (studi kasus pada SMP Negeri 10 Pontianak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru IPS terhadap kurikulum 2013. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru IPS SMP Negeri 10 Pontianak. Hasil penelitian ini adalah persepsi guru terhadap standar kompetensi lulus yang mana SKL ada penambahan kompetensi, dulunya hanya kompetensi pengetahuan dan yang ada pada kurikulum 2013 ada sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar isi guru mengembangkan dari kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan ke dalam RPP. Untuk Standar Proses guru lebih bisa mengola kelas yang
7
8
mana siswa menjadi pro aktif melibat kan siswa langsung dalam belajar seperti siswa berdiskusi. Sedangkan standar penilaian guru mengalami sedikit kesulitan karena dalam penilaian guru menilain dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, dari ketiga hasil kompetensi tersebut guru mendeskripsikan nilai – nilai tersebut satu persatu. 2. Zulva Risna 2014 dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada SMA Negeri 1 Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar”
mengangkat
masalah
bagaimana
persepsi
guru
terhadap
pelaksanaan kurikulum 2013 pada SMA Negeri 1 Peukan Bada, dan hambatan apa saja yang dihadapi guru saat melaksanakan kurikulum 2013 pada SMA Negeri 1 Peukan Bada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru dalam melaksanakan kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Peukan Bada, dan mengetahui faktor penghambat dalam melaksanakan kurikulum 2013 pada pembelajaran di SMA Negeri 1 Peukan Bada. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana yang menjadi populasi adalah seluruh guru yang mengajar pada kelas 1 SMA Negeri 1 Peukan Bada berjumlah 22 guru. Pengampilan sampel dilakukan berdasarkan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa, “untuk sekedar ancer-ancer, apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil sampel semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan penelitian lapangan atau observasi, wawancara, angket yang dibagikan kepada guru dan
9
penelitian kepustakaan. Untuk mengetahui persepsi guru terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 pada SMA Negeri 1 Peukan Bada menggunakan rumus presentase. Hasil analisis data menunjukkan persepsi guru terhadap pelaksaan kurikulum 2013 pada SMA Negeri 1 Peukan Bada adalah baik, karena sesuai dengan yang diharapkan, serta pembelajaran lebih mudah di laksanakan. Hambatan yang dihadapi oleh guru dalam penerapan kurikulum 2013 pada SMA Negeri 1 Peukan Bada yaitu masih kurangnya sumber belajar berupa buku pedoman untuk siswa dan buku pegangan guru pada beberapa mata pelajaran, masih kurangnya pemahaman guru dalam memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi, serta masih kurangnya pemahaman guru dalam melakukan sistem penilaian. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, baik judul maupun permasalahan penelitian yang penulis bahas dalam penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti-peneliti lain, di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.
2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Persepsi Guru Menurut Feldman, (2012:119), “Persepsi adalah kegiatan menyortir, menginterpretasikan, menganalisis, dan mengintegrasikan rangsang yang dibawa oleh organ indera dan otak.” Sedangkan King (2010:225) menyatakan bahwa “persepsi (perception) adalah proses mengatur dan mengartikan informasi sensoris untuk memberikan makna.”
10
Rahmat (2007:51) mengemukakan pendapatnya bahwa menyatakan persepsi adalah “pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.” Sedangkan Sugihartono, dkk (2007:8) mengemukakan bahwa “persepsi adalah kemampuan
otak
dalam
menerjemahkan
stimulus
atau
proses
untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.” Menurut Desideranto (dalam Rahmat, 2003:16) “persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.” Sedangkan menurut Walgito (2002:54) “persepsi adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri individu.” Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran melalui indera-indera yang dimilikinya. Selain itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Bimo Walgito (2004:70) juga mengemukakan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu: 1. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu
11
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 2. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. 3. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Sedangkan menurut Miftah Toha (2003:154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut : 1. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. 2. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Menurut Wirawan (2002:49) terbentuknya persepsi dipengaruhi oleh beberapa hal, sebagai berikut: 1. Perhatian Seluruh rangsang yang ada disekitar kita, tidak dapat kita tangkap sekaligus, tetapi harus difokuskan pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antarasatu orang dengan orang lain menyebababkan terjadinya perbedaan persepsi. 2. Set Set adalah harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul. Perbedaan set juga akan menyebabkan perbedaan persepsi. 3. Kebutuhan Kebutuhan sesaat maupun menetap dalam diri individu akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. Kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan persepsi yang berbeda pula bagi tiap-tiap individu.
