1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kemajuan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan pendidikannya. Bangsa yang maju saat sekarang ini dilandasi oleh pendidikan yang berkualitas.1 Semenjak kelahirannya, Indonesia merupakan negara yang peduli kepada pendidikan di mana ”mencerdaskan kehidupan bangsa”2 menjadi salah satu tujuan berdirinya negara ini. Ada banyak jenis pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satunya Pendidikan Agama Islam. Banyak yang merancukan pengertian istilah “Pendidikan Agama Islam” dan “Pendidikan Islam”3. Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek ajaran Islam secara keseluruhan.4 Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut Agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang notabene mayoritas masyarakatnya memeluk Agama Islam, seharusnya 1
Sanjaya, Jk (
[email protected]) 27 November 2007. Pengertian Pendidikan Agama, (online), (NET-starnet), diakses 13 Maret 2009 2 Undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 3 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidiakn Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,(Jakarta: Raja Grafindo, 2005), 6 4 Basuki, Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam,(Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2007)
2
Pendidikan Agama Islam (PAI) mendasari pendidikan-pendidikan lain, serta menjadi primadona bagi masyarakat, orang tua, dan peserta didik. PAI juga seharusnya mendapat waktu yang proporsional, tidak saja di madrasah atau sekolah-sekolah yang bernuansa Islam, tetapi di sekolah-sekolah umum. Demikian halnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, PAI harus dijadikan tolak ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral bangsa (nation character building). Untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam yang berhasil perlu dilakukan pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah: keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, dan keterpaduan proses. Keterpaduan tujuan berarti pencapaian tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, yaitu pemerintah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan masyarakat. Keterpaduan materi ialah keterpaduan isi kurikulum yang digunakan atau materi pelajaran. Semua materi pelajaran yang dipelajari siswa handaknya saling memiliki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Pengikat keterpaduan tersebut adalah tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Jadi, selain tujuan mata pelajaran itu sendiri, hendaknya semua bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia beriman dan bertaqwa. Keterpaduan proses, berarti para pendidik hendaknya menyadari bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan
3
dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan, bahkan dikehendaki semua kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan bertakwa. Ada beberapa konsep yang harus dipahami dan diterapkan untuk menjadikan
pendidikan
agama
(termasuk
agama
Islam)
berhasil
memberagamakan murid.5 Banyak ditemukan dalam proses pembelajaran di kelas guru terlihat aktif berceramah sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat dari papan tulis. Guru belum berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran di sekolah untuk memperoleh pembelajaran yang maksimal dan bermakna. Oleh karena itu, disini guru dituntut untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan berbagai model dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Konsekuensi dari kenyataan tersebut, pihak sekolah merupakan kunci sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan mutu pendidikan. Mereka berada dititik sentral untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan pola pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengambil judul skripsi tentang “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN POLA TERPADU (Studi Kasus Di SMP Islam Terpadu Al-Mawaddah As-Sakinah Village Babadan Ponorogo)
5
Sanjaya, Jk (
[email protected]) 27 November 2007.
4
Peneliti mengambil lokasi di SMPIT Al-Mawaddah dengan pertimbangan bahwasannya lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang bermutu dan banyak mendapat perhatian dari masyarakat. Selain itu SMPIT Al-Mawaddah di samping mengutamakan pendidikan agama atau diniyah juga mengedepankan umum dan pendidikan mental.
B. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitan ini adalah pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Babadan Ponorogo, yang meliputi komposisi kurikulum, dan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pola terpadu.
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Apa latar belakang dilaksanakannya Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo? 2. Bagaimana komposisi kurikulum Pendidikan Agama Islam dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah asSakinah Village Babadan Ponorogo? 3. Bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (tujuan, materi, metode dan penilaian) dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah
5
Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan latar belakang dilaksanakannya Pendidikan Agama Islam dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan komposisi kurikulum Pendidikan Agama Islam dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo. 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dari hasil penelitian secara teoritik ini, akan ditemukan bagaimana pelaksanaan PAI dengan pola terpadu. Dan diharapkan juga ditemukan model pengembangan pembelajaran PAI dengan pola terpadu, menambah khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan pemikiran bagi peneliti serta bahan pijakan bagi peneliti lain khususnya dibidang pendidikan. 2. Manfaat Praktis
6
Secara praktis penelitian ini akan berguna bagi : a. Bagi
lembaga
pendidikan:
penelitian
ini
dapat
memberikan
sumbangan pemikiran dalam bentuk pelaksanaan PAI dengan pola terpadu. b. Bagi Pendidik: sebagai bahan informasi bagi guru agama untuk menambah wawasan tentang pelaksanaan pola terpadu. c. Bagi pemerintah dan masyarakat: sebagai sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah pendidikan yang dihadapi pemerintah, terutama dalam bidang peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam. d. Bagi Penulis: sebagai sarana untuk menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan dalam bidang Pendidikan Agama Islam. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan motodologi penelitian dengan penelitian kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, di samping hasil proses lebih dipentingkan, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara induktif dan makna merupakan hal yang essensial. Ada enam macam metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan. Dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan sosial
7
seperti individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Di samping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subjek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.6 Untuk itu dalam penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai
instrumen
kunci,
partisipan
penuh,
sekaligus
pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilandasi oleh pertimbangan teknis operasional.7 Untuk itu, lokasi penelitian dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan dapat tidaknya dimasuki dan dikaji lebih mendalam. Hal ini penting karena betapapun menariknya suatu kasus, tetapi jika sulit dimasuki lebih dalam oleh seorang peneliti, maka akan menjadi kerja yang sia-sia. Selanjutnya, penting juga dipertimbangkan apakah lokasi penelitian memiliki interaksi dan instruktur sosial yang memungkinkan untuk didekati.
6
Lexi J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
117 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada, 2006), 135-136. 7
8
Dengan memperhatikan pertimbangkan di atas, maka kemudian peneliti menetapkan bahwa lokasi penelitian adalah SMPIT al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo. 4. Sumber Data Untuk dapat memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan dua sumber data, yaitu: a. Sumber data primer (informan) meliputi: waka kurikulum, kepala sekolah, guru dan siswa. b. Sumber data sekunder (dokumen) seperti: arsip, buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian. 5. Prosedur penelitian data Awalnya, peneliti berusaha untuk mengadakan observasi secara langsung terhadap berbagai realitas yang berpengaruh dan dipengaruhi oleh fenomena di lapangan. 1.
Observasi Adalah bentuk alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan.8 Pengamatan dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Jenis teknik observasi, yaitu:9 a. Observasi partisipatif (pengamatan terlibat)
8
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2004), 62-63 9 Ibid., 64-68.
9
Observer ikut aktif berpartisipasi pada aktivitas dalam segala bentuk yang diselidiki. b. Observasi non partisipatif (pengamatan tidak terlibat) Observer
hanya
penglihatan
dan
mendapatkan tidak
gambaran
dapat
objeknya
merasakan
keadaan
sejauh yang
sesungguhnya terjadi pada objeknya. Dalam skripsi ini, peneliti menggunakan observasi partisipatf untuk menggali data tentang pelaksanaan PAI dengan pola terpadu. 2.
Interview (wawancara) Esterberg mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and join construction of meaning about a particular topic.” Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.10 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur
yaitu:
wawancara
bebas
di
mana
peneliti
tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data.11 Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber data, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum, guru yang mengajar 10
Sugiano, Memahami Penelitian Kualitaif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), 72. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), 138-141 11
10
Pendidikan Agama Islam, dan siswa SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village Babadan Ponorogo. 3.
Dokumentasi Yaitu setiap bahan yang tertulis baik berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, ataupun film.12Metode ini digunakan untuk mencari data-data yang berupa catatan, struktur organisasi sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, dan lain-lain.
6. Analisis Data Bogdan, sebagaimana dikutip oleh Sugiono menyatakan bahwa “Data analysis is the proses of systematically searching and arranging the interview transkipts, fieldnote, and other material that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others.” Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.13 Analisis Data di lapangan (kualitatif) model Miles dan Huberman,14 dapat digambarkan sebagai berikut
Penyajian Data
Pengumpul an Data
Reduksi Data 12
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, 61. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 244 14 Ibid., 246-253 13
11
Kesimpula n Keterangan: a. Data Reduction (Data Reduksi) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan poinnya. Dengan demikian, data yang telah direduksikan memeberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data berikutnya. b. Data Display (Penyajian Data) Setelah direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data ke dalam pola dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisajikan pada laporan akhir penelitian. c. Conclusion drawing/verification Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi (konfirmasi atau pembuktian kebenaran). 7. Pengecekan Keabsahan Temuan
12
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data),
dapat diadakan
pengecekan dengan teknik pengamatan triangulasi ketekunan, yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari.15 Ketekunan pengamatan ini
dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) mengadakan
pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan pelaksanaan PAI dengan pola terpadu, (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara biasa. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.16 Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber-sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dengan sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif, hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan 56.
15
Tim Penyusun, Pedoman Skripsi STAIN Ponorogo (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2008),
16
Ibid., 56.
13
apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang
waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, dan (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah: (1) tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelititan, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memenfaatkan informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. (2) tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar belakang penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data, (3) tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan daya, (4) tahap penulisan hasil laporan penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
14
Pembahasan skripsi ini disajikan dalam satu kesatuan yang terdiri dari beberapa sub. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh dalam pembahasan tersebut, maka penulis kemukakan secara global yang terkandung dalam skripsi ini. Bab satu (pendahuluan) berisi tentang penjelasan secara umum atau gambaran mengenai isi skripsi yang meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, manfaat penelitian, landasan teori dan telaah pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab dua (landasan teoritik atau telaah pustaka) berisi uraian tentang Pendidikan Agama Islam yang meliputi: pengertian Pembelajaran PAI, dasar-dasar dilaksanakanya PAI, fungsi PAI, dan tujuan PAI, dan pembelajaran terpadu, yang meliputi: pengertian, struktur, dan proses pembelajaran PAI dengan pola terpadu. Bab tiga (temuan ilmiah) berisi tentang pelaksanaan PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village yang meliputi gambaran umum dan deskripsi data. Gambaran umum terdiri dari: sejarah berdirinya SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village, letak geografis, keadaaan guru, keadaan murid, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan kurikulum. Deskripsi data meliputi: latar belakang dilaksanakannya PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village, komposisi kurikulum PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village, proses pembelajaran PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village.
15
Bab empat (pembahasan) menguraikan tentang analisis data secara kualitatif mengenai latar belakang dilaksanakannya PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village, komposisi kurikulum PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village, proses pembelajaran PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village. Bab lima (penutup) bab ini merupakan bab terakhir dalam skripsi ini. Di dalamnya menguraikan tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pokok permasalahan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian.
