BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak ke-empat di dunia, memberikan dampak terhadap berbagai bidang baik sosial, politik, budaya, pendidikan maupun ekonomi. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini berbanding lurus dengan makin banyaknya variasi kebutuhan manusia. Hal ini semakin didukung dengan kemajuan teknologi untuk memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan atau jasa. Teknologi informasi berbasis elektronik menjadi gerbang utama untuk mendapatkan kebutuhan lainnya, sehingga barang apapun semakin mudah diperoleh dan akses untuk mendapatkan informasi sangat mudah. Salah satunya dengan bantuan ponsel pintar atau lebih dikenal dengan istilah Smartphone. Indonesia menempati urutan teratas di dunia dalam penggunaan ponsel pintar dengan waktu pemakaian rata-rata 181 menit per hari menurut penelitian oleh lembaga survei di Amerika Serikat. International Data Corporation (IDC), sebuah lembaga periset pasar internasional, melalui surveynya mengatakan pertumbuhan penjualan smartphone sebesar 12 persen dan tablet tumbuh 18 persen dibanding tahun 2013. Bahkan di Asia Tenggara, Indonesia penyumbang terbesar penjualan smartphone dengan angka mencapai 30 persen.1
1
http://techno.okezone.com/read/2014/06/05/57/994499/indonesia-terbesar-di-dunia-pengguna-ponselpintar diakses tanggal 18 September 2014
1
2
Antusiasme konsumen Indonesia di pasar smartphone sangat tinggi terlebih jika ada produsen smartphone yang meluncurkan seri terbarunya. Hal ini memicu agen distributor dari produsen smartphone untuk membuka pemesanan untuk suatu seri smartphone yang akan diluncurkan. Pemesanan dalam praktik dikenal dengan sistem pre-order atau inden. Inden adalah pembelian barang dengan cara memesan dan membayar terlebih dahulu.2 Hubungan antara pihak pelaku usaha dan konsumen dituangkan dalam suatu perjanjian jual beli secara inden. Hubungan yang terjadi antara pelaku usaha dengan konsumen pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan prinsip yang ada dalam perjanjian timbal balik, yaitu perjanjian yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak, artinya bahwa pelaku usaha dan konsumen dibebani hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki dalam perjanjian. Perjanjian jual beli dengan sistem inden yang mana merupakan perjanjian yang telah distandarisasi oleh pelaku usaha ini kemudian dilakukan melalui media elektronik atau lebih dikenal dengan istilah Electronic Commerce untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan waktu sehingga seseorang dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang dimanapun dan kapanpun. Jual beli smartphone secara inden dapat dilakukan melalui website resmi/toko online resmi dari produsen atau melalui toko online yang sering dipercayakan produsen smartphone seperti lazada.com, jeruknipis.com, atau flashgadgetstore.com. 2
http://kbbi.web.id/ diakses tanggal 18 September 2014
3
Perjanjian melalui media elektronik tidak terdapat berkas perjanjian seperti pada transaksi jual beli konvensional, melainkan hanya terdapat beberapa syarat dan ketentuan yang telah ditentukan sepihak oleh pelaku usaha (toko online/distributor resmi) dan bahkan dibeberapa toko online sama sekali tidak mencantumkan syarat dan ketentuan jual beli secara inden. Kondisi seperti ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai akibat hukum dengan segala konsekuensinya, antara lain apabila muncul suatu perbuatan yang melawan hukum dari salah satu pihak dalam sebuah transaksi jual beli dengan sistem inden secara eletronik. Hal ini akan menyulitkan pihak yang dirugikan untuk menuntut segala kerugian yang timbul dan disebabkan perbuatan melawan hukum itu, karena sejak awal kedua pihak tidak langsung berhadapan. Asus sebagai salah satu produsen perangkat elektronik dikenal sangat baik melalui produk notebook. Salah satu seri tersuksesnya adalah Eee PC netbook yang keluar pada tahun 2008. ASUStek mengalami penurunan keuntungan pada tahun 2013. Hal ini disebabkan tingginya penetrasi smartphone dan tablet PC yang mencapai 67 persen pada tahun 2013.3 Januari 2014 ASUS resmi mengumumkan seri smartphone terbarunya yang diberi nama ASUS zenfone yang diluncurkan pada April 2014 untuk mengejar ketertinggalannya. Beberapa distributor resmi ASUS dan ASUS Golden Partner (AGP) mulai membuka pemesanan untuk tiga produk smartphone ASUS yaitu ASUS
Zenfone 4,
Zenfone 5 dan Zenfone 6 sejak Maret 2014. Pemesananan ini merupakan 3
http://portal.paseban.com/news/138642/perusahaan-asus diakses tanggal 19 September 2014
4