12
4. Sistem Nilai Sistem nilai yang berlaku didalam masyarakat juga berpengaruh terhadap persepsi seseorang. 5. Ciri Kepribadian Pola kepribadian yang dimiliki oleh individu akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Menurut Miftah Thoha (2003:145) proses terbentuknya persepsi pada seseorang didasari pada beberapa tahapan: 1. Stimulus atau Rangsangan Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya. 2. Registrasi Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan saraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. 3. Interpretasi Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi bergantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang. 4. Umpan Balik (feed back) Setelah melalui proses interpretasi, informasi yang sudah diterima dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan balik terhadap stimulus.
2.2.3 Guru Menurut Suparlan (2008:146), “guru merupakan salah satu unsur masukan instrumental yang amat menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik, guru harus memiliki standar kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan yang memadai.” Menurut Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
13
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:377), “guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.” Sedangkan menurut Imran (2010:23), “guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.” Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek.
2.3 Kurikulum 2013 Dalam KBBI (2012:762), “kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan”. Sedangkan pengertian kurikulum menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional”.
14
Menurut Sukmadinata (2006:3-7) “Kurikulum adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran, yang merupakan suatu rencana pendidikan dan memberikan pedoman serta pegangan tentang jenis, lingkup, urutan isi, dan proses pendidikan”. Dari pengertian kurikulum di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pengertian kurikulum adalah suatu bentuk perencanaan yang berisikan pengaturan tentang tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara yang digunakan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.3.1 Karakteristik Kurikulum 2013 Dalam Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah,
“Kurikulum
2013
bertujuan
untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.” Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
15
5. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti; 6. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). (Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah)
2.3.2 Landasan Kurikulum 2013 Dalam setiap pengemangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan. Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum 2013: 1.
Landasan Filosofis Dalam Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah mejelaskan bahwa landsan filosofis kurikulum 2013 sebagai berikut: 1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. 2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. 3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. 4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).
16
2.
Landasan Sosiologis Landasan sosiologis kurikulum 2013 dalam Permendikbud No.57 Tahun
2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah adalah “Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional.” 3.
Landasan Psikopedagogis Dalam Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah: Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi pedagogik transformatif. Kebutuhan ini terutama menjadi prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan dasar khususnya SD. Oleh karena itu pendidikan di SD yang selama ini sangat menonjolkan kurikulum dan pembelajaran berbasis mata pelajaran, perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang bersifat tematik-terpadu. Konsep kurikulum tematik-terpadu mencerminkan pertimbangan psikopedagogis anak usia sekolah yang sangat memerlukan penanganan kurikuler yang sesuai dengan perkembangannya. 4.
Landasan Teoritis Dalam PP No. 19 tahun 2005, “kurikulum dikembangkan atas dasar teori
pendidikan berdasarkan standart dan teori pendidikan berbasis kompetensi”. Sedangkan dalam Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dijelaskan bahwa: Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan
17
standar menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
5.
Landasan Yuridis Landasan yuridis Kurikulum 2013 dalam Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah adalah: 1. 2. 3.
4.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
2.3.3 Keunggulan dan Kelemahan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Menururt Mulyasa (2013:163-164), secara konseptual kurikulum 2013 memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan:
18
1.
