BAB I PENDAHULUAN
I. 1.
Latar Belakang Memasuki abad XXI, bersamaan dengan evaluasi 5 (lima) tahunan dari
pelaksanaan The Habitat Agenda (Istanbul+5), masyarakat dunia sepakat bahwa dunia bukan saja makin meng-kota (urbanized), tapi juga semakin mengglobal.Permukiman merupakan unsur pokok dari kota yang meliputi dua pertiga luasnya. Apakah sebuah kota sudah urbanized atau tidak, serta apakah kota sudah meng-global atau tidak, juga ditentukan oleh keadaan dan mutu permukimannya, urbanized serta globalized atau tidak (Silas, 2002). Kota merupakan suatu ekosistem yang dapat mendatangkan kerawanan lingkungan, baik untuk lingkungan kota itu sendiri maupun untuk lingkungan di pinggiran kota. Walaupun secara ekologi, ekosistem kota lebih rawan tetapi pada kenyataan umumnya kondisi kota lebih maju dibandingkan desa. Kenyataan ini merangsang timbulnya urbanisasi. Adanya urbanisasi pertambahan penduduk kota menjadi semakin meningkat pesat. Ciri khas kaum migran dalam mencari penghidupan di kota yaitu dengan kemampuan finansial yang minim mampu menempati suatu tempat yang bagi mereka cukup asal dapat berteduh, hingga dengan sendirinya mereka tidak mempunyai cukup ruang, baik dalam hal kebebasan mengembangkan ekonomi maupun ruang-ruang sosialnya (Krause, 1975). Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya jumlah penduduk secara umum juga menyebabkan terjadinya perluasan daerah kawasan hunian.Keadaan ini timbul sebagai konsekuensi meningkatnya kebutuhan hidup dan tuntutan hidup masyarakat 1
untuk pemenuhan kebutuhan primer berupa perumahan. Keberadaan perumahan dan permukiman yang layak harus dapat merespon keinginan masyarakat (responsible) dan dapat menyediakan tempat yang “menarik” dan mampu memfasilitasi dan mengakomodasi berbagai kegiatan masyarakat dalam lingkungan hunian. Mengutip penjelasan di atas, maka dampaknya adalah bahwa pembangunan perumahan dan permukiman secara umum sangat mempengaruhi sebagian besar pada kualitas lingkungan kawasan perumahan dan permukiman serta kualitas lingkungan sekitarnya.Sementara perkembangan lingkungan hunian yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, sangat mutlak diperlukan dalam era yang semakin global.Dalam kerangka ini diperlukan suatu pemahaman dalam keberadaan suatu kawasan hunian perumahan dan permukiman yang memberikan nilai kepuasan, kesenangan dan berbagai kepentingan kegiatan bagi penghuni secara arif. Daya tarik Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan wisata memacu masyarakat untuk tinggal dan menetap dengan waktu yang lama. Untuk selanjutnya dengan pertimbangan nilai ekonomi dan investasi, masyarakat memiliki suatu keinginan untuk mempunyai benda (property).Faktor ini menjadikan perkembangan Kota Yogyakarta semakin hari semakin cepat. Hal ini merujuk pada data yang ada, bahwa pertumbuhan perumahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di dapat sekitar 400 – 600 unit perumahan per-tahun dengan lahan yang diperlukan sekitar 6–10 hektar (REI, 2002). Pengaruhnya adalah dari 5 (lima) wilayah setingkat kabupaten tingkat II yang ada di Yogyakarta, yaitu Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Gunung Kidul, 2 (dua) wilayah diantaranya, yaitu Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul yang mempunyai tingkat pertumbuhan kota yang signifikan. Khususnya pada kawasan 2
