1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah adalah memperbaiki pelayanan pemerintah kepada masyarakat agar lebih efektif dan efisien. Di dalamnya termasuk pula kebijakan dan pelayanan agar dunia usaha dapat berkembang ke arah yang lebih kondusif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, maka dapat diharapkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian yang pada gilirannya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Jika kondisi ini tercapai maka salah satu esensi sasaran pelaksanaan otonomi daerah telah tercapai, dalam usaha mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah (Pemda) di era desentralisasi. Segala kebijakan yang ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah bertujuan untuk melakukan pembaharuan yang beruguna untuk mewujudkan negara yang maju dan berkembang. Untuk itu dibutuhkan dukungan dari berbagai aspek, seperti aspek ekonomi, sosial, politik, industri dan lain-lain. Seperti pada industri perkayuan yang ada di Jepara yaitu produk mebel. Produk industri mebel yang ada di Jepara sudah memasuki pasar dunia, banyak perusahaan yang melakukan usaha ekspor dari hasil pengolahan bahan hutan tersebut. Untuk itu dituntut dari
1
2
jenis usaha industri mebel yang melakukan perdagangan dilakukan pendaftaran usahanya pada instansi yang ditunjuk oleh undang-undang. Regulasi daerah, terutama yang berkenaan dengan perizinan usaha dan pungutan, baik pajak, retribusi, maupun bentuk-bentuk pungutan lainnya seperti sumbangan pihak ketiga (SPK), mempunyai keterkaitan langsung dengan penciptaan iklim usaha di daerah yang bersangkutan. Selanjutnya, iklim usaha di daerah akan berdampak langsung terhadap kinerja ekonomi nasional yang sampai sekarang masih dalam kondisi terpuruk. Dengan kata lain, perda-perda yang dapat mengganggu dunia usaha akan menghambat pemulihan ekonomi nasional. Atas dasar pemikiran demikian, tidak mengherankan jika persoalan perda ini menjadi salah satu perhatian lembaga donor internasional sehingga dimasukkan dalam butir Letter of Intent (LoI). Hal ini menunjukkan bahwa regulasi yang diciptakan oleh pemda, meskipun bersifat lokal, tetap akan berdampak serius secara nasional. Kalangan pengusaha sering mengemukakan keberatan mereka terhadap maraknya berbagai pungutan yang dilakukan oleh pemda. (www.semeru.or.id) Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 590/MPP/Kep/10/1999 Tentang Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, mewajibkan terhadap perusahaan yang memperoleh Eksportir Terdaftar Produk Industri Kehutanan (ETPIK.) mempunyai keabsahan dokumen yang dipersyaratkan dan keberadaan perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan izin yang dimiliki. Untuk itu perlu dukungan dari partisipasi para pengusaha untuk melakukan
3
pendaftaran usahanya pada institusi yang ditunjuk oleh salah satu wujud nyata dari partisipasi rakyat dalam ikut mewujudkan pembangunan Negara ini, khususnya di daerah Jepara. Sikap masyarakat terhadap sebuah pelayanan akan dipengaruhi oleh apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan mengenai pelayanan pada suatu instansi atau organisasi yang mereka datangi. Karena itu perlu diusahakan supaya sebuah pelayanan dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk mengurus ijin usaha mebel. Berdasarkan uraian tersebut di atas penyusunan skripsi ini memilih judul : “ANALISIS PENGARUH PERSYARATAN DAN PROSEDUR PELAYANAN TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENGURUS IJIN USAHA MEBEL DI JEPARA”.
1.2. Ruang Lingkup Mengingat kompleksnya permasalahannya yang berhubungan dengan minat masyarakat dan agar dalam pengumpulan data dan pemecahan masalah tidak terlalu luas dan hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, maka penyusunan skripsi ini dibatasi ruang lingkupnya pada : 1. Penelitian dilakukan terhadap pengaruh persyaratan dan prosedur pelayanan terhadap minat masyarakat mengurus ijin usaha mebel. 2. Obyek penelitian adalah pengusaha atau wirausaha baik yang belum maupun yang sudah mempunyai ijin usaha mebelnya.
4
1.3. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana pengaruh persyaratan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha ? 2. Bagaimana pengaruh prosedur pelayanan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha ? 3. Bagaimana pengaruh persyaratan dan prosedur pelayanan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha ?
1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh persyaratan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha. 2. Untuk menganalisis pengaruh prosedur pelayanan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha. 3. Untuk menganalisis pengaruh persyaratan dan prosedur pelayanan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha.
