BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Krisis global yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat telah memberikan dampak pada memburuknya kondisi perekonomian global. Pemulihan terhadap kondisi ekonomi global yang buruk bergerak secara lambat, sehingga mendorong melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, Indonesia masih mampu mengendalikan stabilitas sistem keuangan yang ditopang oleh ketahanan perbankan yang tetap terjaga dan kinerja pasar keuangan yang membaik. Hal ini juga ditunjukkan dengan optimisme investor asing terhadap perbaikan ekonomi domestik Indonesia sehingga meningkatkan kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia (Bank Indonesia, 2014). Investasi adalah komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:1). Salah satu bentuk instrumen investasi yang meningkat dalam perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia adalah saham yang ditunjukkan oleh peningkatan kinerja pasar saham domestik (Bank Indonesia, 2014). Pergerakan harga saham yang fluktuatif dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi investor. Pergerakan harga saham ini dapat disebabkan oleh perubahan kondisi fundamental perusahaan, lingkungan usaha, indikator ekonomi lainnya, atau permintaan dan penawaran saham di bursa. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham adalah informasi yang bersifat ekspektasi, yaitu informasi tentang
1
2
proyeksi keuangan atau forecasting. Hal itu mengingat bahwa kebutuhan informasi didasarkan atas pertimbangan bahwa harga saham ditentukan oleh kinerja perusahaan di masa lalu dan ekspektasi di masa mendatang (Sunariyah, 2011:177). Harga saham merupakan cermin pengelolaan perusahaan yang baik oleh manajemen perusahaan untuk menciptakan dan memanfaatkan prospek usaha, sehingga memperoleh keuntungan dan mampu memenuhi tanggung jawabnya terhadap pemilik saham. Proses pengambilan keputusan investasi adalah bagian penting dari investasi dimana investor harus membuat keputusan yang paling efisien untuk memaksimalkan keuntungan dan kekayaannya. Semua keputusan di pasar sekuritas yang berkaitan dengan investasi dipengaruhi oleh sumber-sumber informasi. Informasi adalah faktor yang paling penting dalam prosedur pengambilan keputusan yang dikumpulkan dari beberapa sumber seperti media berita, analis keuangan, atau laporan keuangan perusahaan. Informasi juga dianggap sebagai tolok ukur dalam pengambilan keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return dan risiko suatu investasi, karena tujuan utama investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor (Tandelilin, 2010:9). Hubungan risiko dan return dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear, yaitu semakin besar return, semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertimbangkan. Perbankan adalah salah satu sektor keuangan yang menarik untuk melakukan investasi, karena kinerja yang efisien dan efektif industri perbankan dari waktu ke
3
waktu adalah indeks stabilitas keuangan setiap negara. Sektor bank juga menarik karena setiap kegiatan individual maupun perusahaan menggunakan jasa perbankan dan struktur industri keuangan Indonesia didominasi oleh perbankan walaupun mengalami sedikit perlambatan pada kinerjanya (Bank Indonesia, 2015). Bank dalam membantu pembangunan ekonomi, bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber dana dari pihak ketiga kepada investor (Sukcharoensin, 2013). Ketahanan industri perbankan tercermin pada risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat (Bank Indonesia, 2015). Faktor risiko ini mempengaruhi efisiensi dalam penyediaan layanan perbankan, kinerja bank, serta return saham bank tersebut (Sukcharoensin, 2013). Return adalah tingkat keuntungan investasi (Tandelilin, 2010:9). Investor harus melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan sebelum melakukan investasi. Return yang diberikan berbeda antar perusahan yang satu dan lainnya. Return saham adalah ukuran terbaik untuk memperkirakan penciptaan nilai bagi kekayaan pemegang saham (Vardar, 2013). Return dibedakan menjadi dua, yaitu return harapan (expected return) dan return aktual atau return yang terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi oleh investor dimasa datang, sedangkan return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Perbedaan antara return harapan dengan return yang benar-benar diterima merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi sehingga dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor
4
harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi. Return atas investasi umumnya mempunyai dua komponen, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh investor apabila investor berinvestasi dalam saham. Capital gain (loss) adalah imbal hasil yang diperoleh dari perubahan harga saham (Tandelilin, 2010:102). Secara fundamental, harga suatu saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko yang dihadapi perusahaan. Kinerja perbankan dapat dicerminkan melalui tingkat profitabilitas yang diperoleh. Profitabilitas menurut Brigham & Joel (2009:107) adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Profitabilitas bank yang tinggi mencerminkan bahwa bank memiliki sistem yang baik pada manajemen risiko, pemeriksaan kredit dan pemantauan risiko yang diharapkan dapat mengurangi risiko bank. Pertumbuhan profitabilitas merupakan indikator penting dalam menilai prospek perusahaan di masa mendatang, karena profitabilitas berguna untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor pada suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan
investor
(Tandelilin,
2010:372).
