BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi suatu bangsa. Bangsa yang maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 menyebutkan bahwa indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) yang didasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih termasuk rendah, sehingga diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan. Upaya perbaikan sektor pendidikan yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah merubah manajemen pengelolaan pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Pengelolaan pendidikan secara desentralisasi yang dicanangkan pemerintah adalah penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dalam MBS, sekolah diberikan otonomi, keleluasaan untuk membuat kebijakan dalam meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijkan pendidikan nasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Rohiat,2010). Penegasan ini tertuang dalam Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pengelolaan satuan pendidikan menegah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
xiv
prinsip manajemen berbasis sekolah. selain itu, pemerintah juga mengeluarkan Permendiknas Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) yang mengharuskan terbangunnya budaya mutu pendidikan serta terpetakannya mutu pendidikan yang rinci pada satuan pendidikan. Kebijakan
pemerintah
tersebut
dimaksudkan
untuk
menciptakan
manajemen sekolah yang efektif. Karena dengan manajemen yang efektif, sekolah tersebut
akan menjadi
berkualitas (Usman,2007).
Sekolah
yang
ingin
meningkatkan mutunya terlebih dahulu memperbaiki sistem manajemennya. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan kebebasan kepada sekolah untuk membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikannya. Dengan kebijakan pemerintah tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP), saat ini banyak institusi pendidikan yang menerapkan sistem manajemen mutu yang berstandar internasional yaitu Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 sebagai sistem pengelolaan manajemen sekolah. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 merupakan sarana atau alat pemasaran yang jitu bagi organisasi dengan menunjukkan logo registrasinya (Sallis,2012). Sehingga dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 diharapkan mampu menjawab perkembangan globalisasi serta mencapai efektifitas dan efisiensi suatu organisasi. SMM ISO merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep Total Quality Management (TQM). Dalam TQM mensyaratkan sebuah organisasi agar memiliki standar antara lain standar pengelolaan sumberdaya, realisasi produk, pengukuran dan evaluasi, serta sistem dokumentasi.
xv
Organisasi yang menerapkan SMM ISO 9001:2008 harus mampu menyediakan bukti objektif bahwa sistem manajemen mutu telah ditetapkan secara efektif dan analisis dari proses menjadi sumber dalam menetapkan dokumen yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan SMM ISO 9001:2008 (Fathurrohman dan Sulistyorini,2012). Pemenuhan persyaratan yang dimaksud adalah pemenuhan terhadap prinsip-prinsip manajemen ISO 9001 untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Prinsip – prinsip manajemen ISO 9001 menurut Mulyono (2009) adalah perhatian pada pelanggan, kepemimpinan, pelibatan orang, pendekatan proses, pendekatan sistem pada manajemen, perbaikan yang berkelanjutan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan pemasok yang saling menguntungkan. Dengan penerapan prinsip-prinsip SMM ISO 9001:2008 pada sekolah atau lembaga pendidikan diharapkan sekolah akan berkembang menjadi lebih baik dalam memenuhi kepuasan pelanggan, yaitu peserta didik, masyarakat, dunia industri dan dunia kerja. Penerapan SMM ISO 9001:2008 tersebut didukung oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan Nasional untuk meningkatan mutu pendidikan dengan
menargetkan bahwa pada tahun 2014
seluruh SMK di Indonesia harus sudah menerapkan Standar Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Dengan penerapan SMM ISO 9001:2008 diharapkan akan memiliki nilai tambah (value) pada organisasi dan organisasi akan menjadi lebih baik (Chaudhry dan Romay:2011). dengan
implementasi
Sistem
Dragicevic (2013) mengatakan bahwa
Manajemen
