BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Matematika ada di mana-mana dalam masyarakat dan matematika itu sangat penting. Sejak memasuki abad ke 21, semakin jelas bahwa banyak pekerjaan-pekerjaan yang berbobot menghendaki pengetahuan dan keterampilan-keterampilan matematika. Untuk bersaing dalam informasi sekarang ini yang didasarkan pada ekonomi dunia, para siswa butuh menganalisis data, berpikir secara logis, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah nyata. Tidaklah cukup jika hanya mengetahui hal-hal yang mendasar saja. Untuk mempersiapkan siswa pada tuntutan tempat kerja yang akan mereka hadapi, para siswa harus diarahkan untuk memiliki keterampilan-keterampilan yang memungkinkan mereka bersaing. Pembelajaran matematika merupakan salah satu cara untuk melatih mereka belajar bagaimana bekerja secara individu maupun secara berkelompok. Dalam Kurikulum KTSP (kurikulum 2006) disebutkan bahwa tujuan umum pendidikan dasar dan menengah memberikan tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika. Menurut Depdikbud (2003, hal. 2) tujuan pembelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah : a) melatih cara berpikir dan bernalar dan menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.
b) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomonikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, diagram dan menjelaskan program. Tabel 1: Rata – Rata Ulangan Harian Matematika Siswa Kelas VI SD 02/I Kembang Seri Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 Tertinggi
Terendah
Rata-rata
Persentase KKM Kelas VI
UH 1
70
20
49,5
67,5%
UH 2
75
25
57
71,2%
Sumber : Daftar nilai guru mata pelajaran matematika Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa presentase Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) matematika siswa kelas VI SD 02/1 Kembang seri masih rendah yang seharusnya ≥ 75%. Dari hasil pengalaman selama mengajar di kelas VI SD 02/1 Kembang Seri, ditemukan masalah-masalah antara lain kurangnya aktivitas belajar, hal ini terlihat dari proses pembelajaran yang diharapkan belum sepenuhnya terlaksana dengan ditandai oleh siswa sedikit sekali yang bertanya ketika ada kesempatan untuk bertanya, mereka cenderung diam, apabila mereka tidak mengerti materi pelajaran tersebut. Kemudian sewaktu guru mengajukan pertanyaan sedikt sekali siswa yang dapat menjawab pertanyaan tersebut dan rendahnya hasil belajar siswa (lihat tabel 1).
Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah termasuk penggunaan pendekatan/model pembelajaran yang sesuai materi pelajaran matematika yang disajikan pada saat itu. Dalam rangka pencapaian diatas maka dengan menggunakan pendekatan/model sebagai metoda pembelajaran cukup menarik untuk diteliti. Rekomendasi dari The Cockroft Report, yang banyak dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia, bahwa pada hakikatnya Cockroft Report itu merupakan laporan dari The Commettee of Inquiry into the Training of Mathematics in Schools. Suatu komite yang dibentuk oleh Departement of Education and Science, Great Britain, yang diketuai oleh Dr. W.H. Cockroft, dengan laporannya diebri judul “Mathematics Counts”. Menggarisbawahi lingkup tugas guru berkaitan dengan pemilihan strategi pembelajaran yang seharusnya dikembangkan di kelas, pada Bab 17 dan Paragraf 243, direkomendasikan bahwa “ Pembelajaran matematika pada semua jenjang pendidikan hendaknya meliputi aktivitas sebagai berikut : -
eksposisi dari guru
-
diskusi antara guru dengan siswa dan diskusi antar siswa
-
adanya kerja praktek (practical work)
-
konsolidasi dan latihan berkenaan keterampilan fundamental dan rutin
-
pemecahan masalah (problem solving) yang didalamnya terkandung penerapan matematika dalam kehidupan sehari – hari
-
kegiatan investigasi (investigational work) Berdasarkan pemgalaman dan rekomendasi The Commettee of Inquiry into the Training
of Mathematics in Schools, pembelajaran yang dilakukan telah memenuhi semua syarat diatas tetapi yang belum maksimal untuk dilakukan adalah kegiatan investigasi (investigation work).
