BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, pembangunan daerah memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota menjadi ujung tombak dalam penyediaan pelayanan publik. Tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan pelayanan publik yang lebih efisien, efektif, dan merata serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (Rondinelli et al., 1983 dan Gershberg, 1998). Salah satu indikator keberhasilan pembangunan nasional atau daerah adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun bukan segalanya, pertumbuhan ekonomi memegang peranan penting karena dapat dipakai untuk menilai kinerja perkembangan perekonomian suatu negara atau daerah. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi merupakan refleksi dari perkembangan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi secara dinamis dari tahun ke tahun (Arsyad, 2010: 21 dan Boediono, 1999: 1). Produk Domestik Bruto (PDB), atau dalam konteks regional Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), adalah salah satu cara terbaik untuk mengukur kinerja perekonomian. Hal ini dikarenakan PDRB menggambarkan pendapatan total seluruh masyarakat sekaligus pengeluaran total barang dan jasa dalam perekonomian (Mankiw, 2013: 18). Lebih lanjut, untuk menghilangkan adanya pengaruh perubahan harga, maka para ekonom menggunakan acuan PDRB Riil,
1
yang mendasarkan pada harga konstan, sebagai dasar pengukuran pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2013: 24). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah belanja pemerintah. Pemerintah mempunyai peranan penting dalam perekonomian mengingat adanya fenomena kegagalan pasar (Todaro dan Smith, 2012: 128). Pemerintah berfungsi untuk memastikan bahwa pasar bekerja dengan lebih efisien untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan modal sosial (Blakely dan Bradshaw, 2002: 71). Salah satu wujudnya adalah melalui belanja pada sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan dengan menggunakan instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Khan et al. (2012) menyatakan bahwa kurangnya ketersediaan infrastruktur yang menunjang aktivitas perekonomian dan rendahnya investasi pada modal manusia menjadi akar masalah yang menghalangi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, belanja pemerintah di sektor infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, selanjutnya disebut belanja infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan, selain dapat digunakan untuk mengatasi kegagalan pasar juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Belanja infrastruktur akan meningkatkan ketersediaan infrastruktur yang memadai bagi aktivitas perekonomian sehingga mampu mendorong investasi yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi pada jangka menengah dan panjang (Suleman dan Iqbal, 2012). Demikian halnya dengan belanja pendidikan dan kesehatan yang tidak lain merupakan bentuk investasi yang sangat substansial karena akan meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia dan mendorong
2
pertumbuhan ekonomi (Todaro dan Smith, 2012: 381; Chatani dan Niimi, 2012). Artinya, belanja pemerintah di ketiga sektor ini adalah bentuk akumulasi modal yang diyakini akan memberikan efek pengganda yang akan menstimulus pertumbuhan ekonomi (eg. Sennoga dan Matovu, 2010; Dao, 2012; Khan et al., 2012). Investasi swasta memainkan peran penting pada proses pengembangan perekonomian, termasuk pertumbuhan ekonomi. Melalui investasi swasta, penambahan arus modal, yang tidak lain adalah akumulasi modal, digunakan untuk membangun usaha baru dan/atau melakukan perbaikan pada usaha yang telah berjalan. Keberadaan usaha ini bermanfaat untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan individu (sebagai dampak peningkatan standard hidup), mengurangi kemiskinan, meningkatkan pendapatan per kapita, mendorong pertumbuhan ekonomi, menarik kedatangan investor baru, dan mendorong pembangunan ekonomi (Haroon dan Nasr, 2011). Input lain yang tidak kalah penting dalam pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Menurut Todaro dan Smith (2012: 141) ketersediaan tenaga kerja yang besar akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi, dengan syarat, tersedia lapangan pekerjaan yang cukup untuk menyerapnya. Jika tidak, maka yang terjadi adalah pengangguran. Selain kuantitas, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kualitas sumber daya tenaga kerja. Tenaga kerja yang terampil adalah syarat mutlak demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Mankiw, 2013: 236-238; Todaro dan Smith, 2012: 141-142).