1.5. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini bagi masing-masing pihak dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Bagi dunia ilmu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan atau menambah
literatur
bagi
mahasiswa
dan
pihak-pihak
yang
5
membutuhkan terutama tentang pengaruh persyaratan dan prosedur pelayanan terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha. 2. Bagi masyarakat Jepara, diharapkan dapat berguna sebagai informasi dan menumbuhkan minat untuk membuat ijin usaha dari industri mebelnya. 3. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebelum terjun langsung ke masyarakat dengan menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata.
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini akan menyangkut lima bab, masing-masing akan meguraikan hal-hal sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Berisi landasan teori yang digunakan untuk mendukung dalam penelitian ini meliputi : konsep pelayanan, minat masyarakat, kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.
6
BAB III
: METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan masalah yang berkaitan dengan penelitian meliputi : variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi gambaran umum Jepara, meliputi : letak wilayah, jarak tempuh, ketinggian wilayah, luas daerah, gambaran umum mebel ukir Jepara, selanjutnya penyajian data responden, analisis data, dan pembahasan.
BAB V
: PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dari hasil analisis data serta saran yang merupakan sumbangan pemikiran penulis.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Perilaku Konsumen 1. Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Basu Swastha dan Hani Handoko (1997 : 10) pengertian perilaku konsumen adalah sebagai berikut : “Perilaku konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut”. Menurut James F. Engel et.al. dalam bukunya A.A. Anwar (1998 : 3) pengertian perilaku konsumen yaitu : Perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan pembentukan kegiatan tersebut. Menurut Gerald Zalman dan Melanie Wallendorf dalam bukunya A.A. Anwar (1998 : 3) pengertian perilaku konsumen yaitu : “Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber lainnya”.
7
8
Perilaku konsumen adalah hal yang tidak teratur, tetapi ilmu perilaku konsumen mencoba membuatnya teratur yang disederhanakan dengan model-model. Peter and Olson (1999) berpandangan bahwa perilaku konsumen adalah soal keputusan. Lebih jauh lagi, keputusan adalah soal pilihan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan bahwa keputusan meliputi suatu pilihan “antara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku”. Terkait dengan itu, Kotler dan Amstrong (2001) mengatakan bahwa pilihan itu meliputi berbagai macam yang digolong-golongkan sebagai respon. Manusia adalah makhluk yang selalu bertanya “mengapa” atas segala kejadian, termasuk soal perilaku. Pertanyaan ini sulit dicari jawabannya. Jawabannya seringkali terkunci dalam benak konsumen. Dengan demikian, apabila perusahaan berhasil memahami benak konsumen, maka konsumen sudah ada di tangan (Simamora, 2003). Dalam analisis tingkat kepentingan atribut,
apabila
sudah
diketahui
atribut-atribut
yang
dipertimbangkan konsumen dalam memilih produk atau layanan, maka pertanyaan selanjutnya adalah “Bagaimana tingkat kepentingan masing-masing atribut?”. Secara logis perusahaan akan mengeluarkan produk atau layanan yang menonjolkan atirbut yang paling penting (Simamora, 2003). (www.semeru.id)
9
Jadi dalam hal ini perilaku konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan konsumen yang menyangkut keputusan untuk mengurus ijin usaha mebel di Jepara. 2. Faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen Keputusan konsumen untuk membeli tidak dalam sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitar, dipengaruhi oleh faktor - faktor ( Philip Kotler, 2002 : 231 ): a. Faktor - faktor kebudayaan Faktor-faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Kita akan membahas peranan yang dimainkan oleh kebudayaan, sub budaya dan kelas sosial pembeli. 1) Kebudayaan, adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar 2) Sub-budaya
mempunyai
kelompok-kelompok
Sub-
Budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi yang khas untuk perilaku anggotanya. 3) Kelas sosial, kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memilih nilai, minat dan tingkah laku yang sama.
