1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan
kemanusiaannya,
dalam
membimbing,
melatih,
mengajar,
dan
menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan ciri-ciri kemanusiaannya.1 Pendidikan hal yang sangat penting dalam diri manusia. Pendidikan itu sendiri adalah tuntutan kepada pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapainya kedewasaan dalam arti rohaniah dan jasmaniah.2 Adapun fungsi pendidikan adalah akan mengarahkan pelaksanaan proses pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan, sekaligus merupakan kerangka acuan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi hasil belajar.3 Dalam pendidikan yang paling utama adalah proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.4 Proses pembelajaran itu suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik.
1
Prasetya, Filsafat Pendidikan ( Bandung: Pustaka Setia, 2002), 13. Anggota IKAPI, Penididkan Nasional ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), 2. 3 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2
1996), 2.
4
Oemar Malik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara,1994), 54.
2
Adapun
komponen
dalam
pendidikan
adalah
adanya
tujuan
pendidikan, alat pendidikan, guru, peserta didik, dan juga lingkungan yang mendukung. Proses pembelajaran akan tercapai apabila kelima hal tersebut terwujud. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengarahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematis dan memanfaatkan sesuatu guna kepentingan pengajaran.5 Seorang pendidik adalah sosok yang terlibat langsung dalam setiap proses pembelajaran yang berlangsung dengan peserta didik, sehingga dapat dicapai hasil evaluasi yang diinginkan. Jadi tergantung bagaimana kecakapan seorang pendidik dalam pencapaian materi-materi pelajaran.6 Dalam proses pembelajaran yang terjadi di sekolah khususnya di kelas, seorang guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali evaluasi-evaluasi yang mendukung tugasnya yakni mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari atau belum atas bimbingan guru, sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.7 Dalam proses pembelajaran pasti ada penilaian yang sebagai landasan penentuan hasil akhir belajar peserta didik. Adapun penilaian itu adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu, dalam hal ini peserta didik berdasarkan kriteria tertentu.8 Adapun fungsi penilaian sebagai alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan yang dinginkan, sebagai 5
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 1. Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Media Karya Bangsa, 1996), 4. 7 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar dan Evaluasi Pendidikan (Bandung: Bumi Aksara),4. 8 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Remaja Rosdakarya,1995), 3. 6
3
umpan balik bagi perbaikan proses pengajaran, dan juga sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada orang tuanya. Adapun jenis-jenis penilaian yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian terapan. 9 Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir proses belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun. Penilaian diagnostik adalah penilaian bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi. Penilaian
penempatan
adalah
penilaian
ditujukan
untuk
mengetahui
ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dalam proses penilaian ini ada dua macam alat penilaian yaitu tes subjektif dan tes objektif.10 Dalam proses Pendidikan Agama Islam kenyataannya sekarang masih banyak hal-hal yang menghambat dalam proses pembelajaran. Diantaranya alat pendidikan, materi pembelajaran, dan proses evaluasi dan lain-lain. Sehingga diperlukan adanya pembenahan-pembenahan dari segi kelemahannya.
9
Ibid, 5. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta :Bumi Aksara, 1997),
10
163.
4
Dari hasil penjajagan awal di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo adanya suatu permasalahan yaitu masih banyaknya tingkat kesalahan pada proses evaluasi pada soal item potongan ayat al-Qur'an dan Hadits, pada soal bentuk pilihan ganda, banyak sekali siswa salah mengerjakan pada item potongan ayat al-Qur'an dan Hadits. Hal tersebut menjadi suatu kegelisahan tersendiri bagi seorang guru sehingga diperlukannya suatu upaya agar siswa dapat mengerjakan soal item potongan ayat al-Qur'an dan Hadits dengan baik, guru akhirnya berinisiatif mencoba menggunakan bentuk tes lain berupa tes menjodohkan. Diharapkan dengan bentuk tes menjodohkan ini siswa dapat mengerjakan soal dengan baik dan benar. 11 Berdasarkan fenomena di atas akhirnya peneliti memilih judul "IMPLEMENTASI
TES
MENJODOHKAN
DALAM
KEGIATAN
PEMBELAJARAN AL-QURAN HADITS KELAS IX MTs. PUTRA MA'ARIF TAHUN PELAJARAN 2008/2009".
B. Fokus Penelitian Dari hasil penjajagan awal di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo ditemukan banyak evaluasi yang diterapkan seperti tes objektif dan tes subjektif. Di antara tes objektif adalah tes jawaban singkat, tes menjodohkan, tes benarsalah, dan tes pilihan ganda. Sedangkan tes subjektif berupa uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Oleh karena keterbatasan peneliti, penelitian difokuskan pada tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al11
Hasil penjajagan awal di lapangan pada tanggal 7 Maret 2009 pukul 09.00 WIB di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo
5
Qur'an Hadits. Di antara hal-hal apa yang melatarbelakangi diterapkannya tes menjodohkan, bagaimana bentuk tes menjodohkan, bagaimana implementasi tes menjodohkan.
C. Rumusan Masalah 1. Apa latar belakang diterapkannya tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009? 2. Bagaimana bentuk tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran alQur'an Hadits kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009? 3. Bagaimana implementasi tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009?
D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang diterapkannya tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits di kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 2. Untuk
mendiskripsikan
dan
menjelaskan
bagaimana
bentuk
tes
menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX MTs. Putra Ma'arif Tahun Pelajaran 2008/2009
6
3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan bagaimana implementasi
tes
menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009.
E. Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis terkait dengan penilaian. B. Manfaat Praktis 1. Bagi Kepala Madrasah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi kepala madrasah, dalam rangka meningkatkan efektifitas pembelajaran di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo. 2. Bagi Guru al-Qur'an Hadits Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu bagi Guru al-Qur'an Hadits sebagai sumbangan pemikiran sehingga menambah keilmuan yang dimiliki dan dapat menggunakannya dengan sebaik-baiknya. 3. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi semangat atau dorongan bagi siswa dalam proses evaluasi, sehingga mendapatkan prestasi yang lebih baik.
7
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari oarng-orang yang dapat dialami
12
yang memiliki karakteristik alami
(natural setting) sebagai sumber data langsung, diskriptif, proses dipentingkan dan hasil juga lebih penting. Analisis dalam penelitian ini cenderung dilakukan secara analisa induktif dan makna merupakan hal yang esensial.13 Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah studi kasus yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis terhadap fenomena tertentu atau satuan sosial seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subjek tunggal, satu kumpulan data, atau satu kejadian tertentu. 2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti sangatlah penting guna untuk menemukan datadata yang akan diinginkan, sebagai bukti untuk menemukan jawabanjawaban dari rumusan masalah yang akan diteliti. Seorang peneliti
12
2002), 3.
13
Lezy Moelong, Metodologi Penelitian Kuantitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Ibid, 117.
8
berperan penuh sebagai partisipan dan pengamat, sehingga kehadiran peneliti sangatlah diperlukan. 3. Lokasi Penelitian Pemilihan lokasi penelitian di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo karena ini adalah salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Departemen Agama yang ada di Cokromenggalan. Di mana dengan batas wilayah sebelah timur adalah kelurahan Patihan Wetan, selatan kelurahan Kertosari, barat kelurahan Nologaten, dan utara perumahan Kelurahan Kertosari Indah. Penulis mengambil lokasi di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo ini karena di MTs ini terjadi suatu permasalahan dalam proses evaluasi khususnya pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang permasalahan yang ada dan bagaimana seorang guru dapat mengatasi permasalahan tersebut. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis, pengambilan foto, atau film.14 Adapun data utama dalam penelitian bersumber dari
kepala
sekolah MTs. Putra Ma'arif Ponorogo, guru pelajaran al-Qur'an Hadits, dan siswa kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo. Selebihnya adalah dokumen-dokumen yang berkaitan.
14
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112
9
5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini,pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan dokumentasi.15 a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. 16 Adapun macam-macam wawancara yaitu wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara tak berstruktur. 17 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur atau wawancara secara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan sehingga dengan wawancara mendalam ini data yang terkumpul semaksimal mungkin. Orang-orang yang dijadikan informan
dalam penelitian ini
yaitu : 1) Kepala MTs. Putra Ma'arif Ponorogo 2) Guru al-Quran Hadits MTs. Putra Ma'arif Ponorogo 3) Siswa MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Wawancara
dilakukan
dengan
mengajukan
pertanyaan-
pertanyaan tentang proses implementasi evaluasi di MTs. Putra
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung : Alfabeta, 2005), 63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 156. 17 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 73. 16
10
Ma'arif Ponorogo terutama tentang Tes menjodohkan dalam mata pelajaran al-Qur'an Hadits. b. Metode Observasi Observasi adalah sebagai alat pengumpul dan banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang direncana atau tidak direncana.18 Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi digunakan dalam
penelitian
ini.
Pertama,
pengamatan
didasarkan
atas
pengalaman secara langsung. Kedua pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Dengan teknik ini peneliti mengamati aktivitas-aktivitas seharihari objek penelitian, karakteristik fisik situasi sosial, dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif secara luas yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi sosial apa yang terjadi di sana. Kemudian setelah itu perekaman dan analisis data pertama peneliti menyempitkan pengumpulan datanya dan memulai melakukan observasi terfokus. Akhirnya setelah dilakukan lebih banyak lagi analisis dan observasi 18
109.
Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan ( Bandung: Sinar Baru , 1989 ),
11
yang berulang-ulang di lapangan, peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif. Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, jantungnya adalah catatan lapangan yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang, tindakan, dan pembicaraaan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan fokus penelitian. Pada bagian deskripsi berisi beberapa hal di antaranya adalah gambaran diri fisik, rekonstruksi dialog, deskripsi latar fisik, catatan tentang peristiwa khusus, gambaran kegiatan, dan perilaku pengamatan. Format rekaman hasil observasi/pengamatan catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi. c.
Metode dokumentasi Di dalam metode dokumentasi, peneliti menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, laporan, catatan harian dan lain-lain. Teknik atau metode dokumentasi sengaja digunakan dalam penelitian ini mengingat : 1) Sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu. 2) Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan.
12
3) Rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam konteksnya. 4) Sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini dicatat dalam rekaman dokumentasi. 6. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, data-datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data meliputi: Pertama mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal –hal yang pokok, mengfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian, data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang
lebih
jelas
dan
mempermudah
peneliti
untuk
melakukan
pengumpulan data selanjutnya. Kedua menyajikan data kedalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Ketiga
conclusion yaitu penarikan kesimpulan dan verivikasi
langkah–langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut :
13
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi data Kesimpulan – kesimpulan penarikan verivikasi
Selanjutnya, menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis taksonomi. Pada tahap seleksi, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya, untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota.19 Dalam penelitian ini, uji kredibilitas penelitian kualitatif dilakukan dengan:
19
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 175.
