BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat bangsa.
Kemajuan-kemajuan
yang
dicapai dari keberadaannya
melukiskan
kemajuan suatu bangsa. Dapat dikatakan bahwa prestasi mahasiswa adalah prestasi
bangsa.
Sebaliknya
jika
universitas
dan
mahasiswa
mengalami
kemunduran, hal tersebut ikut berdampak buruk pada kondisi bangsa. Oleh sebab itu, mahasiswa menjadi unsur yang sangat penting dalam perkembangan bangsa dan negara. Mahasiswa dipandang sebagai angkatan muda yang paling banyak memberikan harapan di masa depan. Mahasiswa memiliki dinamika, militansi, keberanian, kejujuran, dan kerelaan berkorban. Selain itu, mahasiswa memiliki kekhususan diperolehnya
yaitu memiliki kecerdasan otak dan kemampuan berpikir tinggi yang dari
pendidikan-pendidikan
sebelumnya
secara
berturut-turut
(Yayasan Mahasiswa Indonesia, 1997: 2). Sehubungan dengan kehidupan di kampus, masa perkuliahan merupakan bagian
dari
masa
pembentukan
dasar
kepribadian
mahasiswa.
Utamanya
kehidupan di dalam organisasi kemahasiswaan yang diikuti sesuai pilihan, ikut menentukan identitas pribadi dan tersusunnya instruksi yang berwujud corak politik netral, anti, atau setuju di dalam diri seorang mahasiswa (Martosewojo, 1984 : 19). Pilihan tersebut sangat menentukan akan seperti apa pola kepribadian
1
2
dan tingkah laku mahasiswa. Bila lingkungan or ganisasinya baik, maka hal itu akan
menunjang
keberhasilan
seorang
mahasiswa.
Namun bila lingkungan
organisasinya buruk, tidak jarang pelbagai kasus kekerasan dipraktikkan oleh mahasiswa „lintas waktu‟ hampir merata di seluruh Indonesia. Seperti halnya, kasus kekerasan tahun 1998. Pada masa reformasi itu, di samping dianggap sebagai pahlawan, pada sisi lain mahasiswa terlihat begitu anarkis. Salah satu kasus yang patut disimak saat itu adalah ketika mahasiswa menangkap seorang polisi anggota identifikasi Polda Metro Jaya yang merekam kegiatan mahasiswa dengan handycamnya, kemudian polisi tersebut dibawa ke UKI untuk diinterogasi dan dipukuli, lalu dibuang (Kunarto, 1999: 48). Dalam rentang waktu berdekatan, bentrokan yang cukup hebat juga terjadi di kampus Universitas Dr. Moestopo, Hang Lekir, Jakarta Selatan yang melibatkan ribuan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ). Setidaknya 10 mahasiswa tertembak, puluhan luka-luka serius dalam bentrokan yang terjadi sekitar 30 menit tersebut. Bentrokan antar mahasiswa dan aparat
masih
mengakibatkan
terus
berlanjut
puluhan
seperti halnya
mahasiswa
luka-luka
yang
terjadi di Slipi yang
(Kunarto,
1999:
58-60).
