BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Tugas mulia administrasi perpajakan terutama administrasi pajak pusat, diemban oleh Direktorat Jendral Pajak sebagai salah satu instansi pemerintah yang secara strukturak berada dibawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia (Widjaya & Ardiyanto, 2011). Penerimaan pajak kota semarang telah mencapai Rp 986,2 miliar di akhir tahun ini, Melampaui target 2015 yang ditetapkan sebesar Rp 886,9 miiliar atau telah mencapai 111 persen (www.metrosemarang.com). Penerimaan sektor pajak cukup tinggi sehingga pemerintah memerlukan dukungan segenap masyarakat termasuk wajib pajak untuk merealisasikan target penerimaan pajak 2017 terutama wajib pajak badan. Data yang ada di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menunjukan wajib pajak yang terdaftar hingga tahun 2015 mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632 WP Badan. Menurut data BPS mencatat hingga tahun 2013, sudah 1
2
beroperasi 3.442.307 perusahaan di Indonesia. Artinya, belum semua perusahaan terdaftar sebagai WP Badan. Dari jumlah total 30.044.103 WP yang terdaftar tidak termasuk bendahara, join-operation, perusahaan cabang/lokasi, sehingga wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh. WP Wajib SPT hanya 18.159.840. Jumlah WP wajib SPT tersebut terdiri atas 1.184.816 WP Badan. Dari jumlah 18.159.840 WP Wajib SPT itu, baru 10.945.567 WP yang menyampaikan SPT tahunan, jumlah WP yang menyampaikan SPT tersebut terdiri atas 676.405 WP Badan. Artinya, tingkat rasio kepatuhan WP Badan baru mencapai 57,09%. Dari jumlah WP yang meyampaikan SPT tersebut hanya 1.172.018 WP bayar, yang terdiri atas 375.569 WP Badan. Angka 375.569 WP Badan bayar atau Non SPT-Nihil jelas sangat kecil jika dibandingkan dengan 3 juta lebih perusahaan yang ada dan beroperasi di Indonesia (www.pajak.go.id). Hingga saat ini permasalahan tentang kepatuhan pajak masih saja menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Kota Semarang sebagai salah satu kota metropolitan yang terus berkembang dengan pesat sebagai pusat perniagaan dan perdagangan di Provinsi Jawa Tengah, selama kurun 2012 hingga 2015, rasio kepatuhan wajib pajak belum mencapai target yang diharapkan, dalam arti selalu memperlihatkan pencapaian di bawah 100 persen. Menurut Mekar Satria Utama, Direktur P2 Humas Kementrian Keuangan Direktorat Jendral Pajak Jateng I, tingkat kepatuhan wajib pajak di Semarang masih di kisaran 50 persen (www.neraca.co.id). Kepatuhan Wajib Pajak merupakan kesadaran untuk tunduk terhadap peraturan perpajakan yang berlaku dan sekaligus juga dalam prosedur administrasi
3
perpajakan. Kesadaran dan kepatuhan masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku perlu ditumbuhkan secara terusmenerus, hal ini adalah salah satu upaya untuk meningkatkan target pajak yang terealisasi (Pekerti, dkk 2015). Menurut Rustiyaningsih (2011) mendefinisikan bahwa, kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Kepatuhan wajib pajak dapat dibentuk oleh pemeriksaan pajak. Pemeriksaan dan penyelidikan pajak merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membentuk perilaku kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi maupun suatu badan usaha (Mandagi, dkk 2014). Tujuan utama dari dilaksanakannya pemeriksaan pajak adalah untuk menumbuhkan
perilaku kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan (tax compliance) yaitu dengan jalan penegakkan hukum (law enforcement) sehingga akan berdampak pada peningkatkan penerimaan pajak pada KPP yang akan masuk dalam kas negara. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya (Suhendra, 2010). Sanksi pajak merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang- undang merupakan rambu- rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi perpajakan ini diperlukan agar peraturan perpajakan tidak dilanggar (Putra, dkk 2014).