14
a. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini, keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. b. Pengamatan yang Tekun Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri–ciri, unsur–unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi, kalau perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman. c. Triangulasi Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Peneliti menggunakan
triangulasi
sebagai
teknik
pemeriksaan
yang
memanfaatkan penggunaan: sumber dan metode. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahap – tahap penelitian ini ada 4 (empat) tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap – tahap hasil penelitian tersebut adalah :
15
Tahap pralapangan yang meliputi: a) Menyusun rancangan penelitian b) Memilih lapangan penelitian c) Mengurus perizinan d) Menjajagi dan menilai keadaan lapangan e) Memilih dan memanfaatkan informasi f) Menyiapkan perbekalan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi : a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri b) Memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data dan menganalisisnya Tahap analisis data yang meliputi : a) Analisis selama dan setelah pengumpulan data. Tahap penulisan hasil laporan penelitian
G. Sistematika Pembahasan Salah satu ciri penulisan karya ilmiah adalah adanya sistematika pembahasan yang berarti menurut sistem dan susunan yang teratur. Demikian pula dalam penyusunan skripsi ini agar mempunyai nilai ilmiah, sehingga akan dapat mempermudah bagi para pembaca dalm mengikuti pembahasan skripsi ini.
16
Materi pembahasan skripsi ini penulis bagi dalam lima bab, yang masing-masing bab tersebut mempunyai kandungan pembahasan yang saling terkait, sehingga saling berkesinambungan satu sama lainnya. Semua itu menuju dalam kesatuan pembahasan, yaitu mengenai "Implementasi tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo tahun ajaran 2008/2009". Pertama, pendahuluan yang memuat di dalamnya
latar belakang
masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang mencakup pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian serta sistematika pembahasan. Kedua, Landasan teori yang berisi tentang pengertian penilaian serta tes menjodohkan dan apa kelebihan dan kelemahannya. Ketiga, Berisi hasil penelitian yang di antaranya temuan penelitian gambaran umum lokasi penelitian yang mencangkup sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, data kusus tentang latar belakang diterapkannya tes
menjodohkan,
bentuk
tes
menjodohkan,
dan
implementasi
tes
menjodohkan. Kempat, pembahasan yang berisi di dalamnya adalah analisis tentang latar belakang diterapkannya tes menjodohkan, bentuk tes menjodohkan, dan bagaimana implementasi tes menjodohkan. Kelima, penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran.
17
BAB II IMPLEMENTASI TES MENJODOHKAN DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS
4. Penilaian 1. Pengertian Penilaian Penilaian berasal dari kata bahasa Inggris " to evaluate" yang berarti menilai sesuatu. Jadi, penilaian suatu tindakan atau langkah untuk menentukan mutu atau kualitas dari sesuatu. 20 Sedangkan menurut para tokoh pengertian penilaian bermacam-macam diantaranya: a. Menurut Schwartz sebagaimana dikutip Oemar Malik mengatakan penilaian adalah program untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah suatu pengalaman. b. Sumadi Suryabrata, mengatakan bahwa penilaian ialah untuk mengetahui (dengan alasan yang bermacam-macam) pada waktu dilakukan penilaian itu sudah sejauh manakah kemajuan anak didik.21 c. Nana Sudjana, mengatakan penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran.22 Jadi penilaian adalah usaha bagi seorang guru dalam menilai hasil akhir dari proses pembelajaran tersebut, sehingga dapat mengetahui sejauh mana anak didik dapat memahami pelajaran yang telah diajarkan. Adapun prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut: 20
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan ( Surabaya: Usaha Nasional, 1986), 36. Oemar Malik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 2002), 203. 22 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,1995), 3. 21
18
a. Penilaian
hendaknya
didasarkan
atas
hasil
pengukuran
yang
komprehensif. Ini berarti bahwa penilaian didasarkan atas sample prestasi yang cukup banyak, baik macamnya maupun jenisnya. b. Harus dibedakan antara penskoran dan penilaian. Dalam penskoran perhatian terutama ditujukan kepada kecermatan dan kemantapan, sedangkan penilaian perhatian terutama ditujukan kepada validitas dan kegunaan. c. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norms-referenced dan yang criterion-referenced. d. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian intregal dari proses belajar-mengajar. Dari hasil tes, pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang diperbuatnya dan memberikan reinforcemence bagi prestasi yang baik e. Penilaian
harus
bersifat
komparabel.
Artinya,
setelah
tahap
pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memperoleh nilai yang sama pula. Penilain yang tidak adil mudah menimbulkan frustasi bagi siswa. f. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi peserta didik dan bagi pengajar sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak jelasnya sistem penilaian yang dipergunakan.
19
2. Fungsi penilaian Sejalan dengan pengertian di atas, penilaian juga mempunyai fungsi. Fungsi penilaian bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar peserta didik, tetapi sangat luas. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut: a. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional. Dengan fungsi ini, penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan tujuan intruksional. b. Sebagai umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran, strategi mengajar guru, dan lain-lain. c. Sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik kepada
orang
tuanya.
Dalam
laporan
tersebut
dikemukakan
kemampuan dan kecakapan belajar peserta didik dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.23
3. Sistem Penilaian Dalam menilai hasil belajar peserta didik, guru perlu menetapkan suatu kriteria tertentu. Melalui kriteria ini maka dapat diperoleh informasi mengenai hasil yang diperoleh peserta didik, untuk kemudian dapat ditetapkan kedudukan atau posisi peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan bahan pelajaran. Penetapan kriteria ini dalam hubungannya dengan penguasaan bahan pelajaran. Penetapan kriteria
23
Ibid, 6
20
dalam menilai hasil belajar siswa pada hakikatnya berhubungan dengan sistem penilaian. Ada dua sistem penilaian hasil belajar yakni: a. Penilaian Acuan Norma (PAN) PAN digunakan apabila penilaian hasil belajar peserta didik ditujukan
untuk
mengetahui
kedudukan
peserta
didik
dalam
kelompoknya. Artinya, hasil tes tersebut banyak ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai kedudukan peserta didik dalam kelas atau kelompoknya. Apakah ia termasuk peserta didik yang tergolong pandai, sedang, atau kurang, setelah hasilnya dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Jadi, ukuran atau patokan yang digunakan dalam menilai prestasi seseorang selalu dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Hal ini, berarti bahwa dari angka (nilai) yang diperoleh seorang siswa, diketemukan dengan cara membandingkan. b. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Pada
PAP
penilaian
lebih
ditujukan
kepada
program
penguasaan bahan pelajaran, bukan pada kedudukan peserta didik di dalam kelas. Oleh sebab itu, PAP berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan oleh para peserta didik. Peserta didik ataupun kelas
21
yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan berarti gagal, atau pengajaran yang diberikan belum berhasil.24 Jadi PAP, penilaian ditujukan pada sudah atau belumnya peserta didik atau kelas mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, PAP lebih mengutamakan apa yang dapat dikuasai oleh peserta didik, kemampuan apa yang sudah dan belum dicapai, setelah mereka menyelesaikan satu bagian kecil dari keseluruhan program (bahan pelajaran). PAP tidak membandingkan hasil seseorang dengan prestasi kelompoknya.
4. Jenis-jenis Penilaian Adapun jenis-jenis penilaian yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif, dan penilaian terapan.25 Penjelasan jenis-jenis penilaian adalah berikut ini: a. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir proses belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar-mengajar. Dengan penilaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. b. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir semester atau akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang 24
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo,2000), 130-132. 25 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar, 4.
22
dicapai oleh para peserta didik, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler dikuasai oleh para peserta didik. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan proses. c. Penilaian diagnostik adalah penilaian bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remidial, menemukan kasus dan lain-lain. d. Penilaian selektif adalah penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi. Misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu. e. Penilaian penempatan adalah penilaian ditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu.26
5. Alat Penilaian Dalam proses kegiatan evaluasi sangat diperlukan berupa alat penilaian. Tugas seorang guru adalah menentukan suatu alat evaluasi yang tepat untuk menilai hasil belajar. Pada umunya, alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu tes dan non tes.
26
Ibid, 5.
23
a. Non tes Untuk menilai aspek tingkah laku jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi. Seperti menilai sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lain-lain. Adapun evaluasi jenis non tes ini antara lain ialah:
1) Observasi Observasi yakni pengamatan kepada tingkah laku pada suatu situasi tertentu. Observasi bisa dalam situasi yang sebenarnya atau observasi langsung dan bisa pula dalam situasi buatan atau tidak langsung. 2) Wawancara Wawancara ialah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai. Untuk memmudahkan pelaksanaannya perlu disediakan pedoman wawancara berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan. 3) Studi kasus Studi kasus yaitu mempelajarai individu dalam periode tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. b. Tes Alat penilaian berupa tes, tes menurut F. L. Goodenough adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu
atau
sekelompok
individu,
dengan
maksud
untuk
membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain.27 Dengan definisi di atas dapat dipahami tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka
27
1996), 67.
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
24
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas
baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, dan nilai dapat dibandingkan dengan testee yang lain. Adapun prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan ketrampilan siswa yang diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Adapun fungsi tes secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki yaitu: 1) Sebagai alat ukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. 2) Sebagai alat ukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.28 Adapun prinsip-prinsip bentuk tes diantaranya yaitu: 1) Tes tersebut hendaknya dapat mengukur serta secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan intruksional. Jika tujuan tidak jelas, maka penilaian terhadap hasil belajar pun
28
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 67.