16
BAB II PEMBELAJARAN PAI DENGAN POLA TERPADU
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada hakikatnya, pembelajaran PAI adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini maka pembelajaran PAI adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat, konsep ini bermakna bahwa pendidikan memiliki sasaran pada siswa yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum, tugas pembelajran PAI adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan siswa dari tahap kehidupannya sampai mencapai titik optimal, sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas memungkinkan. Tugas PAI adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki siswa, sehingga teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.17 Pembelajaran PAI diarahkan untuk
meningkatkan keyakinan
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman ajaran Islam siswa, juga
17
Rosyidin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), 33
17
sekaligus membentuk kesholehan sosial, karena itu pembelajaran PAI diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah. Dalam
pembelajaran
terdapat
3
komponen
yang
saling
berpengaruh dalam proses PAI, ketiga komponen tersebut adalah (1) Kondisi pembelajaran PAI, (2) Metode pembelajaran PAI, (3) Hasil pembelajaran PAI.18 Pembelajaran terkait dengan bagaimana pembelajaran siswa atau bagaimana membuat siswa dapat berjalan dengan mudah terdorong oleh kemampuannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan siswa. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum yang menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang PAI sebagai hasil belajar terwujud dalam diri siswa. Dan untuk membahas pengertian Pendidikan Agama Islam, harus dimengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu sendiri. Sehubungan dengan hal ini peneliti mencoba mengemukakan teori pendapat yang berkaitan dengan pengertian pendidikan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang
18
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 75
18
atau kelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.19 Menurut Ahmad D. Marimba “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.20 Menurut
M.J. Langeveld sebagaimana dikutip oleh Kartono
pendidikan atau pedagogi adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian.21 Berpijak pada paduan pendapat di atas dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar, seksama dan dengan pembiasaan melalui bimbingan, latihan dan sebagainya yang semuanya bertujuan untuk membentuk kepribadian anak didik secara bertahap. Selanjutnya, sebelum membahas lebih jauh tentang Pendidikan Agama perlu kiranya diketahui, yang dimaksud Pendidikan Agama di sini adalah identik dengan Pendidikan Agama Islam. Agar tidak ada kesalahpahaman
dalam
mengartikannya,
akan
dibahas
dengan
membandingkan pendapat para ahli, sehingga dapat diketahui lebih jauh dan lebih mendalam tentang pendidikan agama Islam. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), edisi kedua, 232 20 Ahmad D Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Alma’rif, 1980), cet. Ke-4, 19. 21 Kartini Kartono, Pengantar Mendidik Teoritis: Apakah Pendidikan Masih Diperlukan?,(Bandung: CV. Mandar Maju, 1992), 22 19
19
Menurut Omar Muhammad Al – Thoumy al – Syaebani, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan.22 Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.23 Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Agama Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.24 Pengertian-pengertian di atas pada dasarnya mengandung pengertian yang sama meskipun susunan bahasanya berbeda. Oleh karena itu, dari beberapa pengertian di atas ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan dan usaha yang diberikan pada seseorang dalam pertumbuhan jasmani dan usaha rohani agar tertanam nilai-nilai ajaran Agama Islam untuk menuju pada tingkat
22 PAMSMA94 (www.puspendik.com), 20 Mei 2006. Agama Islam.pdf. (NET-Starnet, diakses 11 Maret 2009) 23 Ibid,. 24 Abdul Majid & Dian Andayana, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, h. 130
20
membentuk kepribadian yang utama, yaitu kepribadian muslim yang mencapai kehidupan dunia dan akhirat. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dilakukan oleh pengajar yang meyakini, mengamalkan, dan menguasai bahan agama tersebut. Hal ini karena salah satu tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan Pendidikan Agama juga menjadi tanggung jawab keluarga masyarakat dan pemerintah. 2. Dasar-Dasar Dilaksanakannya PAI Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi: a.
Dasar yuridis/ hukum Yakni dasar Pendidikan Agama yang berasal dari perundangundangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan Agama di sekolah secara formal. Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut terdiri dari 3 macam, yaitu:
1) Dasar ideal (Pancasila) Yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama: ketuhanan yang Maha Esa. Ini mengandung arti, bahwa seluruh
21
bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama. Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1998 disebutkan bahwa dengan sila ketuhanan yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan masing-masing menurut kemanusiaan yang adil dan beradab.25 2) Dasar struktur/ konstitusional Yaitu dari UUD 1945 dalam BAB IX pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a. Negara berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. 3) Dasar Operasional Yaitu terdapat dalam TAP. MPR No. IV/MPR/1983 yang kemudian dikokohkan dalam TAP. MPR No. IV/MPR/1988. ketetapan
MPR
NP.II/MPR/1993,
diperkuat
oleh
TAP.
MPR/No.II/MPR/1998 dan TAP. MPR No. II/MPR/2000 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pendidikan Agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal. Mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
25
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama, 27.
22
b.
Dasar Religius Adalah dasar yang bersumber dari ajaran Agama Islam, yang tertera dalam ayat Al-Qur’an maupun al-Hadits. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah merupakan perintah Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.26 Dalam Al-Qur’an banyak yang menunjukan perintah tersebut, antara lain: 1) Dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
(125 : Y^gT )اaِ gَ f َ^ َ Tْ اaِ e َd ِ ْc`َ Tْ َواaِ `َ _ْ ^ ِ ]ْ [ِ \ َ [ِ َرY ِ Xْ Wِ V َ UTَع ِا ُ ُْاد Artinya: “Ajaklah kepada agama Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik.”27 2) Dalam surat Ali Imron ayat 104 yang berbunyi:
ف َو ِ ْوtُ wْ `َ Tْ v[ِ ن َ ْوtُ jُ ْunَ َوtِ Xْ s َ Tْ اrTَن ِإ َ ْcd ُ ْonَ aٌ jl ْ ُاk_ُ gْ jِ ْi_ُ hَ Tْ َو (104 : انt`d )الtِ _َ gْ `ُ Tْ اi ِd َ ن َ ْcyَ gْ nَ Artinya: “ Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.”28 3) Dalam surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi:
(6 : knt^hT ًرا )اvَ ْk_ُ Xْ ]ِْ َوَأ ْهk_ُ f َ ُ ْ ْا َأcُ ْاcgُ jَ ~ i َ nْ }ِ Tْ اvyَ n| َأvnَ
26
Abdul Madjid, Op Cit, 132-13 Depag. Al-Qur’an dan terjemahannya, 241 28 Ibid., 93 27
23
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”29 Selain ayat-ayat diatas tersebut juga dalam hadits antara lain:
ْijَ جٌ َوtَ َ َ َوY َ Xْ ِ اtَ V ْ ِإUgِ [َ ْid َ ْاcُ oِ َ َوaً nَ ~ ْcTَ َوU ِّ gd َ ْاc
ُ ]ِّ[َ ( }ىXjthT ِر ) روا اvglT اi َ jِ ُ oَ wَ ْ jَ ا ُءcl Wَ hَ Xَ ]ْ َ اoً `ِّ wَ hَ jُ r ّ ]َd َ ب َ }l َآ Artinya: “ Sampaikan dariku walaupun satu ayat dan ceritakanlah ada yang datang dari Bani Israil dan tidak ada dosa, dan barang siapa berdusta atasku dengan sengaja, maka ia menempatkan tempat duduknya di dalam api neraka.”(HR. Tirmidzi)30
ْ َدا ِ ِ َاوcِ yَ nُ ُ اcَ [َ َءvَ
ِةtَ ْ ِ Tْ اUَ]d َ oُ Tَْcnُ l ْ ِد ِاcTُْcjَ ْijِ vjَ ( k]fj ِ ِ ) رواvf َ ِ `َ nُ ْا ِ ِ َاوtّ ِّ gَ nُ
Artinya: “ Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah) kedua orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani maupun majusi.”(HR. Muslim)31 c.
Dasar Psikologis Yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat membutuhkan suatu pegangan hidup yang disebut Agama. Mereka
29
Ibid., 951 Tirmidzi, Sunan Tirmidzi juz IV, (Beirut: Darul Fikri, 1994), 305. 31 Muslim, Shahih Muslim juz IV, 247. 30
24
akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi pada dzat yang Maha kuasa. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat ar- Ra’d ayat 28, yang berbunyi:
(28 : odtT )ا ِ اtِ ْ ِ[ ِ} ْآkyُ [ُ ْc]ُُ i | ِ `َ ْ َ ْا َوcgُ jَ ~ i َ nْ }ِ Tlا Artinya: “ (Yaitu) orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.” Karena itu manusia akan selalu berusaha dan mendekatkan diri pada Tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri berbeda sesuai dengan agama yang dianutnya.
3. Fungsi PAI Kurikulum PAI untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut: a.
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbungan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b.
Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
25
c.
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
d.
Perbaikan,
yaitu
untuk
memperbaiki
kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. e.
Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya.
f.
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus dibidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
4. Tujuan PAI Didalam GBHN tujuan pendidikan nasional dikemukakan dengan jelas, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaaan agar dapat menumbuhkan manusia pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila juga merupakan tujuan pendidikan agama Islam, karena peningkatan ketakwaan kepada Tuhan YME
26
sebagaimana yang dimaksudkan dalam GBHN, ini dapat dibina melalui pendidikan agama yang intensif dan efektif. Hujair Ah. Sanaky mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam secara umum bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan penyebaran tentang agam Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.32 Dengan demikian, PAI diartikan pula sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk individu yang agamis dengan memanamkan akidah keimanan amaliyah, dan budi pekerti atau akhlak yang tepuji untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Dari tujuan tersebut ada beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran PAI, yaitu:33 a.
Dimensi keimanan terhadap ajaran agama Islam
b.
Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan yang dirasakan pada ajaran agama Islam
c.
Dimensi penghayatan atau pengamalan batin yang dirasakan dalam menjalankan ajaran agama Islam Dimensi pengalaman, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang
telah diimani, dipahami, dihayati atau diintranisasi oleh siswa itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk mengajarkan, mengamalkan 32 Hujair Ah. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam Membangun Masyarakat Madani Indonesia (Yokyakarta: Safira Press, 2003), 154 33 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), 78
27
dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang berilmu dan bertakwa kepada Allah SWT, serta mengaktualisasikan dan merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menjamin tercapainya tujuan PAI tersebut, dibutuhkan 3 hal pertama, paket-paket minimal bahan PAI yang mempertimbangkan perkembangan jiwa anak didik, kedua, guru agama Islam yang cukup memenuhi syarat. Ketiga sarana dan prasarana PAI yang cukup mendukung dan mampu memberikan dorongan demi tercapainya tujuan tersebut diantaranya situasi sekolah,keluarga dan masyarakat. Dan Pendidikan Agama Islam di sekolah/ madrasah juga bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
penumpukan
pengetahuan,
penghayatan,
pengalaman
serta
pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara serta dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.34 Menurut
Imam
Ghazali,
sebagaimana
yang
dikutip
oleh
Abdurrahman Mas’ud dkk, tujuan Pendidikan Agama Islam: a.
Kesempurnaan manusia yang berujung pada taqorrub (mendekatkan diri) pada Allah.
34
Abdul Madjid, Op Cit, 135.
28
b.