10
b. Faktor sosial Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktorfaktor sosial, seperti kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial. 1) Kelompok Referensi Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok referensi dari para konsumen sasaran mereka. Seseorang dipengaruhi oleh kelompok referensinya melalui tiga cara yaitu : kelompok referensi menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya hidup baru, mempengaruhi sikap dan gambaran diri seorang, menciptakan suasana untuk penyesuaian yang dapat mempengaruhi pilihan orang terhadap merek dan produk. 2) Keluarga Para anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli. Pertama, Keluarga sebagai sumber orientasi yang terdiri dari orang tua. Kedua, keluarga sebagai sumber keturunan, yakni pasangan suami istri berserta anak–anaknya. 3) Peranan dan Status Sebuah peranan terdiri dari aktivitas yang di perkirakan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan orang–orang
11
yang ada di sekelilingnya. Setiap peranan akan mempengaruhi perilaku pembelinya. c. Faktor pribadi Keputusan seorang pembeli dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya,
termasuk
usia
dan
daur
hidupnya,
pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup, dan konsep diri. 1) Usia dan Tahap Daur Hidup Orang membeli suatu barang atau jasa berubah-ubah selama hidupnya. Pemasar sering menetapkan pasar sasaran mereka berupa kelompok-kelompok dari tahap kehidupan tertentu dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang tepat bagi kelompok tersebut. 2) Pekerjaan Para pemasar mencoba mengidentifikasi kelompokkelompok pekerjaan yang memiliki minat diatas ratarata dalam produk dan jasa mereka. 3) Kondisi Ekonomi Pemasar banyak tergantung pada pendapatan, perlu memperlihatkan secara terus menerus kecenderungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. 4) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan.
12
5) Kepribadian dan Konsep Diri Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang akan
mempengaruhi
perilaku
pembeli.
Beberapa
pemasar berpendapat bahwa pilihan pembeli terhadap suatu produk akan lebih cocok dengan konsep diri. d. Faktor Psikologis Pilihan membeli seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis yaitu : motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. 1) Persepsi Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya. 2) Belajar Menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. 3) Kepercayaan dan Sikap Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap, selanjutnya mempengaruhi tingkah laku membeli mereka.
13
2.1.2. Minat 1. Pengertian Minat Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990 : 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. (www.dikmenum.go.id) Sedangkan menurut Dian Aprillia minat bisa disamakan dengan kesenangan, yang sifatnya bisa berubah-ubah dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan. (www.experd.com) Aiken (1994 : 209) mengungkapkan definisi minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya (Anastasi dan Urbina, 1982 : 386). Selanjutnya, minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang kepada suatu pilihan tertentu (Mapiarre
14
dalam Prianto, 2001: 40). (Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005) 2. Kegunaan Penilaian Minat Penilaian minat dapat digunakan untuk : a. Mengetahui minat pengusaha sehingga mudah untuk pengarahan dalam perijinan, b. Mengetahui minat pengusaha yang sebenarnya, c. Pertimbangan
penjurusan
dan
pelayanan
individual
pengusaha, d. Menggambarkan keadaan langsung di lapangan atau kelas, e. Mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama, f. Acuan dalam menilai
kemampuan peserta didik secara
keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi, g. Mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik, h. Bahan pertimbangan menentukan program sekolah, i. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 2.1.3. Pelayanan Setiap konsumen membutuhkan pelayanan yang baik. oleh karena itu bagi pihak perusahaan atau organisasi tertentu harus memperhatikan pelayanannya kepada konsumen.
15
Menurut Philip Kotler (2000 : 486) definisi jasa (pelayanan) adalah tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Pelayanan terhadap pembeli yang baik yaitu meliputi kegiatan penyerahan barang, pelatihan, serta perawatan. Jika konsumen datang disambut dengan baik dan dilayani dengan sopan akan membuat mereka juga merasa dihargai dan mempengaruhi mereka untuk membeli pada toko tersebut. Pelayanan menurut Moenir (2001 : 190) tidak terlepas dari 3 (tiga) macam, yaitu: 1. Pelayanan Dengan Lisan Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas di bidang HUMAS, bidang layanan informasi, dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. 2. Pelayanan Melalui Tulisan Pada dasarnya pelayanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi layanan jarak jauh karena faktor biaya. Agar pelayanan dalam bentuk tulisan dapat memuaskan pihak yang dilayani, satu hal yang harus diperhatikan ialah faktor kecepatan, baik dalam pengolahan masalah maupun dalam proses penyelesaiannya
16
(pengetikan, pendandatanganan dan pengiriman kepada yang bersangkutan). 3. Pelayanan Berbentuk Perbuatan Dalam pelayanan ini faktor keahlian dan ketrampilan petugas sangat menentukan terhadap hasil perbuatan atau pekerjaan. agar pelayanan dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok orang yang dilayani, maka petugas harus dapat memenuhi 4 persyaratan pokok : a. Tingkah laku yang sopan. b. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan. c. Waktu menyampaikan yang tepat. d. Keramahtamahan. Tingkat
pelayanan
langganan
sangat
penting
karena
dampaknya terhadap motif membeli pelanggan dan terhadap keberhasilan usaha-usaha pemasaran (Alex Nitisemito, 1991 : 156). Dalam menetapkan apa yang diberikan oleh pesaingnya, biasanya perusahaan akan menawarkan pelayanan yang paling bagus tidak harus sama dengan yang diberikan oleh perusahaan pesaing. Pelayanan merupakan hal terpentiung yang mempunyai peranan dalam menunjang keberhasilan usaha. Hal ini dilakukan agar pelayanan dari perusahaan dapat memberikan kepuasan konsumen, sehingga dapat menjadi pelanggan yang setia.