3
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan nilai PDRB terbesar keempat se-Indonesia. Rata-rata PDRB Provinsi Jawa Tengah (Atas Dasar Harga Konstan, Tanpa Migas) pada tahun 2005-2012 mencapai Rp163.757,13 miliar atau 8,15 persen dari PDB Indonesia (BPS, 2014). Meski demikian, rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 5,81 persen, masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional (6,44 persen) dan relatif tertinggal jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Gambar 1.1 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa dan Indonesia, 2005-2012 (%, ADHK, tanpa migas) Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan (diolah).
4
Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Pulau Jawa, 2005-2012 (%, ADHK, tanpa migas) Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan (diolah).
Jika dilihat dalam skala kabupaten/kota, hanya Kabupaten Sragen yang ratarata pertumbuhan ekonominya melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah, yaitu 5,88 persen. Artinya, dari 35 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, tidak ada satupun yang rata-rata pertumbuhan ekonominya melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Berturut-turut, tiga kabupaten/kota
dengan
rata-rata pertumbuhan ekonomi
tertinggi
adalah
Kabupaten Sragen (5,88 persen), Kota Semarang (5,81 persen), dan Kota Surakarta (5,76 persen).
5
Gambar 1.3 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2005-2012 (%, ADHK, tanpa migas) Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan (diolah).
Selain permasalahan relatif rendahnya rata-rata pertumbuhan, permasalahan lain yang diidentifikasi adalah trendline pada tahun 2005-2012 dari variabel belanja pemerintah, investasi swasta dan tenaga kerja tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Permasalahan ini semakin menarik untuk dianalisis karena adanya kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mencanangkan Tahun 2014 sebagai Tahun Infrastruktur (Kemenkominfo, 2014). Pencanangan ini salah satu tujuannya adalah untuk menarik investor swasta mengingat Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan relokasi industri perusahaan di Jabotabek, sebagai konsekuensi dari kenaikan Upah Minimum Regional di Jabotabek (Setkab, 2013). Investasi ini diperlukan untuk menyerap tenaga kerja sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
6
Gambar 1.4 Trend Belanja Infrastruktur, Belanja Pendidikan, Belanja Kesehatan dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah, 2005-2012 (ADHK, tanpa migas) Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan; www.djpk.kemenkeu.go.id (diolah). Keterangan: nilai belanja infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan telah dikonstankan dengan PDRB deflator.
Gambar 1.5 Trend Investasi Swasta dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah, 2005-2012 (ADHK, tanpa migas) Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan; Bank Indonesia, berbagai tahun terbitan (diolah). Keterangan: nilai investasi swasta telah dikonstankan dengan PDRB deflator.
7
Gambar 1.6 Trend Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah, 2005-2012 (ADHK, tanpa migas) Sumber: BPS, berbagai tahun terbitan (diolah).
Bertitik tolak pada uraian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2012 dan mengidentifikasi variabel yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 20052012. Belanja pemerintah dalam penelitian ini diproksi dengan alokasi anggaran APBD pada urusan infrastruktur (belanja infrastruktur), pendidikan (belanja pendidikan), dan kesehatan (belanja kesehatan). Investasi swasta diproksi dengan pinjaman jangka menengah/panjang yang diberikan bank umum dan BPR untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan relokasi proyek dan/atau pendirian usaha baru. Tenaga kerja diproksi dengan penduduk berusia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja yang bekerja. Nilai dari belanja pemerintah dan investasi swasta pada penelitian ini telah dikonstankan dengan PDRB deflator.
8
1.2 Keaslian Penelitian Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penelitian
mengenai
pertumbuhan
ekonomi
dan
variabel-variabel
yang
mempengaruhinya telah banyak dilakukan. Selengkapnya mengenai beberapa penelitian sebelumnya dan perbedaannya dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Hasil Berbagai Penelitian Sebelumnya Mengenai Pertumbuhan Ekonomi No. 1.
