1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan gugusan kepulauan terbesar di dunia. Secara geografis Indonesia terletak diantara dua benua, Asia dan Australia, serta terletak diantara dua samudera, Pasifik dan Hindia. Meskipun tersimpan kekayaaan alam dan keindahan alam yang luar biasa, Bangsa Indonesia perlu menyadari bahwa wilayah nusantara ini terletak di pertemuan 3 lempeng aktif dunia, lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Menurut Sutikno (dalam Marfai et al., 2007), posisi Indonesia yang berada di pertemuan tiga lempeng ini menyebabkan wilayah Indonesia berpotensi terhadap ancaman bencana alam geologi seperti gempa bumi dan tsunami. Sumatera Barat adalah salah satu area di Indonesia yang memiliki risiko tinggi untuk gempa bumi dan tsunami yang dikenal dengan Mentawai Megathrust. (Gambar 1.1). Batas lempeng berada sekitar 250-300 km barat Padang dan merupakan zona tektonik yang sangat aktif di dunia.
Gambar 1. 1 Sunda Megathrust menyebabkan gempa bumi dan tsunami besar di Sumatera Barat Sumber : LIPI-EOS (2012)
1
2
Menurut hasil penelitian LIPI dan Earth Observational Singapore, sunda megathrust ini berpotensi menyebabkan gempa bumi besar. Hal ini dikarenakan kedua lempeng bergerak saling menekan satu sama lain dengan kecepatan ratarata 5.7 cm per tahun, tetapi gaya gesek membuatnya terkunci. Lempeng-lempeng ini di dua sisi sunda megathrust menjadi lengkung seperti cabang pohon kalau seorang berdiri di atasnya. Karena kedua lempeng ini melengkung, energi tersimpan di dalamnya. Para Peneliti memperkirakan bahwa di bagian utara sunda megathrust di Provinsi Sumatera Barat masih banyak energi yang tersimpan (gambar 1.2). Semua energi bisa dilepaskan melalui satu gempa bumi besar 8.8 SR
Gambar 1.2 Energi yang sudah tersimpan akan dilepaskan saat gempa Sumber : LIPI-EOS (2012) Menyadari akan potensi bencana gempa bumi dan tsunami Mentawai Megathrust ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah melakukan berbagai
3
upaya mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kesiapsiagaan rumah sakit dalam menanggulangi kejadian bencana. Rumah Sakit memiliki peran yang sangat penting dalam masa tanggap darurat bencana. Menurut UNDP (2008),
diantara infrastruktur pelayanan
kesehatan, rumah sakit adalah penanggung jawab utama dalam penyelamatan hidup korban bencana. Ketika bencana terjadi, masyarakat korban bencana mengandalkan rumah sakit untuk memberikan pelayanan medis yang cepat dan efektif kepada banyak korban dan juga bertindak sebagai sarana vital untuk melakukan diagnosis, tindakan medis, follow up baik itu fisik maupun psikologi untuk mengurangi kesakitan dan kematian. Dalam kejadian bencana alam, fasilitas kritis termasuk rumah sakit harus mampu melindungi masyarakat dan penduduk yang terkena bencana, terutama pada saat tanggap darurat. Kemampuan rumah sakit untuk tetap dapat berfungsi tanpa gangguan dalam kondisi darurat adalah persoalan hidup dan mati. Menjadi hal yang sangat penting bahwa semua rumah sakit memiliki struktur bangunan yang kuat dan tahan terhadap bencana, peralatan dan perabot tidak rusak, elemen kritis seperti air, listrik, gas medis tetap berfungsi, dan tenaga kesehatan mampu memberikan pertolongan maksimum ketika dibutuhkan. Oleh karena pentingnya peran rumah sakit dalam penanggulangan bencana, Badan Penanggulangan Bencana daerah Sumatera Barat atas kajian Pusdalops PB Sumatera Barat telah menetapkan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah di Kota Padang sebagai rumah sakit rujukan Mentawai Megathrust. Oleh karena itu, penting untuk diketahui lebih
4
lanjut, bagaimana kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah untuk mengantisipasi ancaman Mentawai Megathrust ini. 1.2 Permasalahan Penelitian Dari uraian latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa kota Padang memiliki potensi bencana gempa bumi dan tsunami yang tinggi. Rumah sakit memiliki peran vital dalam penyelamatan jiwa manusia pada saat darurat bencana. Agar dapat berfungsi maksimal pada saat terjadi bencana, maka rumah sakit perlu memiliki kesiapsiagaan dan merencanakan penanggulangan bencana di rumah sakit. Konsep kesiapsiagaan rumah sakit dalam menanggulangi bencana telah dikembangkan oleh PAHO/WHO. Di Indonesia sendiri juga telah dikembangkan rencana rumah sakit dalam menanggulangi bencana yang dipelopori oleh Pusat kebijakan manajemen kesehatan FK UGM. Rencana penanggulangan bencana rumah sakit yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan RI merupakan adopsi dari hospital disaster plan yang telah dikembangkan oleh PKMK FK UGM. Berdasarkan hal ini, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana status kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah dalam mengantisipasi ancaman gempa dan tsunami Mentawai Megathrust mengacu konsep
kesiapsiagaan
rumah
sakit
PAHO/WHO
dan
konsep
rencana
penanggulangan bencana di rumah sakit PKMK FK UGM? 2. Apakah kendala yang dihadapi Rumah Sakit Islam Siti Rahmah dalam menerapkan kesiapsiagaan rumah sakit dalam menanggulangi bencana? 3. Apakah ada rekomendasi kebijakan bagi Rumah Sakit Islam Siti Rahmah untuk meningkatkan kesiapsiagaan Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana?