Demonstrasi anarkis dan praktek kekerasan yang ditunjukkan mahasiswa berlanjut hingga saat ini. Fakta terbaru yang peneliti soroti adalah kasus tujuh orang taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang melakukan tindak kekerasan kepada juniornya (berinisial DDH) hingga tewas, yang membuat para mahasiswa di sekolah milik pemerintah tersebut resmi dipecat (Kedaulatan Rakyat, 2014: 8). Pada sisi bersamaan, hingga saat ini, hampir setiap demonstrasi yang dilakukan
3
mahasiswa di banyak kota di Indonesia harus berakhir ricuh dengan pengrusakan fasilitas publik. Dalam pelbagai kasus amoral, mahasiswa juga sering menjadi pelaku utama. Berbagai kasus video porno seperti Bandung Lautan Asmara (2001) dan Video Artis Kamar Mandi (2003) adalah sedikit dari sekian banyak contoh video porno yang dilakukan mahasiswa. Pada kasus lain, baru-baru ini, mahasiswa S2 berinisial „O‟ (28th) jurusan hukum di sebuah universitas swasta di Yogyakarta asal Nusa Tenggara Timur (NTT), harus mendekam di tahanan lantaran telah melakukan usaha prostitusi online melalui facebook. „O‟ yang mempunyai akun facebook
“Fadly Jogja” terang-terangan menawarkan jasa prostitusi wanita
panggilan di wall pribadinya yang memungkinkan semua orang dapat dengan mudah mengakses dan mencari informasi terkait hal tersebut. Kepolisian Polda DIY berhasil menangkap „O‟ saat ia menunggu korbannya yang tengah melayani pelanggan di salah satu hotel di Kabupaten Sleman pada 23 Sepetember 2014. Modus yang dilakukan „O‟ adalah menawarkan layanan seks melalui facebook yang mana para pelanggan dapat menghubunginya menggunakan pin BB yang dia sebarkan. Setelah kesepakatan harga dicapai, „O‟ mengantarkan kliennya tersebut menuju hotel yang biasanya berada di wilayah Kabupaten Sleman (dikutip dari http://www.tribunnews.com, diakses tanggal 13 Januari 2014: 09.37). Tidak berhenti sampai disitu, seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD) di Bantul menjadi korban pelecehan yang dilakukan oleh „A‟, mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta
di Bantul. Pelecehan itu ia
4
lakukan di kosnya yang berada di Dusun Ngijo RT 3, Sewon, Bantul (dikutip dari http://jogja.tribunnews.com, diakses Minggu, 12/10/2014). Pelbagai kasus perbuatan asusila dan kekerasan tersebar di beberapa kota di Indonesia. Hal ini memprihatinkan, sebab sejatinya mahasiswa sebagai sosok yang seharusnya menjadi teladan, tetapi kini malah terpuruk menjadi buah bibir akibat pornografi (Soebagijo, 2008: 64).
Dengan kompetensi yang dimilikinya,
sejatinya mahasiswa dapat berpikir jauh lebih strategis untuk mencegah hal-hal semacam itu agar tidak terjadi. Sebagaimana yang dikemukakan Rahayu bahwa standar kompetensi yang dimiliki mahasiswa sebagai berikut: “Pengetahuan tentang nilai-nilai agama, budaya dan kewarganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, memiliki kepribadian yang mantap, berpikir keritis, bersikap rasional, etis, estetis, dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban (Rahayu, 2007: 4)”. Fenomena negatif yang melibatkan mahasiswa seperti yang disebutkan di atas jelas memiliki banyak faktor penyebab. Meskipun seorang mahasiswa secara denotasi sudah termasuk golongan orang-orang yang berpendidikan tinggi dan sejatinya dapat menjadi contoh bagi generasi-generasi muda maupun masyarakat luas,
namun faktanya,
tidak
sedikit ditemukan mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki kepribadian menyimpang seperti tergambar di dalam fenomena di atas. Salah satu faktor paling berpengaruh adalah pergaulan. Sebagaimana yang dikemukakan Wiko Saputra, menurutnya: “Pada prinsipnya mahasiswa yang mampu memfilterisasi pergaulan dan menyikapi dengan bijaksana akan berkorelasi positif terhadap pengembangan kepribadian mahasiswa, pergaulan menjadikan emosional mahasiswa terbina dengan bagaimana mereka dapat secara jernih menyikapi persoalan sosial karna keluwesan dari nilai positif pergaulan (Saputra, 2006: 55)”.