Peneliti Zuhri (1999)
Metoda analisis Analisis regresi berganda dengan lag.
2.
Sodik (2007)
Data panel, Fixed Effect Model (FEM).
3.
Muharni (2008)
4.
Rustiono (2008)
Data panel, FEM dengan teknik Generalized Least Squares (GLS) bersama-sama dengan white heteroscedasticity consistent covariance dan Elastisitas. Data runtun waktu, Ordinary Least Square (OLS).
Hasil Penelitian 1. Investasi dan kesempatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, baik secara parsial maupun serentak. 2. Investasi PMA dan PMDN berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Kesempatan kerja berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi hanya pada jangka panjang. 1. Investasi tidak berpengaruh dengan arah negatif. 2. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan. 3. Ekspor neto dan angkatan kerja berpengaruh negatif dan signifikan. 1. Belanja modal mempunyai pengaruh positif namun tidak elastis terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Investasi swasta dan DAK berhubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. PAD elastis terhadap pertumbuhan ekonomi namun kontribusinya kecil. 1. Angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN), dan belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah. 2. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif.
Perbedaan Periode, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
Periode, lokasi, unit analisis, dan variabel bebas.
Periode, lokasi, dan variabel bebas.
Periode, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
9
Tabel 1.1 lanjutan 5.
Alexiou (2009)
Data panel FEM.
6.
Merican (2009)
Autoregressive Distributive Lag (ARDL).
7.
Jayachandran dan Seilan (2010)
Granger causality.
8.
Sennoga dan Matovu (2010)
9.
Wulandari (2010)
Computable General Equilibrium (CGE) berbasis Social Accounting Matrix (SAM) 2007. Data runtun waktu, Model Penyesuaian Parsial (Partial Adjustment Model/PAM).
Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan pada pertumbuhan ekonomi, sebaliknya dengan pertumbuhan penduduk. 1. Untuk Indonesia dan Malaysia: PMDN dan FDI dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan sedangkan modal manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Untuk Thailand: PMDN dan ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan modal manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Untuk Filipina: PMDN berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan modal manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. FDI dan ekspor berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi tapi tidak sebaliknya.
Periode, lokasi, unit analisis, dan variabel bebas.
Realokasi pengeluaran pemerintah dari sektor-sektor nonproduktif (adminsitrasi dan keamanan) ke sektor-sektor yang produktif, seperti agrikultur, energi, air, dan kesehatan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan kemiskinan. 1. Investasi dan APBD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Variabel dummy otonomi daerah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
lokasi, analisis, analisis variabel
Periode, lokasi, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
Periode, unit metoda dan bebas. Periode, unit metoda dan bebas.
lokasi, analisis, analisis variabel
Periode, lokasi, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
10
Tabel 1.1 lanjutan 10.
Amalia (2010)
Data panel, FEM dengan varian covariance heterokedastik.
11.
Dao (2012)
12.
Amuna (2012)
Model persamaan simultan yang terdiri dari persamaan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan persamaan pertumbuhan PDB. Data panel, FEM.
13.
Nugroho (2012)
Data runtun waktu dengan model koreksi kesalahan (Error Correction Model).
14.
Chakraborty dan Mukherjee (2012)
Data runtun waktu regresi linier dan granger causality.
1. Variabel pengeluaran pembangunan pemerintah, tenaga kerja, dan teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Variabel teknologi mempunyai pengaruh paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PDB per kapita tergantung pada pertumbuhan pengeluaran per kapita kesehatan dan pendidikan pada PDB, pertumbuhan penduduk, dan pertumbuhan persentase pengeluaran kesehatan dan modal pada PDB.
Periode dan variabel bebas.
1. DAK, PAD dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. DAU berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 1. Dalam jangka pendek variabel investasi swasta, pengeluaran pembangunan pemerintah, dan infrastruktur listrik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan tenaga kerja berpengaruh positif namun tidak signifikan. 2. Dalam jangka panjang, variabel investasi swasta, infrastruktur jalan, dan infrastruktur listrik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Tidak ada kausalitas antara FDI dan investasi dalam negeri dengan pertumbuhan ekonomi.