Kesempurnaan manusia yang berujung pada kebahagiaan dunia akhirat.35 Sedangkan secara umum tujuan pendidikan terbagi menjadi: a. Tujuan umum Adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. b. Tujuan sementara Adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. c. Tujuan akhir Adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik menjadi manusia-manusia yang sempurna (insan kamil) setelah ia menghabiskan sisa umurnya. d. Tujuan operasional Adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.36 Dari beberapa tujuan diatas, dapat penulis pahami bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah membentuk dan mengembangkan manusia beriman, berilmu, bekerja, dan berakhlaq mulia disepanjang hidupnya menurut tuntutan Islam hingga bisa menjadi manusia kamil.
35 36
Armai Arief, Op Cit, 22. Ibid., 18-19
29
5.
Kurikulum PAI a. Pengertian kurikulum PAI Kurikulum PAI adalah semua pengetahuan, aktivitas (kegiatan-kegiatan) dan juga pengalaman-pengalaman yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh guru kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama.37 Sesuai dengan pengertian tersebut, kurikulum PAI adalah salah satu komponen pendidikan agama yakni, alat untuk mencapai tuuan pendidikan agama. b. Fungsi kurikulum Fungsi kurikulum adalah sebagai berikut: 1. Bagi sekolah yang bersangkutan Merupakan alat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Fungsi ini mengandung uraian tentang: a. Jenis program apa yang dilaksanakan b. Bagaimana menyelenggarakan setiap jenis program c. Perlengkapan apa yang diperlukan. 2. Pedoman mengatur kegiatan sehari-hari Dengan adanya fungsi kurikulum, maka sekolah yang bersangkutan akan mengetahui kurikulum yang dipergunakan,
37
Zuhairini dkk, Metodologi Pendidikian Agama Islam, (solo: ramadhani, 1993),55
30
sehingga
dapat
menyesuaikan
kurikulum
yang
diselenggarakannya. 6.
Metode PAI Agama Islam serta ajaran-ajarannya mampu diterima oleh masyarakat luas dengan baik salah satunya disebabkan oleh metode dan strategi yang diterapkan Nabi dalam pelaksanaan dakwahnya. Tanpa adanya metode dan pendekatan yang tepat, hal itu sulit tercapai. Pendidikan Islam mengutamakan pada penyajian materi serta metode penyajian dalam proses pendidikan, karena keberhasilan suatu proses pendidikan akan sangat tergantung pada strategi pembelajaran dengan metode pendekatan yang tepat. Dalam ilmu pendidikan ditekankan bahwa:
دّةv`T اij k أهantTا Artinya: metode itu lebih penting dari pada materi. Ini berarti suatu materi atau bahan pengajaran tidak akan berarti dan terserap denga baik oleh siswa tanpa adanya metode yang sesuai. Al-Qur’an juga bahwa metode dan pendekatan dakwah Rosul yang juga merupakan dasar bagi pengembangan metode dan strstegi pembelajaran PAI. Metode pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.38 Dalam
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Ilmu,(Jakarta: Ciputat Press, 2002), 50. 38
31
pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan penting dalam pencapaian tujuan,39 karena ia menjadi sarana yang member makna pada materi, tanpa metode materi pelajaran tidak dapat berproses karena, metode mengajar adalah: 1) Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan
2) Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar 3) Merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan.40 Beberapa metode yang dikenal secara umum antara lain: a. Metode Ceramah Ialah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap murid-murid dalam kelas. Dalam pelaksanaan metode ini untuk memberi pelajaran, biasanya guru dibantu pula dengan alat-alat peraga atau usaha-usaha penyajian dengan peragaan. Metode ini baik digunakan apabila: 1) Jika guru adalah pembicara yang menarik, berwibawa dan bersemangat, sehingga bisa membuat siswa untuk berbuat serta bergiat dalam belajar. 2) Guru
memperkenalkan
menghubungkannya
hal-hal
dengan
baru
pelajaran
dalam yang
rangka
lalu
atau
kontinuitas cuatu subjek. 39 M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Integrasi Epistimologi Bayani, Humani, dan Irfani, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), 68. 40 Zuhairini et al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1977), 60.
32
3) Bila guru menyimpulkan suatu pokok ilmu dan menjelaskan hubungan yang satu dengan yang lainnya. 4) Untuk menyampaikan fakta tertentu atau pendapat seseorang. 5) Jika jumlah siswa yang terlalu besar (memerlukan alat pengeras suara).41 b. Metode Diskusi Ialah proses memeriksa dengan terperinci suatu masalah dengan jalan bertukar pikiran serta memeriksa dengan teliti hubungan yang terdapat dalam masalah tersebut dengan cara menguraikan, membending-bandingkan, menilai hubungannya dan mengambil kesimpulan yang dapat ditarik daripadanya.42 Metode
diskusi
ini
digunakan
pada
pelajaran
yang
mengandung persoalan-persoalan yang tidak dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau hanya melalui satu cara saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara pemecahannya serta mencari jalan yang terbaik atau kesimpulan bersama terutama pada masalah-masalah yang memerlukan kerja sama dan musyawarah. c. Metode Eksperimen Adalah dimana guru dan siswa mencoba mengerjakan sesuatu, serta mengamati proses-proses berlangsungnya sesuatu
41 Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar Metodik Khusus Pengajaran Agama (Metodik Khusus Pengajaran Agama), (Bandung: Al-Ma’arif, 1993) , 71. 42 Ibid., 58.
33
dan memperhatikan dengan teliti mengenai hasil percobaan itu. Disini yang dipentingkan adalah pengalaman melakukannya. Dengan demikian titik beratnya adalah melakukan percobaan sendiri.43 d. Metode Demonstrasi Suatu metode mengajar dimana seorang guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.44 e. Metode pemberian tugas (Resitasi) Merupakan metode diman murid diberi tugas khusus diluar jam pelajaran. Metode ini disebut juga dengan metode pekerjaan rumah (PR). f. Metode Sosiodrama Yaitu mendramatisasikan cara tingkah laku gerak-gerik suatu makhluk atau manusia dihadapan kelas yang ada kaitannya dengan pelajaran yang disajikan.45 g. Metode Drill (Latihan-Latihan Keterampilan) Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.46 Ibid., 56-57. Zuhairini et al., Metodik Khusus Pendidikan Agama, 94. 45 Tayar Yusuf, Ilmu Praktek Mengajar, 64. 46 Ibid., 71 43 44
34
h. Metode Kerja Kelompok Murid-murid dibagi dalam beberapa kelompok (group) yang masing-masing kelompok itu bertugas menyelesaikan suatu pekerjaan (pelajaran) yang diterapkan oleh guru.47 i. Metode Tanya Jawab Adalah
penyampaian
pelajaran
dengan
jalan
guru
mengajukan pertanyaan dan murid menjawab, atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan atau materi yang ingin diperolehnya. j. Metode Proyek (Unit) Adalah suatu metode mengajar dimana bahan ajar diorganisir sedemikian rupa, sehingga merupakan sesuatu keseluruhan atau kesatuan buat yang bermakna dan mengandung suatu pokok masalah. Dari sekian banyak metode pendidikan yang disebutkan diatas, tidak semuanya dapat diaplikasikan pada setiap pelajaran. Oleh karena itu,
hendaknya
setiap
pendidik
terlebih
dahulu
dapat
mempertimbangkan metode apa yang tepat untuk digunakan yang dpat mempengaruhi hasil belajar kearah yang lebih baik dan relevan dengan materi pelajaran yang disampaikan.
47
Ibid., 71.
35
Penggunaan metode yang bervariasi pada setiap pelajaran hendaknya juga menjadi pertimbangan bagi setiap guru, guna meningkatkan belajar anak. 7.
Evaluasi PAI a. Pengertian evaluasi PAI Evaluasi dalam PAI merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku siswa berdasarkan pada standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual religius siswa. Secara etimologi, evaluasi berasal dari kata to evaluate yang berarti menilai istilah ini pada mulanya populer di kalang para filosof. Selanjutnya evaluasi mulai dipakai dalam berbagai disiplin ilmu tak terkecuali ilmu pendidikan.48 Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum, baik mengenai perencanaan, penglolahan, proses, dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Oleh karena itu, Evaluasi dalam PAI adalah pengambilan sebuah keputusan yang berkaitan dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan PAI.
48
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metologi PAI, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002 ), 54
36
b. Prinsip-prinsip penilaian PAI49 1. Prinsip Berkelanjutan Prisip ini dimaksudkan bahwa evaluasi tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan, tetapi harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu pada saat membuka pelajaran, menyajikan materi apalagi menutup pelajaran, ditambah lagi pemberian tugas yang harus diselesaikan siswa. 2. Prinsip Universal Prinsip ini maksudnya adalah, evaluasi hendaknya dilakukan untuk semua aspek sasaran pendidikan: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. 3. Prisip Keikhlasan Pendidikan
tidak
hanya
mampu
menunjukkan
kesalahan-kesalahan siswa, tetapi juga dapat menunjukkan jalan keluarnya, sehingga siswa tidak merasa bahwa ia di persulit oleh guru. c. Beberapa Jenis Penilaian 1. Penilaian Normatif Yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada satu bidang studi tertentu.. 2. Penilaian Sumatif 49
Ibid, 56-57.
37
Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa yang telah selesai mengikuti pelajaran dalam satu catur wulan, semester akhir tahun. 3. Penilaian Penempatan Yaitu
penilaian
tentang
pribadi
siswa
untuk
kepentingan penempatan di dalam situasi belajar mengajar yang sesuai dengan siswa tersebut.
B. Pembelajaran Terpadu 1.
Pengertian Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang
mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu di antaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum, atau pengajaran lintas bidang studi.50 Menurut Cohen dan Manion dan Brand terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas 50
Anwarkholil, 21 April 2008. Pengertian Pembelajaran Terpadu, (online), (NETSpeedinet.ed, di akses 11 Maret 2009).
38
bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core/center of interest).51 Secara umum, pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuan siswa secara optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya. Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
51
Padiya, (
[email protected]) 20 Maret 2006. Dokumen IPS Terpadu, (online), (NETStarnet), diakses 13 Maret 2009.
39
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D2
PGSD
dan
S-2
Pendidikan
Dasar yang mengatakan
bahwa
“pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”.52 Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Berdasarkan uraian di atas, pengertian pembelajaran terpadu, dapat disimpulkan: a.
Pembelajaran dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan ataupun lainnya.
b.
Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
c.
Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
52
Tim Pengembang PGSD dan S2 Pendidikan Dasar, Pembelajaran Terpadu (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 1997), 48.
40
d.
Menggabungkan sebuah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna. Untuk melaksanakan pendidikan agama Islam yang berhasil perlu
dilakukan pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah: keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, dan keterpaduan proses. Keterpaduan tujuan berarti pencapaian tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, yaitu pemerintah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan masyarakat. Keterpaduan materi ialah keterpaduan isi kurikulum yang digunakan atau materi pelajaran. Semua materi pelajaran yang dipelajari siswa handaknya saling memiliki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya. Pengikat keterpaduan tersebut adalah tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Jadi, selain tujuan mata pelajaran itu sendiri, hendaknya semua bahan ajar mengarah kepada terbentuknya manusia beriman dan bertaqwa. Keterpaduan proses, berarti para pendidik hendaknya menyadari bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan, bahkan dikehendaki semua kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan bertakwa. 2.
