perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring waktu semakin tinggi jumlah penduduk Indonesia ,tercatat Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 237,641,326. Maka dengan tingginya jumlah penduduk di Indonesia , semakin berat tanggung jawab pemerintah dalam pemenuhan hak asasi atas kesehatan, untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat .Karena kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diupayakan oleh pemerintah seperti yang telah tertuang dalam pembukaan Undang
alinea keempat
Undang Dasar 1945. Kesehatan reproduksi merupakan
salah satu bagian dari tercapainya kesejahteraan. Lebih lanjut kebijakan kesehatan reproduksi di Indonesia mengacu pada kesepakatan Internasional yaitu International Conference on Population and Development (ICPD ) di Kairo 1994. Hal tersebut memberikan implikasi bagi Indonesia , bahwa pemerintah perlu menaruh perhatian dan menyusun kebijakan mengenai tercapainya kesehatan reproduksi. Mengenai kesehatan reproduksi di Indonesia telah diatur dalam peraturan Pasal 71- 77 Undang -Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kemudian mengenai pemenuhan akan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia telah dijamin dan diatur dalam
Pasal 136
Undang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Lebih lanjut, pemerintah juga menaruh perhatian dalam arah kebijakan berkenaan dengan kesehatan reproduksi yang telah tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu: 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem Target 1A: Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015. Target 1B: Meneydiakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk perempuan dan kaum muda. 2. Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua Target 2A: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, lakilaki maupun perempuan,akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh. 3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan Target 2A: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, lakilaki maupun perempuan,akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh. 4. Menurunkan angka kematian anak Target 4A: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990 dan 2015. 5. Meningkatkan kesehatan ibu Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Target 5B: Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada 2015 6. Memerangi HIV dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya Target 6A: Menghentikan dan mulai membalikkan tren penyebaran HIV dan AIDS pada 2015. Target 6B: Tersedianya akses universal untuk perawatn terhadap HIV/AIDS bagi yang memerlukan,pada 2010 Target 6C: Menghentikan dan mulai membalikkan kecenderungan persebaran malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya pada 2015 7. Memastikan kelestarian lingkungan Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program negara serta mengakhiri kerusakan sumberdaya alam. Target 7B: Mengurangi laju hilangnya keragaman hayati, dan mencapai pengurangan yang signifikan pada 2010. Target 7C: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar pada 2015. Target 7D: Pada 2020 telah mencapai perbaikan signifikan dalam kehidupan (setidaknya) 100 juta penghuni kawasan kumuh 8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Pada tujuan ke-5 MDGs dijelaskan bahwa pemerintah berupaya mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2015. Hal ini berarti kesehatan reproduksi remaja juga merupakan salah satu bagian dari tujuan pembangunan pemerintah Indonesia yang tertuang dalam MDGs. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN, 2012:1) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya. Jika dilihat berdasarkan pada sensus penduduk tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta atau 27,6% dari jumlah Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, mental dan spiritual. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012:1) mengemukakan bahwa fakta dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2012:11) masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan seputar TRIAD KRR. TRIAD KRR adalah tiga risiko yang dihadapi oleh remaja, yaitu risiko-risiko yang berkaitan dengan Seksualitas; Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza); HIV dan AIDS. Selain itu, berdasarkan Survei
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia
(2007
dalam
Badan
perpustakaan.uns.ac.id
Kependudukan
digilib.uns.ac.id
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
(BKKBN,2012:1)
mengemukakan bahwa permasalahan yang sering dihadapi remaja yaitu rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja dan median usia kawin pertama perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2012:11) kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Agar dapat tercapainya kesehatan reproduksi maka harus tercapainya hak reproduksi bagi masyarakat termasuk remaja. Berdasarkan International Conference on Population and Development (ICPD) dijelaskan bahwa hak reproduksi diartikan secara umum sebagai hak yang dimiliki oleh individu baik laki-laki maupun perempuan yang berkaitan
dengan keadaan
reproduksinya. Sehubungan hal tersebut,
Kota
Surakarta
sejak
2006
menjadi
percontohan Kota Layak Anak, kemudian upaya kesehatan untuk remaja merupakan salah satu indikator tolok ukur keberhasilan implementasi Kota Layak
Anak
tersebut.
