1
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani yang dapat dijangkau oleh lapisan masyarakat secara luas. Sejarah dengan meningkatnya jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan, permintaan produk peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 diperkirakan penduduk Indonesia akan meningkat dua kali lipat jumlahnya menjadi ±400 juta jiwa. Indonesia memerlukan tambahan ketersediaan bahan pangan lebih dari dua kali lipat dari kebutuhan saat ini, termasuk ketersediaan telur ayam. Beberapa usaha diperlukan untuk meningkatkan populasi dan produktifitas ayam petelur. Produktifitas ayam petelur dapat ditingkatkan diantaranya dengan memperbaiki manajemen pemeliharaan, pakan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit.
Tujuan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memahami manajemen pemeliharaan ayam petelur usia 22 minggu di PT Janu Putra Farm Srunen Glagaharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta.
2
Manfaat Praktek Kerja Lapangan (PKL) memberi manfaat aplikasi yang diajarkan di bangku perkuliahan maupun di peternakan ayam petelur lainnya yang nantinya bisa memberi informasi selengkap mungkin yang dapat digunakan oleh para peternak ayam petelur dan Tugas Akhir ini di harapkan dapat memberi informasi tentang manajemen pemeliharaan ayam petelur umur 22 minggu
3
BAB II TINJAUAN PASTAKA
Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam
yang tujuan pemeliharaanya untuk
menghasilkan telur. Tipe ayam petelur ada dua yaitu tipe ringan dan sedang. Ayam tipe ringan khusus dikembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping, kecil, mata bersinar, dan berjengger merah darah. Ayam tipe ini dipelihara untuk diambil produksi telurnya sehingga bentuk ayam ini relatif kecil, apabila dibandingkan dengan ayam tipe medium. Ayam tipe sedang dikembangkan untuk produksi telur dan diambil dagingnya sehingga ayam ini memiliki bobot badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994). Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produki yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam pedaging atau broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur atau layer. Seleksi diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat (Rasyaf, 1997). Ayam petelur yang dipelihara di Indonesia pada umumnya terdapat dua jenis tipe yaitu petelur putih atau biasa dikenal sebagai tipe ringan, yang di khususkan untuk bertelur dengan ciri-ciri tubuh ramping, warna bulu putih, dan dengan kemampuan produksi 250 butir telur setiap tahun produksi. dan ayam
4
petelur cokelat atau yang biasa dikenal sebagai ayam dwiguna pada dasarnya tipe petelur ini tidak hanya diharapkan telurnya akan tetapi dagingnya juga (Rasyaf, 1997). Kandang dan Peralatan Kandang Kandang merupakan tempat tinggal yang akan ditempati oleh ayam selama pemeliharaan. Membuat kandang harus diperhatikan betul-betul tentang kesehatan kandang, lingkungan, saluran udara atau ventilasi yang masuk ke dalam kandang juga sistem lantainya (Chan dan Zamrowi, 1992). Secara makro kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak agar terhindar dari pengaruh cuaca buruk (hujan ,panas, dan angin), hewan buas dan pencurian. Secara mikro kandang berfungsi sebagai tempat untuk menyediakan lingkungan yang nyaman agar terhindar dari stress, sehingga kesehatan ternak dapat terjaga dan produksi dapat maksimal (Suprijatno dan Atmomarsono, 2005). Kandang ayam petelur yang baik adalah kandang yang bisa menjamin kelangsungan hidup sehingga teknik pembuatannya harus memenuhi tiga aspek yaitu aspek kesehatan, aspek ekonomi dan aspek produksi. Kandang bagi ayam petelur juga di harap akan berfungsi untuk meningkatkan produksi ayam dengan memberi rasa nyaman bagi ayam yang dipelihara (Sudaryani dan Santosa, 1995). Penentuan lokasi kandang merupakan pertimbangan ekonomi yang patut mendapatkan perhatian khusus sebab hal ini berkaitan dengan kelangsungan usaha berikutnya. Di sisi lain agar tidak membawa pengaruh buruk atau menimbulkan
5
kerugian baik terhadap pemilik ternak maupun lingkungan sekitar yang disebabkan pencemaran dari bau kotoran (Sudarmono, 2003). Macam-macam Kandang Ayam petelur a. Sistem Battery (Cage) Yaitu bangunan kandang berbentuk sangkar, berderet menyerupai battery dan alas kandang dibuat dari kawat atau bilah –bilah bambu, setiap ruangan hanya dapat menampung seekor ayam. Kandang sistem battery ini merupakan kotak yang berukuran panjang 45 cm, lebar 20-35 cm, tinggi 45 cm, satu kotak untuk satu ekor ayam, dan semua kotak dibuat seragam, berderet dan bertupuk atas bawah, bahan bisa dibuat dari kawat atau bambu. Keuntungan kandang sistem battery ini antara lain menghemat tempat, kemungkinan terjadinya kanibalise dan pematukan telur dapat dicegah, mencegah tersebar luasnya penyakit secara cepat, produksi masing-masing individu mudah bisa diketahui, dan energi yang dikeluarkan lebih sedikit. Kekurangan kandang sistem battery ini antara lain pada permulaan biaya kandang atau perlengkapanya relatif lebih mahal, ayam yang kekurangan mineral, vitamin dls tidak bisa mendapatkan tambahan dari luar, sering banyak lalat disekitar kandang jika pebuangan kotoran terlabat, tenaga lebih banyak diperlukan.