25
akan tidak terarah sehingga akhirnya hasil penilaian tidak tercerminkan isi pengetahuan atau keterampilan siswa yang sebenarnya. Dengan kata lain hasil penilaian tidak valid, yaitu tidak mengukur apa yang sebenarnya harus diukur. 2) Mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan. Kita harus mengetahui bahwa bahan pelajaran yang diajarkan dalam jangka waktu tertentu tidak mungkin dapat diukur atau kita nilai keseluruhannya. Oleh karena itu, dalam rangka mengevaluasi hasil belajar siswa kita hanya dapat mengambil beberapa sampel hasil belajar yang dianggap penting dan dapt mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama siswa mengikuti suatu unit pengajaran. 3) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan. Untuk dapat mengukur bermacam-macam performance hasil belajar yang sesuai tujuan pengjaran yang diharapkan, diperlukan kecakapan menyusun berbagai macam bentuk soal dan alat evaluasi. Oleh karena itu, penyusunan suatu tes harus disesuaikan dengan jenis kemampuan hasil belajar yang hendak diukur dengan tes. 4) Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Masing-masing jenis tes tersebut memiliki karakteristik tertentu, baik bentuk soal, tingkat kesukaran, maupun cara
26
pengolahan dan pendekatannya. Oleh karena itu, penyusunan dan penyelenggaraan tes harus disesauikan dengan tujuan dan fungsinya sebagai alat evaluasi yang diinginkan. 5) Dibuat
seandal
(reliable)
mungkin,
sehingga
mudah
diinterpretasikan dengan baik. Suatu alat evaluasi dikatakan andal jika alat tersebut benar-benar dapt dipercaya. 6) Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru. Hal ini dijadikan suatu prinsip dalam penyusunan tes hasil belajar mengingat bahwa hingga kini masih banyak para guru yang memandang tes hasil belajar itu hanya sebagai alat evaluasi tahap akhir dari suatu proses belajar yang dialami siswa selama jangka waktu tertentu sehingga fungsi formatif dari tes hasil belajar selalu diabaikan.Dengan demikian penyusunan dan penyelenggaraan tes di samping mengukur sampai di mana keberhasilan siswa dalam belajar, sebaiknya dipergunakan pula untuk mencari infomasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengjar guru itu sendiri. Dilihat dari segi bentuk pelaksanaannya, tes dapat di bagi menjadi tiga jenis: 1) Tes tertulis, yakni soal-soal maupun jawabanya disampaikan bentuk tulisan atau secara tertulis. 2) Tes lisan, adalah soal-soal maupun jawaban disampaikan dalam bentuk lisan.
27
3) Tes perbuatan, adalah pertanyaannya biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-tugas dan penilaiannya dilakukan terhadap hasil yang dicapai.29 Membuat pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah, sebab tes merupakan alat untuk melihat perubahan kemampuan dan tingkah laku siswa setelah ia menerima pengajaran dari guru di sekolah. Alat evaluasi yang salah, akan menggambarkan kemampuan dan tingkah laku yang salah pula. Oleh karena itu, teknik penyusunan alat evaluasi penting dipertimbangkan agar memperoleh hasil yang objektif. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalm menyusun alat evaluasi, ialah: 1) Harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai, sehingga betul-betul terbatas serta dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat dinilai. 2) Harus menentapkan alat evaluasi yang betul-betul valid dan reliabel, artinya taraf ketepatan dan ketetapan tes sesuai dengan aspek yang akan dinilai. 3) Penilaian harus objektif, artinya menilai prestasi peserta didik sebagaimana adanya. 4) Hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteria yang berlaku.
29
Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta:P Rineka Cipta, 2001), 36.
28
5) Alat evaluasi yang dibuat dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran dan guru dalam mengajar.30 Ditinjau dari segi bentuk pertanyaan yang diberikan tes hasil belajar yang biasa dipergunakan oleh seorang guru, untuk menilai hasil belajar peserta didik di sekolah dapat dibedakan atas dua jenis yaitu tes objektif dan tes essay. 31 Tes essay terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk plihan benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan isian.
6. Tes Menjodohkan Penilaian menjodohkan adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari dua kolom yang berisi uraian-uraian, keterangan-keterangan atau statemen.
32
Peserta didik disuruh menjodohkan masing-masing
keterangan yang berada dalam kolom sebelah kiri dengan keterangan yang berada dalam kolom sebelah kanan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal menjodohkan, di antaranya yaitu: a. Problem-problem yang dikemukakan dalam soal menjodohkan hendaknya terdiri dari problem yang sejenis, nama dengan nama, tempat dengan tempat, waktu dengan waktu, dan sebagainya.
30
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, 116. Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, 27. 32 Ibid, 6. 31
29
b. Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama seningga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen. c. Letakkan soal-soalnya pada kolom sebelah kiri dan berilah nomor urut. Option (jawaban) letakkan pada kolom sebelah kanan dan diberi tanda dengan urutan abjad. d. Janganlah membuat pasangan yang terlalu banyak dalam sebuah soal. Menurut Remers" The Number of response alternatives should seldom be greater than ten (remers, 1960: 241), adalah lebih baik dua pasangan yang pendek daripada pasangan yang panjang. Pasangan yang panjang terlalu banyak menghabiskan waktu, untuk memudahkan pemberian skor pasanangan biasanya terdiri dari 3 problem dengan 5 opsi. e. Janganlah menulis sebuah tes menjodohkan bersambung ke halaman berikutnya, hal ini bisa membingungkan peserta didik.33 Sedangkan kelemahan dan
kelebihan soal menjodohkan di
antaranya: Kelemahan 1) Hanya dapat mengukur hal-hal yang berdasarkan atas fakta dan hafalan. 2) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan. a. Kelebihan 33
48.
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar (Bandung: Rosdakarya, 1995), 45-
30
1) Penilaiannya dapat dilakukan denga cepat dan objektif. 2) Tepat
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
bagaimana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan. 3) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang lebih luas.34 Adapun penskoran dalam penilaian tes menjodohkan yaitu: S=R S = Skor yang diperoleh R = Jawaban yang betul
A. Pelajaran al-Qur'an Hadits 1. Pengertian al- Qur'an dan Hadits Al- Qur'an menurut Mohammad Daud Ali adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Muhammad sebagai rosul Allah selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah. 35 Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam al-Qur'an berasal dari kata kerja Qur'an yang berarti membaca dan bentuk masdarnya Qur'an yang berarti bacaan, sedangkan menurut pengertian al-Qur'an yaitu kalam (perbuatan) Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya.36Jadi al- Qur'an adalah kitab suci yang berisi
34 35
Ibid. Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998), 93.
36
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru,1994), 132.
31
firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia. Sedangkan Hadits menurut Mohammad Daud Ali adalah segala perkataan, perbuatan, tindakan yang dilakukan oleh nabi. 37 Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam, Hadits menurut pengertian bahasa ialah suatu berita atau sesuatu yang baru, sedangkan dalam ilmu Hadits istilah tersebut berarti segala perkatan, perbuatan dan taqrir (pengakuan terhadap sesuatu dengan cara tidak memberi komentar) yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.38 Jadi, mata pelajaran al-Qur'an Hadits merupakan unsur mata pelajaran PAI pada Madrasah Tsanawiyah yang memberikan pendidikan kepada siswa untuk memahami al-Qur'an Hadits sebagai sumber ajaran Agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari.39
2. Tujuan Pembelajaran al-Qur'an Hadits
37
Ibid, 110. Harun Nasution, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Djambatun, 2002), 329. 39 Depag RI, KBK Kurikulum (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 38
2003.
32
Adapun fungsi pembelajaran al-Qur'an Hadits di Tsanawiyah di antaranya sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkup keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam siswa dalm kehidupan sehari-hari. c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dpat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangan menuju Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepad Allah SWT. d. Pembiasaan, yaitu menyampaikan pengetahuan, pendidikan dan penanaman nilai-nilai al-Qur'an hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupan.40
3. Fungsi al-Qur'an Hadits Fungsi al-Qur'an yaitu sebagai petunjuk (huda), penerang jalan hidup (bayyinat), pembeda antara yang benar dan yang salah (furqan), penyembuh penyakit hati (syifa"), nasihat atau petuah (mau'izanah) dan sumber informasi (bayan).41
40
Ibid. Said Aqil Husein al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai al-Qur'an (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 4. 41
33
Sedangkan fungsi Hadits diantaranya adalah menegaskan lebih lanjut yang ada dalam al-Qur'an, sebagai penjelasan isi al-Qur'an, dan menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samarsamar ketentuannya di dalam al-Qur'an.42
42
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, 112-113.