(Solo
Healthy
Youth
Seminar-
http://myunanzone.blogspot.com). Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan Pemkot Surakarta menaruh perhatian dan mengupayakan kesehatan reproduksi remaja di Kota Surakarta. Di Kota Surakarta diketahui jumlah penduduk usia remaja pada tahun 2010 sebanyak 84.794 jiwa dan pada tahun 2011 sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84.150 jiwa( http://Badan Pusat Statistik Kota Surakarta.go.id). Sehubungan dengan hal tersebut maka perhatian akan kesehatan reproduksi remaja di kota Surakarta menjadi penting. Karena menurut Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Surakarta jumlah penderita HIV usia produktif di Surakarta terus mengalami peningkatan dan mengingat penularan HIV mengancam kesehatan reproduksi remaja di Surakarta. Selain itu kasus pernikahan usia dini juga terjadi di kota Surakarta, menurut Wakil Ketua Pengadilan Agama Surakarta dari data Pengadilan Agama Surakarta tahun 2011 ada 40 orang yang menikah di bawah umur (http://timlo.net). Lebih lanjut mengenai dampak negatif pernikahan usia dini menurut Abdul Djabbar Lukman (2004:36) pernikahan usia dini menjadi salah satu masalah kesehata reproduksi yang berkaitan dengan remaja. Karena pernikahan usia dini berkaitan dengan kehamilan di bawah usia 20 tahun berdampak sering munculnya kanker rahim. Sementara itu, jumlah penduduk usia remaja di Kecamatan Jebres, Surakarta juga cukup banyak, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
5-9 172 295 410 797 580 1.333 1.525 675 661 2.380 4.476 13.304
0-4
197
455
286
1.058
1.038
2.702
1.393
746
444
2.045
10.230
20.594
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwadiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Jumlah
Kelurahan
12.921
4.061
2.525
658
507
1.539
1.364
548
824
371
349
175
10-14
13.935
4.230
2.478
653
615
1.512
1.384
879
1.280
373
339
192
15-19
14.165
4.253
2.431
649
560
1.536
1.572
927
1.190
391
316
340
20-24
14.902
5.103
2.997
628
516
1.448
1.490
629
990
499
285
317
25-29
Kelompok Umur
18.031
5.555
5.834
629
49f8
1.353
753
805
1.049
811
361
383
30-39
15.185
4.082
4.754
562
471
1.021
1.169
807
918
643
334
424
40-49
12.560
3.444
3.610
694
413
822
836
748
711
602
273
413
50-59
9.500
2.372
3.032
538
448
294
437
576
731
639
74
359
60+
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Jebres Tahun 2011
145.703
47.806
32.086
6116
5.449
12.443
13.640
7.537
9.548
5.025
3.081
2.972
Jumlah Total Penduduk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk usia remaja 10-24 di Kecamatan Jebres berjumlah cukup banyak yaitu sebanyak 41.021 jiwa. Semakin banyak jumlah penduduk usia remaja di Kecamatan Jebres saat ini, tentunya semakin berat pula tanggung jawab pemerintah setempat dalam mengemban tugas untuk melaksanakan program PIK KRR dengan baik diwilayah Kecamatan Jebres. Sehingga pemerintah setempat dalam hal ini Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB) Kecamatan Jebres, terdorong untuk mengelola pelaksanaan program PIK KRR dengan baik, mengingat banyaknya jumlah remaja yang berhak memperoleh manfaat dari adanya program PIK KRR di wilayahnya. Dalam hal ini berkaitan dengan permasalahan remaja yang mengancam kesehatan reproduksi remaja, maka hal tersebut yang mendorong pemerintah untuk melahirkan kebijakan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Kebijakan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia dilaksanakan berada dibawah kelola Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2007:17)
sejak tahun
2000 pemerintah Indonesia telah mengangkat