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman di sebelah utara Kota Yogyakarta yang berbatasan dengan jalur Lingkar Utara (Ringroad), merupakan kawasan dalam kriteria tumbuh cepat (Yusdayati, 2004). Pertumbuhan perumahan dan permukiman yang sangat pesat ini mendorong timbulnya berbagai cara dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih mementingkan nilai keuntungan tinggi yang dilakukan oleh beberapa pengembang perumahan, dengan memanfaatkan keterbatasan lahan yang ada sepenuhnya untuk pembangunan hunian perumahan tanpa mengakomodasi kepentingan publik dan memberikan fasilitas-fasilitas publik dalam lingkungan hunian di dalam perumahan seperti fasilitas ruang terbuka pada perumahan. Dari hasil pengamatan lokasi penelitian yang dilakukan sebelumnya, diperoleh beberapa perumahan dan permukiman yang mampu mengakomodasi kepentingan dari kegiatan masyarakat akan tempat hunian dan memiliki ruang terbuka publik. Lokasi perumahan tersebut sudah eksis memberikan keberadaannya sebagai kawasan hunian dengan ketersediaan elemen-elemen terpenting dari suatu hunian perumahan dan permukiman berupa ruang terbuka publik kepada masyarakat. Didapatkan ada 3 (tiga) kawasan perumahan dan permukiman di wilayah Yogyakarta Utara sebagai studi kasus kawasan pilihan penelitian yaitu Perumahan Merapi View, Perumahan Candi Indah dan Perumahan Griya Perwita Wisata dengan masing-masing ruang terbuka publik yang terdapat didalamnya. Pada hakekatnya ruang terbukamerupakan wadah atau tempat yang menampung segala aktifitas manusia yang berada di lingkungan tersebut baik secara individu maupun kelompok (Hakim, 1987).Mengutip perlunya ruang terbukadalam hal ini ruang terbuka publikseperti interaksi sosial, kegiatan olahraga, bermain anak-anak pada hunian perumahan dan permukiman sebagai bagian 3
lingkungan binaan, seharusnya dapat mengakomodasi semua kepentingan dan kegiatan masyarakat di lingkungan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ruang terbuka publik tersebut sebagai ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk kepentingan umum dandapat memberikan kenyamanan, kesenangan dalam mengakomodasi semua kepentingan di lingkungan sekitarnya. Ketidakpuasan seseorang terhadap lingkungan ruang terbuka publik belakangan ini nampak semakin meningkat dan semakin bertumpuk terhadap kondisi lingkungan yang ada. Ketidakpuasan ini timbul setelah seseorang itu merasakan dan mengalami kondisi lingkungan sebenarnya yang semakin ”berkurang” dalam mengakomodasi kegiatan aktifitasnya, hal ini tercipta sebagai sebuah pengalaman bagi dirinya. Tingkat ketidakpuasan dalam pengalaman hidupnya di lingkungan perumahan ini dapat dikarenakan kualitas ruang terbuka publik dari luasan, bentuk sampai dengan visualisasi dari kawasan yang buruk dan tidak dapat memberikan ruang terhadap kegiatan pengguna serta kesan yang berarti secara individu. Lingkungan fisik ruang terbukapublik merupakan sumber pengetahuan lingkungan secara keseluruhan dan juga menjadi bagian dari semua pengalaman kita sebagai pengguna lingkungan. Namun demikian, terdapat perbedaan preferensi lingkungan diantara kelompok-kelompok pengguna lingkungan tersebut, sebagai contoh adalah antara profesional dan publik yangsering menimbulkan konflik. Kesadaran akan adanya hubungan psikologis antara manusia sebagai pengguna dengan lingkungan fisiknya ini seyogyanyamembantu kita untuk mengenali akar permasalahnyadan mencari solusinya. Oleh karena itu, sangatlah penting melakukan studi dengan mengetahui bagaimana kualitas dari ruang terbuka publik pada suatu kawasan perumahan binaan dengan indikator dan parameter yang digunakan untuk penilaian di atas, yang 4
mengacu pada pemahaman pengguna ruang terbuka publik terhadap kualitas ruang terbuka publik di perumahan, sehingga dapat merepresentasikan kualitas ruang terbuka publik di perumahan.