34
BAB III IMPLEMENTASI TES MENJODOHKAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI MTS. PUTRA MA'ARIF PONOROGO
H. Gambaran Umum MTs. Putra Ma'arif Ponorogo 1. Letak Geografis MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Letak geografis MTs Putra Ma'arif Ponorogo yaitu: a. Sebelah timur
: Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan
: Masjid Al-Ghozali
c. Sebelah barat
: Makam warga Cokromenggalan
d. Sebelah utara
: Sungai / Dam Cokromenggalan
2. Sejarah Berdirinya MTs. Putra Ma'arif Ponorogo MTs Putra Ma'arif terletak di jalan Gabah Sinawur No.9A, didirikan pada tahun 1951 oleh Bpk. Chafid Tantowi, beliau merintis dan mengasuh madrasah ini dengan bermodalkan sebuah gedung SD dekat masjid NU yang pada waktu itu masih masuk sore hari. Sejalan dengan perkembangan zaman madrasah itupun dapat berkembang dan bertambah muridnya yang akhirnya Lembaga Pendidikan Ma'arif menganjurkan kepada madrasah tersebut untuk masuk pagi. Tetapi anjuran tersebut justru membuat bingung Bpk. Chafid Tantowi selaku Kepala Madrasah karena tidak adanya gedung, yang akhirnya madrasah tersebut dipindahkan ke
35
Pondok Durisawo pada tahun 1955 dengan direktur Bpk. Chafid Tantowi dan dibantu oleh beberapa guru diantaranya: a. Bapak Asmuni b. Bapak Mukhlas c. Bapak Harun d. Bapak K. Hasanuddin e. Bapak K.H. Chumaidi Syamsudin MA Pada tahun 1957 terjadi perkembangan pendidikan dan tenaga guru tidak seimbang, madrasah yang baru
satu tahun masuk pagi tersebut
direkturnya diganti bapak Imam Arifin. Hal itu dikarenakan bapak Tantowi yang berstatus guru SMP ditarik kembali. Pada
masa
kepemimpinan
bapak
Imam
Arifin
terjadi
perkembangan pendidikan yang diikuti bertambahnya jumlah murid, dan kahirnya pada tahun 1959 lembaga Syuriah Nahdlatul Ulama (NU) mengintruksikan untuk segera melakukan pemisahan murid antara lakilaki dan perempuan. Pemisahan ini tidak hanya dilakukan pada bangku belajar tetapi lokasi kelas yaitu murid putra di pondok bagian barat dan namanya berubah menjadi Muallimin dan putri di pondok bagian timur yang berubah menjadi Muallimat. Oleh karena itu, tenaga gurupun harus tambah lagi di antaranya yaitu: a. Bpk. Mujab Thohir b. Bpk. K. Muhayat Syah c. Bpk. Imam Badri Mukmin
36
d. Bpk.Imam Arwakhi e. Bpk. Mukhyar Perkembangan terus terjadi dengan pesat dan jumlah murid terus meningkat dan akhirnya terjadi konflik antar keluarga, akhirnya madrasah tersebut terpecah menjadi tiga bagian, yaitu yang mengikuti keluarga menjadi MTs. K.H. Syamsuddin dan yang kedua pindah ke Jl. Sultan Agung (Muallimat), dan yang ke tiga Muallimin. Pada tahun 1975 madrasah Mualimin lengkap menjadi 6 tahun berubah menjadi Tsanawiyah dan Aliyah. Karena SMP Ma'arif mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka kelas 5 dan 6 yang menumpang di Madrasah tersebut pada tahun 1976 dengan terpaksa harus kembali ke Durisawo. Pada tahun 1994 kelas 1 dan 2 dipindah lagi ke Jl. Gabah Sinawur Cokromenggalan, dan akhirnya pada tahun 1998 semua murid Muallimin baik MTs dan MA di kumpulkan menjadi satu di Madrasah yang bertempat di Jl. Gabah Sinawur No. 9 Cokromenggalan, pada saat itu kepemimpinan dipegang oleh bapak Drs. HM. Haris Habib untuk MA dan MTs. dipimpin oleh K. Adnan Qohar. Selanjutnya pada tahun 2004 bapak Haris Habib pensiun dari kepala MA diganti Bapak K. Adnan Qohar dan MTs. dipimpin oleh bapak Dodik Setiawan, S.Pd sampai sekarang.43
43
Lihat transkrip Dokumentasi Tentang sejarah berdirinya MTs. Putra Ma'arif Ponorogo koding: 01/D/7-IV/2009
37
3. Visi,misi, dan Tujuan Layaknya sebuah lembaga atau organisasi lainnya, MTs. Putra Ma'arif Ponorogo tentunya memiliki visi, misi serta tujuannya sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatannya. Adapun visi, misi, dan tujuannya sebagai berikut: a. Visi MTs Putra Ma'arif Ponorogo Terwujudnya institusi pendidikan setingkat SMP/Madrasah Tsanawiyah yang handal dan bermutu tinggi, serta berakhlakul karimah. b. Misi MTs Putra Ma'arif Ponorogo 1) Menghasilkan lulusan yang mampu membaca al-Qur'an serta memahami tafsirnya 2) Menghasilkan lulusan yang memahami kitab-kitab salaf dalam bidang Fiqh, Tafsir, Nahwu,Shorof dan lain-lain 3) Mencetak lulusan yang menguasai beragam tata cara ibadah, serta mau berbuat amar ma'ruf nahi mungkar 4) Mencetak lulusan yang menguasai dan mampu berkomunikasi dengan bahasa asing 5) Mencetak lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peka dan peduli terhadap masalah lingkungan 6) Siswa-siswa menguasai teknologi komputer dalam bidang aplikasi serta pemograman
c. Tujuan MTs Putra Ma'arif Ponorogo
38
1) Terciptanya alumni madrasah yang mampu dalam memahami alQur'an serta memahami tafsirnya, guna dipakai dalam pijakan kehidupan beragama sehari-hari 2) Terciptanya alumni yang mamahami kitab-kitab salaf untuk bekal hidup di masyarakat 3) Terciptanya alumni yang mampu dalam hal ubudiyah (beragama) secara benar, serta mau berbuat amar ma'ruf nahi mungkar 4) Terciptanya alumni madrasah yang bisa menguasai berbagai macam bahasa asing 5) Terciptanya alumni madrasah yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta peka dan peduli terhadap masalah lingkungan 6) Terciptanya alumni madrasah yang menguasai teknologi komputer dan pemprograman44
4. Struktur Organisasi MTs Putra Ma'arif Adapun struktur organisasi di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo sebagai berikut:45 a. Kepala sekolah
: Dodik Setiawan, S.Pd
b. Wakil kepala sekolah
: KH. Adnan Qohar
c. Wakasek kurikulum
: Zaida Ahmad , S.Pd
d. Wakasek Kesiswaan
: Ahmad Luthfi, M.Fil.I
44 Lihat transkrip dokumentasi tentang profil MTs. Putra Ma'arif Ponorogo koding: 02/D/7-IV/2009 45 Lihat transktip dokumentasi tentang Struktur organisasi MTs. Putra Ma'arif Ponorogo koding: 03/D/7-IV/2009
39
e. Wakasek Keuangan
: H.M. Hariyanto, S.Pd
f. Wakasek BP
: Drs. Khoirul Huda
Sedangkan untuk staf lainnya yaitu: a. Guru
: ada 14 orang
b. TU
: 2 orang
c. Penjaga
: 1 orang
Adapun nama-nama guru dan karyawan MTs. Putra Ma'arif Ponorogo yaitu: Tabel I Data nama-nama Guru dan karyawan KH. Adnan Qohar
selaku guru
Drs. Khoirul Huda
selaku guru
Zaida Ahmad S.Pd
selaku guru
Ahmad Luthfi, M.Fil.I
selaku guru
Dodik Setiawan, S.Pd
selaku guru
K.H. Ramlan
selaku guru
Moh. Supraptono, A.Ma
selaku guru
Anita Nurrohmawati, S.Pd.I
selaku guru
Nasiruddin Aziz S.Ag
selaku tata usaha
Atik Isnariyati
selaku tata usaha
5. Tugas dan fungsi masing-masing komponen organisasi a. Kepala sekolah Kepala sekolah sangat berperan penting dalam perkembangan madrasah baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Adapun keputusan seorang kepala sekolah sangat mempengaruhi semua hal yang berkaitan dengan madrasah. Jadi tugas kepala sekolah di MTs. Putra Ma'arif
40
diantaranya yaitu sebagai edukator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, serta motifator. b. Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan Seorang wakil kepala sekolah adalah pembantu dalam proses terlaksananya tugas seorang kepala sekolah. Sehingga seorang kepala sekolah membutuhkan bantuan tidak mungkin berjalan sendirian tanpa bantuan yang lain. Adapun tugas waka bidang kesiswaan yaitu: 1) Perencanaan dan pelaksanaan Penerimaan siswa baru Pelaksanaan penerimaaan siswa baru di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo dilaksanakan pada pertengahan bulan Juli, untuk merekrut peserta didik baru madrasah ini mengadakan strategi
seperti:
mengadakan bakti sosial atau penyembelihan hewan kurban di daerah-daerah tertentu sehingga masyarakat supaya tertarik. Hal ini adalah salah satu agenda wakasek bidang kesiswaan tiap tahunnya. 2) Pengelompokan peserta didik Di madrasah ini pengelompokkan peserta didik di tahun-tahun akhir ini tidak dilakukan karena terjadi penurunan jumlah siswa, karena untuk sekarang ini peserta didiknya hanya setiap jenjang satu kelas semua. Tapi hal ini merupakan agenda juga bagi wakasek bidang kesiswaan, walaupun pelaksanaannya tidak terjadi karena suatu kondisi yang tidak memungkinkan.
3) Pengaturan pembinaan dan tata tertib sekolah Pembinaan siswa dilakukan dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan-kegiatan lain seperti muhadhoroh, kajian kitab kuning dan diadakannya makesta tiap tahunnya untuk membekali siswa dalam terjun ke masyarakat. Selain itu juga melatih kedisiplinan siswa yaitu dengan mentaati tata tertib sekolah yang berlaku.
4) Pengaturan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler Di MTs Putra Ma'arif Ponorogo ini mempunyai berbagai kegiatan ekstrakurikuler diantaranya: a) Pramuka yang dilaksanakan setiap jumat sore
41
b) Olahraga yang dilaksanakan setiap pagi jam pertama c) Komputer yang dilaksanakan pada jam pelajaran secara bergantian dari setiap kelas satu minggu sekali d) Kajian kitab kuning, masuk pada jam pelajaran muatan lokal e) Muhadhoroh yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali, kegiatan ini diadakan dengan tujuan untuk melatih kemampuan siswa berbicara di depan orang banyak sekaligus menyiapkan calon generasi muda yang dapat berbicara di depan umum. 5) Kebijakan-kebijakan sekolah di bidang kesiswaan Kebijakan di bidang kesiswaan yaitu dengan memberikan kebebasan berkreasi terhadap peserta didik yang tertampung dalam organisasi siswa intra sekolah (OSIS) maupun ekstrakurikuler dengan mengadakan kegiatan pertandingan sepakbola antar kelas atau dengan sekolah lain. c. Wakil kepala sekolah bidang keuangan Tugas seorang wakil kepala bidang keungan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keuangan madrasah, diantaranya membuat daftar gaji pegawai, pengolahan keuangan , pengelolaan dana, pembuatan SPJ, dan laporan keuangan. d. Wakil kepala sekolah bidang BP Tugas wakil kepala bidang bimbingan dan konseling sebagai berikut: 1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
42
2) Mengadakan koordinasi dengan wakil kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar. 3) Memberi saran dan pertimbangan peserta didik dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan. 4) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling. 5) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling. e. Wakil kepala sekolah bidang Kurikulum Di MTs. Putra Ma'arif ini yang menangani di bidang kurikulum yaitu wakasek kurikulum Bpk. Zaida Ahamd, S. Pd. Adapun tugas wakasek kurikulum yaitu membuat dan mengatur pelajaran yang sesuai dengan kurikulum nasional. Tetapi, madrasah ini mempunyai kebijakan sendiri di bidang kurikulum yaitu memperbanyak muatan lokal (kitab-kitab) yang diajarkan. Dan pengalokasian waktu dari pelajaran tersebut yaitu meminimalisir waktu dari pelajaran lainnya. Adapun tugas wakasek kurikulum : a. Program Kurikulum Tugas seorang wakasek kurikulum yaitu membuat program semester, pembagian tugas guru, dan penyusunan jadwal. Adapun jadwal program semester disesuaikan dengan kalender pendidikan dengan melihat jumlah waktu efektif mengajar
43
dan jumlah hari libur. Hal ini dilakukan agar jadwal pengajaran tepat sesuai dengan yang di targetkan dalam satu semester. Pembagian tugas mengajar guru dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum yaitu Bpk. Zaida Ahmad, S.Pd dengan melihat
dan
mempertimbangkan
usulan-usulan
yang
masuk
kemudian dalam jadwal pengajaran. Kemudian
dalam
penyusunan
jadwal
mengajar
guru
disesuaikan dengan bidang masing-masing agar pelajaran mudah tersampaikan, dan selain itu untuk pelajaran muatan lokal diserahkan kepada guru yang berkompeten dalam pelajaran tersebut. b. Pelaksanaan penyusunan rencana mengajar dan persiapan harian Dalam penyusunan rencana mengajar ini meliputi: 1) Program tahunan Penyusunan program tahunan dilakukan dengan menghitung jumlah waktu efektif dan tidak efektif dalam jangka waktu satu tahun, serta penyusunan pelajaran yang akan diajarkan terutama untuk pelajaran muatan lokal. 2) Program semester Program ini berisi tentang pokok bahasan satu mata pelajaran yang akan diajarkan dalam jangka waktu satu semester, hal ini agar materi yang akan diajarkan tepat sesuai dengan yang ditargetkan dalam kurikulum. 3) Program harian
44
Program harian ini dipersiapkan setiap kali tatap muka dalam jangka satu pembahasan dapat terarah sesuai dengan materi dalam kurikulum. Persiapan ini ada dua, yaitu: a) Silabus (satuan pembelajaran) Silabus ini berisikan tentang materi yang akan diajarkan dalam satu pembahasan. Meliputi kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, indikator pencapaian, dan evaluasi.
b) Skenario (rencana pembelajaran) Pembuatan skenario pembelajaran ini berisi tentang cara mengajar atau metode-metode yang digunakan dalm proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran mudah tercapai.