17
2.1.4. Kualitas Jasa Organisasi harus memberikan hasil yang memuaskan, yang cocok
dengan
keinginan
konsumen.
Hal
ini
mencakup
mendefinisikan keinginan konsumen tentang hasil yang diinginkan bukanlah hal yang mudah dalam kondisi jasa yang tidak berwujud dan keberadaan konsumen dalam proses produksi. Kata fasilitas mengandung banyak definisi dan makna, dengan begitu satu orang dengan satu orang yang lain akan mengartikannya secara berlainan pula. Namun dari beberapa definisi kita
mendapatkan
beberapa
kesamaan
walaupun
cara
penyampaiannya saja yang biasanya terdapat pada elemen-elemen sebagai berikut : 1. Kualitas meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan masyarakat. 2. Kualitas mencakup
produk, jasa,
manusia,
proses,
dan
lingkungan. 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan pada elemen-elemen tersebut Tjiptono (2000) membuat definisi mengenai kualitas pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan mengendalikan atas tingkat keunggulan tersebut memenuhi keinginan konsumen. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan
18
memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan konsumen, maka kualitas dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa pelayanan yang diterima lebih rendah dari harapan konsumen, maka kualitas dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik dan tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan masyarakatnya secara konsisten. Kualitas total jasa terdiri atas 3 komponen : (Tjiptono, 2000) 1. Technical Quality Technical quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas produk jasa yang diterima oleh masyarakat. Menurut Parasuraman technical quality ini dapat dirinci menjadi: a. Search quality, yaitu kualitas yang dapat dievaluasi oleh masyarakat sebelum membeli, misalnya mencari data tentang kualitas dari pengguna yang sudah menggunakan. b. Experiene quality, yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi masyarakat setelah membeli atau mengkonsumsi jasa, misalnya : kualitas pelayanan, kacepatan pelayanan, ketepatan waktu, dan kerapian hasil. c. Credence quality, yaitu kualitas jasa yang sukar dievaluasi masyarakat meskipun telah menggunakan seuatu jasa.
19
2. Functional Quality Functional quality yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian suatu jasa, dalam hal ini penerapan dan penggunaan teknologi informasi yang berkaitan dengan produk jasa yang diberikan. 3. Corporate Image Corporate image yaitu komponen yang lebih banyak berkaitan dengan reputasi, citra perusahaan dan hanya tarik keunggulan kualitas yang sudah mengakar dalam benak konsumen. 2.1.5. Dimensi Kualitas Jasa Suatu organisasi bisa memilih salah satu atau lebih dari lima dimensi
kualitas
jasa
pelayanan
dalam
mengembangkan
organisasinya untuk memberikan pelayanan kepada mereka yang terlibat dalam organisasi tersebut. Menurut Tjiptono (2000), ada lima dimensi pokok dalam kualitas pelayanan, yaitu : 1. Wujud Fisik (Tangible) Wujud fisik ini meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana
komunikasi.
Kerena
tangibilitas
khususnya
lingkungan fisik merupakan salah satu aspek organisasi jasa yang paling mudah terlihat oleh konsumen. Maka penting kiranya lingkungan fisik ini dengan apapun bentuknya harus didesain dengan cara yang konsisten dengan strategi posisi.
20
2. Keandalan (Reliability) Keandalan
yakni
kemampuan
memberi
pelayanan
yang
dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 3. Daya Tanggap (Responsiviness) Daya tanggap yaitu keinginan para staf untuk membantu para konsumen dan memberikan layanan dengan tanggap. 4. Jaminan (Assurance) Jaminan
di
sini
mencakup
pengetahuan,
kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. 5. Empati (Empatty) Empati meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan koinunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para konsumen. Pemberian pelayanan jasa secara rutin mengimplementasikan beragam strategi yang diusahakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Perusahaan yang secara rutin membutuhkan kedatangan masyarakat di tempatnya maka ia menggunakan aspek tangaible dari kualitas pelayanan untuk citra yang diinginkan perusahaan. Maka dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan bahwa aspek atau segi nampak dari kualitas pelayanan yang diberikan terdiri dari semua hal-hal yang oleh masyarakat lihat, dengar dan rasakan ketika pelayanan diberikan. Hal ini meliputi tidak hanya
21
output pelayanan yang berupa fisik, peralatan, dan penampakan personal. Semantara itu aspek yang tidak nampak terdiri dari kondisi di
mana
pelayanan
tersebut
diberikan.