Keunggulan 1) Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 2) Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan,dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensitertentu. 3) Ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan ketrampilan. 2. Kelemahan 1) Pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki kapasitas yang sama dalam kurikulum 2013. Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. 2) Tidak ada keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. 3) Pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar tidak tepat, karena rumpun ilmu pelajaran-pelajaran tersebut berbeda.
2.4 Implementasi Kurikulum 2013 di SD 2.4.1 Merancang Pembelajaran Menurut Mulyasa (2014:15), “implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukkan kompetensi serta kompetensi peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan”. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan. Guru memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar,
19
kondisi internak dan eksterna peserta didik, serta cara melakukan pembelajaran yang afektif dan bermakna. Pembelajaran Menyenangkan, afektif dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru, dengan prosedur sebagai berikut: 1. Pemanasan dan Apersepsi Menurut Mulyasa (2014:15), “Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru.” 2. Eksplorasi Eksplorasi
merupakan
tahapan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Menurut Mulyasa (2014:16), hal tersebut dapat ditempuh dengan prosedur sebagai berikut: 1) Perkenalkan materi standard dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. 2) Kaitkan materi standard dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik. 3) pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standard an kompetensi baru.
3. Konsolidasi Pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter, serta menghubungkannya
20
dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran ini menurut Mulyasa (2014:16) dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi dan kompetensi baru. 2) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving), terutama dala masalah-masalah actual. 3) Letakkan penekanan pada kaitan stuktural, yaitu kaitan antara materi standard an kompetensi baru dengan berbagi aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat. 4) Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standar dapat diprosesmenjadi kompetensi dan karakter peserta didik. 4. Pembentukan sikap, kompetensi, dan karakter Menurut Mulyasa (2014:16), pembentukan sikap, kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari 2) Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat membangun sikap, kompetensi, dan karakter baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarka pengertian yang dipelajari. 3) Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap, karakter dan kompetensi peserta didik secara nyata.
2.4.2 Melaksanakan Pembelajaran Pembelajaran
dalam
menyukseskan
implementasi
kurikulum
2013
merupakan keseluruhan proses belajar, pembentukan kompetensi, karakter peserta didik yang direncanakan. Untuk kepentingan tersebut, kompetensi inti, kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan waktu yang diperlukan harus ditetapkan sesuai dengan kepentingan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan memperoleh kesempatan dan pengalaman belajar yang optimal. Dalam hal ini pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi antara
21
peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu dalam kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. 1. Kegiatan Pendahuluan Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2. Kegiatan inti Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam rangka pengembangan Sikap, maka seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakukan aktivitas melalui proses afeksi yang dimulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran dalam kegiatan inti meliputi kegiatan mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. 3. Kegiatan Penutup Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan dan melakukan refleksi dalam rangka evaluasi. Evaluasi yang dilakukan mengkhususkan pada seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh dan yang selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
22
berlangsung; Kegiatan penutup juga dimaksudkan untuk memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
2.4.3 Penilaian Proses Pembelajaran Penilaian proses dimaksudkan untuk menilai kualitas pembelajaran serta internalisasi karakter dan pembentukan kompetensi peserta didik, termasuk bagaimana tujuan-tujuan pembelajaran dapat direalisasikan. Dalam hal ini, penilaian proses dilakukan untuk menilaian aktivitas, kreativitas, terutama keterlibatan mental, emosional, dan social dalam pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Maka dari itu menurut Mulyasa (2014:18), “perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia yang berkualitas tinggi, baik mental, moral maupun fisik.” Hal ini berarti diajarkan kalau tujuannya bersifat afektif psikomotorik, tidak cukup hanya diajarkan dengan modul, atau sumber-sumber yang mengandung kognitif. Namun perlu penghayatan yang disertai pengalaman nilai-nilai karakter yang dimanifestasikan dalam prilaku (behavioral skill) sehari-hari. Dalam implementasi kurikulum 2013, “penilaian proses baik yang dilakukan melalui pengamatan maupun refleksi harus ditunjukan untuk memperbaiki program pembelajaran dan peningkatan kualitas layanan kepada peserta didik. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendorong terjadi peningkatan kualitas secara berkesinambungan (continuous quality improvement)” Mulyasa
23
(2014:18). Sehingga dapat menumbuhkan budaya belajar sekaligus budaya kerja untuk menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Mulyasa (2013:11) berpendapat bahwa keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 juga dapat dilihat dari indikator-indikator perubahan sebagai berikut: 1. adanya lulusan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan mandiri. 2. adanya peningkatan mutu pembelajaran. 3. adanya peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan dan pendayagunaan sumber belajar. 4. adanya peningkatan perhatian serta partisipasi masyarakat. 5. adanya peningkatan tanggung jawab sekolah. 6. tumbuhnya sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara utuh di kalangan peserta didik. 7. terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (pakem). 8. terciptanya iklim yang aman, nyaman, dan tertib, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (joyfull learning). 9. adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan (continuous quality improvement).