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
41
Sebagai
suatu
proses,
pembelajaran
terpadu
memiliki
karakteristik sebagai berikut : a. Pembelajaran terpusat pada anak Pembalajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.53 b. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata
didapat
dari
segala
konsep
yang
diperoleh
dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolahan belajarnya pada pemecahan masalahmasalahyang nyata dalam kehidupannya. c. Belajar melalui proses pengalaman langsung 53
Nurruddin Hidayat, Februari 2009: Inovasi Pendidikan, pdf (online), diakses Mei 2009.
42
Pada
pembelajaran
terpadu
diprogramkan
untuk
melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alamai, bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya. d. Selain hasil, proses lebih diperhatikan Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat keinginan, minat, dan kemampuan siswa sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus-menerus. e. Sarat dengan muatan keterkaitan Pembelajaran
terpadu
memusatkan
perhatian
pada
pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandangan yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk
43
memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.54 3.
Tujuan Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat : a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna, b. Mengembangkan
keterampilan
menemukan,
mengolah,
dan
memanfaatkan informasi, c. Menumbuhkembangkan
sikap
positif,
kebiasaan
baik,
dan
nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, d. Menumbuhkembangkan
keterampilan
sosial
seperti
kerja
sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain, e. Meningkatkan minat dalam belajar, f. Memilih
kegiatan
yang
sesuai
dengan
minat
kebutuhannya. 4.
54
Manfaat Pembelajaran Terpadu
Rbaryans, 19 April 2007, Mengapa Memilih Pembelajaran Terpadu, (online) http://rbaryans.wordpress.com , diakses Mei 2009.
dan
44
Ada beberapa manfaat dalam menggunakan pembelajaran terpadu, yaitu: a. Banyak
topik
yang
tertuang
di
setiap
matapelajaran
mempunyai keterkaiatan konsep dengan yang dipelajari siswa. b. Pada
pembelajaran
memanfaatkan
terpadu
keterampilannya
memungkinkan yang
siswa
dikembangkan
dari
mempelajari keterkaitan antarmatapelajaran. c. Pembelajaran terpadu melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarmatapelajaran, sehingga siswa mampu memproses informasi dengan cara yang sesuai daya pikirnya dan memungkinkan berkembangnyajaringan konsepkonsep. d.
Pembelajaran terpadu membantu siswa dapat memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui keterampilan dalam situasi nyata.
e. Daya
ingat
(retensi)
terhadap
materi
yang
dipelajari
siswa dapat ditingkatkan dengan jalan memberikan topic-topik dalam berbagai ragam situasi dan berbagai ragam kondisi. f. Dalam
pembelajaran
terpadu
transfer
pembelajaran
dapat
mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata. 5.
Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)
45
Pelaksanaannya disusun secara menyeluruh membahas suatu pokok bahasan tertentu. Pembahasan tersebut dapat dengan cara menggunakan berbagai mata pelajaran yang relevan dalam satu bidang studi atau antar bidang studi.55 Topik pembahasan ditentukan secara demokratis antara peserta didik dengan guru. Dilaksanakan dalam bentuk unit yang merupakan satu kesatuan atau satu kebulatan. 6.
Model-Model Pembelajaran Terpadu a. Model hubungan/model terkait (Connected Modle) Model pembalajaran ini menyajikan hubungn yang eksplisit di dalam suatu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topik dengan topik yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, satu tugas ke tugas yang berikutnya. Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terusmenerus. Contoh:
55
56.
H.Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004),
46
Guru
menghubungkan/menggabungkan
konsep
PAI
tentang thaharah dengan konsep IPA tentang air. b. Model Jaring Laba-Laba/ Model Terjala (Webbed Modle) Model pembelajaran ini pada dasarnya menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih antara guru dengan siswa atau sesama guru. Setelah tema telah disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan antar matapelajaran. Dari sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa adalah diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari ilmu-ilmu yang berbeda. c. Model Terpadu (Intergrated Modle) Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan menetapkan
beberapa
prioritas
dari
matapelajaran kurikulum
yaitu dan
dengan
menemukan
keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam matapelajaran. Keuntungan dari model pembelajaran ini adalah siswa mudah menghubungkan dan mengaitkan materi dari beberapa matapelajaran.
47
7.
Strategi Pembelajaran Terpadu Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu memadukan siswa dan memadukan materi-materi dari mata pelajaran-mata pelajaran. a. Integrasi melalui pemaduan siswa Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1 pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tingkat usia siswa. Misalnya kelas 1 dan kelas 2 diajar PAI bersama-sama. Cara ini tentunya memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit. Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih pengetahuannya, sedangkan siswa yang lebih tua (kelas 2) dapat mengajarkan pengetahuannya kepada siswa yang lebih muda. b. Integrasi materi/matapelajaran Cara ini memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam 1 kegiatan pembelajaran siswa belajar berbagai matapelajaran misal PAI, Bahasa, IPA, dan IPS. Cara ini biasanya dilakukan dengan memadukan topik-topik (tema-tema) menjadi satu kesatuan tema yang disebut tematik unit. Tematik unit merupakan rangkaian tema yang dikembangkan dari suatu tema dasar. Sedangkan tema dasar
48
merupakan pilihan atau kesepakatan antara guru dengan siswa berdasarkan kajian keseharian yang dialami siswa dengan penyesuaian dari materi-materi yang ada pada kurikulum. Selanjutnya tema dasar tersebut dikembangkan menjadi banyak tema yang disebut unit tema (subtema). 8.
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu56 Adapun langkah dan tahapan dalam pembelajaran terpadu model integreted yaitu: a. Langkah guru merancang program rencana pembelajaran dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara curah pendapat (brain stroming). b. Tahap pelaksanaan melakukan kegiatan: 1) Proses pengumpulan informasi. 2) Pengelolaan informasi dengan cara analisis komparasi dan sintesis. 3) Penyusunan laporan, dapat dilakukan dengan cara verbal, gravisi, victorial, audio, gerak dan model. c. Tahap kulminasi dilakukan dengan: 1) Penyajian laporan (tertulis, oral, unjuk kerja, produk).
56
Hadi Subroto T dan Herawati I S, Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), 13.
49
2)
Penilaian meliputi proses dan produk dengan menggunakan prosedur formal dan informal dengan tekanan pada penilaian produk.
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, yaitu dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi. Pada dasarnya ada 3 tahap yang harus dilalui dalam prosedur pembelajaran terpadu yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.57 a. Tahap Perencanaan Pembelajaran Terpadu Perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah rangkaian yang memuat isi dan kegiatan pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan sistematis, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Dalam pembalajaran terpadu perencanaan yang harus dilakukan seorang guru adalah sebagai berikut: 1) Pemilihan tema dan unit-unit tema
Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru bidang studi dan peserta didik. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan musyawarah peserta didik 57
Ibid 14.
50
memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada setiap matapelajaran yang terdapat padu kurikulum. Tema dapat juga dipilih berdasarkan pertimbangan lain, yaitu: tema yang dipilih merupakan konsensus antar peserta didik, misal dari bukubuku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. a) Tema dasar-Unit tema Tema dapat muncul dari peserta didik, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar, kemudian peserta didik mengembangkan unit temanya. b) Curah pendapat Curah pendapat ini bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka akan terbentuk jarring-jaring. Ada beberaspa syarat yang harus dipenuhi dalam penentuan tema, yaitu : (1) Penentuan tema merupakan hasil ramuan dari berbagai materi di dalam satu atau beberapa matapelajaran.
51
(2) Tema diangkat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terpadu dalam materi pelajaran, prosedur penyampaian, serta pemaknaan pengalaman belajar oleh para peserta didik. (3) Tema disesuaikan dengan karakteristik belajar peserta didik sehingga
asas
perkembangan
berpikir
anak
dapat
dimanfaatkan secara maksimal (4) Tema harus bersifat cukup problematic atau popular sehingga membuka kemungkinan luas untuk melaksanakan pembelajaran yang yang beragam yang mengandung substansif yang lebih luas yang apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa. 2) Langkah perencanaan aktivitas Langkah perencanaan aktivitas di sini meliputi : pemilihan sumber, pemilihan aktivitas, dan perencanaan evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran terpadu meliputi berikut ini : a)
Jenis evaluasi yaitu evaluasi otentik.
b) Sasaran evaluasi berupa proses dan dan hasil belajar siswa. c) Aspek yang dievaluasi Keseluruhan aspek kepribadian peserta didik dievaluasi yaitu meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. d) Teknik-teknik evaluasi yang digunakan meliputi :
52
(1) Observasi (mengamati prilaku hasil belajar peserta didik) dengan menggunakan daftar cek atau skala penilaian. (2) Wawancara guru dan peserta didik dengan menggunakan pedoman wawancara. (3) Evaluasi siswa (4) Jurnal siswa (5). Portofolio (6). Tes prestasi belajar (baku atau buatan guru) 3) Kontrak belajar Kontrak belajar ini akan memberikan arah dan isi aktivitas siswa dan merupakan suatu kesepakatan anatara guru dan peserta didik. b. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu dan Evaluasi Pada tahap pelaksanan ini langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Aktivitas peserta didik dapat berupa: pengumpulan informasi baik kelompok maupun individual, membaca sumber, wawancara dengan narasumber, pengamatan lapangan, eksperimen, pengolahan informasi, dan penyusunan laporan.
Kulminasi (Sharing) dalam bentuk penilaian proses (merupakan
dampak
dari
proses
pembelajaran,
dampak
pengiring, prosedur formal dan informal terutama untuk
53
memperoleh balikan) yaitu penyajian laporan,diskusi dan balikan, unjuk kerja dan pameran, serta evaluasi.58
58
Anwarkholil, Maret 2008, Pelaksanaan http://anwarholil.blogspot.com, diakses Mei 2009.
Pembelajaran
Terpadu,
(online),
54
BAB III PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN POLA TERPADU DI SMPIT AL-MAWADDAH AS-SAKINAH VILLAGE BABADAN PONOROGO A. Gambaran Umum Penelitian 1.
Sejarah Berdirinya SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Pesantren terpadu Al-Mawaddah As-sakinah Village adalah lembaga dengan pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) yang berdiri pada tanggal 5 Juni 2005. Dibangun di atas tanah wakaf dari Bapak Dr. H. Sudadi Efendi, SpOG yang seluas lebih dari 2 hektar.59 Merupakan lembaga di bawah naungan yayasan Al-Arham, dipertengahan tahun 2008 SMPIT memisahkan diri dari yayasan Al-Arham. Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bapak Efendi Qosim, S.Pd.I: Pada awal berdirinya Pesantren terpadu Al-Mawaddah As-sakinah Village merupakan bagian dari lembaga-lembaga yang ada di bawah naungan yayasan AlArham, yang meliputi: TK/Play Group Al-Mawaddah coper Jetis Ponorogo, SD Islam Terpadu Coper Jetis Ponorogo, Pesantren Putri Al-Mawaddah I Coper Jetis Ponorogo, Pesantren Putri Al-Mawaddah 2 Jiwut Nglegok Blitar, Pesantren terpadu Al-Mawaddah 3 As-sakinah Village Babadan Ponorogo. Akan tetapi di pertengahan tahun 2008 terjadi pemisahan yayasan oleh lembaga Pesantren terpadu AlMawaddah 3 As-sakinah Village.60
Visi dan misi dari SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village: Visi dan misi berasal dari kata vision dan mission yang berarti vision
ini. ini.