Mutu
ISO,
organisasi
akan
meningkatkan operasional, pemasaran, dan kinerja sumber daya manusia dan
xvi
keuangannya. Sedangkan menurut Usman (2011) penerapan Sistem Manajemen Mutu akan memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan antara lain adalah meningkatkan pertanggungjawaban (akuntabilitas) sekolah kepada masyarakat dan atau pemerintah, menjamin mutu lulusannya, bekerja lebih profesional, dan meningkatkan persaingan yang sehat. Keberhasilan dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor – faktor pendukung kesuksesan dalam penerapan Sistem Manajemen ISO menurut Wahid (2012) adalah komitmen dari top management, keterlibatan pegawai, peningkatan berkelanjutan, motivasi dan reward, serta kerja tim. Sedangkan menurut Amar (2012) faktor yang harus dipertimbangkan dalam mendukung penerapan SMM ISO 9001:2008 yaitu komitmen dan dukungan top management, pelatihan, budaya berubah, perbaikan yang berkelanjutan, dan pengukuran kinerja. SMKN 3 Wonosari merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008 sebagai standar manajemen sekolah. Komitmen kepala sekolah, guru, karyawan dan siswa untuk menerapkan Sistem Manajemen Mutu tersebut telah dimulai pada tanggal 19 Agustus 2009 yang ditandai dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 dari PT. TUV Reinland Indonesia selaku lembaga penjamin mutu. Penerapan SMM ISO 9001:2008 di SMK Negeri 3 Wonosari tersebut masih banyak permasalahan yang menjadi kendala dalam implementasinya. Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan permasalahan dan kendala yang terjadi adalah komitmen dan konsistensi manajemen dalam melaksanakan sistem manajemen
xvii
mutu sehingga ketercapaian sasaran mutu yang telah ditetapkan masih ada yang belum mencapai 100%. Hal ini disebabkan karena komitmen dan konsistensi dalam menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 tersebut. Bukti lain juga didapatkan dari laporan Audit Internal yang telah dilaksanakan mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 selalu ditemukan adanya produk yang terbukti tidak memenuhi persyaratan (KTS) yang telah ditetapkan dalam Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2008. Rekapitulasi jumlah temuan dapat disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1.1 Rekapitulasi Jumlah KTS SMM ISO 9001:2008 pada SMKN 3 Wonosari No
Tahun
Jumlah KTS
1 2010 50 KTS 2 2011 21 KTS 3 2012 31 KTS Sumber: Data diolah (Audit Internal SMK Negeri 3 Wonosari) Berdasarkan Tabel 1. Dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2010 ditemukan KTS sebanyak 50. Sedangkan pada tahun 2011 juga masih ditemukan adanya KTS dengan jumlah 21 KTS. Kemudian hasil audit tahun 2012 juga masih ditemukan kembali KTS sebanyak 31, bahkan meningkat dari pada tahun 2011. Dari hasil observasi, KTS yang paling banyak ditemukan berkaitan dengan referansi klausul 4.2.3 dan 4.2.4 tentang pengendalian dokumen dan rekaman. Hal ini dapat dikatakan bahwa kendala atau hambatan utama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman terhadap SMM ISO 9001:2008. Selain itu pelayanan sekolah terhadap fasilitas pendukung pembelajaran masih kurang. Hal itu dapat dikuatkan dengan data analisis kuesioner yang
xviii
dilakukan Tim Manajemen Mutu ISO 9001:2008 terhadap peserta didik atau siswa bahwa pada tahun 2010 sebanyak 79,27 % peserta didik mengatakan fasilitas yang ada di SMKN 3 Wonosari masih kurang. Kemudian tahun 2011, 76,71% peserta didik mengatakan bahwa fasilitas di SMKN 3 Wonosari masih kurang. Sedangkan pada tahun 2012, peserta didik yang mengatakan bahwa fasilitas pada SMK N 3 Wonosari masih kurang sebanyak 67,63%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa komitmen manajemen dalam meningkatkan pemenuhan fasilitas masih belum terpenuhi. Karena dengan keterdukungan sarana dan prasarana akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran sehingga sasaran mutu sekolah dapat tercapai sesuai dengan harapannya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Abdullah et al. (2012) pada Pemerintah Lokal Malaysia bahwa lemahnya kerjasama dalam internal departemen, persepsi negatif atau sikap pegawai tentang mutu, dan budaya mutu pegawai menjadi kendala atau hambatan dalam penerapan SMM ISO 