Kinerja
pelayanan
menggambarkan semua aspek dari pemberian pelayanan, seperti keandalan, cepat tanggap, kepastian jaminan, dan empati. (Tjiptono, 2002) Keandalan dari sebuah pelayanan berarti konsisten dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa pelayanan yang diberikan sama seperti yang dijanjikan. Dalam hal ini masyarakat harus merasa permasalahan mereka ditanggapi secara cepat, jaminan meliputi perasaan aman dan percaya diri dari masyarakat. Dalam
model
kualitas
jasa
yang
dirumuskan
oleh
Parasuraman (dalam Fandy Tjiptono, 2000), menyatakan bahwa penghargaan konsumen dibentuk berdasarkan 4 hal, yaitu : 1. Kebutuhan pribadi konsumen. 2. Pengalaman masa lalu. 3. Komunikasi dari mulut kemulut. 4. Cara penyampaian jasa atau layanan. 2.1.6. Undang-undang yang Mendasari Ijin Usaha Yang mendasari berdirinya usaha industri baik kecil maupun besar antara lain : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil;
22
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor
558/MPP/Kep/12/T998
jo.
Nomor
31/MPP/Kep/1/2003 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor; 4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 590/MPP/Kep/10/1999 Tentang Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri; 5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 86/MPP/Kep/3/2001 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Perindustrian dan Perdagangan; 6. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 32/MPP/Kep/1/2003 tentang Ketentuan Ekspor Produk Industri Kehutanan. 2.1.7. Persyaratan Ijin Usaha 1. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Ketentuan setiap Perorangan atau Badah Usaha yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP). Lampiran Permohonan SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan): a. KTP Penanggung Jawab / Direktur; b. NPWP
23
c. Persetujuan dari Atasan bagi Pegawai Negeri; d. Domisili Perusahaan; e. Akte Pendirian yang disahkan Menteri Kehakiman dan HM; f. Bukti Kepemiiiki Tempat Usaha; g. Surat Penunjukkan Kepala Cabang (bagi Perusahaan Cabang) h. Pas Foto (3x4) sebanyak 2 (dua) lembar. Tarif retribusi yang dibebankan dalam mengurus SIUP dapat disajikan pada label 2.1. Tabel 2.1 Tarif Retribusi SIUP No 1 2 3
Klasifikasi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Menengah Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar
Nilai Investasi > s.d. 50 Juta > 50 Juta - 200 Juta > 200 Juta - 500 Juta
Retribusi Rp. 50.000 Rp. 100.000 Rp. 200.000
> 500 Juta - 1 Milyar > 1 Milyar -5 Milyar > 5 Milyar
Rp. 300.000 Rp. 400.000 Rp. 500.000
Sumber: http://www.surabaya.go.id 2. Surat Ijin Usaha Industri Ketentuan : a. Terhadap Industri Kecil dengan nilai investasi Rp.5.000.000, (lima juta rupiah) sampai dengan Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, harus memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan diberlakukan sebagai Ijin Usaha Industri (IUI).
24
b. Terhadap
industri
dengan
nilai
investasi
di
atas
Rp.200.000.000,-(dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan, harus memiliki Ijin Usaha Industri (IUI). 3. Tanda Daftar Industri (TDI) Lampiran Permohonanan TDI (Tanda Daftar Industri) : a. KTP Penanggung Jawab / Direktur; b. NPWP; c. Akte Pendirian yang disahkan Menteri Kehakiman dan HAM; d. Sertifikat / Bukti Kepemilikan Tanah; e. Ijin Mendirikan Bangunan (1MB); f. Ijin Gangguan (HO); g. Pas Foto (3x4) sebanyak 2 (dua) lembar. 4. Ijin Usaha Industri (IUI) Lampiran Permohonan IUI (Ijin Usaha Industri) a. KTP Penanggung Jawab / Direktur; b. NPWP; c. Akte Pendirian yang disahkan Menteri Kehakiman dan HAM; d. Sertifikat / Bukti Kepemilikan Tanah; e. Surat Persetujuan Prinsip; f. Dokumen Unit Pengelolaan Lingkungan / Unit Pemantauan Lingkungan (UKL / UPL) atau AMDAL;
25
g. Ijin Mendirikan Bangunan (1MB); h. Ijin Gangguan (HO). Tarif retribusi yang dibebankan dalam mengurus Surat Ijin Industri dapat disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Tarif Retribusi Surat Ijin Usaha Industri No 1
Klasifikasi Ijin Usaha Industri (IUI) Kecil
2
Ijin Usaha Industri (IUI) Menengah
3
Ijin Usaha Industri (IUI) Besar
Nilai Investasi > s.d. 200 Juta
Retribusi Rp. 200.000
> 200 Juta - 1 Milyar > 1 Milyar - 5 Milyar > 5 Milyar-10 Milyar > 10 Milyar -
Rp. 300.000 Rp. 500.000 Rp. 750.000 Rp. 1.000.000 Rp. 300.000
Sumber: http://www.surabaya.go.id 2.1.7. Prosedur Pemberian Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) (PERDA No.15 Tahun 2002) 1. Kewenangan Pemberian SIUP Berdasarkan Investasi a. Kegiatan usaha perdagangan dengan nilai investasi sampai dengan Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP kecil. b. Kegiatan usaha perdagangan dengan nilai investasi di atas Rp. 200 juta s/d Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP menengah. c. Kegiatan usaha perdagangan dengan nilai investasi di atas Rp. 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memperoleh SIUP besar.