5
1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana sudah pernah dilakukan,tetapi di Indonesia masih jarang ada penelitian terkait kesiapsiagaan rumah sakit. Penelitian terdahulu tentang kesiapsiagaan rumah sakit dalam menanggulangi bencana berdasarkan metode penelitiannya dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu penelitian kesiapsiagaan rumah sakit dengan survey administrasi, observasi dan studi kasus. Kelompok pertama, yaitu penelitian kesiapsiagaan rumah sakit dengan survey administrasi. Berdasarkan instrumen penelitiannya dapat lagi dibagi menjadi dua yaitu ada yang menggunakan checklist dan kuesioner. Penelitian kesiapsiagaan rumah sakit dengan survey administrasi dengan instrumen checklist antara lain dilakukan oleh Higgins (2004) menilai kesiapsiagaan di rumah sakit di Kentucky dengan pedoman menggunakan Mass Casualty Disaster Plan Checklist. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapsiagaan rumah sakit di Kentucky masih dalam tahap awal perkembangan. Liu (2010), mengevaluasi kinerja rumah sakit dalam merespon bencana di Taiwan menggunakan tool DEA (data envelopment analysis). Hasil penelitian ini menemukan bahwa kinerja rumah sakit swasta lebih baik daripada rumah sakit pemerintah dalam merespon bencana, dan rumah sakit pusat lebih baik kinerjanya dalam merespon bencana daripada rumah sakit daerah. Penelitian kesiapsiagaan rumah sakit dengan survey administrasi dengan instrumen kuesioner dilakukan antara lain oleh Manley (2006) meneliti tentang kesiapsiagaan rumah sakit di rural area. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rumah sakit di rural area di amerika masih dalam kategori belum siap
6
dalam menghadapi bencana. Stander (2011), meneliti rencana kesiapsiagaan rumah sakit di Western Cape, Afrika Selatan dengan instrumen penelitian menggunakan self reported hospital asssessment questionnare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rumah sakit di Afrika telah memiliki rencana penanggulangan bencana di rumah sakit. Li (2008) menilai kesiapsiagaan di 4 kota di China: Beijing, Shandong, Guangxi, dan Hainan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini adalah kesiapsiagaan rumah sakit di China masih dalam tahap awal pengembangan. Mulyasari (2013) menilai kesiapsiagaan rumah sakit di Jepang dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitiannya menemukan bahwa mayoritas rumah sakit di jepang sudah baik dalam hal kesiapan fungsional, sementara kesiapan struktural,non struktural dan sumber daya manusia masih perlu ditingkatkan. Kelompok kedua yaitu penelitian kesiapsiagaan rumah sakit dengan observasi. Penilaian dengan observasi pun ada dua jenis yaitu observasi gladi penanggulangan bencana di rumah sakit dan observasi pelaksanaan table top exercise. Observasi gladi penanggulangan bencana di rumah sakit untuk menilai kesiapsiagaan rumah sakit antara lain pernah diteliti oleh Kaji (2008) dengan drill evaluation tool yang dikembangkan oleh John Hopkins University. Observasi pelaksanaan table top exercise antara lain pernah diteliti oleh Djalali (2012) yang menganalisis sistem komando tanggap darurat rumah sakit di Iran dengan studi observasi kinerja dengan metode table top exercise. Hasil penelitian ini menemukan bahwa Kesiapsiagaan rumah sakit di Iran masih sangat rendah.
7
Kelompok ketiga yaitu penelitian kesiapsiagaan rumah sakit melalui analisis studi kasus. Penerapan dengan metode ini antara lain pernah dilakukan oleh Valesky (2010) Penilaian kesiapsiagaan rumah sakit menjelang 2010 FIFA World Cup menggunakan Internet-Based Long Distance Table Top drill. Long Distance Table Top Drill exercise ini dilakukan dengan menggunakan gladi berdasarkan skenario. Stimulus skenario dikirim dengan menggunakan email, dan harus dikembalikan 3 hari setelah dikirim. Secara keseluruhan kesiapsiagaan rumah sakit sudah bagus
dalam hal perlengkapan rumah sakit dan rencana
penaggulangan bencana. Sementara terkait keamanan, hubungan masyarakat, dan komunikasi masih perlu ditingkatkan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui status kesiapsiagaan Rumah Sakit Islam Siti Rahmah dalam mengantisipasi ancaman gempa bumi dan tsunami Mentawai Megathrust mengacu konsep yang dikembangkan oleh PAHO/WHO dan konsep PKMK FK UGM. 2. Menganalisis kendala yang dihadapi Rumah Sakit Islam Siti Rahmah dalam menerapkan kesiapsiagaan rumah sakit dalam menanggulangi bencana. 3. Memberikan rekomendasi kebijakan terkait rencana kesiapsiagaan rumah sakit dalam penanggulangan bencana mengantisipasi Ancaman Mentawai Megathrust. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada : 1. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat
8
Sebagai masukan bagi pemerintah daerah untuk pengambilan kebijakan terkait peningkatan kesiapsiagaan sektor kesehatan dalam penanggulangan bencana, terutama rumah sakit. 2. Bagi Rumah Sakit di Kota Padang Sebagai masukan bagi rumah sakit untuk mengetahui status kesiapsiagaan rumah sakit, untuk selanjutnya dapat meninjau ulang kapasitas yang dimiliki rumah sakit, dan dapat melakukan perbaikan terhadap rencana kesiapsiagaan rumah sakit dalam mengantisipasi ancaman Mentawai Megathrust.