Profitabilitas
diproksikan
menggunakan Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA) merupakan ukuran profitabilitas yang memiliki arti penting karena menunjukkan penggunaan total aset yang efektif dan efisien untuk menghasilkan laba untuk setiap unit investasi aset sehingga sering diperhatikan oleh perusahaan dan investor.
5
Return On Asset (ROA) yang semakin tinggi menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat atau semakin meningkatnya harga maupun return saham (Susilowati dan Tri, 2011). Muhammad dan Frank (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham dan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Witkowska (2006), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Tri (2011) menyatakan bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh tidak signifikan terhadap return. Profitabilitas berdampak pada perilaku pengambilan risiko yang dilakukan oleh bank. Risiko adalah peluang akan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan (Brigham dan Joel, 2009:216). Risiko yang mempengaruhi ketahanan bank, yaitu risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar (Bank Indonesia, 2015). Risiko kredit adalah risiko yang erat hubungannya dengan operasional bank, karena salah satu sumber utama pendapatan bank diperoleh dari bunga kredit yang disalurkan bank
kepada
masyarakat.
Basel
Committee
on
Banking
Supervision
mendefinisikan risiko kredit sebagai kemungkinan kehilangan saldo pinjaman sebagian atau seluruhnya, karena peristiwa kredit (Kolapo et al, 2012). Risiko kredit merupakan faktor penentu internal kinerja bank. Semakin tinggi eksposur bank terhadap risiko kredit, semakin tinggi kecenderungan bank mengalami krisis keuangan. Risiko kredit memiliki peran penting pada profitabilitas bank karena penurunan dari pendapatan bank timbul dari pinjaman bunga yang diperoleh. Setiap pinjaman yang diberikan bank mengalami
6
kemacetan dalam pembayarannya, akan mengurangi keuntungan dan ekuitas bank, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan bank apabila bank tidak dapat melunasi kewajibannya. Risiko kredit dilihat dengan proksi Non Performing Loan (NPL), yaitu perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang diberikan bank kepada debitur (Attar dkk, 2014). Non Performing Loan (NPL) Melalui upaya peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko ini diharapkan dapat mengukur dan mengendalikan risiko yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan usahanya baik sebagai jasa keagenan dan/atau kustodian. Terdapat beberapa faktor yang terkandung didalam rasio Non Performing Loan (NPL), yaitu pinjaman yang tidak dibayar pokok pinjamannya lebih dari tiga bulan, pinjaman yang jaminannya ditiadakan, pinjaman yang pembayaran bunganya tidak dibayar lebih dari enam bulan. Semakin besarnya rasio Non Performing Loan (NPL) maka resiko kredit macet dari suatu perusahaan perbankan terhadap pinjaman yang diberikan akan semakin besar sehingga dapat berpengaruh terhadap kinerja bank tersebut (Syauta dan Indra, 2009). Risiko ini menyebabkan harapan investor memperoleh keuntungan dari investasinya berubah menjadi kerugian apabila bank jatuh bangkrut bila harga saham/obligasi jatuh. Penurunan kinerja bank akan berdampak pada buruknya persepsi investor karena citra bank yang menurun. Semakin tinggi nilai Non Performing Loan (NPL), maka akan menurunkan nilai return saham bank tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Sigid (2014) menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif terhadap profitabilitas dan didukung oleh penelitian yang
7
dilakukan oleh Abiola dan Awoyemi (2014), sedangkan penelitian yang dilakukan Haneef et al (2012) menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas dan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kolapo et al (2012) dan Malik et al (2015). Gunawan dan Agustinus (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham dan hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2007). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Drobetz et al (2007) risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham dan didukung oleh penelitian Ekinci (2016). Risiko pasar adalah fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi tingkat return suatu investasi (Tandelilin, 2010:103). Jenis risiko ini berpengaruh langsung terhadap dua unsur penting bank, yaitu tingkat profitabilitas serta reputasi atau citra baik bank. Risiko suku bunga dan risiko nilai tukar adalah bagian utama dari risiko pasar. Risiko pasar pada penelitian ini diukur menggunakan nilai tukar atau kurs. Nilai tukar atau kurs merupakan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Menurut Fahmi (2012:189) risiko nilai tukar adalah naik turunnya nilai mata uang suatu negara saat dikonversikan dengan mata uang negara lainnya, dan apabila perusahaan membutuhkan mata uang asing dalam setiap transaksi bisnisnya. Terjadinya fluktuasi perubahan kurs rupiah menimbulkan risiko nilai tukar dimana semakin tinggi fluktuasinya semakin besar risiko yang muncul sehingga risiko nilai tukar uang akan menimbulkan laba dan rugi bagi perusahaan (Dewi, 2016). Hal ini memberikan dampak pada pertumbuhan kredit bank dan penagihan
8