2.5 Kerangka Berfikir Dalam Permendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, “kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat”. Sedangkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
24
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang menjadikan kurikulum sebagai landasan pembelajaran. SDN No. 112/1 Perumnas merupakan salah satu sekolah sasaran penerapan kurikulum 2013 di kabupaten Batanghari, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 agar pelaksanaan kurikulum dapat dioptimalkan. Dari uraian diatas, maka kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Persepsi
Guru
Gambar.1 Model kerangka Berpikir
Kurikulum 2013
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dan masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel dan fenomenafenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. Alasan peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini banyak hal yang belum dipahami sehingga membutuhkan pengkajian secara mendalam, dan masalah yang timbul sangat kompleks, dan peneliti juga bermaksud untuk memahami situasi sosial secara mendalam. Penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala di masyarakat, hubungan antara variabel, bertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan antara fakta. Pada umumnya kegiatan penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data, analisis data, interpretasi data, serta diakhiri dengan kesimpulan yang didasarkan pada penganalisisan data tersebut.
25
26
Penelitian ini mendeskripsikan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 di SDN 112/I Perumnas.
3.2 Subjek Penelitian Adapun subjek dalam penelitian ini adalah guru wali kelas I, II, III, IV, V dan VI di SDN No.112/1 Perumnas. Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 di SDN No.112/1 Perumnas. Tabel. 3.1 Subjek Penelitian No Nama 1. Herawati, S.Pd 2. Jusriawati, S.Pd 3. Qus Taniyah, S.Pd 4. Lusmai Darti, S.Pd 5. Asmiati, S.Pd 6. Rosdiana, S.Pd Sumber: SDN No. 112/I Perumnas
Kelas Wali Kelas I Wali Kelas II Wali Kelas III Wali Kelas IV Wali Kelas V Wali Kelas VI
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan SDN No.112/1 Perumnas Kabupaten Batang Hari. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.
3.4 Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan, karena peneliti sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpul data yang utama sehingga kehadiran peneliti mutlak diperlukan dalam menguraikan data nantinya. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka peneliti dapat melihat secara langsung
27
fenomena di daerah lapangan seperti kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Kedudukan peneliti sebagai instrumen atau alat peneliti ini sangat tepat, karena ia berperan segalanya dalam proses penelitian. Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan, dengan terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian kelembaga yang terkait. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan pengamatan langsung, sehingga diketahui fenomena-fenomena yang terlihat. Secara umum kehadiran peneliti dilapangan dilakukan 3 tahap: 1) Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan penelitian. 2) Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan data 3) Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan.
3.5 Sumber Data dan Data Dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, bahwa “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Arikunto, 2002:122).” Adapun sumber data dalam hal ini adalah sebagai berikut.
