BAB I PENDAHULUAN Televisi merupakan salah satu media massa yang lebih digemari oleh sebagian masyarakat. Karakteristiknya yang lengkap, mencakup audio dan visual, membuat
televisi
mendapat
tempat
di
hati
masyarakat.
Untuk
tetap
mempertahankan posisinya di hati masyarakat, televisi menyajikan berbagai tayangan yang bervariatif. Media televisi menyandang tiga fungsi, yaitu sebagai wahana hiburan, penyebaran informasi atau penerangan dan pendidikan (Sutisno, 1993:4). Banyaknya audien televisi menjadikannya sebagai medium dengan efek yang besar terhadap orang, kultur, dan terhadap media lain. Sekarang televisi adalah medium massa dominan untuk hiburan dan berita (Vivian, 2008:224). Berita dan hiburan yang disajikan di televisi dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dari audiens. Umumnya, siaran televisi bertujuan untuk memberi informasi yang dapat dinikmati dan dapat diterima dikalangan masyarakat. Pada berita biasanya, informasi-informasi yang disajikan umumnya mengangkat persoalan atau permasalahan yang cenderung bersifat negatif. Istilah yang mengatakan bahwa “bad news is good news” nampaknya menjadi patokan bagi para jurnalis. Namun, menurut Nurudin, (2009: 182) istilah “Good news is no news, bad news is good news” sudah tak relevan lagi dipercayai sebagai patokan untuk menilai sebuah peristiwa yang layak dijadikan berita oleh wartawan. Bahkan, Budiarto Shambazy (Wartawan Senior Harian Kompas) memaparkan 44
pada media kompasiana, bahwa “bad news is good news, rasanya tidak juga. bad news sekarang harus mulai muncul dengan kesadaran bahwa tidak semua bad news tersebut bisa disiarkan”. Namun faktanya, masih banyak media yang mengangkat hal-hal yang negatif untuk dikonsumsi publik, terlebih televisi. Tayangan yang kontroversial serta hiburan yang cenderung bersifat tidak mendidik sering kali mewarnai dunia pertelevisian di negeri ini, dengan asumsi bahwa tayangan tersebut memiliki nilai berita yang lebih tinggi, sehingga mampu menaikan rating dari stasiun televisi tersebut. Dalam media televisi, rating adalah ukuran keberhasilan. Sedangkan untuk koran atau majalah, kriteria yang berlaku adalah jumlah pelanggan, yang pada gilirannya akan menentukan daya tarik bagi pemasang iklan (Haryatmoko, 2007:10). Televisi memang tergantung dari seberapa tinggi rating dari sebuah program. Jika rating program tinggi, tentunya tinggi juga antusias para pengiklan. Hal ini menggambarkan bahwa media lebih menitikberatkan pada faktor ekonomi dibanding informasi yang diberikan. Saat ini Indonesia memili sekitar 10 stasiun televisi swasta. Di tengah keberagaman stasiun televisi, terjadi persaingan untuk merebut hati penonton. Memang ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positifnya, bisa membuat stasiun televisi lebih kreatif untuk membuat suatu tayangan berkualitas, agar bisa membedakan dengan stasiun televisi lainnya (Astiarini & Lili, 2010 : 87). Rosiana Silalahi (Mantan Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV) juga menambahkan pada media kompasiana bahwa :
45
“Indonesia memiliki 10 televisi terestrial akibatnya persaingan antar televisi di Indonesia sangat kuat. Ke-10 televisi ini ibarat kata memperebutkan satu kue yang sama dan tidak mengalami perubahan. Artinya masing-masing televisi ini memasang iklan di televisi dengan tokoh yang eksis”.