kesehatan reproduksi remaja menjadi program nasional. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan pelayanan untuk membantu remaja memiliki status kesehatan reproduksi yang baik melalui pemberian informasi, pelayanan konseling dan pendidikan keterampilan hidup.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi berdasarkan peraturan dan permasalahan yang ada, menjadi awal mula lahirnya kebijakan mengenai kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Kemudian pemerintah menuangkan kebijakan kesehatan reproduksi remaja dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang disahkan melalui Peraturan Presiden No.7/2005. Sehingga kebijakan kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu
prioritas dalam pembangunan
nasional. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan organisasi sektor publik yang ditunjuk untuk mengelola dan menjalankan kebijakan kesehatan reproduksi remaja di tingkat Nasional. Sebagai bentuk perwujudan realisasi kebijakan kesehatan reproduksi remaja, kemudian pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
melahirkan program
yaitu Pusat Informasi dan
Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja(PIK KRR). Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) merupakan program yang berkaitan dengan kebijakan kesehatan reproduksi remaja. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional merupakan intansi yang ditunjuk pemerintah untuk mengelola program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) di tingkat nasional. Untuk di tingkat pemerintahan Kota Surakarta, pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) dikelola oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (BAPERMAS, PP, PA dan KB) Kota Surakarta. Kemudian, berkaitan dengan pengelolaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) di tingkat Kecamatan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB). Berdasarkan Perwali 20-R Tahun 2009 UPT BAPERMAS PP, PA adalah Unit Pelaksana Teknis pada Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kota Surakarta yang melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau teknis kegiatan penunjang. Program PIK KRR dilahirkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan akses informasi, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi ramaja. PIK KRR adalah suatu wadah yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja dalam memperoleh informasi dan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi.. Dalam program PIK KRR terdapat tiga kategori tahap yaitu tahap Tumbuh, Tegak,Tegar. Ketiga tahapan tersebut didasarkan pada materi dan isi pesan yang diberikan, ciri kegiatan yang dilakukan, dan dukungan dan jaringan yang dimiliki dapat dilihat dilihat dalam tabel dibawah ini.
TAHAPAN TUMBUH
TEGAK
NO 1
2.
1. TRIAD KRR. 2. Pendalaman materi TRIAD KRR 3. Pemahaman tentang hak-hak reproduksi. 4. Kecakapan hidup (life skills). 5. Keterampilan advokasi
MATERI & ISI PESAN 1. TRIAD KRR. 2. Pendalaman materi TRIAD KRR. 3. Pemahaman tentang hak-hak reproduksi.
1. Didalam dan diluarPIKKRR. 2. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE). 3. Melakukan konseling melalui: sms,tlp,surat,dll. 4. Menggunakan media cetak dan elektronik. 5. Pencatatan. 6. Advokasi &promosi. 7. Kegiatan-kegiatan yang
KEGIATAN 1. Dilakukan di tempat PIK KRR berada. 2.Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE). 3.Menggunakan media cetak. 4.Pencatatan
7.
6.
5.
2. 3. 4.
1.
Ruang khusus dan ruang pertemuan. Memiliki papan nama. Struktur pengurus. Empat orang Pendidik Sebaya. Dua orang Konselor Sebaya. Lokasi mudah diaksesdan disukai remaja. Jaringan dengan pelayanan medis dan non medis.
1. Ruang khusus. 2. Memiliki papan nama (ukuranminimal 60x90). 3. Struktur pengurus. 4. Dua orang Pendidik Sebaya yang dapat diakses. 5. Lokasi mudah diakses dan disukai remaja
DUKUNGAN &JARINGAN
Klasifikasi dan Ciri Tahapan Dalam Program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR)
Tabel 1.2
3.
TEGAR
1.TRIAD KRR. 2.Pendalaman materi TRIAD KRR. 3.Pemahaman tentang hak-hak reproduksi. 4.Kecakapan hidup (life skills). 5.Keterampilan advokasi.