26
2. Syarat-Syarat Permintaan SIUP a. Bagi perusahaan yang berbentuk Badan Hukum (PT, CV) dan Koperasi melampirkan : 1). Salinan /Copy Akte Notaris penilaian perusahaan yang telah disyahkan oleh Dep. Kehakiman bagi Perseroan Terbatas (PT) dan bagi bentuk usaha CV Akte Notarisnya yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri sedangkan Koperasi dilampirkan Badan hukum yang disyahkan oleh Instansi yang berwenang. 2). Copy KTP pemilik/penanggung jawab perusahaan 3). Copy NPWP 4). Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari PEMDA setempat
bagi
kegiatan
usaha
perdagangan
yang
dipersyaratkan SITU berdasarkan ketentuan Undangundang Gangguan (HO) b. Bagi Usaha Perorangan melampirkan : 1). Copy KTP pemilik 2). Copy NPWP 3). Copy Surat Ijin Tempat Usaha (SITU) dari PEMDA Perdagangan bagi kegiatan SITU berdasarkan ketentuan Undang-undang Gangguan (HO)
27
3. Perusahaan yang Dibebaskan dari Kewajiban SIUP adalah : a. Cabang perusahaan yang dalam menjalankan kegiatan usaha perdagangan mempergunakan SIUP perusahaan pusat b. Perusahaan yang telah mendapat Ijin Usaha yang detara dari Dinas Teknis berdasarkan Peraturan Perundang-undangan c. BUMN / BUMD d. Perusahaan Kecil Perorangan meliputi Pedagang Keliling, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Pinggir Jalan •
Penyelesaian SIUP selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak diterima dokumen secara lengkap dan benar
•
Masa berlakunya SIUP selama 5 tahun sejak tanggal diterbitkannya
4.
Prosedur Penerbitan SIUP (www.mojokertokota.go.id) Prosedur penerbitan SIUP digambarkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Prosedur Penerbitan SIUP Pengusaha Menyerahkan Persyaratan SIUP Penerimaan Formulir Diisi Oleh Pengusaha
Formulir Diserahkan ke Disperindag & PM dan Diteliti Kebenarannya Salah
Benar
Dikembalikan ke Pengusaha Untuk Diperbaiki
Disperindag & PM Menerbitkan SIUP
Penyerahan SIUP Oleh Petugas Sumber : www.mojokertokota.go.id
28
2.2. Penelitian Terdahulu Referensi yang digunakan untuk penyusunan skripsi ini adalah penelitian-penelitian terdahulu yang terangkum pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu No 1.
Judul Alat Analisis Analisis Pengaruh Regresi Pelayanan Terhadap berganda Kepuasan Pelanggan Pada PT. Pos Indonesia Bangsri Jepara, 2006.
2.
Analisis Pengaruh Regresi Kemudahan Dan Kecepatan berganda Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan Melalui Kepuasan Konsumen (Pada AJB Bumiputera 1912 Kantor Rayon Muda Purwodadi), 2003.
Hasil Diperoleh persamaan regresi Y = 0,996 + 3,658 X, berarti ada pengaruh positif pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Dengan Uji t diperoleh nilai ttest = 7,700 > ttabei = 1,67, maka H0 ditolak sedangkan Ha diterima. Kemudahan dan kecepatan pelayanan mempunyai pengaruh positif secara bersama-sama terhadap kepuasan konsumen mengikuti program asuransi, dibuktikan dengan persamaan Y = 1,091+ 8,61 Xi + 1,87 X2.