terhadap kredit yang diberikan ketika perusahaan mengalami kerugian, khususnya pada perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor dan impor. Bank akan mengalami perlambatan pada pertumbuhan kreditnya karena perusahaan akan mengurangi melakukan pinjaman pada bank karena kondisi perusahaan yang merugi dan bank juga akan mengalami kredit macet pada pembayaran pinjaman yang diberikan. Gunawan dan Agustinus (2012) menjelaskan bahwa nilai tukar merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut. Efek dari risiko nilai tukar terhadap return saham bank yang signifikan secara statistik disebabkan karena bank kurang sempurna dalam lindung nilai posisi mata uang asing mereka (Ekinci, 2016). Informasi pasar mengenai melemahnya nilai tukar rupiah pada pasar ekuitas membawa pengaruh negatif pada pasar ekuitas karena pasar ini menjadi kurang menarik bagi investor. Pialang saham, investor dan pelaku pasar modal biasanya sangat berhati-hati dalam menentukan posisi beli atau posisi jual jika nilai tukar mata uang tidak stabil. Hal ini berarti melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh terhadap return saham. Ekinci (2016) dalam penelitiannya menemukan bahwa risiko nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ali (2015) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Sadorsky (2001) menyatakan bahwa risiko nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham dan didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Boyer dan Didier (2007), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ekinci (2016) menyatakan bahwa risiko
9
nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap return dan didukung oleh Mouna dan Jarboui (2013). Fenomena yang terlihat pada Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata NPL pada tahun 2013 mengalami penurunan yang diikuti oleh penurunan profitabilitas bank yang diproksikan menggunakan ROA. Tabel 1.1 juga menunjukkan ketika nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar dan terjadi penurunan rata-rata ROA pada tahun 2014, namun indeks saham sektor keuangan cenderung meningkat.
Tabel 1.1 Risiko Kredit, Risiko Nilai Tukar, Profitabilitas, dan Indeks Saham Sektor Keuangan Periode 2011-2014 Risiko Kredit, Risiko Nilai Tahun Tukar dan Profitabilitas 2011 2012 2013 Rata-rata NPL 2.20 1.87 1.77 Kurs rupiah terhadap dolar 8779.49 9380.39 10451.37 Rata-rata ROA 2.94 3.02 3 Indeks saham sektor 491.78 550.10 540.33 keuangan Sumber: Data Diolah, www.bi.go.id dan www.idx.co.id
2014 2.00 11933.83 2.68 731.64
Pertumbuhan kredit bank mengalami penurunan sejalan dengan peningkatan lending standard yang diterapkan bank karena terjadinya peningkatan Non Performing Loan (NPL). Meningkatnya Non Performing Loan (NPL) juga dikarenakan penurunan kemampuan membayar utang oleh perusahaan akibat penurunan pendapatan yang dipengaruhi oleh terdepresiasinya rupiah. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan pada profitabilitas bank. Perlambatan pertumbuhan pada sektor perbankan yang merupakan cermin perekonomian Indonesia tersebut ternyata tidak mengurangi minat investor untuk berinvestasi,
10
bahkan kegiatan investasi semakin meningkat karena investor percaya pada perbaikan ekonomi Indonesia di masa mendatang (Bank Indonesia, 2015). Berdasarkan uraian latar belakang dan adanya perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh risiko kredit dan risiko nilai tukar terhadap profitabilitas dan return saham, maka dilakukan kembali penelitian mengenai pengaruh risiko kredit dan risiko nilai tukar terhadap terhadap profitabilitas dan return saham pada perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2014.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1) Apakah risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap return saham? 2) Apakah risiko nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap return saham? 3) Apakah risiko kredit berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas? 4) Apakah risiko nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas? 5) Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap return saham?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko kredit terhadap return saham 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko nilai tukar terhadap return saham 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko kredit terhadap profitabilitas
11
4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh risiko nilai tukar terhadap profitabilitas 5) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap return saham
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1) Manfaat teoritis dalam penelitian ini diberikan dalam bentuk kajian empiris terhadap ilmu manajemen keuangan tentang pengaruh risiko kredit dan risiko nilai tukar terhadap profitabilitas dan return saham perbankan. 2) Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai informasi bagi investor untuk menilai kinerja perbankan dalam kemampuannya mengelola risiko kredit dan risiko nilai tukar sehingga mampu memberikan return sesuai dengan ekspektasi investor dan bagi manajemen perbankan sebagai bahan pertimbangan untuk mengkaji kembali kinerja perusahaan dalam manajemen risiko guna mensejahterakan pemegang sahamnya.