28
1) Sumber Data Primer Sumber data primer menurut Sugiyono (2013:225) adalah “sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Data yang dikumpulkan atau diperoleh langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Sumber data primer diperoleh peneliti melalui wawancara dengan informan dan hasil observasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu guru di SDN No.112/1 Perumnas. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder menurut Sugiyono (2013:225) adalah “sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalkan lewat orang lain atau dokumen.” Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan oleh data primer. Adapun sumber data sekunder penelitian ini adalah buku-buku, foto dan dokumen seperti silabus dan RPP di SDN No.112/1 Perumnas.
3.6 Metode Pengumpulan Data Pada tahap penelitian ini agar diperoleh data yang valid dan bisa dipertanggungjawabkan, maka dat diperoleh melalui : 1.
Metode Interview/Wawancara Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview)
29
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang member jawaban atas pertanyaan itu. Adapun dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama beberapa guru wali kelas di SDN 112/I Perumnas. Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data secara luas dan menyeluruh sesuai dengan kondisi saat ini.
Informan Guru
1. 2. 3. 4.
2.
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Pertanyaan Bagaimana kesiapan sekolah dalam melaksanakan K13 sebagai kurikulum yang digunakan di SD? Bagaimana pandangan guru terhadap proses pelaksanaan K-13? Bagaimana pandangan guru terhadap proses penilaian yang digunakan di dalam K-13? Upaya apa yang dilakukan sekolah untuk mengimplementasikan K-13?
Metode Dokumentasi Dokumen, yaitu proses melihat kembali sumber-sumber data dari dokumen yang ada dan dapat digunakan untuk memperluas data-data yang telah ditemukan. Adapun sumber data dokumen diperoleh dari lapangan berupa buku, arsip, RPP, silabus bahkan dokumen perusahaan atau dokumen resmi yang berhubungan dengan fokus penelitian.
3.7 Analisis Data Menurut
Moleong
(2007:6),
analisis
data
adalah
“proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data karena dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
30
spirit yang disarankan oleh data”. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data sebagaimana yang digunakan oleh Miles dan Huberman (1992:15), yaitu reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Jadi dalam penelitian ini tahap analisis data yang digunakan sebagai berikut: 1) Reduksi Data Mereduksi
berarti
merangkum,
memilih
hal-hal
yang
pokok,
dan
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak diperlukan. Dalam meruduksi data peneliti akan dipandu oleh tujuan penelitian yang ingin dicapai. 2) Penyajian Data (Data Display) Setelah data direduksi, maka dilakukan display data. Melalui penyajian data, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah memahami apa yang terjadi. 3) Verifikasi (Conclusion Drawing) Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis untuk dibuat kesimpulan sementara atau tahap awal. Apabila kesimpulan sementara tersebut telah mendapatkan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat dilakukan penelitian kembali, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
3.8 Pengecekan Keabsahan Temuan Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya tahapan pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih kurang.
31
Pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terjadi data yang tidak televan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi. Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan suatu tekhnik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunkan teknik sebagai berikut. 1) Persistent observation (ketekunan pengamatan), yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian. 2) Triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 3) Peerderieting (pemeriksaan sejawat melalui diskusi), bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
32
3.9 Tahap-tahap Penelitian Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan 1) Menyusun Instrumen Penelitian Penyusunan instrument penelitian ini disusun berdasarkan tujuan penelitian dan jenis data yang di jadikan sumber penelitian, instrument yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi, interview dan dokumentasi. 2) Mendatangi Informan Agar dalam pelaksanaan penelitian tidak terjadi kesalahpahaman bagi informan, maka penelitian perlu mendatangi informan untuk memberi informasi seperlunya kepada informan. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan data dengan instrumen-instrumen yang sudah di persiapkan, mengelola data, menganalisis data, dan menyimpulkan data. Dalam kegiatan ini peneliti membawa surat izin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi untuk mengambil data di lapangan. 3. Tahap Penyelesaian Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyusun data-data yang telah di peroleh dan analisis dalam bentuk laporan hasil penelitian yang di tempatkan pada BAB IV dan BAB V.