4
Selain pemeriksaan pajak dan sanksi pajak, kepatuhan wajib pajak juga dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. Menurut Fuadi & Mangoting (2013) pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak kepada wajib pajak untuk membantu wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan yang berkualitas menurut Supadmi (2009) adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Gunarso (2016). Penelitian tersebut mengkaji pengaruh pemeriksaan pajak, sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak badan di KPP Pratama kepanjen Malang. Dimana hasil penelitiannya menunjukan bahwa semakin sering dilakukan pemeriksaan pajak dan semakin besar sanksi perpajakan yang diberlakukan maka perilaku patuh wajib pajak semakin meningkat. Hal tersebut menunjukan bahwa pemeriksaan pajak dan sanksi perpajakan seharusnya menjadi perhatian fiskus dalam upaya meningkatkan pendapatan pajak negara. Perbedaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya terletak pada : (1) lokasi penelitian, pada penelitian Gunarso (2016) dilakukan pada kantor pelayanan pajak (KPP) Pratama Kepanjen Malang sedangkan penelitian ini dilakukan pada kantor pelayanan pajak (KPP) Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Gayamsari, KPP Pratama Candisari. Penelitian ini dilakukan dikota Semarang karena merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan memiliki cukup banyak Wajib Pajak, serta
5
penulis ingin mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak dikota Semarang dalam memenuhi kewajiban pajaknya; (2) adanya perbedaan judul dengan peneliti sebelumnya yaitu pemeriksaan pajak dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak badan dan (3) penambahan variabel independen dalam penelitian ini yaitu kualitas pelayanan. Alasan penambahan variabel kualitas pelayanan dikarenakan jasa pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak dalam memberikan layanan kepada wajib pajak dengan baik secara langsung akan mempengaruhi pertimbangan yang dipilih oleh wajib pajak. Pelayanan yang diberikan secara berulang dengan baik akan menciptakan pertimbangan yang baru dan akan menimbulkan keptusan yang baru. Pelayanan harus dilaksanakan oleh petugas pajak yang memiliki kemampuan untuk dapat memberikan pelayanan yang aktif dan tanggap kepada wajib pajak. Hal ini menegaskan bahwa kualitas pelayanan yang baik serta aktif dan tanggap dalam memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan diharapkan oleh wajib pajak dapat membuat wajib pajak merasa mudah dan nyaman sehingga wajib pajak senantiasa melakukan kegiatan pajaknya. Oleh karena itu penulis ingin mengadakan penelitian tentang. PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK, SANKSI PAJAK, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN (Studi Pada Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Gayamsari, dan KPP Pratama Candisari).
6
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan pernyataan tentang keadaan, fenomena, atau konsep yang memerlukan pemecahan dan solusi/jawaban melalui suatu penelitian dan pemikiran mendalam menggunakan ilmu pengetahuan dan alat – alat yang relevan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini akan menguji faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Faktor – faktor yang dijadikan alat prediksi Kepatuhan Wajib Pajak dalam penelitian ini adalah pengaruh Pemeriksaan Pajak, pengaruh Sanksi Pajak, dan pengaruh Kualitas Pelayanan, dengan perumusan masalah yang dinyatakan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1.
Apakah Pemeriksaan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?
2.
Apakah Sanksi Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?
3.
