BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi auditor merupakan suatu profesi yang memiliki pertumbuhan yang sangat pesat pada masa modern seperti sekarang ini, yang disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia dan sebagian banyak dari masyarakat sebagai pihak ke tiga sangat membutuhkan informasi hasil audit tersebut karena merupakan salah satu transparasi perusahaan untuk keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan Mulyadi dan Puradiredja (1998) dalam Sekar Palupi (2013). Menurut Arens, Elder, Beasley (2009) untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam betuk yang dapat diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut, yang dapat dan memang memiliki banyak bentuk. Dalam audit atas laporan keuangan historis oleh kantor akuntan publik (KAP), kriteria yang akan berlaku biasanya adalah prinsip- prinsip akuntansi yang berlaku pada umumnya. Menurut Deangelo (1981) dalam Amalia Dewi (2011) “The quality of audit services is defined to be market- assessed joint probability that a given auditor will both (a) discover a breach in the client’s accounting system, and (b) report the breach”.
1
2
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas auditor dapat ditentukan oleh kompetensi dan independensi, seorang auditor dikatakan kompeten atau ahli jika dapat menemukan pelanggaran, dan seorang auditor dikatakan independen jika dapat melaporkan pelanggaran tersebut. Selain itu seorang auditor juga tidak akan melanggar semua kode etik dalam membuat suatu laporan pengauditan. Pada umumnya profesi ini sangat diminati oleh beberapa orang yang telah memiliki pendidikan yang khusus dan berhubungan dengan pengauditan ini, namun tidak semua auditor dapat melakukan tugasnya dengan benar, dan selain itu banyak pula kantor akuntan publik yang melakukan kesalahan baik didalam negeri maupun luar negeri. Sebagai contoh, kasus yang sudah banyak diketahui yaitu kasus Enron pada tahun 2001. Enron merupakan suatu perusahaan besar yang bergerak dalam bidang perdagangan diketahui melakukan manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan US$ 600 juta padahal perusahaan mengalami kerugian. Kecurangan yang dilakukan telah banyak melanggaran prinsip profesi akuntan publik yang diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional, dikarenakan Enron melakukan koalisi dengan KAP Arthur Andersen. Kepercayaan masyarakat Amerika Serikat khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya terhadap profesi dibidang jasa publik ini semakin merosot ( Deva Aprianti, 2010). Kasus yang terjadi di Indonesia sendiri ada dari Mulyana W Kusuma yang terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma adalah seorang anggota KPU yang diduga telah menyuap anggota BPK yang saat itu melakukan audit
3
keuangan terkait dengan pengadaan logistik pemilu. Logistik untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara, amplop suara, tinta dan teknologi informasi. Dari sisi independensi dan objektivitas, auditor BPK sangat pantas diragukan. Berdasar pada prinsip hati-hati, auditor BPK telah secara serampangan menjalankan profesinya. Sebagai seorang auditor BPK seharusnya yang dilakukan adalah bahwa dengan standar teknik dan prosedur pemeriksaan, auditor BPK harus bisa secara cermat, objektif, dan benar mengungkapkan bagaimana aliran dana tersebut masuk ke KPU dan bagaimana dana tersebut dikeluarkan atau dibelanjakan. Dari kasus yang telah dipaparkan maka diperlukan faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas audit agar tidak terjadi kesalahan dan perlu memperbaiki sikap (www.wordpress.com). Suatu pelanggaran yang terjadi di suatu sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan bisa dilihat dari segi kualitas auditnya dimana dalam melakukan tugasnya tersebut seorang auditor akan berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntansi publik yang relevan Eunike (2007) dalam Heriady (2013). Auditor
independen dalam
menjalankan tugasnya
harus
selalu
mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAPI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta maupun penampilan (Aturan Etika Kompartemen Akuntansi Publik, 2010).
4
Untuk dapat memiliki keterampilan, seorang auditor harus menjalani pelatihan teknisi yang cukup. Dalam pencapaian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP,2011). Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangan kepada pihak lain. (Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, 2010). Profesi akuntansi menjadi salah satu profesi yang berhubungan erat dengan etika dan praktik bisnis, dan seorang akuntan yang profesional harus berani untuk menolak suatu yang bertentangan dengan profesionalisme akuntan tersebut dan melakukan hal yang sejalan dengan moralitasnya sebagai seorang akuntan (Malem Ukur Tarigan, 2013). Terkait dengan topik penilitian ini, beberapa penelitian mengenai pengaruh independensi dan kompetensi terhadap kualitas audit telah dilakukan oleh Tjun, Indrawati & Setiawan (2012) dapat dihasilkan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan hasil pengujian dari Amalia Dewi Rosalina (2014) independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor karena jika seorang auditor benar- benar independen maka tidak mudah terpengaruh
5
oleh kliennya. Dalam penelitian Kazwari Maulida (2013) menghasilkan variabel kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Dan pengujian selanjutnya yang dilakukan oleh Nungky Nurmalita Sari (2011) dengan penambahan variabel yaitu objektivitas dapat menghasilkan jika objektivitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dengan ditemukan adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk meneliti kembali, terkait dengan 3 (tiga) variabel yaitu independensi, kompetensi, objektivitas, dan penulis menambahkan variabel independen yaitu profesionalisme untuk di analisis pengaruhnya terhadap kualitas audit dan juga letak wilayah penelitian yang diteliti. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul: “ PENGARUH INDEPENDENSI,
KOMPETENSI,
OBJEKTIVITAS,
DAN
PROFESIONALISME TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI WILAYAH JAKARTA BARAT)”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka pada penelitian dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
2.
Apakah Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
3.
Apakah Objektivitas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
4.
Apakah Profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
6
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan secara umum mengenai tujuan dan kontribusi penelitian. Pada tujuan penelitian menunjukkan hasil yang diharapkan dalam penelitian ini. Sedangkan dalam kontribusi penelitian menunjukkan manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini. 1.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan atas penelitian ini adalah untuk: a)
Mengetahui pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit.
b)
Mengetahui pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit.
c)
Mengetahui pengaruh objektivitas auditor terhadap kualitas audit.
d)
Mengetahui pengaruh profesionalisme auditor terhadap kualitas audit.
2.
Kontribusi Penelitian a) Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada KAP khususnya auditor, baik auditor senior maupun auditor yunior agar menjalankan pemeriksaan akuntansi harus berdasarkan pada prinsip akuntansi yang berlaku umum dan selalu menegakkan Kode Etik Akuntan sebagai profesi akuntan publik. Harapan peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.
7
b) Kontribusi Kebijakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan yang terdapat di KAP mengenai Pengaruh independensi,
kompetensi,
objektivitas,
dan
profesionalisme
terhadap kualitas audit. Dan menjadi masukan bagi auditor dalam melaksanakan pekerjaannya.