menarik minat remaja. 1.Didalam dan diluar PIKKRR. 2.Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE). 3.Melakukan konseling. 4.Menggunakan media cetak dan elektronik. 5.Pencatatan. 6.Advokasi untuk meningkatkan kualitas & keberlangsungan PIKKRR. 7.Menarik minat remaja, 8.Pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja 9.Pengelola akses pada jaringan internet. 10.Melibatkan jaringan termasuk pelayanan kesehatan dasar. 1.Ruang khusus dan ruang pertemuan. 2.Memiliki papan nama. 3.Struktur pengurus. 4.Empat orang Pendidik Sebaya. 5.Empat orang Konselor Sebaya. 6.Jaringan dengan pelayanan medis dan non medis. 7.Memiliki hotline/sms konseling. 8.Memiliki perpustakaan. 9.Ada sarana & prasarana jaringan internet. 10.Ada jaringan dengan:Kelompok remaja,Orang tua,Guru,PIKKRR lain. 11.Ada organisasi induk pembina PIK-KRR.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa dalam program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) tedapat tiga tingkatan tahapan kelompok yaitu tahapan Tumbuh, Tegak, Tegar. Pembagian tingkat tahapan
berdasarkan
perbedaan
materi
dan
isi
pesan,
kegiatan,
dan
dukungan&jaringan yang dimiliki berbeda antara tahapan satu dengan yang lainnya, sebagai berikut: 1. Tumbuh merupakan tahap awal dalam tingkatan tahapan pengelolaan PIK KRR. Batasan tahap Tumbuh yaitu tahap awal bagi kelompok kelompok PIK
belum berkembang, hanya sebatas baru dibentuk dan melakukan kegiatan dasar. Kapasitas materi&isi pesan, kegiatan, dan dukungan &jaringan yang dimiliki dalam tahapan Tumbuh masih bersifat mendasar dan sederhana. 2. Tegak merupakan tingkatan tahapan yang berada setingkat diatas tahap Tumbuh. Batasan tahap Tegak yaitu tahap yang telah dibina dan dikembangkan, serta telah melewati klasifikasi tahapan Tumbuh. Kapasitas materi&isi pesan, kegiatan, dan dukungan & jaringan yang dimiliki tahap Tegak setingkat lebih kompleks dan lebih bervariasi dibandingkan tahapan Tumbuh. 3. Tegar merupakan tingkatan tahapan yang setingkat diatas tahap Tegak dan berada pada tingkatan paling tinggi di atas tahap Tegak dan Tumbuh. Batasan tahap Tegar merupakan tahap yang telah dibina dan dikembangkan, serta telah melewati klasifikasi tahapan Tumbuh dan Tegak. Kapasitas materi&isi pesan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kegiatan, dan dukungan & jaringan yang dimiliki lebih kompleks dan lebih bervariasi dibandingkan tahapan Tumbuh dan Tegak. Berkaitan dengan tahapan kelompok dalam program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR), di Kecamatan Jebres terdapat enam kelompok Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) yang dibina dan dikelola oleh UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Tabel 1.3 Data Jumlah Kelompok PIK KRR di Kecamatan Jebres Tahun 2012 Tingkatan
Nama Kelompok PIK KRR
Kelompok
Jumlah Kelompok PIK KRR
PIK KRR Indonesia Tumbuh
PIK KRR Rukun Asih
4
PIK KRR 3 G PIK KRR Sinar Utama Tegak
PIK KRR Kharisma
1
Tegar
PIK KRR Mahardika
1
Jumlah
6
Sumber: UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta Dari data diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ( PIK KRR) di Kecamatan Jebres telah berhasil terbentuk sebanyak 6 kelompok. Kemudian dapat diuraikan untuk kelompok PIK KRR dengan kategori tingkatan Tumbuh terdapat sebanyak 4 kelompok PIK KRR. Selain itu untuk kategori
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok tingkatan Tegak terdapat sebanyak 1 kelompok PIK KRR. Untuk kategori kelompok tingkatan Tegar terdapat sebanyak 1 kelompok PIK KRR. Program PIK KRR di Kecamatan Jebres dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB ) Kecamatan Jebres. Output dalam pengelolaan program PIK KRR di Kecamatan Jebres yaitu terbentuknya enam kelompok PIK KRR.. Selain itu salah satu hasil dari
oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan
Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPPERMAS PP, PA dan KB) Kecamatan Jebres dalam manajemen pelaksanaan program PIK KRR yaitu keberhasilan PIK KRR Mahardika mewakili Kota Surakarta mengikuti perlombaan di tingkat provinsi Jawa Tengah dan memperoleh penghargaan Juara II. Hingga saat ini oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat. Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta telah mengelola program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR)
di Kecamatan Jebres melalui berbagai