4) Pelaksanaan penilaian Pelaksanaan penilaian terhadap siswa meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun kriteria penilaiannya adalah: a) Kognitif Ulangan harian (A) + nilai tugas (B) Rumus nilai harian (NH): NH = 3 A+B 4 Nilai ulangan umum (NU) =NH+2NU (hasilnya pecahan) 3 Untuk nilai raport dari hasil ulangan umum dibulatkan. b) Afektif Aspek yang di nilai adalah kehadiran siswa dikelas, keaktifan siswa di dalam kelas, tingkah laku dan kepribadian siswa. c) Psikomotorik Aspek yang dinilai adalah mempersiapkan alat, merangkai percobaan, analisis hasil percobaan, mempresentasikan hasil percobaan, laporan hasil percobaan kesemuanya itu disesuaikan dengan mata pelajaran masing-masing.
45
5) Laporan kemajuan belajar siswa Laporan kemajuan belajar siswa ini dituangkan dalam buku raport siswa berbentuk angka sebagai hasil belajar siswa dengan nilai komulatif dari beberapa aspek yang dinilai di atas. Dan nilai dalam buku raport ini sekaligus laporan dari wali kelas kepada wali murid.
6) Kebijakan-kebijakan sekolah dibidang pengajaran Kebijakan pengajaran diserahkan sepenuhnya kepada guru masing-masing pelajaran dengan mengacu kepada kurikulum yang telah tersedia.
f. Guru Guru
bertanggung
jawab
kepada
kepala
madrasah
dan
mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar secara efektif dan efisien yang meliputi: 1) Membuat program pengajaran yaitu program tahunan dan semester, RPP, dan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan belajarmengajar. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran. 3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar- mengajar, ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir. 4) Melaksanakan analisis ulangan harian. 5) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan. 6) Membuat alat pengajaran. g. Kepala Tata Usaha Kepala tata usaha mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan madrasah dan bertanggung jawab kepada kepala madrasah dalm kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun tata usaha madrasah. 2) Pengelolaan uang sekolah.
46
3) Pengurusan administrasi ketenagaan dan kesiswaan 4) Pengembangan dan pembinaan karir pegawai tata usaha madrasah 5) Penyusunan administrasi perlengkapan madrasah. 6) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan tata usaha secara berkala.46
6. Sarana dan Prasarana Setiap sekolah pasti mempunyai sarana dan prasarana karena itu merupakan syarat sebuah sekolah, sebagai pusat pembelajaran. Di MTs. Putra Ma'arif demikian juga, adapun fasilitas yang dimiliki sampai saat ini meliputi: a. Ruang belajar sebanyak 6 ruangan dengan ukuran memenuhi standar yang ditentukan. Ruang belajar adalah yang sangat utama, jika tidak ada ruang belajar yang memadai maka proses pembelajaran akan terganggu dan tidak berjalan dengan lancar. MTs. Putra Ma'arif ini mempunyai 6 ruangan yang terpakai hanya 3 ruangan dan yang lain dipergunakan untuk kegiatan lain, seperti tempat olahraga tenis meja. b. Ruang kantor, ruang guru, dan ruang kepala sekolah Dalam kegiatan sehari-hari sangat diperlukan ruang tersendiri agar proses kegiatan di sekolah berjalan sesuai fungsinya yaitu sepeti ruang kantor, ruang guru, ruang kepala sekolah. Hal ini di MTs. Putra ma'arif juga mempunyainya.
46
Profil Madrasah Tsanawiyah Putra Ma'arif Ponorogo
47
c. Masjid sebagai sarana ibadah Masjid merupakan sarana belajar yang sangat efektif dalam proses pembelajaran sehingga di MTs Putra Ma'arif ini disediakan masjid yang sangat memenuhi syarat yaitu dengan sarana yang lengkap sekali. d. Perpustakaan Dalam segi kelengkapan buku-buku perpustakaan sudah cukup memadai hanya saja kekurangan tenaga sebagai penjaga perpustakaan. Sehingga perpustakaan tidak selalu dibuka, hanya buka pada saat atau waktu tertentu saja. Dan yang menjadi petugas perpustakaan juga merangkap sebagai tenaga administrasi tata usaha bapak Moh. Supraptono serta guru. e. Laboratorium bahasa dan komputer Pada kenyataannya di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo mempunyai laboratorium sendiri. Setiap kelasnya masuk dua kali dalam satu minggu dan masuk dalam materi pelajaran yang diajarkan yaitu pelajaran Teknologi Informasi dan komunikasi. f. Studio musik Di Madrasah Tsanawiyah Putra ma'arif ini mempunyai studio musik sendiri, yang mendapat sumbangan dari salah satu donatur sekolah seperangkat alat musik kontemporer. Sehingga pihak sekolah sangat memerlukan tempat tersendiri seperti studio.
48
Adapun keadaan tanah dan bangunan merupakan komplek milik masjid Al-Qhazali Cokromenggalan yang hak pakainya diserahkan kepada Lembaga Pendidikan Ma'arif Ponorogo untuk digunakan oleh Madrasah Tsanawiyah Putra Ma'arif
Ponorogo, yang terletak di Jl.
Gabah Sinawur No. 9A Kelurahan Cokromenggalan Ponorogo.
I. Data Khusus tentang Implementasi Tes Menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur'an Hadits di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo. 1. Latarbelakang Diterapkannya Tes Menjodohkan dalam Kegiatan Pembelajaran al-Qur'an Hadits Kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009. Proses evaluasi dalam pembelajaran sangat penting bagi sekolahsekolah yang melaksanakan pembelajaran seperti di SD, SMP, MTs, MA, dan lain-lain. Karena fungsi evaluasi tersebut adalah sebagai alat ukur dalam mencapai kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan evaluasi di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo sudah diatur sesuai dengan kelembagaan misalnya ujian semester itu evaluasinya melalui kelembagaan LP. Ma'arif Jawa Timur. Sedangkan untuk evaluasi harian seorang kepala sekolah memberi kebijakan kepada guru masingmasing untuk dapat melaksanakan tugas sesuai dengan rencana mereka. Sebagaimana diutarakan oleh bapak Dodik Setiawan,S. Pd selaku kepala Madrasah MTs. Putra Ma'arif Ponorogo sebagai berikut: "Proses evaluasi di sini untuk ujian semester itu sudah diatur oleh lembaga yang bersangkutan karena di sini di bawah naungan LP.
49
Ma'arif maka kami ikut sesuai lembaga, sedangkan untuk evaluasi harian dari sekolah sudah mempunyai patokan penilaian, tetapi pada pelaksanaannya kami serahkan pada guru masing-masing bidang studi yang mengampu".47 Berdasarkan data di atas berarti MTs. Putra Ma'arif juga mengadakan proses evaluasi yaitu ujian semester, ulangan harian. Yang kesemuanya diatur oleh lembaga yang menangunginya. Mata pelajaran Al- Qur'an Hadits merupakan salah satu bagian dari pelajaran PAI, yang ada di sekolah tingkat Tsanawiyah atau Sekolah menengah pertama. Pelajaran ini di dalamnya mengenai kandungan dan isi ayat al-Qur'an, dan mengenai hadits nabi SAW. Unsur terpenting dalam mempelajari al-Qur'an Hadits adalah dapat memahami isi kandungannya dan siswa dapat mengaplikasikannya dengan baik dalam kehidupan seharihari. Adapun proses evaluasi pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo banyak, tapi di antaranya adalah tes menjodohkan. Latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan adalah bahwa
proses
pembelajaran
al-Qur'an
Hadits
masih
kurangnya
pemahaman arti dari ayat al-Qur'an dan hadits. Masih ada siswa yang sulit dalam mengerjakan soal item arti dari ayat al-Qur'an dan hadits. Seperti dikatakan bu Anita Nurrohmawati, S.PdI sebagai berikut: "Untuk siswa di sini itu tingkat kesalahan yang tinggi itu pada soalsoal tentang makna arti ayat al-Qur'an dan Hadits, karena mereka masih sulit untuk memahami arti tersebut. Jadi tingkat kesalahannya pada soal tersebut."48
47 Lihat transkrip wawancara tentang latarbelakang di terapkanya evaluasi dengan kepala sekolah MTs. Putra Ma'arif Ponorogo koding: 01/1-W/F-1/ 11-IV/2009 48 Lihat transkrip tentang latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 02/2-W/F-1/13-IV/2009
50
Permasalahannya sekarang dalam proses pembelajaran al-Qur'an Hadits di MTs. Putra Ma'arif khususnya kelas IX masih ada peserta didik yang sulit memahami arti ayat al-Qur'an Hadits. Dalam mata pelajaran al-Qur'an Hadits sangat diutamakan dalam pemahaman. Hal tersebut karena bahan utama yang ada dalam materi pelajaran tersebut, sehingga peserta didik harus benar-benar dapat memahami tentang kandungan ayat al-Qur'an dan Hadits. Adapun kegiatan tes Menjodohkan pada mata pelajaran Qur'an Hadist yang dilakukan pada kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo ini,. merupakan suatu usaha dalam meningkatkan pemahaman ayat Al-Qur'an Hadits. Sebagaimana yang diungkapkan guru mata pelajaran Al-Qur'an Hadits Bu. Anita, sebagai berikut: "Bahwasanya kegiatan Tes menjodohkan ini merupakan salah satu langkah dalam meningkatkan pemahaman arti ayat al-Qur'an dan Hadits dalam proses kegiatan evaluasi."49 Adapun latarbelakang selanjutnya yaitu kurangnya sumber belajar di MTs. Putra Ma'arif seperti buku paket dan LKS. Sebenarnya, untuk buku paket sudah ada dari Depaartemen Agama tapi tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit. Sedangkan untuk LKS beberapa tahun lalu siswa diminta untuk membeli semua tapi lebih dari 40% tidak mau bayar, karena peserta didik rata-rata dari desa dan kurang mampu dalam hal ekonomi, untuk spp saja banyak yang dapat dari dana BOS (Bantuan
49
Lihat transkrip tentang latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 02/2-W/F-1/13-IV/2009
51
Operasional sekolah). Hal ini seperti diungkapkan bu Anita Nurrohmawati S.Pd.I, sebagai berikut: "Penyebab lainnya yaitu kurangnya buku paket dan tidak adanya LKS. Sebenarnya buku paket sudah ada dari DEPAG tapi tidak mencukupi, sedangkan LKS tidak ada. Sebenarnya beberapa tahun lalu siswa di minta untuk beli LKS semua tapi lebih dari 40% tidak mau bayar, ya maklum mbak siswa di sinikan mayoritas dari desa dan kurang mampu, untuk bayar spp saja banyak yang dapat dari dana BOS ( Bantuan Operasional Sekolah) kok."50 Karena kedua Latarbelakang inilah maka diterapkanya tes menjodohkan dan merupakan suatu alasan mengapa hal ini perlu diadakan, sehingga ini adalah suatu langkah demi meningkatkan pemahaman arti ayat al-Qur'an Hadits pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits.