2.3. Kerangka Pemikiran Berdasar teori-teori yang ada maka kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan sebagai berikut pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Persyaratan (X1)
Prosedur Pelayanan (X2)
H1
H2
Minat Masyarakat Mengurus Ijin Usaha (Y)
29
2.4. Hipotesis Hipotesis menurut J. Supranto (2000 : 167) didefinisikan sebagai properti atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar pemikiran lebih lanjut. Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga persyaratan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha. 2. Diduga prosedur pelayanan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha. 3. Diduga persyaratan dan prosedur pelayanan berpengaruh terhadap minat masyarakat Jepara mengurus ijin usaha.
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Variabel penelitian ada dua jenis yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang tidak tergantung pada variabel lain, dalam penelitian ini adalah persyaratan dan prosedur pelayanan. Variabel terikat adalah variabel yang tergantung atas variabel lain, dalam penelitian ini adalah minat masyarakat.
3.2. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini variabel yang diteliti, yaitu : variabel persyaratan, prosedur pelayanan dan minat masyarakat mengurus ijin usaha. Sedangkan definisi operasional dari masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut : 3.2.1. Variabel persyaratan adalah sesuatu yang harus dipenuhi masyarakat sebelum memiliki ijin usaha. Variabel persyaratan diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut : a. Mengetahui persyaratan mengajukan ijin. b. Kesanggupan memenuhi persyaratan mengajukan ijin. c. Membantu lancarnya proses mengajukan ijin.
30
31
3.2.2. Variabel prosedur pelayanan adalah sistem yang harus dijalani oleh masyarakat dalam proses mengurus ijin usaha. Prosedur pelayanan diukur dengan indikator-indikator antara lain : a. Pelayanan pemberian informasi b. Pelayanan pendaftaran c. Pelayanan pemeriksaan d. Pelayanan pemberian ijin usaha. 3.2.3. Variabei minat masyarakat mengurus ijin usaha adalah perilaku masyarakat untuk mau tertarik dalam mengurus ijin usahanya. Minat masyarakat diukur dengan indikator-indikator : a. Merespon informasi yang diterima b. Mencari informasi tentang ijin usaha c. Mengurus ijin usaha
3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari responden dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang tanggapan responden mengenai persyaratan dan prosedur pelayanan untuk mengurus ijin usaha.
32
3.3.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur yang berupa teori-teori yang digunakan dalam penelitian. Data sekunder, meliputi : a. Keterangan-keterangan dari pihak Masyarakat Jepara dan pihakpihak yang terkait. b. Teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari literatur.
3.4. Populasi dan Sampel Populasi merupakan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri tertentu yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mengurus ijin usaha mebel di Jepara. Sampel merupakan bagian yang digunakan bagi tujuan penyelidikan populasi dan aspek-aspeknya. Menurut Moh. Nazir (2003 : 289) untuk mengadakan estimasi terhadap proporsi maka besar sampel, adalah : n=
N . p (1− p ) ( N −1) D + p (1− p )
Di mana :
B 2 (0,05) 2 = =0,000625 4 4
D
=
n
= besarnya sampel
N
= besarnya populasi
p
= 0,5
33
Untuk menentukan besarnya sampel, dalam penelitian ini populasi dibatasi sebesar 100 masyarakat. Besarnya sampel dapat dihitung : n=
100 x 0,5 x 0,5 = 80 orang (99 x 0,000625) + (0,5 x 0,5)
Jadi besarnya sampel penelitian sebanyak 80 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental
sampling, di mana konsumen atau individu yang kebetulan ditemui sedang datang mengurus ijin usaha mebel di Jepara.
3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Metode Kuesioner Metode kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pertanyaan sehingga dari jawaban-jawaban tersebut
terkumpul
data-data
yang
diperlukan.
Supaya
mempermudah perhitungan, penulis memberikan bobot menurut skala likert. Dalam skala likert, kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar "setuju" atau "tidak setuju" saja, melainkan dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban, misalnya : Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Netral
Setuju
3
4
Sangat Setuju 5
3.5.2. Metode Wawancara Metode wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab secara langsung dengan responden ataupun dengan pejabat terkait.
34
3.5.3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu cara pengumpulan data yang berasal dari catatan-catatan tertulis yang terdiri dari gambaran obyek penelitian,
struktur
organisasi
dan
lain
sebagainya
yang
berhubungan dengan penelitian.
