BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Akuntan publik adalah suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, kebutuhan pengguna jasa akuntan publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Profesi akuntan
publik
dituntut
untuk
senantiasa
meningkatkan
kompetensi
dan
profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik. Pada penelitian ini mahasiswa akan dihadapkan pada pilihan untuk memilih karir sebagai akuntan publik. Tidak semua mahasiswa akuntansi memilih untuk bekerja sebagai akuntan publik. Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternatif yang tersedia dihadapannya, tetapi konsekuensinya sangat menentukan di masa selanjutnya. Sebagai individu, setiap saat manusia melakukan pembuatan keputusan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk orang banyak atau organisasi. Menurut (Salusu, 2015:32) pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
sesuai situasi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan dan mendorong lahirnya gerakan dan perubahan. Keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik mengacu pada theory of planned behavior yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor sikap, norma subyektif, dan perceived behavior control (kontrol perilaku persepsian). Pada kenyataannya terkadang persaingan yang terlalu tinggi menghambat para mahasiswa untuk mencapai karirnya. Faktor pertama, sikap sangat diperlukan dalam menghadapi persaingan di dunia kerja saat ini. Individu pada dasarnya telah memiliki pilihan sendiri, dia memilih apa yang dia anggap baik dan disukainya. Pada sisi ini sikap seolah-olah mengarahkan pilihan dan tindakan individu. Sikap (attitude) adalah perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan (Jogiyanto, 2007:36). Faktor kedua yang mempengaruhi pemilihan karir profesi akuntan publik adalah norma subyektif. Ajzen dalam Bagley (2012) berpendapat bahwa norma subyektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Selain itu apa yang ada dalam lingkungan sosial akan menimbulkan suatu norma subyektif. Misalnya mahasiswa akuntansi memilih bekerja sebagai akuntan publik karena melihat saudara yang sukses bekerja sebagai akuntan publik, serta banyak kerabat dan temannya yang beranggapan bahwa profesi akuntan publik adalah profesi yang disegani. Pengaruh tersebut dapat berasal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
dari orang tua, keluarga, teman/rekan kerja, dosen di universitas dan pakar profesional dari suatu profesi. Faktor ketiga yang mempengaruhi pemilihan karir profesi akuntan publik adalah perceived behavior control (kontrol perilaku persepsian). Kontrol perilaku persepsian adalah kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan perilaku (Jogiyanto, 2007: 64). Persepsi ini dapat berasal dari pengalaman masa lalu dan juga mengantisipasi halangan-halangan yang ada (Jogiyanto, 2007: 65). Kontrol perilaku persepsian merupakan kondisi di mana orang percaya bahwa suatu tindakan itu mudah atau sulit dilakukan, mencakup juga pengalaman masa lalu di samping rintangan-rintangan yang ada yang dipertimbangkan oleh orang tersebut Sampai saat ini Indonesia masih sangat kekurangan tenaga profesional akuntan publik dan sebaliknya terdapat sangat banyak jumlah wajib audit yang ada di Indonesia
seiring
meningkatnya
ekonomi
dan
munculnya
perusahaan-
perusahaan/lembaga baru serta makin berkembangnya perusahaan/lembaga yang sudah ada. Hal ini sangat tidak sebanding dengan jumlah akuntan publik yang ada (www.kompasiana, 11/6/2013). Rendahnya jumlah akuntan publik yang ada di Indonesia mendapat perhatian serius, baik dari pemerintah maupun organisasi profesi akuntan publik (Puji, 2011 dan Anbarini, 2012). Berdasarkan data dari Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) Kementerian Keuangan yang saat ini telah berubah menjadi Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK), jumlah akuntan publik di Indonesia tahun 2012 mencapai 1.000 orang. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan ASEAN, jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
akuntan publik di Indonesia masih relatif sedikit. Data jumlah akuntan publik pada beberapa negara dikawasan ASEAN tersebut nampak dalam tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Akuntan Publik di ASEAN Tahun 2012 Negara
Jumlah Penduduk
Jumlah Akuntan Publik
Indonesia
246.900.000
1.000
Malaysia
29.240.000
2.500
Filiphina
96.710.000