Namun, persaingan yang terjadi antara stasiun televisi, membuat programprogram yang ditayangkan menjadi seragam. Astriani dan Lili (2010: 87) menuturkan bahwa, acara televisi malah cenderung seragam. Jika ada suatu acara sukses, lalu stasiun televisi lain membuat acara serupa. Jika stasiun televisi yang satu tidak menayangkan acara serupa, maka akan dianggap ketinggalan. Inilah yang terjadi di pertelevisian negeri ini. Sebut saja contohnya, program musik live, Dahsyat (RCTI), Inbox (SCTV), Derings (Trans TV), Klik (ANTV), dan sebagainya. Kesuksesan sebuah program televisi, yang kemudian diikuti oleh stasiun televisi lainnya, tidak lepas dari motor penggerak yang mencetuskan ide program yang menarik. Trans TV, merupakan salah satu stasiun televisi yang kreatif dalam menyajikan program-program yang beda dibanding stasiun televisi lainnya. Trans TV banyak membuat program yang unik, kreatif dan beda dari stasiun televisi lainnya. Tidak hanya soal program acara hiburan, Trans TV juga berupaya dalam mengemas dan menyajikan program berita yang menarik perhatian dari masyarakat. Salah satunya melalui program Repotase Investigasi. Program ini, secara mendalam mencoba mengungkap sejumlah kasus penyimpangan yang terjadi di masyarakat langsung dari pelakunya. Topik yang diangkat adalah yang
46
terkait dengan kepentingan masyarakat. Beberapa waktu lalu, tentang bakso yang mengandung boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan, dan sebagainya (mytrans.com). Program yang hadir setiap hari Sabtu dan Minggu sore ini selalu mengupas tuntas aksi kecurangan ataupun tindakan kriminal yang dilakukan oleh oknum. Meskipun informatif, namun program Reportase Investigasi ini ternyata juga mengundang pro dan kontra dari masyarakat. Seperti yang dilansir dari tribunnews.com, tayangan 'Reportase Investigasi' di Trans TV dinilai sering merugikan para pedagang kaki lima serta bisnis usaha kecil. Program Reportase Investigasi dinilai cenderung hanya menyorot sejumlah kecurangan pedagang kecil, namun jarang menyorot bisnis berskala menegah keatas (tribunnews.com, Santoso : 2012). Reportase Investigasi ini juga pernah mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) atas beberapa episode yang ditayangkan. Salah satunya adalah saat program tersebut menampilkan cara pembuatan obat bius ilegal, yang ditayangkan pada 12 Agustus 2012 (www.kpi.go.id, RG : 2012). Teguran serta protes yang dilayangkan kepada Trans TV atas sejumlah tayangan Reportase Investigasi, menunjukkan bahwa media terkadang bersifat disfungsional, dengan menimbulkan ketakutan, keresahan, dan protes. Di sisi lain, program Repotase Investigasi pada edisi penggunaan formalin atau bahan pengwet pada makanan olahan, telah membuat ibu-ibu Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan mengalami keresahan. Seperti yang dilansir dari nostalgia.tabloidnova.com, seorang ibu rumah tangga bernama Esna, warga Pondok Cabe, memaparkan keresahannya akan penggunaan formalin, seperti yang
47
ditayangkan di media-media “Jika ke pasar tradisional, sebagai ibu rumah tangga saya pasti beli tempe, tahu, mi, atau ikan. Kalau semuanya mengandung formalin, berarti makanan yang di meja makan kita, sudah dibubuhi racun. Ini harus ditangani secepatnya oleh pihak terkait”. Banyaknya kasus penggunaan formalin, serta dipublikasikan melalui televisi, membuat masyarakat khususnya ibu rumah tangga memiliki sikap terhadap informasi tersebut. Sikap ibu rumah tangga dapat dilihat dari reaksi terhadap konsumsi makanan olahan. Ibu rumah tangga memiliki salah satu peran penting yaitu menciptakan pola hidup sehat yang bisa menghindarkan semua penghuni rumah dari berbagai jenis ancaman penyakit.