2. Bentuk Tes Menjodohkan dalam Kegiatan Pembelajaran al-Qur'an Hadits Kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 Dalam proses evaluasi pembelajaran seorang guru mempunyai rencana atau persiapan terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya, dalam pelaksanaan evaluasinya dapat berjalan sesuai yang diinginkan untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Suatu proses evaluasi diperlukan suatu alat untuk mengukur hasil akhir yang akan dicapai. Di dalam proses pembelajaran alat ukurnya berupa tes baik tertulis maupun tidak tertulis. Berbagai bentuk tes banyak
50
Lihat transkrip tentang latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 02/2-W/F-1/13-IV/2009
52
sekali di antaranya adalah tes subjektif berupa uraian bebas dan tes obyektif berupa pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Suatu alat untuk mengukur hasil akhir belajar sangat menentukan proses pembelajaran. Suatu pembelajaran sangat diperlukan sebuah evaluasi untuk mengetahui hasil akhirnya. MTs. Putra Ma'arif Ponorogo ini menggunakan berbagai tes baik subjektif maupun objektif. Dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits salah satunya digunakan tes menjodohkan yang merupakan bagian dari tes objektif. Bentuknya terdiri dari dua kolom yang paralel di mana masingmasing kolom berisi uraian, atau keterangan untuk dijodohkan. Adapun tes menjodohkan merupakan tes yang terbatas, hanya mengukur dengan tingkat kesukarannya rendah. Tes menjodohkan itu merupakan tes yang sangat terbatas sekali, sehingga hanya dapat mengukur sedikit sekali dari proses pembelajaran. Dengan langkah ini diharapkan siswa dapat dengan mudah mencerna soal-soal model seperti ini dan kemudian mudah pula dipahami. Tes menjodohkan ini yang digunakan pada mata pelajaran alQur'an Hadits di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo dengan bentuk tes terdiri dari dua kolom, yang satunya berbentuk soal dan yang satunya berbentuk option atau jawaban untuk dicocokkan dengan soal di sebelahnya. Dengan menjodohkan Seorang peserta didik disuruh menjodohkan jawaban yang tepat terhadap soal di sebelahnya.
53
Bentuk tes menjodohkan yang dilakukan di MTs ini, soal dari jawabannya biasanya panjang yang di ambil dari al-Qur'an dan Hadits Dengan bentuk tes seperti ini diharapkan siswa dapat mudah paham dan mengerti arti dan makna dari ayat al-Qur'an dan Hadits. Hal ini seperti dijelaskan Bu Anita selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits sebagai berikut: "Saya membuat tes ini dengan bentuk soal yang panjang dan untuk jawaban juga panjang, karena soalnya berupa potongan ayat alQur'an dan Hadits, dan soalnya cuma mengartikan dari potongan ayat tersebut, karena siswa di sini masih lemah dalam mengerjakan soal tentang pemahaman ayat, kadang cuma ngawur dalam menjawabnya, jadi menurut saya dengan tes menjodohkan ini diharapkan siswa dapat lebih paham dalam mengerjakan."51 Dalam tes menjodohkan di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo ini model tes jumlah soal, dan jawabannya sama, tanpa melebihkan soal atau jawaban. Sehingga siswa dapat langsung menentukan sikap jawaban mana yang tepat dan sesuai. Adapun bentuk tes ini sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sejak awal sebelum proses evaluasi di lakukan. Dengan demikian, dapat dilaksanakan dengan baik dalam proses implementasinya. Adapun bentuk tes menjodohkan sebagai berikut:
51
Lihat transkrip wawancara tentang bentuk tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 03/2-W/F-2/13-IV/2009
54
Tabel II Tentang bentuk soal tes menjodohkan Isilah jawaban di bawah ini dengan menjodohkan jawaban di samping! No 1.
2.
3.
4. 5.
6. 7.
8.
9. 10.
Soal Jawaban نPQRS اUVW XY نPQZ [ _^ ]\ اa.Orang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan mengharapkan mimpi-mimpi kosong kepda Allah بa ث آdW ا ذ اb. Orang cerdas ialah orang yang menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk hari setelah kematian اdfg PhS ihj وlQVZ دا نn] opqS اc. Sesungguhnya orang-orang تshS munafik itu ( ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. n] iV_ [ ر ك اdS اXY npvVwhS ا ن اd. Apabila berbicara ia berdusta رPwS ا و,Pا هs هlQVZ }xy اn] z{ PfS و ا e.Selamatnya manusia itu ~ اij Xwhy tergantung dia dalam menjaga lisannya (ucapannya). R اdj و ا ذ ا وf. Apabila dipercaya ia berkhianat P] اsS svy ا ~ ا نdwj Pv] x آg. Apabila berjanji ia mengingkari نsRfVy [
~ اXS ا اsg sy سPwS اP
اP
h. Tidak kamu kerjakan
ء و نzQ] nZ PhZ اi. Bertaubatlah kalian kepada Allah SWT. نP nhy و ا ذ ا ا ؤj. Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.
55
3. Implementasi Tes Menjodohkan dalam Kegiatan Pembelajaran alQur'an Hadits Kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 MTs. Putra Ma'arif Ponorogo senantiasa berusaha meningkatkan kualitas peserta didiknya dengan berbagai cara, baik itu melalui kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan tugas guru untuk bisa menentukan suatu cara agar peserta didik yang dididiknya bisa meraih prestasi yang baik, untuk mata pelajaran agama khususnya, karena sekolah ini berbasis keagamaan. Adapun cara dalam meningkatkan keefektifan pembelajaran dengan berbagai bentuk tes yang di antaranya tes menjodohkan. Adapun implementasi tes menjodohkan di kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo tahun 2008/2009 dimulai dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan bu. Anita Nurrohmawati, S.PdI, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits sebagai berikut: "Sebelum proses evaluasi ini di laksanankan terlebih dahulu saya melakukan perencanaan materinya apa, tes apa saja yang tepat agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, kemudian setelah itu pelaksanaan, dan proses evaluasi."52 Adapun proses implementasinya melalui beberapa tahap yaitu: a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan ini dimulai dengan menyiapkan materi yang akan digunakan dalam proses evaluasi, dan seorang guru juga menyiapkan bentuk evaluasinya yaitu berupa alat tes yang sudah ditentukan.
b. Tahap pelaksanaan
52
Lihat transkrip wawancara tentang Implementasi tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 04/2-W/F-3/13-IV/2009
56
Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan seorang guru menerangkan materi dulu sebelum proses evaluasi berlangsung, dan para siswa mendengarkan secara seksama dan aktif dalam proses kegiatan pembelajaran yang ada di dalam kelas.53 c. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi ini adalah tahap yang paling akhir dalam proses implementasi tes menjodohkan. Kegiatan ini seorang peserta didik diberi soal untuk dikerjakan, sesuai waktu yang telah diberikan oleh guru mata pelajaran. Adapun tahap evaluasi ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) Awal Pada bagian awal seorang guru menyediakan soal kemudian memberikan kepada peserta didik dan diminta untuk mengerjakannya. 2) Pelaksanaan Bagian pelaksanaan yaitu waktu proses peserta didik mengerjakan soal, dan seorang guru benar-benar mengawasi proses evalusi tersebut sehingga tanpa ada gangguan. 3) Akhir Sedangkan tahap akhir, peserta didik setelah selesai mengerjakan, tugasnya dikumpulkan, dan kalau masih ada waktu
53
III/2009
Lihat transkrip observasi tentang implementasi tes menjodohkan koding: 01/O/F-3/5-
57
guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran dan menyocokkan tes yang baru dikerjakan.54 Adapun respon siswa tentang pelaksanaan tes menjodohkan ini sangat
positif,
karena
mereka
merasa
tidak
kesulitan
dalam
mengerjakannya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu peserta didik kelas XI MTs. Putra Ma'arif yang bernama Mohammad Nur Kholis sebagai berikut: "Saya sangat senang dengan adanya soal menjodohkan karena kita tinggal menyocokkan aja, dan kita diberi pilihan saja. Dan dalam hal ini lebih mudah dipahami soalnya kok, menurut saya senang sekali dengan soal seperti ini. "55 Suatu respon yang seperti ini dari peserta didik sangat mendukung proses implementasi tes menjodohkan. Sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas pemahaman tentang hal di atas. Sesuai yang dikatakan bu Anita Nurrohmawati, sebagai berikut: "Setelah saya melihat hasil dari nilai tes seperti ini sangat memuaskan tingkat kesalahan siswa sangat kecil, apalagi respon siswa yang sangat senang, sehingga saya sangat berharap tidak hanya sekarang saja siswa nilainya bagus tentang pemahaman arti ayat al-Qur'an dan hadits, tetapi kedepannya juga lebih baik dan siswa dapat berhati-hati dalam mengerjakan soal seperti ini."56 Implementasi tes menjodohkan di MTs. Putra Ma'arif ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pemahaman dalam mata pelajaran al-Qur'an Hadits. Sehingga di harapkan ke depannya siswa dapat lebih berhati-hati dalam mengerjakan evaluasi dengan bentuk apapun.