59
Lihat lampiran dokumentasi no: 06/D/F-3/15-X/2009 dalam lampiran hasil penelitian
60
Lihat transkip wawncara no: 01/1-W/F-1/13-X/2009 dalam lampiran hasil penelitian
55
adalah pandangan dengan pemikiranmendalam dan jernih jauh ke depan, sedangkan mission berarti tugas yang diemban. Menurut istilah, visi adalah kemampuan untuk melihat kepada inti persoalan. Sedangkan misi menurut istilah adalah tugas yang dirasakan oleh seseorang atau lembaga sebagai suatu kewajiban untuk melaksanakan demi agama, ideology, patriotisme dan lain-lain. Visi: Anggun Secara Moral, Berwibawa Secara Intelektual, Tangguh di era Global, Menuju Ridlo Illahi. Misi: a. Menumbuhkan kecintaan pada ajaran Islam dan mengamalkannya dengan penuh keyakinan, kesadaran, serta tanggung jawab (IMTAQ). b. Mengembangkan sains/teknologi (IPTEK). c. Melatih
santri
agar mampu
mengkomunikasikan
pengetahuan keagamaan kepada berbagai kalangan masyarakat
dengan
kemampuan
linguistic
yang
memadai. d. Meningkatkan kemampuan keterampilan/skill sebagai wujud Lab. Skill santri.Menyiapkan santri melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi baik dalam maupun luar negeri. 2.
Letak Geografis
56
Pesantren Terpadu Al-Mawddah As-Sakinah Village berlokasi di Jl. Raya Ponorogo-Madiun Babadan Ponorogo. Tepatnya di sebelah utara Terminal Seloaji Ponorogo. Letak tersebut sangat strategis sebagai ukuran pondok modern, sebab untuk bisa masuk ke pesantren ini bilamana menggunakan bis umum bisa langsung turun di depan gerbang sekolah, sehingga sangat mudah dijangkau. Sedangkan sarana penerangan sudah memakai PLN. Oleh karena itu, tampaknya tidak terlalu menyulitkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan primer atau sekunder bagi para santriwan dan santriwati, termasuk sarana komunikasi, informasi, dan transportasi, sehingga tidak sedikit tamu yang datang untuk menengok putra-putrinya, untuk kepentingan atau keperluan lainnya. 3.
Kurikulum Kurikulum merupakan program pendidikan. Program yang direncanakan dan dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang berasal dari waktu yang lalu, maupun yang akan datang. Berbagai bahan tersebut direncanakan secara sistematik, artinya direncanakan dengan memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan secara harmonis. Bebragai bahan ajar yang dirancang tersebut harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku sekarang, diantaranya harus sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN, UU SISDIKNAS, PP No. 27 dan 30, adat istiadat dan
57
sebagainya. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi tenaga pendidik
maupun
peserta
didik
dalam
pelaksanaan
proses
pembelajaran agar dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada tujuan pendidikan. Sistem pendidikan yang dikembangkan di SMPIT, berbentuk pesantren putra-putri, di mana sistem pengajarannya setingkat dengan SMP. Sebagaimana hasil wawancara dengan Waka Kurikulum Bapak Asep Jamaluddin, S.HI: Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum terpadu antara materi pelajaran SMP (DEPDIKNAS) dengan materi keagamaan yang disusun oleh tim kurikulum pondok pesantren. Tim kurikulum di SMPIT Al-Mawaddah selalu berusaha merampingkan kedua kurikulum tersebut dengan tujuan mencari efisiensi dan relevansi tujuan pendidikan dan pengajaran di SMPIT, yakni: mempersiapkan kader-kader muslim-muslimah yang berkualitas dalam pembentukan al-mar’u sholih dan al-mar’atus sholiha, berbudi tinggi (moral being), berbadan sehat (phisical being), berpengetahuan luas (intelektual being), berpikiran bebas (social being), berjiwa ikhlas (religious being).61
Kurikulum didesain secara terpadu berlandaskan pada unsurunsur pengembangan IQ, EQ, SQ, dan RQ. Dan kurikulum juga didesain berdasarkan integrasi keilmuan yang non-dikotomis antara ilmu umum dan ilmu agama. Penerapan dan pengembangan kurikulumnya berbasis KTSP dan PTK, yang menjadi momentum penting dalam rangka memicu diri serta berbuat lebih kreatif dengan sesegera mungkin menyiapkan diri mendesain kurikulum sendiri sebaik mungkin, sehingga
dapat menjadi instrumen utama dalam
pembelajaran yang bermutu. Maka kurikulum di SMPIT AlMawaddah selalu berusaha menyerasikan kedua kurikulum tersebut
Lihat transkrip wawancara no: 02/2-W/F-1/09-X/2009 dalam lampiran laporan penelitian hasil penelitian ini. 61
58
dengan tujuan mencari efesiensi dan relavansi tujuan pendidikan dan pengajaran di SMPIT Al-Mawaddah. 4.
Keadaan Guru Pendidik merupakan figur yang menjadi uswah hasanah dan diteladani anak didiknya. Pendidik harus tampil sebagai pembimbing dan membina santri dalam mengembangkan kreativitas dan potensi diri, sebagai pendorong dan motivator yang akan membantu para santri dalam mencapai tujuan dan cita-citanya, sehingga terjadi kesatuan langkah dan tindakan yang tepat guna, berdaya guna, dan berhasil guna. Tenaga pendidik atau guru di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village merupakan guru-guru bidang studi yang professional, sarjana S-1 dan S-2 dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia serta pondok-pondok pesantren. Sebagian dari para pendidik dan pengajar tinggal bersama di dalam kampus untuk memberikan bimbingan, pengawasan, dan pembinaan secara terus menerus selama 24 jam.62
5.
Keadaan Peserta Didik Yang dimaksud peserta didik adalah mereka yang secara resmi menjadi peserta didik di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village dan terdaftar dalam buku induk sekolah.
62
Zainal Arif dkk, Warta Al-Mawaddah (t.k: Pesantren Putri Al-Mawaddah, 2007), 5-6
59
Adapun pada saat penelitian ini dilakukan, jumlah peserta didik yang ada di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village adalah 274 peserta didik. Untuk kelas VII sebanyak 98 peserta didik, kelas VIII sebanyak 90 peserta didik. Dan kelas IX sebanyak 86 peserta didik. 6.
Sarana dan Prasarana Dalam pelaksanaan aktivitas proses belajar mengajar, terutama di lembaga pendidikan tidak lepas dari beberapa instrumen pembelajaran baik yang langsung berhubungan dengan aktivitas tersebut, maupun yang bersifat infrastruktur atau yang tidak langsung berhubungan. Sarana yang langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar biasanya disebut media pembelajaran, sedangkan yang tidak berhubungan dengan proses belajar mengajar biasanya disebut prasarana pendidikan. Mengenai sarana prasarana pendidikan yang ada di SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village adalah: - Luas area: - jumlah dan kondisi ruangan
1. Tanah a. Sertifikat Nomor : 564 Tahun 1993 dan 242 Tahun 1978 b. Luas Seluruhnya : 10.925 M c. Luas Bangunan
: 2.650 M
d. Status
: Milik Sendiri
60
2. Gedung NO
JENIS RUANG
KONDISI RUANG B
RR
JMLH
RB
1
Ruang Kepala Sekolah
1
2
Ruang Guru
1
3
Ruang TU
1
4
Ruang Kelas
10
5
Ruang Lab komputer
2
6
Ruang Lab bahasa
1
7
Ruang Perpustakaan
1
8
Kantor Administrasi
1
9
Kantor Piket
1
10
UKS
1
Keterangan: B : Baik RR : Rusak Ringan RB : Rusak Berat
7.
Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu hal yang sangat penting bagi suatu lembaga, baik yang formal maupun non formal, hal ini dimaksudkan untuk pembagian tugas di antara pengelola suatu lembaga. Dengan demikian tidak akan terjadi percekcokan di antara pengurus, bahkan dapat dikatakan struktur yang baik akan memperlancar jalannya suatu lembaga. Penyusunan struktur organisasi SMPIT Al-Mawaddah AsSakina Village, diharapkan dapat lebih memudahkan sistem yang
61
telah ditentukan agar tidak terjadi over laping dan penyalahgunaan hak dan kewajiban orang lain. Adapun struktur organisasi SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village adalah sebagai berikut:
62
Struktur Organisasi SMP IT Al-Mawaddah As-Sakinah Vilagge Babadan Ponorogo 2008/2009 KETUA YAYASAN
PENGASUH Dra. SITI AMINAH SAHAL M.Ag
KEPALA SMP IT Drs. A. ZAYADI M.Pd
PIMPINAN K.H Drs.MUCHTAR RM, Sh. M.Ag
KOMITE SEKOLAH M. KURNIA R.A, SEMM
PENGASUHAN EFENDI QOSIM, S.PdI
BIMBINGAN PENYULUHAN MUHAMMAD UDIN S.Sos
PEMBIMBING DEWAN GURU
WAKA KURIKULUM DEWI KUSUMA.N
KEPALA TU Drs. MESMAN ERSAD
WAKA KESISWAAN ASEP JAMALUDDIN S.H
WAKA HUMAS NARYONO, S.PdI
WAKA SARANA PRASARANA A.AZIZ, S.PdI
KEPALA RUMAH TANGGA
WALI-WALI KELAS DAN DEWAN GURU
SANTRIWAN-SANTRIWATI
63
B. Deskripsi Data 1.
Latar belakang dilaksanakannya Pendidikan Agama Islam dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Sebagaimana lembaga pendidikan pada umumnya, SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village juga berusaha meningkatkan kualitas pendidikannya dalam kegiatan pembelajaran, guna mencapai misi pembaharuan mutu pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Waka Kurikulum Bapak Asep Jamaluddin, S.HI dapat diketahui latar belakang dilaksanakannya Pendidikan Agama Islam dengan pola terpadu : SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village senantiasa berusaha meningkatkan kualitas peserta didiknya dengan berbagai cara di antaranya melalui kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Pihak sekolah merupakan kunci sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan mutu pendidikan. Dan berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan pola pembelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih inovatif dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.63
Kondisi
di
lapangan
banyak
ditemukan
dalam
proses
pembelajaran di kelas, guru terlihat aktif berceramah sementara peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat dari papan tulis. Guru belum berupaya maksimal untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran di sekolah untuk memperoleh pembelajaran yang maksimal dan bermakna. Oleh karena itu, di sini guru dituntut untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan berbagai model
63
penelitian ini.
