BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah salah satu profesi yang disoroti oleh masyarakat luas. Hal yang menjadi sorotan masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan (Saragi, 2010). FASB (Financial Accounting Standart Board) menyatakan bahwa nilai relevan dan reliabilitas adalah dua karakteristik utama yang membuat informasi akuntansi berguna dalam pengambilan keputusan. Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut memang relevan dan dapat diandalkan serta dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Singgih dan Bawono, 2010 dalam Tjun, 2010). Dalam pengertian umum, auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai seuatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens, 2003). Setelah laporan keuangan diaudit dan auditor mengeluarkan laporan audit yang didalamnya terdapat opini yang menunjukkan kondisi perusahaan yang sebenarnya, masyarakat, terutama pengguna laporan keuangan dapat melihat baik atau tidak kondisi laporan keuangan tersebut bedasarkan opini audit yang sudah diberikan. Laporan audit penting sekali dalam suatu proses atestasi
lainnya, karena laporan audit menginformasikan kepada pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan oleh auditor dan kesimpulan yang diperolehnya (Arens dan Loebbecke dalam Rahayu, 2011). Untuk melakukan audit, auditor memerlukan pengetahuan audit (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri klien (Kusharyanti, 2003). Selain itu, saat melakukan audit atas laporan keuangan perusahaan, auditor bertanggung jawab penuh terhadap perusahaan, kantor akuntan publik melalui laporan keuangan yang sudah diperiksa laporan keuangannya. Syarat untuk mengaudit perusahaan, pemeriksa laporan keuangan harus menaati standar yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yaitu standar umum, standar pelaporan dan standar lapangan. Hasil akhir dari audit akuntan publik adalah pemberian opini akuntan publik, yang dalam penulisan selanjutnya ditulis opini akuntan (Suraida, 2005). Opini yang diberikan oleh auditor harus menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Pemberian opini audit dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah etika auditor. Seorang auditor yang melakukan etika auditor saat memeriksa laporan keuangan perusahaan dan saat memberikan opini audit, maka opini itu akan semakin menunjukkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Opini yang sudah diberikan oleh auditor ini merupakan dasar kepercayaan masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Kode Etik dibuat untuk mengatur auditor dalam menjalankan tugasnya dalam melakukan audit di perusahaan, agar perusahaan percaya dengan apa yang sudah dikerjakan oleh auditor. Kode etik auditor yang sudah ditetapkan oleh IAI ini juga dapat menunjukkan kualitas pribadi auditor yang ada dalam diri masing – masing auditor.
Kasus bangkrutnya Enron corp. adalah salah satu contoh kasus yang menyangkut mengenai etika profesi auditor. Menurut surat kabar Amerika, New York Times tanggal 16 Januari 2002, selain tidak dapat menemukan salah saji material yang ada di Enron corp, KAP Arthur Andersen juga tidak independen dalam mengungkapkan beberapa transaksi yang dilakukan Enron corp. Tidak dapat menemukan salah saji dalam laporan keuangan perusahaan dapat disimpulkan bahwa auditor yang memeriksa laporan keuangan tersebut mempunyai kemungkinan besar kurang memiliki sikap skeptis saat mengaudit, dan kurang kompeten dalam menjalankan tugasnya. Auditor yang mengaudit juga tidak independen karena ada beberapa transaksi kemitraan yang dilakukan oleh Enron corp dan KAP Andersen. Kasus ini akan merugikan pihak–pihak yang bersangkutan, antara lain, perusahaan, kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan tersebut, investor yang menanamkan modalnya di perusahaan, dan pemakai laporan keuangan lainnya serta kelangsungan hidup perusahaan. Masalah yang sedang diperbincangkan masyarakat pada umumnya adalah pemeriksa laporan keuangan bisa dengan mudah menerima suap dan memberikan opini audit tidak didasarkan dengan laporan audit yang dihasilkan dari proses audit (infokorupsi.com). Independensi merupakan kode etik profesi auditor, kompetensi merupakan prinsip dasar etika profesi dan skeptisme profesional auditor, merupakan contoh dari sikap yang harus dimiliki auditor pada standar umum auditor yang ketiga yang berbunyi “dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama” (SPAP, 2011). Ketiga sikap ini harus dimiliki auditor dalam melakukan audit laporan keuangan perusahaan. Saat pengambilan keputusan, dan mengeluarkan opini pemeriksa laporan keuangan-pun, pemeriksa laporan keuangan tetap harus menaati hal – hal tersebut.
