BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi maka tingkat pemahaman individu terhadap persoalan dirinya juga semakin meningkat. Khusus pada bidang kesehatan, informasi yang terserap menjadikan rasa ingin tahu dan mencoba mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan derajat kehidupan yang lebih baik dan berkualitas (quality of life). Tidak terlepas dengan berkembangnya obat modern (sintesis) yang sangat pesat, obat tradisional juga mengalami perkembangan yang diakibatkan adanya kebijakan yang mendukung, salah satu sasarannya adalah peningkatan penelitian dan pengembangan dibidang tanaman obat dan obat tradisional (Balitbang, 2013). Saat ini masih terus berkembang penelitian-penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu yang baru, relevan dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, terutama yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Penelitian obat bahan alam merupakan salah satu trend, mengingat potensinya yang besar untuk ditemukannya bahan obat baru dan berkualitas. Menurut survey yang telah dilakukan, Indonesia memiliki 40.000 spesies tanaman yang beberapa diantaranya dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat (http://travel.okezone.com, 2013).
Menurut
Sampurno
(2008),
Indonesia
merupakan
mega
senter
keanekaragaman hayati (biodiversity) yang terbesar di dunia dengan 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya ditengarai memiliki khasiat sebagai obat. 1
Penggunaan bahan alam sebagai obat juga sangat digemari oleh masyarakat dan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun terakhir. World Health Organization (WHO, 2003) memperkirakan penggunaan obat bahan alam mencapai 80% dari jumlah penduduk di dunia. Menurut Charles Saerang (Ketua Asosiasi Gabungan Pengusaha Obat Tradisional), tahun 2009 omset industri jamu mencapai Rp. 8,5 triliun dan tahun 2010 meningkat hingga Rp. 10 triliun. Omset industri jamu per Januari sampai Juni 2011 mencapai Rp. 5,6 triliun, meningkat 10% dibandingkan periode sebelumnya, yaitu Rp. 5 triliun. Persentase pertumbuhan obat herbal tahun 2003 sebesar Rp. 2 triliun, tahun 2005 sebesar Rp. 2,9 triliun, tahun 2009 sebesar Rp. 5,2 triliun, dan pada tahun 2010 mencapai Rp. 7,2 triliun. Amerika Serikat menjadi pemasok terbesar obat di pasar domestik, disusul oleh Malaysia, Korea Selatan, dan China (Kusdriana, 2012). Walaupun saat ini telah banyak tumbuhan yang telah dikaji, namun secara kuantitatif dan kualitatif masih banyak yang memerlukan uji lebih lanjut. Salah satu tumbuhan endemik dan menjadi tumbuhan khas masyarakat Kalimantan adalah kasturi (Mangifera casturi Kosterm.). Tumbuhan ini meskipun sudah mulai langka, tetapi dapat tumbuh baik di beberapa daerah di Kalimantan. Buah kasturi diolah oleh masyarakat menjadi jus, dan secara ilmiah telah dibuktikan sebagai antioksidan (Edyson et al., 2008). Ekstrak metanol daun kasturi dilaporkan memiliki aktivitas sebagai anti inflamasi (Sanjaya et al., 2009). Walaupun belum banyak penelitian terhadap buah kasturi, tetapi beberapa famili anacardiaceae (genus mangifera) memiliki manfaat sebagai obat. Kim et al., (2010) melaporkan adanya efek dari ekstrak etanol daging buah dan kulit
2
Mangifera indica sebagai antioksidan dan antiproliferatif. Ekstrak dekok M. indica dosis 50 – 250 mg/kgBB dapat menghambat aktivitas makrofag (mengurangi jumlah makrofag pada eksudat peritoneal) (Garcia et al., 2002). M. indica mengandung senyawa mangiferin, (+)-katekin, dan asam galat yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan imunomodulator (Garcia et al., 2002; Selles et al., 2006). Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi struktur senyawa aktif dari buah kasturi yang mempunyai aktivitas sebagai penangkap radikal DPPH selanjutnya diuji aktivitasnya sebagai imunomodulator. Dari studi pustaka dilaporkan bahwa senyawa yang terindikasi sebagai antioksidan ternyata juga memiliki
aktivitas
sebagai
imunomodulator.
Senyawa-senyawa
tersebut
diantaranya adalah apigenin (golongan flavonoid) (Romanosa et al., 2001; Kumar et al., 2011), sinomenine (golongan alkaloid) (Kumar et al., 2011; Li et al., 2009), andrographolide (golongan terpenoid) (Trivedi at al., 2007; Wang et al., 2010; Vasu, 2010; Kumar, 2011). Dari hasil uji aktivitas dapat digunakan untuk melihat gambaran keterkaitan antara penangkap radikal DPPH dan imunomodulator.
I.2 Perumusan Masalah Tumbuhan kasturi (Mangufera casturi Kosterm.) merupakan salah satu tumbuhan dari genus mangifera. Dalam tinjauan kemotaksonomi tumbuhan dengan genus yang sama umumnya akan memiliki kekerabatan struktur senyawa (golongan senyawa). Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
3
1. Apakah simplisia dari buah M. casturi dapat diekstraksi dan difraksinasi dengan baik menggunakan pelarut metanol, n-heksana, dan etilasetat ? 2. Apakah ekstrak dan fraksinya memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal DPPH ? 3. Senyawa golongan apakah yang terkandung dalam buah kasturi ? 4. Apakah senyawa hasil isolasi memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator ? 5. Apakah ada keterkaitan antara senyawa yang memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator ? 6. Bagaimanakah rumus molekul dan bentuk struktur senyawa kimia dari isolat yang terindikasi sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator?