Lihat transkrip wawancara no: 02/2-W/F-1/09-X/2009 dalam lampiran laporan hasil
64
dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Sebagaimana diterangkan juga oleh guru Vak PAI Bapak A. Aziz, S.PdI: Yang melatarbelakangi pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pola terpadu di SMP IT Al-Mawaddah As-Sakinah Village yaitu berusaha meningkatkan kualitas peserta didik melalui kegiatan pendidikan dan pembelajaran dan berusaha untuk tampil kedepan, guna mempelopori “kelahiran kembali” pola kehidupan pesantren sebagaimana awal mula kelahirannya, yang akan dikemas dalm bentuk yang inovatif, representative dan progesif, tanpa harus kehilangan jati diri dan nilai (value) yang menjadi landasan filosofisnya, serta menunjukkan kualitas yang dimiliki yakni dengan pelaksanaan PAI dengan pola terpadu.64
Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan, bahwa latar belakang dilaksanakannya pembelajaran PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village, yakni menyeimbangkan kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan agama yang ideal ditunjang dengan kemampuan berbahasa internasional, bahasa Inggris dan Arab, yang terintegrasi secara utuh sehingga membuka peluang selebar-lebarnya untuk mengembangkan potensi dan prestasi.
2.
Komposisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah asSakinah Village Babadan Ponorogo Merencanakan, merancangkan, dan memprogramkan pada kegiatan
pendidikan
dapat
berupa
berbagai
kegiatan
untuk
mengembnagkan berbagai komponen penunjang dalam kurikulum
64
penelitian ini
Lihat transkip wawancara no : 03/3-W/F-1/07-X/2009 dalam lampiran laporan hasil
65
misalnya: memprogramkan
sistem semester, sistem administrasi,
sistem bimbingan, dan sistem evaluasi. Sedang komponen pokok juga dikembangkan, misalnya struktur program dalam kurikulum, silabus, materi pelajaran, sistem penyampaian, media, dan evaluasi hasil belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Waka Kurikulum: Kurikulum yang digunakan di lembaga ini adalah kurikulum terpadu, yakni memadukan antara SMP (DEPDIKNAS) dengan keagamaan yang disusun oleh tim kurikulum pondok pesantren. Tim kurikulum di SMPIT Al-Mawaddah selalu berusaha merampingkan kedua kurikulum tersebut dengan tujuan mencari efisiensi dan relevansi tujuan pendidikan dan pengajaran di SMPIT.65
Agar dapat melaksanakan dan mencapai target kurikulum pondok dan DEPDIKNAS secara sistematis, maka berdasarkan musyawarah tim kurikulum, komposisi pelajaran yang diberikan secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Materi Umum: PKn, B. Indonesia, B.Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, TIK. Materi Lokal: Hadits, Tafsir, Al-Qur’an, Tajwid, Mahfudhot, Nahwu, Shorof, Sulam Taufiq, Fiqih, B. Arab, Muthola’ah, Tarikh Islam, Tauhid, Imla’, Insya’, Ta’lim Muta’alim, Khot, Bulughul Marom. Sedangkan untuk mata pelajaran PAI yang ada di SMPIT Almawaddah As-Sakinah Village ini terdiri atas pelajaran Fiqh, Hadits, Al-Qur’an, Tajwid, Tafsir, dan Tarikh Islam. Sehingga, mata pelajaran PAI yang diajarkan di SMPIT Al-mawaddah As-
Lihat transkrip wawancara no: 02/2-W/F-1/09-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 65
66
Sakinah Village ini tidak terangkum dalam satu paket mata pelajaran saja, sebagaimana yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya, melainkan dibagi menjadi beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan. Hal ini dikarenakan SMPIT Al-mawaddah AsSakinah Village ini merupakan SMP yang berbasis pesantren. Dikandung maksud, agar santriwan-santriwatinya bisa memahami dan menguasai materi yang diberikan lebih mendalam. 3.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam (tujuan, materi, metode dan penilaian) dengan Pola Terpadu di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu al-Mawaddah as-Sakinah Village Babadan Ponorogo. Dalam kegiatan pembelajaran merupakan tugas guru untuk bisa menentukan suatu cara agar peserta didik yang dibimbingnya bisa meraih prestasi yang baik untuk bidang studi PAI. Oleh karena itu, keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar harus ditonjolkan guna menemukan dan mengungkap atau menjelaskan materi PAI. Salah satu model pembelajaran yang dipakai oleh guru adalah pembelajaran dengan pola terpadu (pembelajaran terpadu). Proses pembelajaran (yang terdiri dari tujuan, materi, metode dan penilaian) PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village yaitu: a) Tujuan Tujuan pembelajaran PAI dengan pola terpadu adalah: untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YME,
67
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaaan
agar
dapat
menumbuhkan
manusia
pembangun yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Sebagaimana
hasil
wawancara
dengan
Waka
Kurikulum: Sebagaimana di sekolah-sekolah pada umumnya, SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village juga memiliki tujuan khusus dari pelaksanaan PAI yakni mempersiapkan kader-kader muslim-muslimah yang berkualitas dalam pembentukan al-mar’u sholih dan al-mar’atus sholiha, berbudi tinggi (moral being), berbadan sehat (phisical being), berpengetahuan luas (intelektual being), berpikiran bebas (social being), berjiwa ikhlas (religious being).66
Dari
tujuan-tujuan
tersebut,
lembaga
ini
mengharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang dapat dipertanggung jawabkan kualitasnya. b) Materi Materi yang merupakan subtansi yang membentuk sesuatu yang dijadikan bahan pemikiran, bahan studi dan bahan ajar. Sebagaimana diterangkan juga oleh Waka Kurikulum: Materi yang digunakan di lembaga ini telah distandarkan dengan stantadar kompetensi yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Yang sedikit menbedakan dari sekolah pada umumnya yaitu SMP IT Al-Mawaddah As-Sakinah Village ini SMP yang berbasis pesantren. Jadi untuk pelajaran PAI dibagi menjadi beberapa bidang studi: Fiqih,
66
Lihat transkip wawancara no : 03/3-W/F-1/07-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
68
Tafsir, Hadits, Tarikh Islam, Al-Qur’an dan Tajwid. Untuk kelas VII dan VIII juga ditambah dengan Ta’lim Muta’alim.67
Dalam pembelajaran, guru memberi pendahuluan, dengan
mengemukakan
tujuan
pembelajaran
dan
menguraikan masalah yang dihadapi. Hal ini dilakukan agar materi yang ada dalam mata pelajaran PAI berpengaruh pada keseharian peserta didik, sehingga peserta didik menjadi manusia yang matang.
c) Metode Dikarenakan materi-materi PAI yang mayoritas merupakan realitas yang ada di kehidupan sehari-hari, diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai. Setelah
penulis
melakukan
wawancara
dengan
beberapa guru bidang studi dan observasi di lapangan ada beberapa strategi pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di lembaga ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi PAI Ibu Umi Sa’idah, S.Ag dan Bapak Naryono serta dipertegas oleh Bapak Asep Jamaluddin, S.HI: Beberapa metode yang digunakan di lembaga ini diantaranya: ceramah (ilqoiyah), Critical Insiden (pengalaman penting), inquiring mind want to know (melihat pengetahuan siswa), learning starts with a
67
Lihat transkrip wawancara no: 03/3-W/F-1/07-X/2009 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
69
question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan), peer lesson (mengajar sesama teman), dan Tanya Jawab.68
Dari
beberapa
metode
di
atas,
pelaksanaan
pembelajaran PAI memadukan beberapa metode agar kelas lebih hidup. Yang dilakukan pendidik atau guru bidang studi adalah memadukan metode-metode tersebut. Pendek kata, sebelum menggunakan suatu metode, hendaknya pendidik atau guru mempertimbangkan secara matang faktor-faktor yang terkait dengannya, seperti tujuan setiap materi, latar belakang individual peserta didik, serta situasi dan kondisi berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Di samping itu, pribadi pendidik atau guru mempunyai peranan penting dalam memilih metode pendidikan apapun, sebagaimana dikemukakan K.H. Imam Zarkasyi, “metode lebih penting daripada materi, tetapi pribadi guru lebih penting dibanding metode”.69
d) Penilaian Penilaian yang digunakan dalam menentukan hasil belajar siswa adalah menilai kemampuan siswa dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan materi yang diperoleh dalam mata pelajaran PAI. Adapun teknik yang 68
Lihat transkrip wawancara no: 17/17-W/F-1/10-X/2009 dalam lampiran laporan hasil
penelitian ini 69
270.
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999),
70
digunakan penulis adalah dengan menggunakan hasil wawancara dengan guru Vak. PAI, beberapa guru mata pelajaran yang terkait, observasi dalam proses belajar mengajar yang berlangsung, dan dokumen proses belajar mengajar PAI baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Untuk penilaian ini, penulis sengaja memfokuskan pada kelas VII, karena untuk mata pelajaran PAI yang dipelajari di kelas VII merupakan mata pelajaran yang lebih lengkap dibandingkan dengan kelas VIII dan IX. Untuk kelas VIII dan IX pelajaran PAI nya sudah berbeda, karena kurikulum atau buku yang digunakan mengikuti kurikulum Gontor yang berbahasa Arab.70 Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami dan menguasai bahasa Arab. Kemampuan peserta didik mencakup 3 ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun kemampuan peserta didik tersebut dapat diketahui dari hasil wawancara dan observasi dalam memahami materi PAI menggunakan pola/pembelajaran terpadu melalui data berikut: 1) Ranah Kognitif Kemampuan
dalam
ranah
kognitif
dapat
diketahui melalui data nilai peserta didik dalam memahami materi PAI menggunakan pola terpadu. 70
penelitian ini
Lihat transkrip wawancara no : 03/3-W/F-1/07-X/2009 dalam lampiranlaporan hasil
71
Dari 10 informan yang dimintai keterangan menyebutkan antusiasnya dalam pelajaran PAI dengan bertanya demi menemukan pemahaman yang jelas71 banyak
membaca
untuk
berlatih
pembentukan
pengetahuan baru dari berbagai referensi,72 mencoba menemukan jawaban dari referensi yang dimiliki,73 meningkatkan memori jangka panjang.74 Dengan bukti 5 informan di antaranya berani mengungkapkan nilai raport yang diterimanya. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan PAI dengan pola terpadu juga membantu peserta didik memupuk kepercayaan diri mereka.
2) Ranah Afektif Kemampuan dalam ranah afektif dapat diketahui melalui hasil observasi peneliti, yang menunjukkan bagaimana peserta didik bersikap dengan orang lain baik dalam kelas maupun di luar kelas. Serta dapat dapat diketahui juga dari hasil interview dengan guru 71
Lihat transkrip wawancara no : 05/5-W/F-3/05-X/2009 dalam lampiranlaporan hasil
penelitian ini 72
Lihat transkrip wawancara no : 06/6-W/F-3/11-X/2009 dalam lampiranlaporan hasil
penelitian ini 73
Lihat transkrip wawancara no : 08/8-W/F-3/11-X/2009 dalam lampiran hasil laporan
penelitan ini. 74
penelitan ini.