5
Pada kasus lain Resimen Mahasiswa juga pernah terlibat dalam beberapa kasus. Pada Bulan Agustus 1993, terjadi kerusuhan antara menwa Universitas Riau dengan wartawan setempat dan di Undip Semarang terjadi pemukulan terhadap aktivis kampus setempat. Sebelumnya ada penyanderaan dan interogasi seperti cara-cara militer, yang dilakukan anggota menwa terhadap rekan sesama mahasiswa Undip yang menyebarkan selebaran ajakan menghadiri sidang kasus golput di Pengadilan Negeri Semarang. Baru-baru ini pada tanggal 25 Mei 2000 juga terjadi penganiayaan oleh oknum Wakil Komandan Menwa, Domingus dan MO Mirzal, mantan anggota menwa UPN Veteran terhadap 3 orang aktivis pers kampus UPN Veteran Jakarta. Peristiwa tersebut bermula saat Majalah "Aspirasi" dalam salah satu pemberitaannya mengungkap kasus korupsi di UPN. Kasus tersebut berkaitan dengan ada beberapa mahasiswa yang uang SPP nya ditilep oknum menwa yang diduga bekerja sama dengan birokrat UPN. Lalu kedua oknum menwa tadi marah dan melakukan pemukulan dan penganiayaan terhadap Dody, Agung dan Wiradhi para aktivis pers kampus UPN tadi. Bahkan matanya bengkak dan bibirnya pecah karena ditendang dengan sepatu lars. Tindakan– tindakan kekerasan yang dilakukan menwa merupakan bagian dari cara-cara yang dilakukan militer dalam merepresif segala hal yang mengganggu dimata mereka (http://www.ganeshazine.com) Berkaca pada fenomena yang dipaparkan di atas, di sinilah pentingnya peran organisasi kemahasiswaan −di luar rutinitas akademik kampus− yang benarbenar mampu membantu pembentukan kepribadian mahasiswa sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap kampus dan masyarakat sekitar. Boleh
6
jadi, mahasiswa-mahasiswa yang terlibat perbuatan menyimpang tersebut belum memperoleh pendidikan mengenai kepribadian secara komprehensif. Kepribadian yang terbentuk selama ini bisa jadi tidak datang dari sebuah tuntunan yang terintegratif dan kontiniu. Resimen Mahasiswa (selanjutnya disebut MENWA) merupakan salah satu organisasi internal kampus yang memiliki integritas dalam hal pembentukan kepribadian. Melalui beberapa program pelatihan yang dimilikinya, MENWA menuntut anggotanya untuk menjadi contoh bagi mahasiswa lain dan masyarakat di sekitarnya. MENWA adalah salah satu organisasi yang terbentuk pada saat zaman orde baru yang sudah melewati beberapa tahapan perubahan zaman. Saat ini, MENWA masih eksis di lingkungan kampus di Indonesia dikarenakan sistem pengkaderan organisasi itu cukup baik dilihat dari sisi pembentukan kepribadian mahasiswa
di
lingkungan
kampus
dan
dilain
hal
keberadaannya
juga
menguntungkan pihak kampus. Keberadaan MENWA dapat berperan sebagai salah satu unsur pengamanan dalam menjaga ketertiban kampus. Akan tetapi, untuk poin yang disebutkan terakhir, kondisi paradoks peneliti temukan di MENWA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (MENWA UAD). Sebagai bagian dari observasi awal yang peneliti lakukan melalui wawancara
dengan beberapa orang mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan
(UAD), di antaranya seorang mahasiswa S2 Psikologi UAD yang juga aktivis organisasi Pramuka UAD serta salah seorang anggota aktif organisasi Resimen Mahasiswa UAD (MENWA UAD), peneliti mendapatkan informasi bahwa pada 2013 anggota MENWA UAD pernah terlibat dalam aksi demonstrasi gabungan
7
perguruan tinggi swasta yang ada di Yogyakarta. Sayangya, demonstrasi tersebut berujung anarkis dengan pengrusakan beberapa fasilitas publik. Di samping itu, pada tahun yang sama,
beberapa anggota MENWA UAD juga terlibat
demonstrasi anarkis di dalam lingkungan internal kampus UAD sendiri. Kondisi di atas merupakan paradoks antara tujuan keberadaan MENWA dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan akhir-akhir ini, tidak terkecuali di kampus UAD. Sejatinya MENWA merupakan salah satu organisasi yang berperan dalam hal pembentukan kepribadian yang baik sehingga dapat mencegah terjadinya
fenomena kekerasan sebagaimana disebutkan di atas. Berangkat dari
pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mendalami fenomena tersebut dan menuangkannya ke dalam tesis ini dengan judul “Peran Resimen Mahasiswa (MENWA)
dalam
Membentuk
Kepribadian
Mahasiswa
dan
Implikasinya
Terhadap Ketahanan Pribadi (Studi Kasus di Resimen Mahasiswa UAD).”
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana peran Resimen Mahasiswa (MENWA) dalam membentuk kepribadian mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan? 2. Bagaimana
implikasi peran
Resimen
Mahasiswa
(MENWA)
dalam
mewujudkan ketahanan pribadi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan?
