BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan lembaga yang berperan besar dalam melakukan kegiatan tridarma yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut maka diperlukan lembaga-lembaga atau unit-unit dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang saling mendukung dan melengkapi. Besar atau kecilnya lembaga atau unit disesuaikan dengan tupoksi dan pertimbangan efisiensi serta efektifitas kinerja lembaga atau unit tersebut (SPM-PT, Dirjen Dikti, 2010:115). Pembentukan kelembagaan harus didasarkan pada suatu bentuk keputusan yang berkekuatan hukum formal dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundangan yang berada di atasnya, misal: Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Dirjen, dll. Gambaran umum tentang peran masing-masing tupoksi dan kelembagaan dalam menunjang proses utama pendidikan tinggi dapat dilihat pada Gambar 1.1 (SPM-PT, Dirjen Dikti, 2010:115).
1
Gambar 1.1 Manajemen Kelembagaan Pendidikan Tinggi (SPM-PT, Dirjen Dikti, 2010:116) Untuk menunjang proses utama pendidikan tinggi maka diperlukan sejumlah fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang meliputi: ruang kelas, laboratorium, studio, workshop, perpustakaan, ruang dosen dan administrasi, dan berbagai penunjang lainnya, seperti: asrama, fasilitas olahraga, kantin dll. Fasilitas dan infrastruktur tersebut perlu dikelola dengan baik, dengan beberapa tahap pelaksanaan seperti: proses pengadaan, inventarisasi, operasi dan pemeliharaan,
perbaikan,
penghapusan
(bila
telah
rusak
berat)
serta
administrasi pembukuan yang rapih agar dapat diketahui nilai aset yang dimiliki pada setiap saat. (SPM-PT, Dirjen Dikti, 2010:118). Pengelolaan ruang menjadi salah satu bagian utama dari pengelolaan fasilitas pendidikan tinggi, namun pada prakteknya terdapat sejumlah permasalahan. Studi terbaru yang dilakukan Asosiasi Pegawai Pendidikan Tinggi dan sejumlah pimpinan pendidikan tinggi di Amerika Serikat mengidentifikasi tantangan yang berkaitan dengan "penuaan dan perluasan fasilitas" sebagai salah satu penggerak perubahan di lapangan.
2
Dalam laporan yang sama, "fasilitas memadai" juga dianggap sebagai salah satu ancaman atas keberhasilan pendidikan tinggi. Sepuluh permasalahan utama pada gambaran fasilitas pendidikan tinggi, menurut Asosiasi Pegawai Fasilitas Pendidikan Tinggi di Amerika Serikat dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Sepuluh Permasalahan Utama pada Fasilitas Pendidikan Tinggi 1. 2. 3. 4. 5.
Kelangkaan sumber daya dan keterjangkauan. Pengukuran kinerja dan akuntabilitas. Layanan pelanggan. Teknologi informasi. Pengembangan laboratorium dan ruang kelas masa depan.
6.
Reinvestasi fasilitas dan biaya total kepemilikan. 7. Isu tenaga kerja. 8. Keberlanjutan. 9. Pengelolaan sumber daya energi. 10. Keselamatan, keamanan dan kelangsungan usaha.
Sumber: APPA (Association of Higher Education Facilities Officers), 2006, University Facilities Respond to the Changing Landscape of Higher Education, Washington, DC. dalam OECD, 2007
Permasalahan fasilitas pendidikan tinggi di Indonesia tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Permasalahan tentang pemanfaatan ruang menjadi salah satu aspek penting dalam menghadapi tantangan ke depan. Berikut pemaparan tentang beberapa permasalahan ruang pada perguruan tinggi; 1) Handayani dkk (2006) menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang terjadi di Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro adalah keterbatasan jumlah ruang dan kapasitas ruang kuliah yang tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa peserta. 2) Laksmiwati dkk (2013) menemukan bahwa ruang terbuka kampus di Universitas Brawijaya masih kurang dapat mengakomodasi kenyamanan pengguna ruang terbuka kampus, baik dari aspek privasi, interaksi, persepsi, maupun orientasi, setiap aspek tersebut nilai evaluasinya kurang dari 50%
3