Lihat transkrip wawancara no: 07/7-W/F-3/11-X/2009 dalam lampiran hasil laporan
72
mata pelajaran, serta observasi yang berkelanjutan. Guru mata pelajaran menyatakan bahwa: Pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pola terpadu membantu mereka/peserta didik untuk lebih bersosialisasi dengan teman-teman sekelas pada khususnya, dan masyarakat luas pasa umumnya. Bisa dilihat ketika mareka melakukan diskusi di 75 kelas.
Sebagaimana pada mata pelajaran Fiqih, peserta didik berdiskusi tentang materi yang diberikan guru, salah seorang peserta didik menjelaskan serta berbagi pengalaman yang bersangkutan dengan materi yang dikaji
sedangkan
yang
lain
menyimak
dan
mendengarkan. Ketika dalam pembahasan ada yang kurang memahami dan bertanya pada teman dalam kelompoknya, dikarenakan keragaman karakter peserta didik kadang kala ada yang malu bertanya pada guru dan lebih terbuka pada teman. Sebagaimana yang diungkapkan bapak A. Aziz: Nilai yang dihasilkan dari ranah kognitif saja tidak cukup untuk memberikan nilai akhir peserta didik, hal itu masih dianggap masih kurang, sehingga dari segi suluk (afektif) juga dinilai, sehingga nilai akhirnya juga berubah.76
Pengakuan keberadaan peserta didik dalam kelas yang
notabene
terdiri
dari
karakteristik
yang
berbeda/keragaman karakteristik peserta didik, sangat
75
Lihat transkrip wawancara no: 17/17-W/F-1/11-X/2009 dalam lampiran hasil laporan
penelitan ini. 76
penelitian ini
Lihat transkrip wawancara no : 03/3-W/F-1/07-X/2009 dalam lampiranlaporan hasil
73
mempengaruhi peserta didik untuk belajar bagaimana cara mengambil sikap yang tepat. 3) Ranah Psikomototik Kemampuan dalam ranah psikomotorik dapat diketahui melalui hasil observasi peneliti secara berkelanjutan, bagaimana peserta didik mengamalkan pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan guru mata pelajaran dan guru asuh yang menyatakan bahwa dengan pelaksanaan PAI dengan pola terpadu sangat membantu peserta didik untuk lebih siap berada dalam berbagai situasi77 yang terjadi pada saat ini atau yang akan datang. Peserta didik melaksanakan dan mengamalkan shalat berjama’ah yang mana merupakan penerapan materi yang diperoleh, khususnya pelajaran PAI. Dari penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan PAI dengan pola terpadu yang diterapkan dari perpaduan berbagai strategi dan materi yang berkaitan yang dilaksanakan oleh lembaga ini merupakan bukti bahwa pelaksanaan PAI dengan pola terpadu yang selama ini dikenal sebagai model belajar 77
penelitan ini.
Lihat transkrip wawancara no: 07/7-W/F-3/11-X/2009 dalam lampiran hasil laporan
74
mata pelajaran eksak yang bersifat pasti juga bisa diterapkan dalam mata pelajaran yang bersifat sosial masyarakat seperti halnya PAI khususnya di kelas VII SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village 2008-2009. Diakui atau tidak, pola terpadu memang lebih menekankan pada ranah kognitif peserta didik atau bagaimana peserta didik berfikir.
75
BAB IV ANANLISIS TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN POLA TERPADU DI SMPIT AL-MAWADDAH AS-SAKINAH VILLAGE BABADAN PONOROGO
Sebagai tindak lanjut dari paparan data, akan dikemukakan analisis data yang berhubungan dengan paparan data khusus (rumusan masalah). Adapun analisa data tersebut adalah sebagai berikut: A. Hal-hal yang Melatarbelakangi dilaksanakannya PAI dengan Pola Terpadu di SMP IT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village, penulis dapat menyimpulkan latar belakang dilaksanakannya PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village adalah sebagai berikut: Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang secara spesifik tumbuh dan berkembang di Indonesia. Eksistensinya dalam pembinaan sumber daya manusia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membawa perjalanan bangsa sampai saat ini. Krisis multidimensional yang mendera bangsa Indonesia benar-benar membawa dampak serius dalam segala aspek kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya dunia pendidikan sebagai wahana pembinaan generasi muda.
76
Pesantren dengan segala kekhasannya sebagai salah satu lembaga pendidikan yang ada di Indonesia akhirnya menjadi solutif dunia pendidikan. Karena itulah, pesantren akhirnya dituntut dapat memberikan solusi dan menjawab tantangan degradasi moral yang sedang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Banyaknya pola pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan, SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village berusaha tampil ke depan, mempelopori dan membidani “kelahiran kembali” pola kehidupan pesantren sebagaimana awal mula kelahirannya, yang dikemas dalam bentuk yang lebih inovatif, representatife dan progresif tanpa harus kehilangan jati diri dan nilai yang menjadi nilai filosofisnya dalam membentuk sebuah lembaga pendidikan terpadu, pembelajarannya menggunakan pola terpadu yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu waktu, meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara lebih bermakna, serta berusaha memusatkan pembelajaran pada peserta didik. Hal ini sesuai dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran terpadu yang tertera di bab II; pembelajaran terpusat pada anak, menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, belajar melalui proses pengalaman langsung, meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna, menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, serta mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.
77
Data di atas menunjukkan ada persesuaian antara latar belakang dilaksanakannya pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran terpadu yang dipaparkan oleh Anwar kholil. Dari sini dapat diketahui latar belakang pelaksanaan PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village dilakukan, yakni selayaknya mata pelajaran lain yang berusaha meningkatkan mutu, maka PAI juga berusaha meningkatkan mutunya. Pihak sekolah SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village mengambil pembelajaran dengan pola terpadu untuk pelajaran PAI guna meningkatkan kualitasnya, B. Komposisi Kurikulum PAI dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Dari data hasil penelitian yang peneliti lakukan di SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village, peneliti dapat menyimpulkan komposisi kurikulum PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village adalah sebagai berikut: Dengan dilaksanakannya pembelajaan PAI dengan pola terpadu, SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village terus berusaha meningkatkan mutu dan kualitasnya. Karena pembelajaran terpadu tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan pembelajaran PAI di SMPIT AlMawaddah. Hal itu terbukti dengan adanya penerapan pembelajaran terpadu yang memadukan beberapa pokok bahasan dalam pelajarannya. Komposisi kurikulum yang digunakan di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village ini merupakan kurikulum terpadu yakni perpaduan antara
78
materi pelajaran SMP (DEPDIKNAS) dengan materi keagamaan yang disusun oleh tim kurikulum pondok pesantren. Selanjutnya, diolah berdasarkan integrasi keilmuan yang non-dikotomis antara ilmu umum dan ilmu agama serta memadukan beberapa pokok bahasan. Komposisi mata pelajaran PAI yang ada di SMP IT Al-mawaddah AsSakinah Village ini terdiri atas pelajaran Fiqh, Hadits, Al-Qur’an, Tajwid, Tafsir, dan Tarikh Islam. Sehingga, mata pelajaran PAI yang diajarkan di SMPIT Al-mawaddah As-Sakinah Village ini tidak terangkum dalam satu paket mata pelajaran saja, sebagai mana yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya, melainkan dibagi menjadi beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan (All in One). Hal ini dikarenakan SMPIT Al-mawaddah As-Sakinah Village ini merupakan SMP yang berbasis pesantren. Pembentukan seperti ini dikandung maksud, agar santriwan-santriwatinya bisa memahami dan menguasai materi yang diberikan lebih mendalam. Dengan begitu, tujuan dari pembelajaran terpadu dengan visi dan misi SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village bisa tercapai. Dari data di atas, dapat diketahui ada kesesuaian antara kurikulum yang dilaksanakan di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village dengan Integrated curriculum yang dibahas oleh Prof. Drs. H. Dakir dalam bukunya perencanaan dan pengembangan kurikulum. Hal tersebut mengindikasikan bahwa, pelaksanaan pembelajaran dengan pola terpadu dalam mata pelajaran PAI dapat lebih mempermudah dalam pemahaman peserta didik di SMPIT Al-Mawaddah. Karena pada
79
prinsipnya, pembelajaran dengan pola terpadu terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuan peserta didik secara optimal. Sehingga dengan pola
tersebut tujuan PAI akan lebih mudah untuk dicapai. Sejauh ini SMPIT Al-Mawaddah berusaha semaksimal mungkin dalam menerapkan pola terpadu tersebut. Meskipun belum semuanya dapat diaplikasikan di SMPIT Al-Mawaddah. Dalam hal ini pihak sekolah benarbenar memperhatikan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di lembaganya. Usaha tersebut termasuk dalam rangka meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam dan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum yang sudah berlaku juga menghendaki perbaikan, satu jam pelajaran tidak mencukupi hanya dalam 40 menit saja. Hal ini sesuai dengan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran terpadu, fleksibelitas kurikulum memang masih sulit diterima apalagi bagi guru yang terbiasa dengan kurikulum yang terkontrol. Solusi untuk masalah ini dituntut adanya kerjasama antara sekolah dan Dinas Pendidikan setempat. Dapat disimpulkan bahwa, kurikulum PAI dengan pola terpadu yang dilaksanakan di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village sudah berjalan cukup baik, meskipun pembelajaran dengan pola tersebut belum semuanya dapat diterapkan. Dalam hal ini pihak sekolah terus berusaha untuk meningkatkan dan menerapkan pembelajaran dengan pola terpadu.