1.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung, diantaranya adalah : 1. Sebagai tumbuhan khas dan mulai yang tergolong sudah berkurang perkembangannya, maka kajian terhadap kandungan buah kasturi diharapkan dapat memberikan informasi yang sangat diperlukan dan dapat dijadikan acuan terhadap penelusuran kemanfaatannya. 2. Sebagai data yang berbasis riset, maka informasi terkait potensinya sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator dapat dijadikan acuan bagi yang berminat untuk melakukan kajian secara berkelanjutan. 3. Informasi kandungan kimia yang dihasilkan dapat dijadikan model dalam menentukan hubungan struktur dan aktivitas senyawa kimia yang telah ada 4
maupun dimasa mendatang, khususnya aktivitasnya sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator. 4. Bagi peneliti dapat dijadikan jembatan yang sangat bermanfaat dalam penelitian lanjutan sehingga diperoleh hasil yang maksimal.
I.4 Tujuan Peneltian I.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melakukan eksplorasi senyawa berkhasiat dari buah kasturi (Mangifera casturi Kosterm.) sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator melalui uji yang terukur dan terarah. I.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Melakukan ekstraksi dan fraksinasi senyawa kimia dari buah M. casturi dengan menggunakan pelarut metanol, n-heksana, etilasetat. 2. Melakukan uji aktivitas penangkap radikal DPPH dari ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat, dan fraksi sisa (metanol) dengan metode DPPH. 3. Melakukan isolasi dan uji golongan senyawa kimia dari buah kasturi yang teridentifikasi sebagai antioksidan. 4. Melakukan uji aktivitas penangkap radikal DPPH dan imunomodulator dari senyawa hasil isolasi. 5. Memberikan gambaran ada atau tidaknya keterkaitan aktivitas penangkap radikal DPPH dan imunomodulator dari hasil analisis aktivitas isolat yang diuji.
5
6. Melakukan identifikasi senyawa kimia terisolasi dari buah kasturi
yang
memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator menggunakan metode spektroskopi.
I.5 Keaslian Penelitian Tumbuhan dengan genus mangifera tersebar hampir diseluruh dunia dengan lebih dari 54 species dan telah banyak diteliti. Hasil penelusuran pustaka memberikan informasi bahwa Mangifera indica L. merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak diteliti. Senyawa yang berhasil diisolasi diantaranya adalah dari golongan terpenoid yaitu cycloartenone (Anjaneyulu et al,. 1992), 24-methylene cycloartanone (Ohta, 1960), friedelin (Anjaneyulu et al., 1982), taraxeron (Anjaneyulu et al., 1982), friedelan-3β-ol (Anjaneyulu et al., 1982), α-amyrin (Anjaneyulu et al., 1985), dan β-amyrin (Anjaneyulu et al., 1985), cycloartenol (Anjaneyulu et al., 1985), 24-methylene cycloartanol (Corsano & Mincione, 1967), sitosterol (Anjaneyulu et al., (1985), 11α, 12α-oxido-taraxerol (Anjaneyulu et al., 1994), 6β-hydroxy-stigmast-4-en-3-one (Anjaneyulu et al., 1992), 24-methylene cycloartane-3β, 24, 25-triol (Anjaneyulu et al., 1985). Isolasi senyawa kimia dari buah tumbuhan kasturi belum pernah dilaporkan. Pada tahun 2006, Edison et al., melakukan penelitian terhadap Jus daging buah kasturi. Hasil penelitian ini dilaporkan bahwa jus daging buah kasturi memiliki aktivitas sebagai penangkap radikal bebas (antioksidan) pada tikus putih galur wistar. Belum diketahui senyawa yang terdapat dalam buah kasturi, namun penelitian terhadapat kulit batang kasturi menunjukkan adanya senyawa golongan fenolik, terpenoid, dan saponin (Mustikasari & Ariyani, 2007). Dalam penelitian 6
tersebut menyebutkan bahwa senyawa golongan fenolik pada umumnya bersifat antioksidan sehingga dapat mengurangi terjadinya inflamasi karena dapat menghambat oksidasi asam arakhidonat oleh enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Sanjaya et al. (2009) melaporkan bahwa ekstrak metanol daun kasturi dosis 100, 200, 500, dan 1000 mg/kgBB secara berturut-turut adalah 30,26; 49,64; 65,16; dan 78,92 % terhadap penurunan inflamasi mencit yang diinduksi karagenin. Pada tahun 2012, Suhartono et al., melaporkan kadar flavonoid total (equivalen quersetin µg/mL) dari buah kasturi asal Kalimantan sebesar 30,0 ± 1,2. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan isolasi senyawa aktif dari buah kasturi. Senyawa hasil isolasi dilakukan uji aktivitas penangkap radikal DPPH dan imunomodulator. Isolat murni yang dihasilkan juga dilakukan elusidasi dan identifikasi, sehingga didapatkan struktur senyawanya. Dari data-data yang disebutkan di atas, maka penelitian isolasi dan uji aktivitas senyawa aktif berpotensi sebagai penangkap radikal DPPH dan imunomodulator dari buah kasturi sejauh ini belum pernah dilakukan.
7