3) Purnomo dkk (2011) menyebutkan bahwa tata ruang dalam Gedung Program Studi Teknik Informatika saat ini memang tidak dirancang untuk menampung aktifitas yang ada. Hal ini menyebabkan kegiatan belajar mengajar menjadi kurang fungsional, memiliki persepsi visual yang kurang jelas serta persepsi struktural khususnya tata ruang dengan pola yang belum teratur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan tentang ruang pada perguruan tinggi meliputi keterbatasan jumlah ruang dan kapasitas ruang, ruang yang ada masih kurang dapat mengakomodasi kenyamanan pengguna ruang dan tata ruang tidak dirancang untuk menampung aktifitas yang ada. Permasalahan keterbatasan jumlah ruang dan kapasitas ruang menjadi salah satu aspek penting dalam pengelolaan fasilitas pendidikan tinggi karena berhubungan langsung dengan jumlah mahasiswa dan ketersediaan ruang yang ada. Para pimpinan fakultas maupun pimpinan jurusan kadang mengeluhkan tentang keterbatasan ruang. Permasalahan ini kemudian sampai pada level pimpinan universitas maupun direktorat terkait agar dapat manambah ruang baru atau gedung baru. Untuk menentukan penambahan ruang tersebut diperlukan rencana pembangunan ruang yang disusun berdasarkan hasil pemanfaatan ruang yang ada saat ini. Evaluasi pemanfaatan ruang diperlukan dalam rangka menilai seberapa besar pemanfaatan ruang pada masing-masing unit kerja yang ada di perguruan tinggi. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan penting untuk memutuskan
4
apakah diperlukan penambahan ruang baru ataupun tidak. Selain itu, pendapat pengguna ruang yang dalam hal ini mahasiswa juga dianggap sebagai salah satu hal penting. Fasilitas yang terdapat pada suatu ruang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mahasiswa dan mendukung kegiatan belajar sehari-hari. Beberapa pendapat yang dinilai meliputi fasilitas yang dianggap memadai dan belum memadai serta kenyamanan dan kepuasan penggunan ruang terhadap fasilitas yang terdapat pada ruangan yang tersedia. Berdasarkan paparan tersebut, maka judul studi ini adalah Studi Evaluasi: Pemanfaatan Ruang Kuliah dan Studio pada Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. 1.2 Pertanyaan Studi Pertanyaan studi pada penelitian ini yaitu; 1.2.1
Bagaimana cara yang digunakan untuk menilai pemanfaatan ruang kuliah dan studio di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM dan seberapa besar hasilnya?
1.2.2
Apa saja penyebab hasil pemanfaatan ruang kuliah dan studio di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM?
1.2.3
Apa saja rekomendasi terkait hasil evaluasi tersebut?
1.3 Tujuan Studi Tujuan studi pada penelitian ini yaitu; 1.3.1 Untuk mengetahui cara yang digunakan untuk menilai pemanfaatan ruang kuliah dan studio di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM dan mengetahui seberapa besar hasilnya.
5
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab hasil pemanfaatan ruang kuliah dan studio di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM. 1.3.3 Untuk menyusun rekomendasi terkait hasil evaluasi tersebut. 1.4 Keaslian Studi Keaslian studi pada penelitian ini yaitu; 1.4.1
Penelitian tentang evaluasi pemanfaatan ruang kuliah pada perguruan tinggi di Indonesia sudah ada, namun yang terkait tentang evaluasi pemanfaatan ruang kuliah & studio belum pernah dilakukan.
1.4.2 Penelitian ini memberikan solusi berupa cara melakukan evaluasi pemanfaatan ruang, hasil evaluasi ruang, dan rekomendasi. 1.4.3 Penelitian evaluasi pemanfaatan ruang yang pernah dilakukan sebelumnya hanya menghasilkan nilai frekuensi pemanfaatan ruang sedangkan penelitian ini menghasilkan nilai frekuensi, okupansi dan utilitas. 1.4.4 Penelitian ini juga menggunakan angket terhadap mahasiswa tentang fasilitas pada ruang kuliah dan studio di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM. 1.5 Manfaat Studi Manfaat studi pada penelitian ini yaitu; 1.5.1 Agar dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya. 1.5.2 Agar dapat memberikan kontribusi pada literatur manajemen fasilitas khususnya tentang evaluasi pemanfaatan ruang di pendidikan tinggi.
6
1.5.3 Agar dapat menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan bagi para pimpinan dan pihak lain yang terkait untuk menentukan kebutuhan ruang pada pendidikan tinggi. 1.6 Lingkup Studi Lingkup studi pada penelitian ini yaitu; 1.6.1 Penelitian ini menerapkan teknik evaluasi pemanfaatan ruang dengan menggunakan standar evaluasi dari NAO. 1.6.2 Penelitian ini dilakukan pada ruang kuliah dan studio di Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM. 1.6.3 Penelitian ini dilakukan pada ruang yang digunakan oleh mahasiswa S1 dan S2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM.
7