6
b. Sistem Koloni Kandang koloni ini dapat pula disebut kandang loteng (bertingkat) bentuknya sama dengan kandang battery hanya saja pada kandang koloni ini didalamnya tanpa ada pagar penyekat seperti kandang battery. Kandang ini setiap lantai harus mempunyai tempat penampungan kotoran (rak), yaitu suatu lapisan dari papan atau+ triplek yang digunakan sebagai tempat menampung kotoran dibawah kandang (Chan dan Zamrowi, 1992). Keuntungan kandang koloni antara lain, dengan kandang koloni satu ruang kandang dapat diberikan beberapa puluh ayam dengan tidak adanya pagar penyekat maka ayam dapat lebih leluasa bergerak sehingga tidak mudah terserang penyakit, perawatan lebih praktis dibandingkan kandang berlantai litter sehingga peternak lebih hemat tenaga. Kekurangan kandang koloni antara lain, apabila kandang tersebut terlalu padat maka produksi telurnya akan berkurang, pada kandang koloni apabila terjadi kejutan dapat berakibat stress pada ayam sehingga dapat menimbulkan kematian. c. Kandang Semi Battery Bentuk kandang ini antara kandang koloni dengan kandang battery, dinamakan semi battery karena kandang ini bentuknya mendekati kandang battery. Dalam kandang terdapat pagar-pagar penyekat, satu ruang kandang dapat memuat dua sampai tiga ekor ayam. Pemeliharaan dengan kandang semi battery, ketenangan ayam dalam kandang dapat terjamin, ayam masih tetap mempunyai ruang gerak sekalipun tidak luas sebagai
7
mana kandang koloni. Kandang semi battery satu unit kandang dapat memuat lebih banyak dari pada kandang koloni. Karena dengan adanya pagar-pagar penyekat tersebut antara ruang kandang satu dengan yang lainnya maupun disampingnya tentu mempunyai kondisi dan ketenangan yang berbeda (Chan dan Zamrowi, 1992). Peralatan Kandang Secara fisik, ukuran badan ayam pada periode bertelur lebih besar dari pada masa remeja. Perubahan fisik yang menjadi lebih besar ini juga membawa konsekuensi terhadap jumlah dan ukuran peralatan yang digunakan, terutama tempat makan dan air minum, faktor lain misalnya bentuk dan bahan yang digunakan serta teknik penempatanya pun harus diperhatikan pula. a. Tempat Makan Tempat makan berbentuk tabung yang dibuat dari plastik, berukuran 3 kg digunakan untuk 10 ekor ayam petelur, ukuran 5 kg untuk 15 ekor ayam petelur, dan ukuran 10 kg untuk 25 ekor ayam petelur. Tempat makan berbentuk segi empat, memanjang yang terbuat dari tripleks atau papan, berukuran tinggi 12 cm, lebar bagian dasar 7 cm, lebar bagian atas 15 cm, khusus digunakan untuk kandang battery. Tempat makan semacam ini dapat dirancang dalam berbagai model dan ukuran. Bahkan dewasa ini, pabrik telah menyediakan tempat makan yang terbuat dari plastik, yang disain khusus dengan panjang 4 m dan dilengkapi dengan sambungan.