I. 2.
Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat di tarik benang merah permasalahan untuk
dikaji lebih lanjut yaitutentang kualitas ruang terbuka publik di perumahandan permukiman binaan yang telah ada sebagai bahan studi dan evaluasi tingkat kualitas ruang terbuka publik di perumahan. Persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana
menjembatani
keinginan
penghuni
dankelompok
masyarakat
di
lingkungan perumahan tersebut terhadap keberadaan ruang terbuka publik di perumahan. Fenomena
tersebut
melatarbelakangi
kajian
penelitian
ini
dengan
mengevaluasi dan menganalisis dari aspek kualitas ruang terbuka publik suatu perumahan dan permukiman secara keseluruhan. Secara urut pembahasannya akan di mulai dari pemahaman dan pengertian tentang elemen-elemen pembentuk perumahan dan permukiman sebagai bagian dari lingkungan atau kawasan binaan dalam upaya pengembangan dan keberadaannya, kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian masalah ruang terbuka publik di beberapa perumahan di kawasan Kabupaten Sleman sebagai daerah yang termasuk dalam kawasan tumbuh cepat, meliputi Perumahan Merapi View, Perumahan Candi Indah dan Perumahan Griya Perwita Wisata, dengan cara mencoba memaparkan suatu alternatif pendekatan regionalisme lingkungan binaan melalui analisis elemen-elemen ruang terbuka publik tentangtata ruang dan kualitas melalui studi tentang kualitas ruang terbuka publik di perumahan. 5
Untuk pembahasan selanjutnya merupakan bagian dari inti penelitian yaitu melakukan studi kualitas terhadap ruang terbuka publik di perumahankhususnya ruang terbuka publik di ketiga perumahan tersebut di atas, meliputi Ruang Terbuka Publik di Perumahan Merapi View, Ruang Terbuka Publik diPerumahan Candi Indah dan Ruang Terbuka Publik di Perumahan Griya Perwita Wisata,sebagai lokus penelitian.
I. 3.
Pertanyaan Penelitian Beberapa pertanyaan dalam penelitian ini dapat dirumuskansebagai langkah
awal dalam mengupas permasalahan dari latar belakang tersebut adalah : 1. Seperti apakahkualitasruang terbuka publikdi perumahan? 2. Faktor-faktor apa saja yang dominanmembentuk kualitas ruang terbuka publik di perumahan? 3. Bagaimanakah
arahanbentuk
dankualitas
ruang
terbuka
pada
perumahan?
I. 4.
Tujuan Penelitian dan Sasaran Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah dapat menentukan
arahan-arahan untuk penataan ruang terbuka publik di berbagai kawasan perumahan dan permukiman binaan di kota Yogyakarta, dengan sasaran mengetahui dan memperoleh rumusan faktor-faktor yang menentukan dari kualitas ruang terbuka publik sesuai dengan kondisi lingkungan perumahan. Penelitian ini diharapkan dapat memberi relevansi kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan bidang perumahan dan permukiman binaan tentang model-model ruang terbuka publik perumahan yang baik. 6
I. 5.
Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan kajian ilmiah tentang suatu pengembangantata kelola kawasan perumahan dan permukiman, tentangpenataan ruang terbuka publik di perumahan dan permukiman binaan yang terencana denganpenataan ruang terbuka publik
yang
dapat
mengakomodasi
kegiatan
dan
kepentingan
masyarakat. b. Manfaat praktis Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi perencanaan dan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman binaan dalam memahami fenomena terhadap ruang terbuka publikdi perumahan dan permukiman binaan tentang kualitas ruang terbuka publik yang mengakomodasi kepentingan pengguna, serta dapat menjadi aspirasi atau salah satu preseden dalam penataan ruang terbuka publik di perumahan dan permukiman binaan dan terencana pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