Salah satu bentuk
tanggung jawab yang harus dipikul oleh ibu rumah tangga untuk menjaga kesehatan keluarga adalah setiap hari harus selalu membuat dan menyediakan makanan yang sehat, bergizi dan tetap enak untuk dinikmati serta sesuai dengan standar dari pola hidup sehat (iburumahtangga.com,Utomo: 2012). Media khususnya televisi memang dapat memberikan pengaruh terhadap khalayak. Menurut, Prof.Dr.Mar’at, acara televisi pada umumnya mempengruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan para penonton; ini adalah hal yang wajar. Jadi, jika ada hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dari televisi ialah seakan-akan menghipnotis penonton sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukkan televisi (Effendy, 2003:192). Surbakti (2008 : 49) menambahakan bahwa selain memiliki dimensi informasi, hiburan,
48
dan sosial, media televisi juga memiliki dimensi lain, seperti politik, karena kemampuannya menjadi alat propaganda yang dahsyat. Efek media massa sudah begitu banyak diteliti. Hipotesis kultivasi dikembangkan sebagai satu cara untuk menjelaskan pengaruh televisi terhadap masyarakat. Hipotesis ini menyatakan bahwa kahalayk yang mengonsumsi televisi dengan waktu yang lama (heavy viewer) memandang dunia nyata sesuai dengan apa yang merekalihat di televisi (Brayant & Thompson, 2002:101). Media seakan-akan memindahkan realitas terhadap pribadi khalayak. Realitas yang dipindahkan oleh media, seharusnya bersifat informasi yang positif bagi masyarakat, namun pada faktanya adalah informasi yang diterima justru membuat masyarakat resah. Beberapa penelitian mengenai efek media diantaranya adalah Pengaruh Program Berita Repotase Investigasi di Trans TV Terhadap Kecemasan Masyarakat Surabaya, skripsi dari Universitas Kristen Petra, yang diteliti oleh Suchristin Meirling Tolala, pada tahun 2008. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan pengaruh terhadap tingkat kecemasan masyarakat Surabaya pada tayangan berita investigasi adalah sebesar 16,8%. Penelitian kedua adalah Jurnal dari Aini Juniati (2012), Universitas Riau yang berjudul Pengaruh Program Reportase Investigasi Trans TV Terhadap Kecemasan Orangtua. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan program reportase investigasi Trans TV terhadap kecemasan orangtua adalah sebesar 8,8%. Berangkat dari penjelasan latar belakang di atas, peneliti ingin menguji pengaruh yang diberikan oleh tayangan Reportase Investigasi Trans TV tentang
49
penyalahgunaan pengawet makanan terhdap sikap khalayak yaitu ibu-rumah tangga di wilayah Tangerang, tepatnya di Villa Tangerang Regensi 1 RW 017, dalam mengonsumsi produk makanan olahan. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang terkait dengan terpaan media massa khususnya tayangan investigasi terhadap sikap masyarakat, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.1.1
Apakah ada pengaruh terpaan tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap sikap khalayak ?
1.1.2
Seberapa besar pengaruh terpaan tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap sikap khalayak ?
1.2
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan rumusan masalah di atas,
tujuan penelitian ini adalah : 1.2.1
Untuk mengetahui adanya pengaruh terpaan tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap sikap khalayak.
1.2.2
Untuk mengetahui besarnya pengaruh terpaan tayangan Reportase Investigasi Trans TV terhadap sikap khalayak.
50
1.3
Kegunaan Penelitian 1.3.1 Kegunaan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap studi mengenai efek-efek media massa, serta menambah pengetahuan tentang penggunaan teori kultivasi khususnya pada tayangan pemberitaan investigasi tentang penyalahgunaan pengawet makanan di televisi swasta nasional terhadap sikap ibu rumah tangga terkait konsumsi produk makanan olahan.
1.3.2 Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta gambaran kepada masyarakat tentang tayangan Repotase Investigasi yang belum diketahui masyarakat sebelumnya serta mengenai pentingnya tayangan program investigasi di televisi karena menyangkut kehidupan sehari-hari. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi stasiun televisi Trans TV dalam menyajikan tayangan investigasi yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari tidak perlu dikemas secara dramatisir, karena dapat memberikan pengruh terhadap masyarakat.
51