Apakah Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. 2. Menguji pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. 3. Menguji pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
7
1.3.2
Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Aspek Teoritis 1. Bagi Akademis diharapkan dapat memberikan gambaran dan bahan pembanding maupun studi lanjutan bagi yang ingin mengadakan penelitian yang berkaitan dan menambah perbendaharaan karya ilmiah diperpustakaan. 2. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan pengalaman dan ilmu yang telah didapat dibangku kuliah kedalam praktek, khususnya yang ada hubungannya dengan masalah penelitian tersebut. b. Aspek Praktis 1. Bagi KPP hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pentingnya pemeriksaan pajak, sanksi pajak, dan kualitas pelayanan pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. 2. Bagi Wajib Pajak hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pentingnya kepatuhan Wajib Pajak sehingga dapat meningkatkan penerimaan negara.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1
Variabel Penelitian Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2014). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) dalam (Sugiyono, 2014). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pemeriksaan Pajak, Sanksi Pajak, dan Kualitas Pelayanan. 2. Variabel Dependen (Variabel Terikat) Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2014). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak Badan. 3.1.2
Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalam penelitian digunakan untuk memahami
lebih mendalam tentang variabel pada penelitian ini, maka lebih mudah dituangkan
40
41
dalam indikator-indikator sehingga variabel tersebut bisa diukur. Adapun variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak badan. Kepatuhan wajib pajak badan adalah suatu tindakan patuh dan sadar yang dilakukan oleh wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Gunarso, 2016). 2. Pemeriksaan Pajak Pemeriksaan Pajak adalah kegiatan mengumpulkan atau mencari data wajib pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Gunarso, 2016). 3. Sanksi Perpajakan Sanksi perpajakan adalah kondisi dimana wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan atau tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya akan dikenakan sanksi perpajakan (Gunarso, 2016). 4. Kualitas Pelayanan Kualitas Pelayanan dapat diartikan juga sebagai kualitas jasa pelayanan yang diberikan petugas pajak kepada wajib pajak yang juga bertindak sebagai konsumen dalam hal menikmati fasilitas dan layanan perpajakan yang memuaskan (Dyah, dkk 2015). Dari variabel (Y) Kepatuhan Wajib Pajak Badan, (X1) Pemeriksaan Pajak, (X2) Sanksi Perpajakan dan (X3) Kualitas Pelayanan diatas Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert.
42
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No
Nama Variabel
Definisi Variabel
Indikator
1
Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y)
Suatu tindakan patuh dan sadar yang dilakukan oleh wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
1.Kepatuhan formal 2.Kepatuhan material
Ihsan (2013)
2
Pemeriksaan Pajak (X1)
Kegiatan mengumpulkan atau mencari data wajib pajak untuk menguji kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
1.Objektivitas pemeriksaan 2.Edukasi dalam pemeriksaan 3.Tindak lanjut pemeriksaan
Ihsan (2013)
3
Sanksi Pajak (X2)
Kondisi dimana wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan atau tidak patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya akan dikenakan sanksi perpajakan
1.Sanksi diperlukan untuk menciptakan kedisipilinan WP dalam membayar pajak 2.Sanksi dilaksanakan dengan tegas kepada WP yang melanggar 3.Sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan 4.Penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
Mutia (2014)
4
Kualitas Pelayanan (X3)
Kualitas pelayanan yang diberikan petugas pajak kepada wajib pajak yang juga bertindak sebagai konsumen dalam hal menikmati fasilitas dan layanan perpajakan yang memuaskan
1.Wujud fisik 2.Keandalan 3.Daya tanggap 4.Jaminan 5.Empati
Ihsan (2013)
Sumber : Referensi dari berbagai jurnal, 2016
Sumber
43
3.2 Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel 3.2.1
Obyek Penelitian dan Unit Sampel Dalam penelitian ini, peneliti sudah mengirimkan surat riset untuk
melakukan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kota Semarang. Dari seluruh KPP Pratama di Kota Semarang, peneliti hanya diterima di beberapa KPP yaitu KPP Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Gayamsari, dan KPP Pratama Candisari. Obyek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Gayamsari, dan KPP Pratama Candisari. 3.2.2
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi Populasi adalah sekelompok orang atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak Badan (WP Badan) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Gayamsari, dan KPP Pratama Candisari. Berdasarkan data dari beberapa KPP Pratama di kota Semarang tahun 2015 tercatat sebagai berikut : -
KPP Pratama Semarang Timur
4.047
-