9001:2008. Penelitian lain dilakukan oleh Wahid (2012) bahwa masalah yang dihadapi dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu adalah kurangnya kerjasama diantara anggota, kurangnya komitmen, kurangnya kesadaran dan pemahaman terhadap ISO dan kurangnya komunikasi. Penelitian dilakukan pada SMK N 3 Wonosari karena organisasi tersebut merupakan sekolah menengah kejuruan yang dirancang untuk menciptakan lulusan yang siap kerja pada dunia industri dan dunia usaha, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian dengan pendekatan kualitatif perlu dilakukan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi manajemen sekolah dalam
xix
penerapan sistem
manajemen mutu, upaya
manajemen sekolah dalam
mengantisipasi kendala-kendala tersebut serta memberikan rekomendasi solusi alternatif jangka pendek untuk mengantisipasi kendala-kendala yang ada. Harapannya adalah tercapainya visi, misi dan tujuan sekolah dalam peningkatan mutu melalui penerapan SMM ISO 9001:2008. 1.2. Rumusan masalah Dalam dunia pendidikan SMM ISO 9001:2008 merupakan hal yang baru dan merupakan langkah awal dari penerapan menajemen mutu terpadu. (Sallis:2012). Penerapan SMM ISO pada SMK N 3 Wonosari telah dilakukan sejak tahun 2009. Namun yang terjadi sampai saat ini masih terdapat kendalakendala dalam penerapan sistem manajemen mutu tersebut yaitu kurangnya komitmen dan konsistensi manajemen dalam menerapkan sistem manajemen mutu, sehingga sasaran mutu yang telah ditetapkan belum tercapai 100 % semua. Untuk itu diperlukan adanya upaya dan solusi alternatif jangka pendek untuk mengantisipasi kendala-kendala tersebut sehingga penerapan sistem manajemen mutu dapat berjalan dengan optimal sesuai harapan pelanggan. 1.3. Pertanyaan penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka Research Question yang muncul adalah: a.
Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi manajemen sekolah dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yang perlu diantisipasi?.
b.
Bagaimanakah upaya pihak manajemen sekolah untuk mengantisipasi kendala-kendala tersebut?
xx
c.
Apakah solusi alternatif jangka pendek untuk mengantisipasi kendalakendala tersebut?
1.4. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ditetapkanlah tujuan penelitian ini sebagai berikut: a.
Mengidentifikasi kendala-kendala dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yang perlu diantisipasi.
b.
Menganalisa prioritas upaya manajemen sekolah dalam mengantisipasi kendala-kendala yang ada.
c.
Merekomendasikan solusi alternatif jangka pendek dalam mengantisipasi kendala-kendala dalam penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 tersebut.
1.5. Manfaat penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada sekolah khususnya pihak manajemen sekolah sebagai gambaran tentang kendala-kendala dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 yang ada di SMK Negeri 3 Wonosari dan sebagai bahan pertimbangan untuk evaluasi dalam rangka memperbaiki dan mengantisipasi kendala-kendala dalam meningkatkan mutu sekolah melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Negeri 3 Wonosari di masa mendatang.
xxi
1.6. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran dalam penelitian ini, maka dapat dijelaskan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang pengantar penelitian yang berisi tentang
gambaran singkat mengenai isi tesis yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang landasan teoritik dan konsep teoritis tentang definisi dan pengertian tentang teori kendala, mutu, dimensi mutu, manajemen mutu terpadu, Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 serta penelitian terdahulu yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini berisi tentang: desain penelitian, data dan metode pengumpulan data, sampel dan teknik pengambilan sampel serta metode analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang pembahasan penelitian yang terdiri dari: proses pengambilan data, profil obyek penelitian, karakteristik responden, hasil identifikasi kendala-kendala dengan focus group discussion (FGD), prioritas upaya manajemen dalam mengantisipasi kendala-kendala serta rekomendasi solusi alternatif jangka pendek dalam mengantisipasi kendala-kendala.
xxii