Periode, lokasi, dan variabel bebas.
Periode, lokasi, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
Periode, lokasi, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
Periode, lokasi, unit analisis, metoda analisis, dan variabel bebas.
11
Tabel 1.1 lanjutan 15.
Wanimbo (2013)
Data panel, Common Effect Model (CEM).
16.
Reza dan Widodo (2013)
17.
Supartoyo et al. (2013)
Data panel, GLS dan Random Effect Model (REM). Data panel, GLS dan FEM.
1. Pengeluaran pemerintah di sektor infrastruktur dan angkatan kerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Pengeluaran pemerintah di sektor kesehatan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendidikan pekerja mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 1. Laju pertumbuhan angkatan kerja dan ekspor bersih berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Laju pertumbuhan modal manusia berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 3. Laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Periode, lokasi, dan variabel bebas.
Periode, lokasi, unit analisis, dan variabel bebas. Periode, lokasi, unit analisis, dan variabel bebas.
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada tema pertumbuhan ekonomi. Perbedaanya, yang sekaligus menunjukkan keaslian penelitian ini, dibandingkan penelitianpenelitian sebelumnya terletak pada kombinasi spesifik antara lokasi, periode, unit analisis, variabel bebas, dan metoda analisis yang digunakan.
1.3 Rumusan Masalah Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mencanangkan Tahun 2014 sebagai Tahun Infrastruktur adalah isu yang menarik untuk diteliti. Pencanangan ini salah satu tujuannya adalah untuk menarik investor swasta.
12
Investasi ini diperlukan untuk menyerap tenaga kerja sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Data tahun 2005-2012 menunjukkan bahwa ratarata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2012 masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu 5,81 persen berbanding 6,44 persen. Pencanangan ini menarik untuk diteliti karena adanya celah (gap) antara teori dengan bukti empiris. Todaro dan Smith (2012: 140-145) mengemukakan bahwa faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah investasi yang meningkatkan kualitas sumber daya fisikal, sumber daya manusia, kuantitas sumber daya produksi, dan produktivitas melalui penemuan, inovasi, dan kemajuan teknologi. Dengan demikian, belanja pemerintah (terdiri dari belanja infrastruktur, belanja pendidikan, dan belanja kesehatan), investasi swasta, dan tenaga kerja merupakan komponen yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, bukti empiris pada beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda (Tabel 1.1). Data trendline belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005-2012 di Provinsi Jawa Tengah juga menunjukkan tidak selalu sejalan dengan teori (Gambar 1.4, 1.5, dan 1.6).
1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu: 1. “Apakah belanja infrastruktur, belanja pendidikan, belanja kesehatan, investasi swasta, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
13
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2012?”; 2. “Variabel apakah yang berpengaruh paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2012?”.
1.5 Tujuan Penelitian Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu: 1. menganalisis pengaruh belanja infrastruktur, belanja pendidikan, belanja kesehatan, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2012; 2. mengidentifikasi
variabel
yang
berpengaruh
paling
besar
terhadap
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005-2012.
1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran, yaitu: 1. memperkaya penelitian empiris variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, berdasarkan studi empiris kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah; 2. bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin mendalami dan melanjutkan penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi; 3. memberikan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
14
1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab 1: Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab 2: Landasan Teori, menjelaskan teori yang menjadi acuan dalam penelitian, kajian terhadap penelitian terdahulu, formulasi hipotesis, dan model penelitian. Bab 3: Metoda Penelitian, menjelaskan desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional, dan metoda analisis data. Bab 4: Analisis, menjelaskan deskripsi data yang diperoleh, hasil regresi, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab 5: Simpulan dan Saran, menjelaskan simpulan, rekomendasi, keterbatasan, dan saran.
15