perjanjian jual beli dengan sistem inden di beberapa situs toko online maupun melalui toko fisik. Puluhan toko online dan toko fisik ini “menginformasikan dan menjanjikan” ketersediaan barang telah dikonfirmasi oleh pihak ASUS Indonesia sesuai janji toko tersebut. Konsumen yang memesan telah melakukan pembayaran baik dengan down payment maupun membayar penuh. Peluncuran resmi tiga produk ini dilakukan pada tanggal 15 April 2014 oleh CEO ASUS namun ketersediannya sangat terbatas bahkan toko mengundurnya menjadi akhir bulan April dengan dalih keterlambatan pengiriman, dengan dalih yang sama barang belum tersedia pada bulan Mei, kemudian dengan alasan pengiriman periode pertama telah habis terjual konsumen diminta kembali menunggu hingga akhir mei. Pada akhir mei 2014 ASUS Indonesia resmi mengumumkan kenaikan harga smartphone-nya dengan kompensasi adanya peningkatan pada spesifikasi di ketiga produk tersebut. Situs Wallrich dalam artikel bisnisnya mengatakan hal ini sebagai suatu strategi bisnis yang disebut dengan “Hunger Marketing” yaitu strategi memancing penjualan dengan kuota barang dalam jumlah tertentu, dan menggenjot penjualannya tersebut dalam jangka waktu tertentu. Jumlah (kuota) smartphone yang dijual yang terbatas, dan dipasarkan dalam pemasaran jangka waktu yang terbatas, akan memancing rasa kesal dan penasaran dari konsumen.4
4
http://www.wallrich.co.za/recomended-reading/156-hunger-marketing-and-your-brand.html diakses tanggal 19 September 2014
5
Konsumen tidak lagi ditempatkan sebagai subjek dalam perdagangan, tetapi menjadi objek sasaran pelaku usaha untuk dapat meraih keuntungan yang besar dengan jalan memperdaya konsumen melalui trik-trik bisnis yang tidak etis. Perlu diupayakan suatu perlindungan hukum yang mampu melindungi hak-hak konsumen dari kesewenang-wenangan pelaku usaha. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : “PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DENGAN SISTEM INDEN UNTUK SMARTPHONE ASUS ZENFONE DI TOKO WWW.MODEMKU.COM” B. Permasalahan Bertolak dari latar belakang yang disampaikan di atas, maka timbullah permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden oleh toko www.modemku.com dengan konsumen? 2. Bagaimana
penyelesaian
wanprestasi
yang
dilakukan
oleh
toko
www.modemku.com dalam perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden untuk produk ASUS Zenfone? 3. Mengapa pihak ASUS dikatatakan melakukan perbuatan melawan hukum dalam hubungannya dengan perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden di toko www.modemku.com?
6
4. Bagaimana upaya perlindungan konsumen terhadap perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden atas wanprestasi atau perbuatan melawan hukum tersebut? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tujuan Subyektif a. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data konkret dan akurat yang diperlukan dalam penulisan hukum guna melengkapi persyaratan akademis dalam rangka memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. b. Penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran ilmiah kepada pihak-pihak terkait pada khususnya, dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya. 2. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden di toko www.modemku.com dengan konsumen yang membeli smartphone ASUS Zenfone b. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi yang dilakukan oleh toko www.modemku.com atas perjanjian jual beli secara elektronik dengan
7
sistem inden untuk pembelian smartphone ASUS Zenfone dengan konsumen c. Untuk mengetahui alasan pihak ASUS dikatan melakukan perbuatan melawan hukum dalam perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden di toko www.modemku.com d. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden di toko www.modemku.com atas wanprestasi dan perbuatan melawan hukum dikaitkan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelurusan kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian yang akan dilakukan penulis belum pernah diteliti dan ditulis oleh rekan mahasiswa lainnya, dan apabila terdapat penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan jual beli elektronik dengan sistem inden tentunya penelitian tersebut bukan pada toko www.modemku.com dan mempunyai judul dan rumusan masalah yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Beberapa penelitian mengenai pelaksanaan perjanjian jual beli secara elektronik dengan sistem inden yaitu : 1. Penulisan hukum
yang dilakukan oleh Adhelya Riva Rachmawati
(06/193925/HK/17193) tahun 2010, dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Jual
8