8
b. Tempat Minum Tempat minum berbentuk tabung yang dibuat dari plastik, berukuran 2 gallon digunakan untuk 30 ekor ayam dewasa (ayam petelur). Disamping itu juga ada tempat minum gantung sistem otomatis. Tempat minum otomatis ini mampu menjamin tersedianya air segar dan bersih secara kontinu, mudah dalam perawatanya dan mampu menghemat pemakaian air bersih. Adapun tempat minum panjang yang digunakan untuk kandang battery, dapat dibuat dari pralon berdiameter 8 cm yang dibelah menjadi dua bagian yang sama. Dapat digunakan pula tempat minum buatan pabrik yang dirancang dengan disain khusus. c. Penempatan Tempat Makan dan Air Minum Tempat makan dan air minum ditempatkan tersebar merata, berselang-seling antara tempat makan dan air minum. Tempat makan dan air minum tersebut dipasang pada ketinggian yang sejajar dengan punggug ayam. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan makan dan minum dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tempat makan dan air minum yang dipasang lebih rendah daripada tinggi punggung ayam dapat menimbulkan efek yang merugikan, yaitu tempat makan dan minum cepat kotor, pakan mudah tercecer dan air minum pun banyak yang tumpah (Sudarmono, 2003).
9
Program Pemberian Cahaya Tambahan Ada berbagai pola yang dapat dilakukan dalam pemberian cahaya tambahan pada ayam periode produksi. Mulai umur 8-18 minggu, panjang hari dan intensitas penerangan tidak perlu ditingkatkan. Penerangan masa remaja cukup berupa pencahayaan alami yang diterima selama 12 jam setiap harinya. Jika panjang hari dan intensitas penerangan ditingkatkan terhadap ayam remaja, maka akan mengakibatkan terjadinya masak dini dan bertelur lebih awal. Cahaya dapat merangsang sekresi hormon yang mempengaruhi proses ovulasi dan peneluran. Cahaya juga berperan menghasilkan hormon yang dapat menstimulasi petumbuhan. Bila hal ini terjadi, maka telur yang dihasilkan umumnya berukuran kecil dan kelangsungan produksinyapun relatif lebih pendek ( Sudarmono, 2003). 1. Fungsi cahaya bagi ayam petelur Cahaya sangat diperlukan dalam pemeliharaan ayam, karena memiliki arti penting yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan produksi ayam, yaitu sebagai berikut. a. Proses Pertumbuhan Keberadaan cahaya yang masuk kedalam ruangan memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan sekitar, terutama makanan dan air minum yang tersedia. Keberadaan cahaya tersebut tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ayam. Jumlah makanan yang masuk kedalam tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar terhadap proses produksi.
10
b. Proses produksi telur Pengaruh cahaya terhadap proses produksi telur adalah merangsang hormon reproduksi gonadotropin, dan proses ovulasi dan peneluran. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk kedalam ruangan diterima saraf pada mata ayam, yang kemudian menimbulkan rangsangan dalam menghasilkan hormon yang sangat potensial dalam proses pembentukan telur. c. Pengaturan cahaya tambahan Sejak ayam berumur 17 minggu, intensitas cahaya yang diterima harus ditingkatkan untuk merangsang organ reproduksi. Namun, peningkatan intensitas cahaya dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Jika matahari memancarkan cahaya kurang dari 10 jam perhari . 2) Kandang terlalu lebar, sehingga sebagian ruangan terutama bagian tengahnya redup (kurang mendapatkan cahaya). 3) Kondisi ayam memang masih memungkinkan untuk memberikan peningkatan produksi. Pada saat ayam berumur 22 minggu ayam tersebut memiliki potensi besar dalam memberikan peningkatan produksi. Lama pencahayaan dapat ditambah secara bertahap. Diusahakan dalam satu hari, ayam mendapat cahaya selama 1213 jam. Pencahayaan ini ditingkatkan atau ditambah hingga satu jam dalam satu hari secara bertahap, hingga akhirnya diperoleh lama pencahayaan 16-17 jam dalam satu harinya. Namun pada saat produksi mulai menurun, maka pencahayaan harus disesuaikan pula (dikurangi). Pemberian cahaya tambahan dapat dimodifikasi
11
sesuai dengan kondisi cahaya alami lingkungan setempat dan kondisi ayam itu sendiri. Tabel lama pencahayaan Lama pencahayaan (jam)
14
15
16
17
Dinyalakan pagi hari, pukul Dimatikan malam hari, pukul
5.00 07.00
04.30 07.30
04.00 08.00