8
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peran Resimen Mahasiswa (MENWA) Universitas Ahmad Dahlan dalam membentuk kepribadian mahasiswa. 2. Mengetahui implikasi peran Resimen Mahasiswa (MENWA) dalam mewujudkan ketahanan pribadi mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan.
1.4. Keaslian Penelitian Meskipun
penelitian terkait dengan peran organisasi sudah banyak
dilakukan para peneliti sebelumnya, namun sejauh yang peneliti ketahui, peneliti belum menemukan penelitian yang menyoroti peran organisasi dalam membentuk kepribadian dan mengkaji implikasinya terhadap ketahanan pribadi, khususnya di Universitas Ahmad Dahlan. Sejauh ini, penelitian yang pernah dilakukan terkait peran organisasi dalam membentuk kepribadian antara lain: 1. Peran Kepemimpinan Dalam Organisasi Intra Sekolah (OSIS) Dalam Meningkatkan Kemandirian dan Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 1 Tegowanu (Rachmawati, 2013). Dalam peran yang ditelitinya, Wulan Rachmawati lebih menekankan fokus kajian pada pertanyaan bagaimana nilai-nilai kepemimpinan yang ada
di
dalam
kedisiplinan siswa.
organisasi
dapat
meningkatkan
kemandirian
dan
9
2. Motivasi Mahasiswa Bergabung di Organisasi Intra Kampus Studi Eksplorasi Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNDIP (Firdausz, 2012). Dalam
penelitian yang dilakukan, Rizky Firdausz ini lebih mengarah
kepada apa yang membuat mahasiswa untuk tertarik bergabung di organisasi intra kampus. 3. Pengaruh Partisipasi Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kreativitas Belajar (Hernawan, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan, Arief Budi Hernawan lebih mengarah kepada bagaimana pengaruh kegiatan di dalam organisasi menyangkut kecerdasan emosional yang dapat membuat kreatifitas belajar siswa menjadi bertambah. 4. Peran Satuan Resimen Mahasiswa Mahakarta Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Dalam Pelaksanaan Tugas Bela Negara Dan Implikasinya Terhadap Sistem Pertahanan Semesta (Handriyanto, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan, Bayu Wulung Hendriyanto lebih kepada
ingin
mengetahui
seberapa
besar
peran
Menwa
dalam
pelaksaanaan tugas bela negara. 5. Partisipasi
Anggota
Resimen
Mahasiswa
Dalam
Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Kota Makasar (Asti, 2011). Penelitian yang dilakukan, A. Syamsul Asti lebih kepada bagaimana keterlibatan
Anggota
Resimen
lingkungan hidup di Kota Makasar.
Mahasiswa
dalam
pengelolaan
10
6. Persepsi Resimen Mahasiswa (Menwa) Terhadap Wajib Militer Dalam Rangka Pertahanan Negara (Fadilah, 2012) Penelitian yang dilakukan, Siti Fadilah lebih kepada bagaimana Resimen Mahasiswa menyikapi wajib militer dalam rangka pertahanan negara. Dari kesemua judul penelitian di atas, perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan terletak pada fokus dan lokus penelitian di mana tidak ada satupun dari penelitian tersebut yang membahas bagaimana sebenarnya peran organisasi dalam membentuk kepribadian mahasiswa dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mendalami lebih jauh fokus penelitian seperti yang tertera di dalam judul tesis ini.
1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan di antaranya : 1. Manfaat secara teoritis akademis Memperkaya
ilmu
pengetahuan
bagi
pengembangan
program
kepemudaan dalam hal ini Universitas Gadjah Mada dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya, serta pihak Kemenpora RI sebagai penyelenggara program khususnya. 2. Manfaat bagi program studi Ketahanan Nasional Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan tentang pentingnya kepribadian yang baik khususnya bagi mahasiswa dalam mewujudkan ketahanan pribadi sebagai tumpuan Ketahanan Nasional.
11
3. Manfaat bagi organisasi Resimen Mahasiswa Penelitian Mahasiswa
ini
diharapkan untuk
lebih
dapat
memotivasi
meningkatkan
organisasi
kreatifitas
Resimen
dalam
hal
pembentukan kepribadian bagi mahasiswa. 4. Manfaat bagi mahasiswa Penilitian ini diharapakan dapat menyadarkan mahasiswa mengenai pentingnya
bergabung
dengan
organisasi
kemahasiswaan
dalam hal pembentukan kepribadian mahasiswa.
terutama