54
III/2009
Lihat transkrip observasi tentang implementasi tes menjodohkan koding: 02/O/F-3/5-
55 Lihat transkrip wawancara respon siswa tentang implementasi tes menjodohkan koding: 05/3-W/F-3/ 13-IV/2009 56 Lihat transkrip wawancara respon siswa tentang implementasi tes menjodohkan koding: 05/3W/F-3/13-IV/2009
58
Proses evaluasi itu sangat menentukan hasil akhir dalam proses pembelajaran, karena berhasil tidaknya pembelajaran tersebut tergantung pada hasil akhir yaitu berupa evaluasi itu sendiri. Adapun data nilai siswa sebagai berikut:57 Tabel III Tentang hasil nilai tes menjodohkan No
57
IV/2009
Nama peserta didik
Nilai
Keterangan
1.
Achmad Muqtalifin
8
Baik
2.
Ahmad Faizin Ngajibullah
7
Cukup
3.
Akrom Fatoni
8
Baik
4.
Bambang Pramusinto
7
Cukup
5.
Kolsum
10
Baik sekali
6.
Moh. Nurkholis
7
Cukup
7.
Purnomo
8
Baik
8.
Rachmatullah Abidin
7
Cukup
9.
Fitria Syaifullah
9
Baik sekali
10. Bayu Ramadhana Rifin
8
Baik
11. Katno
9
Baik sekali
12. Edi Saputra
7
Cukup
13. Muhammad Iftah Fauzi
8
Baik
14. Rudi Widodo
8
Baik
15. Nur Rohman
7
Cukup
Lihat transkrip dokumentasi tentang hasil nilai tes menjodohkan koding: 05/D/ F-3/14-
59
Keterangan nilai 86-100
: A = Baik sekali
71-85
: B = Baik
56-70
: C = Cukup
41-55
: D = Kurang
< 40
: E = Sangat kurang
Rumus : N = B ( Nilai = Jumlah benar)
60
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI TES MENJODOHKAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN AL-QUR'AN HADITS DI MTS. PUTRA MA'ARIF PONOROGO
J. Latarbelakang Diterapkannya Tes Menjodohkan dalam Kegiatan Pembelajaran al-Qur'an Hadits Kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 Penilaian adalah suatu upaya memberi nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuantujuan pembelajaran. Proses penilaian harus mengandung prinsip-prinsip di antaranya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif dan juga komperabel, sehingga tidak adanya kecurangan dalam hal penilaian. Adapun fungsi penilaian itu sendiri di antaranya sebagai umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran dan sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar peserta didik. Proses penilaian ini sangat penting sekali karena untuk mengukur berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran.58 Model penilaian di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo salah satunya dengan diadakannya tes menjodohkan pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits. Proses pembelajaran di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo menggunakan tes jenis ini dikarenakan adanya suatu permasalahan. Adapun pelajaran al-Qur'an Hadits 58
bermaksud agar siswa dapat memahami al-Qur'an Hadits sebagai
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), 3.
61
sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran al-Qur'an Hadits ini di antaranya : a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkup keluarga maupun jenjang pendidikan sebelumnya. b) Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. c) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa dan menghambat perkembangan menuju Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. d) Pembiasaan,
yaitu
menyampaikan
pengetahuan,
pendidikan
dan
penanaman nilai-nilai al-Qur'an hadits pada siswa sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh kehidupan.59 Adapun latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan karena adanya tingkat kesalahan yang cukup banyak dalam mengerjakan soal item arti ayat al-Qur'an dan Hadits.
60
Sehingga guru berinisiatif menggunakan tes
menjodohkan guna memudahkan peserta didik dalam memahami soal seperti bentuk tersebut dan mudah dalam mengerjakannya.
59
2003).
60
Depag RI, KBK Kurikulum (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam,
Lihat transkrip tentang latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 02/2-W/F-1/13-IV/2009.
62
Apabila kita lihat dari segi fungsinya tes menjodohkan ini berfungsi untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran dan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana kemajuan siswa dalam belajar. Jadi sangat baik sekali tes ini diterapkan karena suatu tes itu dikatakan baik kalau mempunyai fungsi yang jelas, sehingga kedepannya dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Apabila kita lihat dari segi manfaatnya, sangat bermanfaat sekali karena memudahkan siswa dalam memahami soal tentang arti potongan ayat al- Qur'an dan Hadits. Tetapi tes menjodohkan ini juga mempunyai kelemahan diantaranya hanya terbatas dalam hal tertentu saja., dan siswa cenderung kurang teliti dalam mengerjakannnya, tetapi soal model seperti ini untuk prosentase tingkat kesalahannya sedikit, karena tinggal memasangkan saja. Semua jenis tes itu tak lepas dari kekurangan dan kelebihannya, tinggal seorang gurulah yang harus pandai-pandai dalam memilih tes yang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, jadi hasilnya akan lebih optimal. Adapun latarbelakang diterapkannya tes menjodohkan yang kedua yaitu kurangnya sumber belajar seperti buku paket dan LKS. Sumber belajar itu sendiri adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai tempat di mana bahan pelajaran terdapat, dengan demikian sumber belajar itu merupakan bahan untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru.61
61
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 213.
63
Suatu sumber belajar memang sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran. Sumber belajar adalah hal yang paling utama dalam belajar. Apabila sumber belajar tidak ada maka tidak akan terjadi proses pembelajaran. Jadi, sumber belajar juga sangatlah penting sekali dan diperhatikan bagi sekolah-sekolah. Dan seharusnya pihak sekolah harus mengusahakan sekuat tenaga agar setiap siswa mempunyai sumber belajar. Jadi sangat diperlukan berbagai strategi dalam tercapainya tujuan pembelajaran dalam kegiatan proses evaluasi ini dengan salah satunya menggunakan tes menjodohkan ini. Tetapi suatu proses pembelajaran tidak cukup dikatakan berhasil dengan alat ukur yang tepat saja, juga harus diperhatikan metode pengajaran, dan strategi yang tepat dalam proses pembelajaran. Dan suatu sumber belajar yang mencukupi pulalah proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
K. Bentuk Tes Menjodohkan dalam Kegiatan Pembelajaran al-Qur'an Hadits Kelas IX MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 Alat penilaian yaitu salah satunya berupa tes, menurut F. L. Goodenough adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain. 62 Dengan definisi di atas dapat dipahami tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu 62
1996), 67.
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
64
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, dan nilai dapat dibandingkan dengan testee yang lain. Proses penilaian di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo
pelaksanaannya
dilakukan enam bulan sekali atau disebut ujian semester dan diadakan dua kali dalam satu tahun. Adapun untuk penilaian harian diadakan oleh guru mata pelajaran masing-masing.63 Model penilaian di MTs. Putra Ma'arif ini termasuk penilaian sumatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada
akhir semester atau akhir tahun.
Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, penilaian ini berorientasi kepada produk atau proses. Sedangkan penilaian yang diadakan guru pada bidang studi masing-masing merupakan jenis penilaian formatif. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran untuk melihat tingkat keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri. Dengan penilaian formatif ini diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits di MTs. Putra Ma'arif salah satu penilaian yang digunakan guru model penilaian normatif yaitu berupa tes menjodohkan. Tes menjodohkan adalah salah satu bentuk tes objektif yang terdiri dari dua kolom yang berisi uraian-uraian, keterangan-keterangan atau 63
Lihat transkrip wawancara tentang latarbelakang di terapkanya evaluasi dengan kepala sekolah MTs. Putra Ma'arif Ponorogo koding: 01/1-W/F-1/ 11-IV/2009.
65
statemen. 64 Tes menjodohkan ini adalah salah satu alat ukur dalam proses evaluasi setelah kegiatan belajar-mengajar. Dalam hal ini siswa disuruh menjodohkan masing-masing keterangan yang berada di dalam kolom sebelah kiri dengan keterangan yang berada di sebelah kanan. Teknik penyusunan tes penting dipertimbangkan agar memperoleh hasil yang objektif. Ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam menyusun alat tes : 6) Harus menetapkan dulu segi-segi apa yang akan dinilai, sehingga betulbetul terbatas serta dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi tersebut dapat dinilai. 7) Harus menentapkan alat evaluasi yang betul-betul valid dan reliabel, artinya taraf ketepatan dan ketetapan tes sesuai dengan aspek yang akan dinilai. 8) Penilaian harus objektif, artinya menilai prestasi siswa sebagaimana adanya. 9) Hasil penilaian tersebut harus betul-betul diolah dengan teliti sehingga dapat ditafsirkan berdasarkan kriteria yang berlaku 10) Alat evaluasi yang dibuat dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan siswa dalam proses pembelajaran dan guru dalam mengajar.65 Bentuk tes di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo pada mata pelajaran alQur'an Hadits di antaranya tes menjodohkan, seperti yang dikatakan bu Anita Nurrohmawati, S.Pd selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits bahwa dia 64
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), 27. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), 116. 65
66
menggunakan alat tes di antaranya tes menjodohkan, dan dibuat sendiri soalnya. Dari pernyataan bu Anita di atas jelas bahwa salah satu bentuk tes yang digunakan adalah tes menjodohkan. Dari segi penyusunannya termasuk tes buatan guru sendiri, karena soalnya dibuat sendiri. Adapun ciri-ciri tes buatan di antaranya didasarkan atas bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh gruu untuk kelasnya sendiri, dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan yang sempit, biasanya disusun sendiri oleh guru dengan sedikit atau tanpa bantuan tenaga ahli, jarang-jarang menggunkaan butir-butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisis, dan direvisi, mempunyai reliabilitas sedang atau rendah, dan norma kelompok terbatas kelas tertentu.66 Jadi, jenis tes buatan sendiri ini banyak sekali kelemahannya namun demikian tes ini bisa digunakan guru apabila dalam keadaan yang mengharuskan menggunakan tes bentuk ini, seperti kurangnya sumber pembelajaran seperti buku-buku atau LKS. Tes menjodohkan ini termasuk bagian dari tes objektif. Tes objektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo bentuk tes menjodohkan terdiri dari dua kolom sebelah kiri soal dan sebelah kanannya opsi atau jawaban dengan 66
146-147.