Dalam penelitian ini, akan mencari pengaruh antara ketiga variabel dari etika profesi, dengan opini pemeriksa laporan keuangan. Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit (Rahayu, 2009). Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan (Agoes, 2009). Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus sipertahankan oleh seorang auditor (Ikatan Akuntan Indonesia dalam Nini, 2009). Laporan keuangan yang diaudit harus bebas dari pihak manapun. Independensi ini sangatlah penting dalam melakukan audit, karena jika auditor memihak kepada salah satu pihak dalam melakukan audit, tentu saja laporan keuangan itu tidak independen. Auditor juga harus menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap indepenensi auditor tersebut (Nini, 2009). Tidak independen adalah laporan keuangan itu akan lebih mengarah ke salah satu pihak, dan akan merugikan salah satu pihak. Semakin independen suatu laporan keuangan yang sudah diaudit, maka opini yang diberikan oleh auditor akan semakin independen, dan semakin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain (Suraida, 2005). Kemampuan, pengetahuan dapat diraih dari menyelesaikan pendidikan di universitas yang menyediakan mata kuliah yang terkait, atau bisa dengan mengikuti pelatihan – pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga tertentu. Saat melakukan audit, auditor harus memiliki kemampuan dalam memeriksa laporan keuangan untuk memastikan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sudah baik dan memenuhi aturan–
aturan. Kompetensi ini penting hubungannya dengan opini audit, karena saat mengeluarkan opini, auditor harus yakin dengan pekerjaan yang sudah diselesaikan dengan kemampuan dan pengentahuan yang dipunyai auditor, kemudian mengeluarkan opini. Opini yang dikeluarkan tergantung pada audit yang sudah dilakukan oleh auditor yang sudah menggunakan kompetensinya untuk memeriksa laporan keuangan. Semakin kompeten seorang auditor, opini yang dikeluarkan akan semakin mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Sikap skeptisme professional auditor adalah suatu sikap dalam melakukan penugasan audit (Noviyanti, 2008). Menurut SPAP (2011), skeptisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Seorang auditor yang mempunyai sikap skeptisme professional, tidak akan langsung percaya saja pada informasi yang diterima jika tidak ada bukti memadai yang mendukung informasi tersebut. Sikap skeptisme profesional perlu dimiliki oleh seorang auditor pada saat menjalankan tugas auditor, yaitu saat mendapatkan dan mengkaji ulang bukti audit. Auditor tidak boleh mengansumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah tidak jujur, tetapi auditor juga tidak boleh mengamsumsikan bahwa manajemen sepenuhnya jujur (IAI 200, SA seksi 230; AICPA 2002, AU230). Skeptisme profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya keahlian, pengalaman, situasi audit yang dihadapi, dan etika (Gusti dan Ali, 2008). Auditor yang mempunyai pengalaman lebih banyak dalam melakukan audit, akan semakin melatih sikap skeptis yang dimilki, yaitu dengan cara melihat situasi yang dialami saat auditor tersebut melakukan audit. Semakin skeptis seorang auditor dalam menjalankan tugasnya, maka opini yang diberikan akan semakin mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Mayangsari (2003). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
1. Penelitian ini menghilangkan satu variabel dari penelitian sebelumnya dan menambahkan satu variabel independen lagi dari etika profesi audit untuk diteliti, yaitu kompetensi, dan skeptisme professional auditor. Variabel Skeptisme Profesional auditor ini diambil dari penelitian Suraida (2005). Variabel independen penelitian ini adalah independensi, kompetensi dan skeptisme professional auditor. Variabel independen penelitian sebelumnya adalah independensi, dan keahlian audit. 2. Tahun Penelitian yang berbeda. Penelitian ini dilakukan tahun 2013 dan penelitian sebelumnya dilakukan tahun 2003. 3. Objek Penelitian. Penelitian ini dilakukan di KAP big four dan non-big four yang ada di Jakarta. Penelitian sebelumnya dilakukan di Kantor Akuntan Internasional, dan mahasiswa semester VII. Bedasarkan uraian, dilakukan suatu penelitian yang diberi judul, “Pengaruh Independensi, Kompetensi dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit”.