03.30 08.30
(Sudarmono, 2003)
Manajemen Pakan dan Minum 1. Pemberian makan Produksi telur sangat tergantung pada kualitas dan jumlah makanan yang disajikan, terlebih pada 2 bulan pertama masa produksi. Ayam memerlukan ransum dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari pada masa remaja. Jumlah pakan yang harus diberikan pada setiap ekor ayam adalah 110 gram-120 gram, yang diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan siang hari. Jatah makanan yang diberikan dua kali sehari ini lebih menguntungkan daripada diberikan langsung sekali. Hal ini akan mengurangi pemborosan makanan yang tercecer dan dapat merangsang nafsu makan (Aak, 1991). Cara pemberian pakan dapat dilakukan dengan penjatahan yang diberikan dua kali sehari dengan jadwal yang tetap. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan ini adalah ayam mendapatkan kesempatan makan dalam waktu yang sama dan makanan tidak banyak yang tumpah atau tercecer. Teknik pemberian pakan adalah cara-cara penyajian pakan yang mengandung pengertian bahwa ransum diberikan itu akan lebih efektif dan
12
efisien, dimana ransum yang diberikan termakan habis dan dimakan merata seluruh ayam, sehingga mencukupi bagi pertumbuhan tubuh yang diperlukan (Anonim, 2008). Peberian pakan sebaiknya dilakukan lebih pagi karena pada pukul 08.00, 09.00, 10.00, 11.00, dan 12.00 frekuensi peneluran meningkat (Sarwono, 2002).
2. Pemberian air minum Perlu diketahui oleh setiap peternak bahwa air minum sangatlah diperlukan bagi ayam pada periode produksi. Ayam yang sedang bertelur membutuhkan air sebanyak dua kali kebutuhan pakan. Bila kurang, pembentukan telur tidak akan terjadi. Jika air berlebih, di kandang akan ada banyak bibit penyakit sehingga produktivitas ayam menurun. Ayam pada periode produksi memerlukan air secara terus menerus dalam jumlah yang cukup, untuk memenuhi keperluan seluruh aktifitas tubuh, efisiensi penggunaan pakan, dan berproduksi. Pemberian air minum harus diperhatikan sebaik mungkin. Pemberian air minum yang jelek, yang dilakukan dengan membatasi air minum yang diberikan pada umur produksi, akan sangat merugikan (Sudarmono, 2003).
Manajemen kesehatan Pelaksanaan biosekuriti di kawasan peternakan unggas merupakan syarat mutlak suksesnya program pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit. Biosekuriti yang dijalankan disuatu peternakan bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang
13
dipelihara bebas dari infeksi penyakit. Menurut Faddilah dkk (2007) konsep biosekuriti dibagi menjadi tiga yaitu, biosekuriti konseptual, struktural, dan oprasional. Agar program pencegahan pengendalian dan pemberantasan penyakit berjalan sukses, ketiga tingkatan biosekuriti ini harus dijalankan secara menyeluruh. Isolasi merupakan serangkain kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk kedalam suatu farm dan menyebar keluar dari farm. Sanitasi (pembersihan dan disenfeksi) tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi atau penyemprotan kandang menggunakan desinfektan. Desinfeksi dilakukan secara menyeluruh terhadap orang, peralatan, sumber air, dan material lain yang akan memasuki kandang. Desinfeksi tempat pakan, minum, dan kotoran dilakukan setiap hari. Aspek lain dari biosekuriti adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi didalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam. Virus yang ideal untuk vaksin adalah yang tidak memberikan reaksi dan mempunyai kekebalan yang tinggi. Sedangkan antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri.
14
Kontrol Temperatur Lingkungan Untuk produksi dan ukuran besarnya telur serta ketebalan kulit. Bisa dipengaruhi oleh temperatur sekeliling. Temperatur sekeliling yang terlampau tinggi, di atas 29° C akan menurunkan napsu makan. Temperatur di dalam kandang yang dikehendaki ialah sekitar 21-26° C. Akibat napsu makan yang rendah ini, maka pakan yang dimakan pun berkurang. Hal ini bisa membawa akibat terhadap penurunan produksi. Agar produksi telur di musim panas bisa dipertahankan maka temperatur sekeliling harus bisa dipertahankan serendah mungkin, imbangan ransum dan kandungan zat-zat makananan harus dalam level yang normal khususnya zat protein dan energi ditingkatkan (AAK, 1991).