80
C. Proses Pembelajaran PAI Dengan Pola Terpadu di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village Proses pembelajaran PAI dengan pola terpadu di SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village yang terdiri dari tujuan , materi, metode, dan penilaian dapat diketahui : a. Tujuan ini ditentukan oleh pendidik sebagai orang yang mengarahkan
proses pendidikan. Karena tujuannya berkaitan erat dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh pendidik dalam hidupnya. Sedangkan pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembalajaran yang telah ditetapkan juga mengharapkan peserta didik meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna, menumbuhkembangkan keterampilan sosial. Berdasarkan data di lapangan sebagaimana dilaksanakan di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village selain berorientasi pada penanaman nilai akhlak yang membiasakan peserta didik untuk berperilaku sopan, menumbuhkan rasa iman dan meningkatkan pendalaman pengetahuan tentang Agama Islam, juga mempersiapkan kader-kader muslim-muslimah yang berkualitas dalam pembentukan al-mar’u sholih dan al-mar’atus sholiha, berbudi tinggi (moral being), berbadan sehat (phisical being), berpengetahuan luas (intelektual being), berpikiran bebas (social being), berjiwa ikhlas (religious being). Di samping itu juga meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna, mengembangkan keterampilan
menemukan,
mengolah,
dan
memanfaatkan
informasi,
81
menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan minat dalam belajar. Data di atas sesuai dengan tujuan pembelajaran terpadu yang telah dipaparkan penulis
dalam
bab
II;
Meningkatkan
pemahaman
konsep
yang
dipelajarinya secara lebih bermakna, mengembangkan keterampilan menemukan,
mengolah,
danmemanfaatkan
informasi,
menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, menumbuhkembangkan keterampilan
sosial
seperti
kerja
sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain, meningkatkan minat dalam belajar, memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dankebutuhannya. Dengan demikian dapat disimpulkan tujuan pelaksanaan pembelajaran PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-Mawaddah As-Aakinah Village baik. Dengan adanya tujuan yang sudah jelas dan ditargetkan, maka pendidik akan mudah dalam menilai peserta didik, sejauh mana kemampuan mereka dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan apa yang mereka peroleh dari pembelajaran PAI. b. Sebagaimana dilaksanakan di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village materi PAI dengan pola terpadu secara teoritis sudah sesuai dengan
82
standar penyampaian materi, akan tetapi perlu diingat oleh pengajar bahwa materi yang disampaikan merupakan salah satu di antara beberapa materi yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan PAI. Materi yang diajarkan di lembaga ini juga sedikit berbeda dengan lembaga-lembaga pada umumnya, yang mana pelajaran PAI itu merupakan satu kesatuan dari beberapa pelajaran (Fiqh, SKI, Aqidah Akhlaq, Qur`an Hadits) yang terangkum dalam satu pelajaran. Karena lembaga ini berbasis pesantren, PAI bukannya disatukan sebagaimana di lembaga lain melainkan dipisah ke dalam pelajaran sendiri. Dalam artian pelajaran fiqih itu berbeda pengajar dengan SKI/Tarikh Islam. Jadi, setiap pelajaran yang terangkum di bawah naungan PAI itu memiliki pengajar
sendiri,
meskipun
pengajarnya
berbeda
tetapi
saling
berkomunikasi untuk mengaitkan materi-matrei yang akan disampaikan. Sehingga pemahaman peserta didik akan materi yang disampaikan lebih mendalam. Dengan demikian dapat diketahui bahwa materi-materi yang disampaikan oleh guru baik. c. Dari data penelitian yang peneliti temukan di lapangan, sebagaimana dilaksanakan di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village ada beberapa strategi pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di lembaga ini, diantaranya : ceramah (ilqoiyah), Critical Insiden (pengalaman penting), inquiring mind want to know (melihat pengetahuan siswa), learning starts with a question (pembelajaran
83
dimulai dengan pertanyaan), peer lesson (mengajar sesama teman), dan Tanya Jawab. Data di atas menunjukkan bahwasannya strategi pembelajaran yang digunakan di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village menggunakan beberapa strategi active learning yang di adopsi dari buku Mel Silberman Active Laerning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Metode merupakan cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam, mempunyai kedudukan penting dalam pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang memberi makna pada materi, tanpa metode materi pelajaran tidak dapat berproses karena metode mengajar salah satu komponen dari proses pendidikan, alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, dan merupakan kebulatan dalam suatu sistem pendidikan. Dengan adanya beberapa metode di atas, guru lebih mudah dalam memadukannya sehingga selain materi yang berkaitan dan perpaduan dari metode-metode yang biasanya digunakan, juga menjadikan peserta didik terpusat dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan metode dan karakteristik pembelajaran terpadu yang berpusat pada peserta didik, merupakan sistem yang pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada peserta didik secara individual atau kelompok. Peserta didik dapat aktif mencari, menggali, dan manemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
84
Data di atas menunjukkan ada persesuaian antara metode yang digunakan guru-guru SMPIT Al-Mawaddah dengan karakteristik pembelajaran terpadu. Dalam hal ini metode yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajran PAI di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village cukup baik. d. Sistem penilaian PAI dengan pola terpadu, sebagaimana dilaksanakan di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village dapat diketahui melalui kemampuan peserta didik dalam setiap ranah: 1) Ranah Kognitif Kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi PAI dengan pola terpadu, dapat memupuk pemahaman peserta didik lebih jelas tentang suatu konsep dan ide di mana peserta didik terlibat secara langsung dalam membentuk pengetahuan yang baru. Hasil dari proses pemahaman konsep dapat melatih ingatan jangka panjang peserta didik. Berdasarkan hasil data di lapangan menyatakan 7 informan dari 12 peserta didik mampu memahami materi yang diberikan guru. Hal tersebut dikarenakan guru mengajar selalu mengikutsertakan peserta didik secara aktif, dan memberi bimbingan dan arahan yang bisa dipahami. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi-materi PAI disampaikan guru baik. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran terpadu yang menjadikan peserta didik aktif dan berperan sebagai aktor dan guru
85
sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Dari kegiatan tersebut guru dapat menilai peserta didik, bagaimana kemampuan peserta didiknya. 2) Ranah Afektif Kesanggupan peserta didik untuk selalu bersikap baik terhadap orang lain. Dalam pembelajaran terpadu, peserta didik dapat meningkatkan kecakapan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna, mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi, menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan, dan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain, serta meningkatkan minat dalam belajar. Berdasarkan data di lapangan dari 12 informan 8 di antaranya menyatakan bahwa pelaksanaan PAI dengan pola terpadu membantu mereka untuk lebih mudah bersosialisasi baik di dalam maupun di luar kelas, hal ini terbukti dengan hasil observasi peneliti dan data yang diperoleh peneliti di lapangan. Ketika berada di dalam kelas peserta didik berani bertanya dengan teman satu kelompok kecilnya yang lebih memahami materi yang diberikan, yang mana bila berada di lingkungan yang lebih besar seperti kelas dia malu bertanya. Untuk di luar kelas hal ini juga terbukti dengan adanya belajar malam perkelompok sesama teman atau pengurus kamar dan terkadang dibimbing oleh guru asuh. Sehingga hal ini membantu peserta didik agar lebih mudah mengambil
86
sikap dalam keragaman karakter. Maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan peserta didik dalam ranah afektif baik. 3) Ranah Psikomotorik Kemampuan peserta didik dalam mengamalkan pengetahuan yang diperoleh dari mata pelajaran PAI dengan pola terpadu dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini akan meningkatkan kepahaman peserta didik untuk terus belajar sepanjang hayat dan lebih siap menghadapi situasi yang mungkin terjadi. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari hasil observasi dan interview dengan guru asuh bahwasannya kemampuan peserta didik dalam mengamalkan pengetahuan yang diperoleh dari mata pelajaran PAI bisa dikatakan mencapai tujuan. Hal ini terbukti dengan peserta didik melaksanakan shalat berjama’ah di masjid, walaupun itu termasuk disiplin sekolah tetapi merupakan wujud pengamalan dari mata pelajaran PAI yang diamalkan peserta didik. Pada hari Senin dan Kamis juga 9 dari 12 informan menyatakan melaksanakan puasa sunnah. Begitu juga etika peserta didik dengan guru pun terbukti menujukkan etika yang baik. Karena memang semua materi yang diajarkan dalam mata pelajaran PAI adalah realita. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan peserta didik di SMPIT Al-Mawaddah dalam ranah psikomotorik baik. Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAI dengan pola terpadu adalah baik.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil analisis data yang peneliti lakukan mengenai pelaksanaan PAI dengan pola terpadu di SMPIT Al-mawaddah As-Sakinah Village Babadan Ponorogo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Yang melatar belakangi pelaksanaan PAI dengan pola terpadu adalah SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village berusaha tampil ke depan guna meningkatkan mutunya. Dengan mengambil pola terpadu untuk pelajaran PAI.
2.
Komposisi kurikulum yang digunakan di SMPIT Al-Mawaddah AsSakinah Village ini merupakan kurikulum terpadu, yakni perpaduan antara materi SMP (DEPDIKNAS) dengan materi keagamaan yang disusun oleh tim kurikulum pondok pesantren.
3.
Proses Pembelajaran PAI Dengan Pola Terpadu di SMPIT AlMawaddah As-Sakinah Village e. Tujuan,
berorientasi
membiasakan
peserta
menumbuhkan
rasa
pada
penanaman
didik iman
dan
untuk
nilai
akhlak
berperilaku
meningkatkan
yang sopan,
pendalaman
pengetahuan tentang Agama Islam, juga mempersiapkan kaderkader muslim-muslimah yang berkualitas dalam pembentukan almar’u sholih dan al-mar’atus sholiha, berbudi tinggi (moral being),
88
berbadan sehat (phisical being), berpengetahuan luas (intelektual being), berpikiran bebas (social being), dan berjiwa ikhlas (religious being). f. Materi, materi yang digunakan di lembaga ini telah distandarkan
dengan stantadar kompetensi yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Yang sedikit menbedakan dari sekolah pada umumnya yaitu SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village ini SMP yang berbasis pesantren. g. Strategi
pembelajaran
yang
digunakan
dalam
pelaksanaan
pembelajaran PAI di lembaga ini, diantaranya : ceramah (ilqoiyah), Critical Insiden (pengalaman penting), inquiring mind want to know (melihat pengetahuan siswa), learning starts with a question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan), peer lesson (mengajar sesama teman), dan Tanya Jawab. h. Penilaian, (1) Kognitif, peserta didik terlatih dan kreatif dalam memadukan materi yang disampaikan, (2) Afektif, peserta didik mudah bersosialisasi baik di dalam maupun di luar kelas, (3) Psikomotorik, hasil belajar yang tercermin dalam kehidupan seharihari. Dengan demikian dapat dikatakan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan pola terpadu adalah baik.
89
B. Saran 1.
Bagi SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Babadan Ponorogo untuk lebih peka dan merespon perkembangan dalam dunia pendidikan agar mampu bersaing di era global. Dan untuk lebih meningkatkan kualitas serta tidak menutup diri dari segala perkembangan yang ada di dunia pendidikan agar tetap diterima di tengah-tengah masyarakat dan semakin dipercaya oleh masyarakat luas sebagai suatu lembaga pendidikan Islam yang mampu mencetak generasi unggul, berdedikasi tinggi, terampil, kreatif, inovatif dan mandiri yang mampu menjalin kemitraan (ukhuwah) atas ridla Allah sesuai dengan visi dan misi SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village Babadan
Ponorogo.
Serta
untuk
tidak
meninggalkan
sistem
pendidikan lama yang dianggap perlu agar tidak kehilangan arah atau ciri khas pesantren dan tidak kehilangan jati diri sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam. 2.
Bagi kepala sekolah agar lebih memantau kegiatan peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, praktek atau amaliah peserta didik di sekolah lebih ditekankan sehingga peserta didik lebih memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya.
3.
Bagi ustadz dan ustadzahnya agar lebih meningkatkan kompetensi pedagogik, kepribadian sosialnya sehingga menjadi pendidik yang
90
professional dan menjadi suri tauladan yang baik (uswah hasanah) di lingkungan SMPIT Al-Mawaddah As-Sakinah Village. 4.
Bagi peserta didik untuk lebih giat dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di SMPIT Al-Mawaddah As-Sakina Village Bababdan Ponorogo sehingga dapat meneruskan perjuangan dan syi’ar agama Islam serta mengemban amanah sebagai khâlifah Allah SWT. Di muka bumi.