Dengan demikian agar pembelajaran yang dilakukan dapat menarik minat siswa dan dapat meningkatkan aktivitas siswa maka dibutuhkan strategi atau model/pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa akan lebih ingat dan paham dengan suatu materi atau konsep jika mereka terlibat langsung dalam proses penanaman konsep tersebut. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, guru perlu mencari dan menerapkan suatu model/pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarainya, bukan sekedar mengetahuinya, sehingga belajar akan lebih bermakna. Pembelajaran realistik merupakan salah satu terobosan baru model pembelajaran yang dapat dipilih oleh guru, karena pembelajaran realistik memungkinkan pembelajaran matematika lebih berorientasi pada kehidupan nyata yang dialami siswa (Suherman, 2005: 56). Salah satu pembelajaran realistik adalah dengan menggunakan pendekatan investigasi (penyelidikan) yang dapat melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarakan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengamati aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan investigasi melalui penelitian yang berjudul : “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika
Melalui
Pendekatan Investigasi Pada Kelas VI SDN 02/I Desa Kembang Seri”. Pembelajaran dengan pendekatan investigasi dalam penelitian ini akan diterapkan pada materi pokok KPK dan FPB Kelas VI SDN 02/I Kembang Seri.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah dikajian teoritis dan empiris, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah hasil belajar siswa Meningkat, pada pelajar matematika, melalui pendekatan Investigasi ?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Memberi gambaran untuk meningkatkan hasil pembelajaran Matematika kepada pembaca khususnya guru matematika tentang penerapan dan aktivitas serta hasil belajar siswa melalui pendekatan Investigasi dalam proses pembelajaran di tingkat SD 2. Tujuan Khusus. a. Untuk mengetahui peningkatan Aktivitas belajar siswa kelas VI SDN 02/I Desa Kembang Seri melalui model pembelajaran dengan pendekatan investigasi. b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 02/I Desa Kembang Seri melaui model pembelajaran dengan pendekatan Investigasi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagi guru Matematika a) Dapat memberikan informasi pada guru-guru matematika khususnya guru matematika VI SDN 02/I Desa Kembang Seri mengenai pembelajaran dengan pendekatan Investigasi. b) Dipergunakan sebagai pertimbangan khususnya dalam meningkatkan aktivitas belajar, minat belajar dan hasil belajar pada pembelajaran matematika di sekolah. c) Mendorong guru-guru matematika pada tingkat SD khususnya untuk mencoba pembelajaran dengan pendekatan Investigasi ini pada kompetensi dasar lain.
2. Bagi siswa Melatih siswa agar mampu memahami materi dengan melakukan Investigasi (penyelidikan) terhadap permasaahan sehari – hari kepada bentuk abstrak dari bentuk nyata. 3. Bagi Peneliti Untuk mengembangkan diri dalam bidang penelitian dan memperbaiki kualitas proses belajar mengajar dalam bidang studi matematika yang peneliti laksanakan sekarang ini 4. Bagi Sekolah (SDN 02/I Desa Kembang Seri) Sebagai pedoman pengambilan kebijakan dalam perbaikan pembelajar bidang studi matematika atau bidang studi lainnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Yamin, (2008 : 87) mengemukakan pengertian hasil belajar adalah hasil yang dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan, perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak biasa menjadi biasa. Untuk melihat keberhasilan yang diperoleh siswa dalam belajar dapatditentukan melalui tes hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah belajar tingkat keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar bukan suatu penguatan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan individu melalui interaksi dengan lingkungan, di dalam interaksi inilah terjadi serangkain pengalaman – pengalaman belajar. Hasil belajar adalah tujuan dari sebuah kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu maupun kelompok. Hasil belajar tidak akan diperoleh selama orang tidak melakukan kegiatan dan kenyataannya untuk mendapatkan hasil belajar yang baik tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh dengan perjuangan, kesiapan yang penuh dengan tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Oleh karena itu pencapaian hasilbelajar itu harus dengan keuletan kerja.
Hasil adalah hasil yang diperoleh seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan akan tetapi hasil belajar akan berupa kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam proses pembelajaran. (Mukhtar dan Samsu, 2001 : 54) Hasil belajar adalah sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana kemampuan seseorang untuk menguasai bahan yang sudah diajarkan. (Purwanto, 2009:44) Hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkan perubahan kelakuan. (Hamalik, 2001:27) Hasil belajar peserta didik dapat dikalsifikasi kedalam tiga ranah (domain), yaitu, (1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika matematika), (2) domain efektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antar pribadi dengan kata lain kecerdasan emosional), (3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinesterik, kecerdasan Visual spasial dan kecerdasan musikal). Sejauh mana domain masing-masing tersebut member sumbangan terhadap sukses seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan? Data hasil penelitian multi kecerdasan menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdsan logika matematika yang termasuk kedalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5%. Kecerdasan antar pribadi yang termasuk dalam domain efektif memberikan kontribusi yang sangat basar yaitu 80%. Sedangkan kecerdasan kinestesik memberikan kontribusi sebesar 10%, kecerdasan visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor memberikan sumbangannya sebesar 5%. Namun dalam praktis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar – mengajar dan penilaian, yang amat domain ditekankan justru domain kognitif. Domain ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa,matematika, sains dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata –mata pelajaran
pendidikan jasmani, keterampilan dan kesenian cenderung dispelekan.demikian pula hal ini terjadi pada domain aktif yang terutama direfleksikan dalam mata – mata pelajaran agama dan kewarganegaraan. Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuiakan dengan proporsi sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para guru perlu memahami pengertian dan tingkatan setiap domain serta bagaimana menerapkannya dalam proses belajar mengajar dan penilaian. Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perbuhan dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigm lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hsil (produk) dan cendrung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang- kadang di reduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara penilaian dalam asfek efektif dan psikomotorik kerapkali diabaikan. Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidaka hanya ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembengan moral, perkembanagan emosional, perkembangan social dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk tetapi juga mempertimbangkan dari segi proses. Kesemuanya itu menuntut adanya perubahan dalam pendekatan dan tekhnik penilaian pembelajaran siswa. Untuk itulah, Depdiknas (2006) meluncurkan rambu-rambu penilaian pembelajaran siswa, dengan apa yang disebut dengan penilaian kelas.