4.941
Thailand
86.790.000
6.000
Sumber : iaiglobal.or.id (2014) Kondisi tersebut semakin memburuk dan pertumbuhan jumlah akuntan publik Indonesia tidak signifikan. Hal ini tampak dari data Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2013 jumlah akuntan publik yang bersertifikasi akuntan publik sebanyak 1.511 orang. Jumlah ini bertolak belakang dengan banyaknya lulusan mahasiswa akuntansi dan jumlah penduduk dimana Indonesia adalah negara terbesar yang menjadi pendorong perekonomian kawasan ASEAN. Cukup disayangkan minat generasi muda saat ini dan kondisi profesi akuntan publik di Indonesia sangat mengkhawatirkan mengingat peran profesi akuntan publik sangat penting. Sugahara dan Boland (2006) mengemukakan bahwa disisi lain badan profesional akuntansi dan akademisi pun berusaha keras terkait isu mengenai rendahnya daya tarik profesi akuntansi di kalangan mahasiswa akuntansi sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
Sugahara dan Boland merekomendasikan dua cara yaitu pertama untuk mendorong mahasiswa akuntansi mengikuti Certified Public Accountant (CPA) exam yaitu mendukung dan membantu mahasiswa yang memang berniat untuk berkarir sebagai akuntan publik serta mendorong mereka untuk tidak mengubah pilihan karirnya tersebut. Kedua, pihak akademisi perlu menginspirasi dan memotivasi mahasiswa yang belum tertarik menjadi akuntan publik (terutama pada mahasiswa akuntansi) mengenai reward dan keutamaan lain bila mereka menjadi akuntan publik. Saat ini profesi akuntan publik di Indonesia telah mengalami perubahan besar. Perubahan tersebut yaitu dengan adanya kebijakan yang diterbitkan pemerintah pada tanggal 6 April 2015 dalam Peraturan Pemerintah No 20 Tahun 2015 tentang praktik akuntan publik, yang merupakan pengaturan lebih lanjut dari UU No. 5 Tahun 2011. Menjelaskan mengenai persyaratan mengikuti ujian profesi akuntan publik bahwa lulusan sarjana D3/D4/S1 program studi akuntansi dapat langsung mengikuti ujian profesi akuntan publik. Berbeda dengan peraturan dan kebijakan sebelumnya berdasarkan UU Akuntan Publik No.5 Tahun 2011 bahwa seluruh lulusan sarjana ekonomi akuntansi dan non ekonomi dapat menjadi akuntan publik dengan mengikuti PPAk dan manakala sudah mengikuti ujian sertifikasi CPA. Pengaturan mengenai profesi akuntan publik sebelumnya dinilai tidak mengatasi masalah kekurangan akuntan publik di Indonesia. Maka dari itu, perubahan syarat keikutsertaan ujian CPA ini merupakan bagian dari strategi pertumbuhan jumlah CPA Indonesia. Dengan meningkatnya jumlah CPA Indonesia tersebut dapat diandalkan untuk menjawab kebutuhan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
profesional bidang akuntansi dalam negeri dan luar negeri (www.iapi.or.id, 2014). Hal ini nampak dari rencana pengembangan CPA of Indonesia saat ini yang terlihat pada gambar 1.2 dibawah ini :
Gambar 1.2 Rencana Pengembangan CPA Indonesia
Sumber : (IAPI, 2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
Ketua IAPI Tarko Sunaryo menyatakan bahwa level pertama adalah ujian level dasar untuk memperoleh sertifikat “Associate Certified Profesional Accountant of Indonesia” (CAcc). Level ini dapat diikuti oleh sarjana muda, D3/D4/S1 dan bahkan mahasiswa semester akhir yang memiliki latar belakang ilmu akuntansi. Dan untuk ujian level profesional CPAcc dapat diikuti oleh peserta yang sudah memenuhi ketentuan praktik pengalaman kerja audit dan sudah lulus ujian CAcc dan sudah menjadi member IAPI. Serta untuk ujian level ketiga “Certified Public Accountant of Indonesia” atau sering disebut CPA ini untuk peserta yang sudah memenuhi praktik pengalaman kerja audit, sudah lulus ujian CPAcc dan persyaratan administrasi lainnya. Bila Indonesia masih kekurangan tenaga profesi akuntan publik, maka bukan mustahil posisi ini akan banyak diisi oleh warga negara asing. Apabila jumlah akuntan publik pun sudah memadai namun tidak diiringi dengan kualitas bersaing seperti penguasaan bahasa asing dan standar akuntansi internasional maka bisa jadi akuntan publik dari Indonesia akan kalah bersaing dengan akuntan publik asing. Ini merupakan peluang yang bisa dijadikan pedoman bagi para mahasiswa akuntansi di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Bila kita tidak mempersiapkan sejak dini maka di masa depan bukan mustahil akuntan publik Indonesia akan sangat bergantung pada tenaga asing dan menjadi penonton di negeri sendiri (www.kompasiana.com, 24/6/2015).