I. 6.
Lingkup Penelitian Lingkup penelitian merupakan batasan yang lebih jelas dari topik yang di
bahas demikian juga penentuan lokasi penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi lingkup penelitian adalah : 1. Perumahan dan permukiman sebagai kawasan binaan di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan eksistensi 7
keberadaan kawasan tersebut dalam mengakomodasi kepentingan penghuni dan lingkungannyaselama kurun waktu 5 (lima) tahun dan mempunyai fasilitas pendukung perumahan yang lengkap serta luas kawasan atau lahan lebih dari 1 (satu) hektar. 2. Ruang terbuka publik yang terdapat di ketiga perumahan tersebut diatas, Ruang Terbuka Publik (RTP) Perumahan Merapi View, Ruang Terbuka Publik (RTP) Perumahan Candi Indah dan Ruang Terbuka Publik (RTP) Perumahan Griya Perwita Wisata. 3. Mengkaji peranan dari ruang terbuka publik pada perumahan dan permukiman binaan sebagai fasilitas utama dalam mengakomodasi kepentingan penghuni di dalam lingkungan perumahan dan permukiman yang ditinjau dari aspek kualitas ruang terbuka publik.
I. 7.
Keaslian Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan dan harapan memiliki sifat
keaslian, dalam artian bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya baik sesuai dengan isi atau substansinya masing-masing, Sebagai bahan
pertimbangannya
bahwa
penelitian-penelitian
yang
telah
dilakukan
sebelumnya berbeda dengan penelitian ini adalah penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dijadikan sebagai bahan referensi untuk mendukung dan menunjang beberapa metode-metode penelitian yang tepat untuk digunakan di dalam penelitian ini Dengan
demikian
penelitian-penelitian
yang
dilakukan
sebelumnya
mempunyai perbedaan dengan penelitian ini.Beberapa hal perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya adalah : 8
Penelitian ini dilakukan pada perumahan dan permukiman binaan dan terencana.
Lokasi penelitian pada perumahan dan permukiman binaan di Kabupaten Sleman, yaitu: Perumahan Merapi View, Perumahan Candi Indah dan Perumahan Griya Perwita Wisata.
Metode penelitian menggunakan metode analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis dan evaluasi.
Tabel 1. 1. Penelitian mengenai ruang terbuka publik No
Nama
Judul / Lokasi
Substansi
1
Don Yesriel YKB (Tesis S2 MDKB UGM, 2002)
Sistem tata ruang terbuka Studi kasus perilaku lingkungan zone kawasan pusat kampus UGM
2
Moh. Husni (Tesis S2 MDKB UGM, 1997)
Pergeseran Fungsi Kawasan Resapan Air Menjadi Kawasan Permukiman.
3
Fenty Yusdayati (Tesis S2 MDKB UGM, 2004)
Faktor-faktor Yang Menentukan Pola Spasial Ruang Terbuka Publik Pada Perumahan Dengan Lahan Terbatas (mini real estate)
Membahas tentang arahan dari tata ruang terbuka dalam studi kasus perilaku lingkungan zone kawasan pusat kampus UGM, ditinjau dari faktor pola ruang, aksesibilitas dan fungsi lingkungan. Membahas tentang arahan rancangan Pergeseran Fungsi Kawasan Resapan Air Menjadi Kawasan Permukiman ditinjau dari fungsi, pola ruang dan lingkungan hunian Merumuskan arahan tentang rancangan pola spasial ruang terbuka publik pada perumahan dengan lahan terbatas (mini real estate) ditinjau dari faktor setting ruang berupa fungsi, aksesibilitas dan kenyamanan.
Sumber: Pengolahan Data Sekunder, 2005
9
I.8.
Alur Pikir Penelitian
Perluasan pembangunan perumahan dan permukiman
Tingkat kemampuan kawasan perumahan dan permukiman mengakomodasi kepentingan pengguna
Kualitas Ruang Terbuka Publik Perumahan
Variabel Kualitas Ruang Terbuka Publik • Jalan (sirkulasi) • Jalur Pedestrian • Karakter Pembatas (enclosure) • Bentuk
Identifikasi Data Eksisting Berdasarkan Variabel
Analisis dan Evaluasi Temuan Kesimpulan
GUIDE LINES
Gambar 1. 1.Diagram pola pikir penelitian (Sumber : Analisis, 2005)
10