Beli Online (E-commerce) antara Griya Cantik Spa dengan Konsumen. Penulisan ini membahas tentang pelaksanaan jual beli online di toko griya cantik spa dan upaya yang dilakukan jika pihak penjual wanprestasi. Hal yang membedakan dengan penulisan hukum yaitu penulis dalam usulan penelitian ini akan membahas mengenai pelaksanaan perjanjian jual beli elektronik dengan sistem inden dengan pencantuman klausula baku didalamnya, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai bentuk wanprestasi dan/atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Agen Distributor ASUS dalam kaitannya dengan Undang-undang perlindungan konsumen serta bagaimana upaya perlindungan konsumen dalam jual beli elektronik dengan sistem inden. 2. Penulisan
yang
dilakukan
oleh
Zulaikha
Ayu
Febriani
(06/192811/HK/17138), tahun 2010, dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Online Melalui Facebook ditinjau dari Aspek Hukum Perdata Pada Komunitas Online Shop Regional Yogyakarta. Dalam penulisan hukum ini diambil suatu permasalahan mengenai pelaksanaan perjanjian jual beli online melalui facebook di komunitas online shop regional yogyakarta, dan sering terjadinya kesalahan dan keterlambatan pengiriman barang. Adapun yang menjadi fokus dalam penulisan hukum ini adalah mengenai aspek-aspek keperdataan dalam perjanjian jual beli online melalui facebook tersebut. Dalam penelitian hukum yang diusulkan penulis, pengkajian menitikberatkan pada jual beli elektronik dengan sistem inden dan
9
perlindungan hukum bagi konsumen.. Hal lain yang membedakan adalah yang menjadi responden yaitu para pihak yang melakukan perjanjian jual beli elektronik dalam penulisan hukum diatas dikhususkan pada lingkup jejaring sosial facebook saja, sementara pada penulisan hukum ini yang menjadi responden yaitu perusahaan yang bertindak sebagai Retailler produk ASUS di Yogyakarta yang melayani jual beli elektronik dan memiliki serta mengelola websitenya sendiri, dan pihak konsumen yang bertransaksi pada website dua perusahaan tersebut dengan sistem inden. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Rio Putra Parlindungan Purba (10/ 299373/HK/18465) tahun 2014, dengan judul Perlindungan Hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli kendaraan dengan sistem inden di PT. Daya
Adicipta
Wihaya
Cabang
Ringroad
Medan.
Penelitian
ini
menitikberatkan pada alasan terjadinya wanprestasi dalam perjanjian jual beli kendaraan serta membahas perlindungan hukum terhadap konsumen dalam melakukan perjanjian jual beli kendaraan secara inden di PT. Daya Adicipta Wihaya Cabang Ringroad Medan. Penelitian ini membahas perlindungan konsumen dalam jual beli dengan sistem inden secara konvensional dimana konsumen dan pelaku usaha berhadapan langsung, penulis di sisi lain akan membahas lebih lanjut mengenai jual beli elektronik (E-commerce) atau lebih sering disebut dengan jual beli online dimana pelaku usaha dan konsumen tidak berhadapan
10
langsung dan dilakukan dengan sistem inden atau dalam praktik dikenal dengan pre-order sehingga pembahasannya tentu akan berbeda. Ketiga penelitian di atas memiliki obyek penelitian yang berbeda dengan penelitian yang diusulkan penulis dengan obyek penelitian toko online sebagai agen distributor ASUS yang berbasis di Yogyakarta. Dengan demikian, penulis meyakini bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis bersifat asli. Penulis berharap penelitian hukum ini dapat melengkapi penelitian yang telah ada sebelumnya serta dapat memperkaya khasanah pengetahuan serta penulisan hukum yang bersifat akademis. E. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini akan digunakan : 1. Bagi Penulis a. Hasil dari penelitian ini bagi penulis sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum; b. Untuk mengembangkan pengetahuan penulis mengenai ilmu hukum beserta penerapannya di masyarakat. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan a. Untuk menambah pengetahuan mengenai pelaksanaan perjanjian jual beli elektronik dengan sistem inden serta upaya perlindungan konsumen terhadap adanya wanprestasi dan/atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan pelaku usaha;
11
b. Untuk menambah referensi di bidang ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jual beli elektronik dengan sistem inden dikaitkan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 3. Bagi Masyarakat Untuk memberikan pandangan dan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan pelaku usaha agar mengetahui norma-norma dalam perjanjian jual beli elektronik dengan sistem inden sehingga antara pelaku usaha dan konsumen terjalin sebuah hubungan yang baik dan saling bergantung satu dengan yang lain.