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mahasiswa akuntansi dalam memilih karir akuntan publik dilakukan oleh Firmansyah (2014). Hasil penelitian Firmansyah diketahui norma subyektif dianggap tidak mempengaruhi pilihan karir mahasiswa akuntansi, kemungkinan besar hal tersebut terkait dengan mahasiswa akuntansi tampaknya kurang menyetujui kepercayaan yang dimiliki dari orang tua dan teman. Serta peran pendidik perlu untuk membuat para mahasiswa akuntansi lebih sadar untuk berinisiatif mengetahui lingkungan kerja yang ditawarkan sebagai akuntan publik dan juga tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan semata tanpa mengarahkan mahasiswanya untuk melanjutkan berkarir pada bidang tertentu setelah lulus. Pengaruh tekanan sosial yang tidak besar menunjukkan kecilnya pengaruh keputusan karir mahasiswa akuntansi (terutama orang tua dan teman). Oleh karena itu, akan ada kecenderungan niat mereka akan semakin berkurang pula untuk berkarir sebagai akuntan publik. Berbeda dengan penelitian Firmansyah (2014), Beagley (2012) norma subyektif berpengaruh positif terhadap pilihan karir mengingat bahwa mahasiswa akuntansi semester akhir cenderung memiliki tuntutan karir dari keluarga yang lebih besar dan melihat teman atau kerabat yang sukses berkarir sebagai akuntan publik. Hasil penelitian ini mengindikasikan semakin tinggi tekanan sosial yang diterima oleh mahasiswa akuntansi, semakin kuat pula niat mahasiswa untuk melanjutkan karir sebagai akuntan publik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Berdasarkan latar belakang dan perbedaan hasil dari penelitian terdahulu, serta jenjang yang dilalui mahasiswa akuntansi begitu rumit untuk berkarir sebagai akuntan publik. Jika sedemikian rumit apakah memungkinkan keputusan mahasiswa akuntansi masih berminat dalam memilih karir akuntan publik. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti ulang dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Mahasiswa Akuntansi dalam Memilih Karir Akuntan Publik”. B. Rumusan Masalah Penelitian Mahasiswa mempunyai pertimbangan tersendiri dalam menentukan karirnya sebagai akuntan. Mereka akan berusaha untuk menjadi akuntan yang berkualitas. Tentunya mereka akan mengharapkan karir yang terbaik untuk mereka dimanapun tempatnya. Pada dasarnya mereka memiliki pilihan yang didasari alasan dan perilaku tertentu. Hal ini akan menjadi menarik untuk diteliti karena adanya perbedaan pada diri setiap individu. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah sikap yang dimiliki mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap keputusannya dalam memilih karir akuntan publik?
2. Apakah norma subyektif mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap keputusannya dalam memilih karir akuntan publik?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
3. Apakah perceived behavior control mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap keputusannya dalam memilih karir akuntan publik? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti bertujuan untuk memperoleh bukti secara empiris: 1. Untuk mengkaji pengaruh sikap mahasiswa akuntansi terhadap keputusannya dalam memilih karir akuntan publik 2. Untuk mengkaji pengaruh norma subyektif mahasiswa akuntansi terhadap keputusannya dalam memilih karir akuntan publik 3. Untuk mengkaji pengaruh perceived behavior control mahasiswa akuntansi terhadap keputusannya dalam memilih karir akuntan publik 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
perilaku
mahasiswa
yang
nantinya
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan kualitas kurikulum belajar mengajar. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan untuk referensi penelitian selanjutnya karena kemungkinan terdapat perbedaan dari tahun ke tahun dan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan akuntansi di masa akan datang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2. Manfaat Praktis Sebagai sumber informasi untuk lembaga pendidikan dalam memotivasi mahasiswa supaya berkarir dengan bidangnya dan sebagai masukan kepada kantor akuntan publik mengenai apa yang harus mereka lakukan dalam menciptakan lingkungan kerja yang ideal. Selain itu juga sebagai sumber informasi bagi lembaga/organisasi terkait seperti IAPI (Ikatan Akuntan Publik Indonesia) untuk menentukan kebijakan guna meningkatkan profesionalisme dan daya saing akuntan Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/