macam kegiatan seperti sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi remaja , penumbuhan dan pembentukan kelompok PIK KRR serta pembinaan kelompok-kelompok PIK KRR yang telah terbentuk. Dalam mengelola pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) , UPT BAPERMAS PP, PA dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KB Kecamatan Jebres telah mengelola 6 kelompok PIK KRR.. Meskipun pengelolaan yang dilakukan UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, telah dilakukan dengan baik, namun pada kenyataanya hanya 1 yang berkembang dan berprestasi tetapi 5 kelompok lainnya masih sulit berkembang. Lima kelompok yang kurang berkembang, disebabkan karena kelompok yang telah berhasil dibentuk, tetapi kurang diisi kegiatan-kegiatan sesuai dengan ketentuan masing-masing kategori tahapan dalam PIK KRR. Dalam hal ini berkaitan dengan kurangnya pengendalian dalam mengelola kelompok-kelompok PIK KRR, sehingga kelompok-kelompok PIK KRR tidak dapat berkelanjutan dalam menjalankan berbagai kegiatan sesuai dengan tujuan program. Selain itu, terdapat permasalahan lain yaitu dengan adanya regenerasi atau pergantian pengurus kelompok yang tidak tersistem dengan baik menyebabkan kelompok-kelompok PIK KRR menjadi berhenti berkegiatan untuk sementara waktu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan salah satu pengurus kelompok PIK KRR, sebagai berikut:
dibentuk kegiatanya tidak jalan dengan baik. Tapi ada juga yang sudah aktif tapi hanya pas saat awal-awal setelah terbentuk saja, setelah itu tidak aktif lagi atau statis. Soalnya pergantian regenerasi pengurusnya semua remaja dan banyak yang sudah lulus sekolah lalu bekerja dan tidak lagi masuk kategori usia remaja lagi atau ada
Berkaitan dengan manajemen pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) , Ulber Silalahi(2011:9) mengemukakan bahwa manajemen dibutuhkan dalam tiap bentuk kerjasama organisasional, sebab tanpa manajemen tiap anggota organisasi akan bekerja
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ke arah pencapaian tujuan mereka sendiri bebas dari yang lainnya, dan akibatnya tiap usaha yang dilakukan akan menjadi boros. Sehingga keberadaan manajemen tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan manajemen. Karena manajemen dibutuhkan dalam organisasi menurut
Ulber Silalahi
(2011:9) untuk : 1. Mencapai tujuan , baik persoanal maupun organisasional; 2. Memelihara keseimbangan antara tujuan-tujuan yang bertentangan; 3. Mencapai efisiensi dan efektifitas. Berdasarkan teori tersebut menunjukan bahwa pentingnya manajemen dalam sebuah organisasi. Sehingga dalam hal ini kaitannya ditinjau dengan perspektif manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pengendalian yang dilakukan kurang baik dan menyebabkan 5 dari 6 kelompok PIK KRR kurang berkegiatan secara aktif. Berdasarkan uraian penjelasan dan alasan tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada manajemen yang dijalankan oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPPERMAS PP, PA dan KB) di Kecamatan Jebres, Surakarta. Dalam hal ini digunakan teori manajemen dengan ditinjau melalui fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (leading), pengendalian (controlling). Kemudian dalam penelitian ini juga dapat dikaji hambatan yang menjadi kendala dalam manajemen pelaksanaan program Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reproduksi Remaja ( PIK KRR). Hambatan yang ditemukan dapat digunakan sebagai koreksi demi kemajuan mendatang, dan kelebihan dalam manajemen dapat dijadikan sebagai contoh dalam pengelolaan PIK KRR bagi organisasi
Program Pusat Informasi Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) di Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan , maka rumusan masalah dalam penelitian ini dibatasi mengenai:
KRR yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (UPT BAPERMAS PP, PA dan KB) di Kecamatan Jebres,
C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Operasional Untuk mengetahui manajemen pelaksanaan program PIK KRR di UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Tujuan Fungsional Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta sebagai bahan masukan dalam mengelola manajemen pelaksanaan program PIK KRR.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Praktis a. Mendapatkan informasi mengenai manajemen dalam pelaksanaan program PIK KRR di UPT BAPERMAS PP, PA dan KB Kecamatan Jebres, Surakarta. b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, pembaca maupun pihak-pihak lain terkait dengan masalah pelayanan publik. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur kepustakaan yang dapat membantu bagi terlaksananya penelitian selanjutnya.