KPP Pratama Semarang Candisari
7.458
-
KPP Pratama Semarang Gayamsari
6.255
Total
+
17.760
Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat mewakili atau menggambarkan populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
44
penelitian ini adalah Insidental Sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang keetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2014). Untuk mengetahui jumlah sampel Wajib Pajak Badan yang sesuai digunakan rumus Slovin : N
17.760
𝑛 = 1+Ne² = 1+17.760(0.1)² = 99,44
di bulatkan menjadi 100 sampel
Keterangan : n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
E
= presisi yang ditetapkan atau prosentasi
3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1
Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer,
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data yang dikumpulkan dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Setia, 2015) 3.3.2
Sumber Data Data primer dalam penelitian ini adalah beropini para responden atas
berbagai pertanyaan dalam kuesioner terkait dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. Responden yang dimaksudkan adalah para Wajib Pajak
45
Badan di KPP Pratama Semarang Timur, KPP Pratama Gayamsari, dan KPP Pratama Candisari. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei langsung dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang harus diisi oleh responden. Sejumlah pertanyaan diajukan dalam bentuk kuesioner dan selanjutnya responden diminta menjawab atau mengisi sesuai pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat mereka digunakan skala likert. Skala Likert yaitu skala pengukuran yang berisi lima tingkat prediksi jawaban. Format skala yang digunakan yaitu : Angka 1 = Sangat Tidak Setuju Angka 2 = Tidak Setuju Angka 3 = Ragu-ragu Angka 4 = Setuju Angka 5 = Sangat Setuju 3.5 Metode Analisis Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:
46
3.5.1
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik suatu kelompok data dan memberikan penjelasan sederhana mengenai variabel penelitian yang dilihat dari rata-rata (mean), median, modus, maksimum, minimum dan penyimpangan baku (standart deviasi) (Ghozali, 2012). 3.5.2
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel. Jika rhitung lebih besar dari r-tabel berarti valid. Sebaliknya jika r-hitung lebih kecil dari r-tabel berarti tidak valid (Ghozali, 2012). Uji reabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2012). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali pada subjek yang sama (Setia, 2015). Dalam penelitian ini pengukuran reabilitas dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran sekali saja. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik croanbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai croanbach alpha > 0,70 (Ghozali, 2012). Cara mencari
47
reliabilitas adalah dengan memasukkan kedalam rumus koefisien reliabilitas croanbach alpha. Jika koefisien cronbach alpha > 0,70 maka instrumen itu dapat diterima atau reliabel, tetapi apabila sebaliknya cronbach alpha lebih kecil dari 0,70, maka pertanyaan tersebut ditolak atau tidak reliabel (Ghozali, 2012). 3.5.3
Uji Asumsi Klasik
3.5.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dan uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. H0: Data residual berdistribusi normal H1: Data residual tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2012). 3.5.3.2 Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel
48
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2012). 3.5.3.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, pendeteksian heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser, Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi (Ghozali, 2012). Analisis yang dapat dilakukan yaitu dengan melihat signifikan variabel independen terhadap variabel dependen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5%, maka tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2012). 3.5.4
Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) t hitung dapat diketahui dari hasil pengolahan data SPSS pada tabel Coefficient.
49
Persamaan garis linier berganda didapatkan sebagai berikut : Y= b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e Keterangan : Y
= Kepatuhan Wajib Pajak (variabel terikat)
b1
= Koefisien regresi dari pemeriksaan pajak
X1
= Pemeriksaan pajak (variabel bebas)
b2
= Koefisien regresi dari sanksi pajak
X2
= Sanksi pajak (variabel bebas)
b3
= Koefisien regresi kualitas pelayanan
X3
= Kualitas pelayanan (variabel bebas)
e
= standar error
3.5.4.1 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2012). Menggunakan hipotesis : a) Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. b) Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut : 1. Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5 persen, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak
50
bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2012). 3.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Ghozali, 2012). Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 3.5.4.3 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2012).