B. Batasan Masalah Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik big four dan non-big four di Jakarta. Batasan masalah penelitian ini adalah auditor dari junior auditor sampai dengan partner. Objek penelitian ini juga dibatasi dari tahun bekerja auditor tersebut, yaitu selama minimal satu tahun. Penelitian yang dilakukan dilihat dari satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Variabel dependen penelitian ini adalah opini audit, sedangkan untuk variabel independen adalah independensi, kompetensi dan skeptisme profesional auditor.
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan independensi terhadap ketepatan pemberian opini audit? 2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi terhadap ketepatan pemberian opini audit? 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan skeptisme profesional auditor terhadap ketepatan pemberian opini audit? 4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan independensi, kompetensi, dan skeptisme profesional auditor terhadap ketepatan pemberian opini audit?
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris tentang: 1. Pengaruh independensi terhadap ketepatan pemberian opini audit secara signifikan. 2. Pengaruh kompetensi terhadap ketepatan pemberian opini audit secara signifikan. 3. Pengaruh skeptisme professional auditor terhadap ketepatan pemberian opini audit secara signifikan. 4. Pengaruh independensi, kompetensi, dan skeptisme professional auditor terhadap ketepatan pemberian opini audit secara simultan.
E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan cukup informatif dan berguna bagi yang berkepentingan, antara lain: 1. Dari sisi akademisi, penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi dalam mengerjakan tugas akhir. Penelitian selanjutnya bisa mengembangkan penelitian ini kembali dari apa yang sudah dihasilka. Penelitian ini juga bisa menambah wacana, dan penalaran untuk merumuskan masalah-masalah baru. 2. Dari sisi mayarakat, penelitian ini juga akan bermanfaat menambah wawasan pembaca tentang auditor, etika profesi dan opini yang dikeluarkan oleh auditor. Manfaat lain yang bisa diambil dari membaca penelitian ini, masyarakat bisa mendapatkan referensi. 3. Dari sisi kantor akuntan publik, penelitian ini bisa dijadikan masukan yang bermanfaat untuk terus memantau dan menegaskan etika profesi dalam kerja auditor dalam diri para auditor yang melakukan audit. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan evaluasi agar auditor bisa meningkatkan kinerja dan kualitasnya. 4. Dari sisi perusahaan, penelitian ini akan memberi gambaran pada perusahaan terhadap pentingnya etika auditor pada saat pemeriksa laporan keuangan memeriksa laporan keuangan perusahaan, sehingga perusahaan tidak dengan mudah menyalahgunakan opini pemeriksa laporan keuangan yang sudah dikeluarkan. Selain itu, penelitian ini dapat memberi pengertian bahwa pentingnya opini audit dapat menarik investor untuk berinvestasi di perusahaan, sehingga manajemen perusahaan dapat meningkatkan kualitas dalam membuat laporan keuangan perusahaan.
F. Sistematika Penulisan Penelitian Bab I
PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
TELAAH LITERATUR Bab ini menguraikan teori dan penelitian yang relevan dengan penelitian tentang auditing, profesi auditor, opini audit, independensi auditor, kompetensi auditor, dan profesionalisme auditor rumusan hipotesis serta model penelitian.
Bab III
METODE PENELITIAN Bab metodologi penelitian ini berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data, alat pengukur data, dan teknis analisis data.
Bab IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan melalui data-data yang telah dikumpulkan, pengujian statistik dan analisis hipotesis, serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V
SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan, keterbatasan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan.