1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak anggota masyarakat yang menganut, memilih dan menaati nilai yang ada maka semakin tinggi tingkat suatu budaya. Budaya atau kebudayaan diartikan sebagai segala hal yang terkait dengan akal atau budi. Budaya meliputi keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang lahir melalui proses belajar. Karena banyak tindakan manusia yang tidak bisa lepas dari proses belajar maka hampir seluruh tindakannya adalah kebudayaan.1 Budaya Jepang satu diantara ragam budaya di dunia yang unik. Budaya bangsa Jepang antara lain pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan disiplin. Selain itu, orang-orang Jepang sangat menghargai waktu, menjunjung tinggi kesungguhan, keseriusan, dan berupaya optimal dalam melakukan berbagai hal ringan maupun rutin. Pada era globalisasi saat ini, asimilasi kebudayaan tak dapat dihindari. Asimilasi sendiri merupakan suatu proses sosial yang berupa usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau kelompok demi tujuan-tujuan bersama. Hal ini akibat dari masyarakat dengan latar belakang budaya berbeda berinteraksi
1
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 1990 hal 181.
1
2
secara intensif dalam waktu yang lama sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah saling menyesuaikan diri.2 Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi asimilasi kebudayaan antar bangsa pun terjadi, tak terkecuali antara Indonesia dan Jepang. Berbagai nilai positif budaya masyarakat Jepang menyita perhatian masyarakat dunia. Banyak sineas berusaha mengabadikannya dalam film. Bagaimanapun, film saat ini menjadi salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan dengan harapan pesan tersebut berdampak bagi khalayak umum. Ketika seseorang melihat sebuah film maka pesan yang disampaikan oleh film secara tidak langsung akan berperan dalam pembentukan persepsi seseorang. Graeme Turner mengungkapkan bahwa film tidak hanya sekedar refleksi dari realitas namun juga sebagai representasi dari realitas. Film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaan.3 Film dipahami sebagai salah satu bentuk media komunikasi massa. Film tak terlepas dari teknologi dan unsur-unsur kesenian. Sebagai seni ketujuh, film sangat berbeda dengan seni sastra, seni rupa, seni suara, musik dan arsitektur yang muncul sebelumnya. Seni film sangat
mengandalkan teknologi baik sebagai
bahan baku produksi maupun dalam hal ekshibisi kehadapan penontonnya. Sebagai media komunikasi massa, film merupakan alat propaganda yang penting. Satu dari banyak sineas yang berupaya menggambarkan nilai-nilai budaya masyarakat Jepang dalam film adalah Danial Rifki. Lewat film La Tahzan, dia 2
3
Ibid. Hal 255 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia. 2006 hal 127.
3
berusaha menggambarkan bagaimana sesungguhnya budaya orang Jepang. Film La Tahzan bercerita mengenai dua orang sahabat, yaitu Viona yang diperankan Atiqah Hasiholan dan Hasan yang diperankan Ario Bayu, yang bercita-cita belajar dan mencari penghidupan di Jepang. Tanpa pamit ke Viona, Hasan pergi ke Jepang terlebih dahulu karena beberapa alasan yang ia rahasiakan. Mendapat beasiswa belajar sambil bekerja, Viona menyusul Hasan ke Jepang. Sebelum tiba di Jepang, Viona sudah belajar banyak mengenai budaya Jepang. Viona bahkan mampu berbahasan Jepang dengan baik. Di Jepang, Viona segera mencari Hasan. Di tengah pencarian, dia bertemu seorang pemuda keturunan Jepang-Indonesia, Yamada yang diperankan Joe Taslim. Konflik pada film yang diproduksi oleh Falcon Pictures ini dimulai ketika Hasan muncul setelah cukup lama menghilang dan menghindar dari Viona. Hasan harus menerima kenyataan bahwa Viona telah dilamar oleh Yamada, yang tanpa sengaja Viona kenal di Jepang. Viona menaruh hati ke Yamada, tapi lebih tertarik dengan Hasan. Viona berada pada posisi yang sulit. Tindakan Yamada yang mencerminkan budaya ‘asli’ Jepang menjadi alasan kuat bagi Viona untuk tidak melepasnya. Saat masih belajar di Indonesia, Viona memang sangat jatuh cinta dengan budaya Jepang. Kesediaan Yamada menjadi mualaf membuat Viona tambah sulit mengabaikannya. Peneliti memilih film La Tahzan sebagai obyek penelitian karena film bergenre drama ini menarik ditonton. Selain dikemas dalam roman, film mengandung nilai dan makna dari semangat tinggi anak muda Indonesia dalam
4
mengejar cita-cita. Film ini juga begitu kental menampilkan ragam kebudayaan Jepang didukung oleh setting tempat yang sebagian besar diambil di Jepang. Selain itu, walaupun secara umum menampilkan kisah percintaan akan tetapi peneliti melihat sisi lain dari film ini. Dalam film ini tersirat bagaimana semangat tinggi untuk pantang menyerah dalam mengejar cita-cita, bagaimana asimilasi budaya yang terjadi ketika orang Indonesia berada di Jepang dituntut untuk menyesuaikan kedisiplinan mereka. Selain itu dalam film ini digambarkan tingginya penghargaan akan waktu bagi bangsa Jepang, serta budaya positif lainnya. Muatan-muatan pesan tersebut divisualisasikan melalui simbol-simbol yang mengindikasikan adanya pesan dari representasi budaya bangsa Jepang yang terkandung dalam isi cerita film sehingga dapat memberikan pengaruh positif bahkan menginspirasi pembaca. Untuk menjelaskan berbagai tanda atau simbol budaya Jepang di film La Tahzan secara mendalam dan menarik, peneliti memilih metode kualitatif melalui pendekatan analisa semiotika sebagai alat penelitian. Dalam tradisi ilmiah, semiotika berhubungan dengan tanda atau lambang. Dan lebih khusus lagi peneliti akan menggunakan metode semiotika Charles Sanders Peirce sebagai alat analisis dalam penelitian ini. Dasar semiotika Peirce mengandung tiga elemen makna atau “Triangle of Meaning”, yakni sign, object, dan interpretant. Menurut Peirce, salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk oleh tanda dan interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang
5
dirujuk oleh tanda. Apabila ketiga elemen ini berinteraksi dalam benak seseorang maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh sebuah tanda.4 Peneliti berharap dengan menggunakan teori semiotika pada penelitian ini dapat secara mendalam menginterpretasikan budaya Jepang yang ada di film La Tahzan, khususnya terkait nilai-nilai positif bagi para penonton dan berdampak cukup signifikan terhadap perilaku penonton. Peneliti berusaha mengkaji lebih jauh film ini ke dalam bentuk penelitian yang berjudul “Representasi Budaya Jepang dalam Film La Tahzan”.
1.2. Fokus Penelitian Berdasarkan pokok-pokok pemikiran pada penjelasan latar belakang komunikasi dan bahasa, pakaian tradisional, makanan, religi, budaya kerja, serta pengelolaan sampah yang dilakukan oleh orang jepang yang dikaji menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce. Hal-hal tersebut terangkum dalam pertanyaan sebagai berikut; “bagaimana representasi budaya Jepang dalam Film La Tahzan?”
1.3. Identifikasi Masalah Hal-hal yang mendasari pemilihan Representasi Budaya Jepang dalam Film La Tahzan ini yaitu peneliti ingin melihat bagaimana kebudayaan begitu berpengaruh terhadap perkembangan pesat yang terjadi di Jepang. Hal tersebut peneliti kaji dari kebudayaan yang ada di Jepang. Peneliti berharap dapat menghasilkan sebuah penelitian yang dapat memberikan informasi mengenai 4
Alex Sobur. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisa Semiotik, dan Analisa Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009 hal 115.
6
kebudayaan Jepang sehingga dapat mempengaruhi, dan mengubah pola prilaku pembaca terkait dengan kebudayaan yang ada di Jepang.
1.4. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan mendalam mengenai nilai-nilai budaya Jepang yang terepresentasikan dalam Film La Tahzan.
1.5. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat; 1. Manfaat Akademis Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dibidang komunikasi khususnya dapat membantu pihak lain yang ingin mengembangkan ilmu komunikasi yang berkaitan dengan studi semiotika pada analisa film. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi yang ingin menganalisis film dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pesan-pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah film.