3.6. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah secara kuantitatif. Data kuantitatif disebut sebagai data angka dalam arti sebenarnya. Analisis kuantitatif adalah data yang berasal dari opini responden yang bersifat kualitatif, yang akan diubah menjadi angka-angka sehingga dapat dilakukan analisis secara kuantitatif, yaitu dengan memberi skor atau bobot jawaban sesuai ketentuan. (Tommi Poltak Mario dan Wiratna Sujarweni, 2006 : 3) Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan : 3.6.1. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah analisis yang menunjukkan seberapa besar pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen dan memprediksi nilai Y apabila nilai X diketahui. Untuk memprediksi nilai Y apabila nilai X diketahui, maka menggunakan alat analisis regresi yang berupa persamaan regresi (Purbayu dan Ashari, 2003 : 147).
35
Bentuk dari persamaan regresi ini adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 Di mana: a
= konstanta (Y pintasan, nilai Y bila X1, X2 = 0)
b1,b2 = kemiringan
dari
garis
regresi
(kenaikan
atau
penurunan Y untuk setiap perubahan X1 dan X2). X1
= variabel persyaratan.
X2
= variabel prosedur pelayanan.
Y
= minat masyarakat mengurus ijin usaha.
3.6.2. Analisis Korelasi Product-Moment Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabei-variabel ini (Suharsimi Arikunto, 2002 : 238) Untuk menentukan koefisien korelasi secara manual dengan menggunakan rumus (Suharsimi Arikunto, 2002 : 241) : Rxy =
∑ xy (∑ x )(∑ y ) 2
2
Dimana :
(
)
2
x2
= X −X
y2
= Y −Y
xy
= jumlah hasil dari x dan y
(
)
2
36
Selanjutnya hasil perhitungan nilai korelasi diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisien korelasi sebagai berikut : Tabel 3.1 Interpretasi Nilai r*) Besarnya nilai r Antara 0,800 sampai 1,00
Interpretasi Tinggi
Antara 0,600 sampai 0,800
Cukup
Antara 0,400 sampai 0,600
Agak rendah
Antara 0,200 sampai 0,400
Rendah
Antara 0,000 sampai 0,200
Sangat rendah (tak berkorelasi)
Sumber : Suharsimi Arikunto, (2002 : 245). Apabila diperoleh angka negatif, berarti korelasinya negatif. Ini menunjukkan adanya kebalikan urutan. Indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1,00. 3.6.3. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase ( % ) sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mencari besarnya nilai sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dengan cara : R2 = r x 100% Di mana : R2
= Koefisien determinasi.
r
= Koefisien korelasi.
37
3.6.4. Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independent secara serempak terhadap variabel dependen dengan menerapkan teknik pengujian Ftest. (J. Supranto, 2001 : 260) Kriteria yang digunakan : a. Taraf nyata a = 0,05 dan derajat kebebasan (df) = n-k- 1. b. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan antara nilai Ftest dengan nilai Ftabel. 1) Jika Ftest < Ftabel = maka keputusannya menerima Ho dan menolak Ha. Artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel dependen. 2) Jika Ftest > Ftabel maka keputusannya menoiak Ho dan menerima Ha. Artinya, secara statistik data yang digunakan
membuktikan
independen
berpengaruh
bahwa terhadap
semua
variabel
nilai
variabel
dependen. c. Pada langkah keputusan menolak Ho dan menerima Ha, dapat disimpulkan bahwa variasi perubahan nilai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi perubahan nilai semua variabel independen, artinya persyaratan dan prosedur pelayanan berpengaruh positif terhadap minat masyarakat
38
mengurus ijin usaha. Dan jika keputusan menerima Ho dan menolak Ha, maka disimpulkan bahwa persyaratan dan prosedur pelayanan tidak berpengaruh positif terhadap minat masyarakat mengurus ijin usaha. Gambar 3.1 Distribusi F
Daerah Terima Ho
0
Daerah Tolak Ho
F = α = 0,05
2. Ujit Pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji t atau Uji Parsial. Djarwanto dan Pangestu (2001 : 301) mendefinisikan uji parsial adalah uji hipotesis yang digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel secara parsial atau sendiri-sendiri. Caranya adalah dengan membandingkan nilai thltung dengan ttabel pada α = 0,05 dan df = n - k - 1. Rumus mencari nilai t hitung : t=
b1 Sb1
Di mana : t
: Nilai t hitung
b1
: Koefisien regresi
Sb1 : Standar error
39
Perumusan hipotesis : • HO : β < 0 : tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. • HO : β > 0 : ada
pengaruh
antara
variabel
independen
terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian : • Apabila thitung > t tabel H0 ditolak. • Apabila t hitung < t tabel H0 diterima. Gambar hasil uji hipotesis t dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Pengujian Hipotesis Uji t
Daerah Penerimaan Ho 0
ttabel
Daerah penolakan Ho thitung
Dalam penelitian ini, untuk melakukan perhitungan dari semua anaiisis dengan menggunakan program paket komputer SPSS. 12.