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,2000),
67
soal dan jawaban yang panjang, karena soalnya berupa potongan ayat alQur'an dan Hadits.67 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan soal menjodohkan: 1. Problem yang dikemukakan dalam soal menjodohkan hendaknya terdiri dari problem yang sejenis, nama dengan nama, tempat dengan tempat, waktu dengan waktu, dan sebagainya. 2. Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama sehingga persoalan yang ditanyakan bersifat homogen. 3. Letakkan soal-soalnya pada kolom sebelah kiri dan berilah nomor urut. letakkan opsi jawaban pada kolom sebelah kanan dan diberi tanda dengan urutan abjad. 4. Janganlah membuat pasangan yang terlalu banyak dalam sebuah soal. Menurut Remers" The Number of response alternatives should seldom be greater than ten, adalah lebih baik dua pasangan yang pendek daripada pasangan yang panjang. Pasangan yang panjang terlalu banyak menghabiskan waktu, untuk memudahkan pemberian skor pasangan biasanya terdiri dari 3 problem dengan 5 opsi. 5. Janganlah menulis sebuah tes menjodohkan bersambung ke halaman berikutnya, hal ini bisa membingungkan peserta didik.68 Dalam penyusunan tes menjodohkan di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo, kurang sesuai dengan bentuk tes menjodohkan yang baik, karena soal dan 67
Lihat transkrip wawancara tentang bentuk tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 03/2-W/F-2/13-IV/2009. 68 Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, 45-48.
68
jawabannya terlalu panjang dan akan menghabiskan banyak waktu. Untuk isi soalnya sudah benar yaitu homogen, karena mencakup satu materi pelajaran, tanpa tercampur materi lain. Menurut bu. Anita Nurrohmawati, dengan soal bentuk seperti ini diharapkan siswa lebih mudah dalam mengerjakan walaupun bentuk soal dan jawabannya panjang. Karena dalam hal ini yang dibuat pertanyaan potongan ayat al-Qur'an dan Hadits, jadi tidak mungkin soalnya pendek. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan alat ukur bentuk apapun sebenarnya bisa digunakan tergantung apa yang akan diukur dalam tak terkecuali tes menjodohkan ini. Tes menjodohkan tidak harus digunakan pada tingkat pendidikan yang rendah saja misalnya setingkat sekolah dasar, tetapi tingkat MTs pun kalau memang perlu digunakan dan tepat sebagai alat ukur maka bisa digunakan.
L. Implementasi Tes Menjodohkan dalam Kegiatan Qur'an Hadits
di Kelas XI
Pembelajaran al-
MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun
Pelajaran 2008/2009 Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sebelum proses evaluasi dilakukan, suatu perencanaan awal idealnya harus dilakukan. Perencanaan suatu rangkaian kegiatan penilaian hasil belajar dalam suatu program pendidikan dapat dibagi menjadi dua perencanaan umum dan khusus, perencanaan umum yaitu suatu perencanaan yang menyangkut segenap rencana kegiatan evaluasi hasil belajar
69
dalam suatu jenis pendidikan tertentu, sedangkan perencanaan khusus yaitu langkah-langkah perencanaan khusus dilakukan oleh setiap pengajar setiap kali ia akan mengadakan evaluasi hasil belajar.69 Di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo proses pelaksanaan evaluasi diawali dengan perencanaan. Seorang guru sebelum melakukan perencanaan seperti materinya apa, metodenya bagaimana, dan alat ukur yang tepat apa dalam proses pembelajaran. Hal ini termasuk perencanaan khusus, perencanaan ini harus dilakukan seorang guru, sebelum guru melakukan pengajaran. Proses implementasi tes menjodohkan di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits diawali dengan tahap perencanaan, tahap kedua pelaksanan, dan yang terakhir evaluasi. Tahap evaluasi ini dibagi tiga bagian yaitu tahap awal, pelaksanaan, dan tahap akhir.70 Adapun hasil implementasi tes menjodohkan adalah enam siswa mendapat nilai 7, enam siswa mendapat nilai 8, dua siswa mendapat nilai 9, dan satu siswa mendapat nilai 10.71 Dalam setiap perencanan suatu tindakan evaluasi, pertama-tama yang harus dilakukan ialah merumuskan tujuan evaluasi yang hendak dicapai dalam tindakan evaluasi tersebut. Perumusan yang terperinci tentang tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam suatu tindakan evaluasi dapat dilakukan melalui dua hal, pertam adalah dengan mengadakan perincian tentang ruang lingkup terhadap pengetahuan yang hendak diukur dan kedua dengan mengadakan 69
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, 14. Lihat transkrip wawancara tentang Implementasi tes menjodohkan dengan bu. Anita Nurrohmawati, selaku guru mata pelajaran al-Qur'an Hadits koding: 04/2-W/F-3/13-IV/2009. 71 Lihat transkrip dokumentasi tentang hasil implementasi tes menjodohkan koding: 05/D/ F-3/13-1V/2009. 70
70
perincian terhadap proses mental yang hendak diukur sehubungan dengan pengetahuan tersebut. Adapun yang kedua seorang guru harus menetapkan aspek-aspek yang dinilai dalam suatu tindakan evaluasi didasarkan kepada tujuan evaluasi yang dirumuskan, Jika evaluasi bertujuan untuk suatu hal yang telah ditentukan. Sedangkan ketiga adalah menetukan metode yang sebaik-baiknya yang dapat dipergunakan. Yang harus diperhatikan dalam suatu tindakan evaluasi adalah bahwa lebih dalam mengenal bentuk-bentuk manifestasi dari apa yang akan di nilai pada siswa dan baru kemudian menetapkan metode yang hendak di pergunakan. Misalnya, pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits tujuan mata pelajaran ini adalah untuk memahami isi kandungan al-Qur'an dan Hadits. Untuk menilai pengetahuan siswa tentang memahami al-Qur'an dan Hadits dilakukan dengan metode tes. Pemilihan metode yang tepat dalam suatu proses evaluasi sangat mempengaruhi keberhasilan proses evaluasi tersebut. Kemudian terakhir, yang harus dilakukan seorang guru setelah selesai menetapkan metode yang akan dipergunakan untuk melakukan suatu tindakan evaluasi ialah mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam evaluasi. Kalau evaluasi yang dilaksanakan berupa tes tertulis maka alat yang dipergunakan berupa tes. Sedangkan kalau evaluasi yang dilaksanakan berupa observasi maka alat yang harus dipergunakan sebuah catatan untuk menulis hasil observasi.72
72
Wayan Nurkancana, Evaluasi Pendidikan, 19-23.
71
Dari teori di atas jelas bahwa suatu perencanaan dalam proses evaluasi sangat penting, karena bila tidak terencana dengan baik maka hasilnya tidak akan optimal. Demikian pula yang terjadi di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo pada mata pelajaran al-Qur'an Hadits seorang guru juga merencanakan dulu sebelum proses evaluasi dilakukan. Adapun hasil Implementasi tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 mendapat hasil yang cukup baik, dan telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, dengan di terapkannya tes menjodohkan. Adapun salah satu indikatornya yaitu hasil nilai tes
enam siswa mendapat nilai 7, enam siswa mendapat nilai 8, dua
siswa mendapat nilai 9, dan satu siswa mendapat nilai 10. Dengan Prosentase 40 % nilainya cukup, 40 % nilainya baik, dan 20 % nilainya baik sekali. Dilihat dari hasil di atas bahwa suatu tes yang tepat juga sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, jadi alat ukur yang tepat itu juga sangat diperlukan.
72
BAB V PENUTUP
M. Kesimpulan 1. Latarbelakang
diterapkanya
tes
menjodohkan
dalam
Kegiatan
Pembelajaran al-Qur'an Hadits Kelas IX di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo tahun Pelajaran 2008/2009 yaitu adanya siswa yang masih sulit mengerjakan item soal tentang arti ayat al-Qur'an dan Hadits dan kurangnya sumber belajar seperti buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siswa). Adapun fungsinya yaitu untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran dan sebagai alat untuk mengukur sejauh mana kemajuan siswa dalam belajar, sedangkan manfaat yang dapat diambil dari diterapkannya tes menjodohkan adalah memudahkan siswa dalam memahami soal tentang arti potongan ayat alQur'an dan Hadits pada mata pelajaran al- Qur'an Hadits. 2. Bentuk tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009 bentuk soalnya panjang dan untuk jawaban juga panjang, karena soalnya berupa potongan ayat al-Qur'an dan Hadits, dilihat dari segi bentuknya tidak sesuai dengan aturan yang ada karena isinya terlalu panjang. Sedangkan dilihat dari segi isi sudah sesuai karena sudah homogen atau satu materi .
73
3. Implementasi tes menjodohkan dalam kegiatan pembelajaran al-Qur'an Hadits kelas IX
di MTs. Putra Ma'arif Ponorogo Tahun Pelajaran
2008/2009 mendapat hasil yang cukup baik, dan telah terjadi perubahan ke arah yang lebih baik, dengan di terapkannya tes menjodohkan. Adapun salah satu indikatornya yaitu hasil nilai tes enam siswa mendapat nilai 7, enam siswa mendapat nilai 8, dua siswa mendapat nilai 9, dan satu siswa mendapat nilai 10. Dengan Prosentase 40 % nilainya cukup, 40 % nilainya baik, dan 20 % nilainya baik sekali.
N. Saran 1. Seorang guru seharusnya sebelum menerapkan suatu tes harus mengetahui dulu apa fungsinya dan apa manfaatnya, sehingga tes tersebut benar-benar menguji dalam mencapai tujuan pembelajaran. 2. Seorang guru seharusnya dalam membuat suatu bentuk tes harus mengetahui kaida-kaidah penulisan tes yang baik dan benar, sehingga tidak keluar dari kaidah yang sudah ada. 3. Dalam proses pembelajaran yang perlu juga diperhatikan adalah alat ukur yang tepat.
74
DAFTAR PUSTAKA Ali, Daud. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Al Munawar, Husein. Aktualisasi Nilai-Nilai Al-Qur'an. Ciputat: Ciputat Press, 2005. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Anggota IKAPI. Pendidikan Nasional. Surabaya: Bina Ilmu, 1995. Djamarah, Bahri, Syaiful. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Daryanto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Depag RI. Kurikulum KBK. Jakarta: Direktorat Kelembagaan Agama Islam, 2003. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2005. Dewan Redaksi. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Bakhtiar Baru Van Houve, 1994. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2002. Malik, Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, 1994. Muhaimin. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Media Karya Bangsa, 1996. Nana, Syadih, Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005. Nasution, Harun. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Djambatun, 2002. Nurkancana, Wayan. Evaluasi Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional, 1986. Prasetya. Filsafat Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia, 2002. Purwanto, Ngalim. Evaluasi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Sudjana, Nana. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru, 1989.
75
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya, 1995. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2005.