BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam. Aktivitas tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang disebut dengan sampah. (Chandra, 2007). Menurut WHO yang dikutip oleh Mukono (2006) , sampah yaitu sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatan. Pertambahan
penduduk
dan
perubahan
pola
konsumsi
masyarakat
menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Dampak peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut mengakibatkan bertambahnya sampah. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan karena pengelolaan persampahan yang kurang memadai. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi pada kota tidak menjadi masalah serius bagi warga masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Sejalan dengan itu, bahwa masalah persampahan telah mengakibatkan pencemaran lingkungan secara berantai, seperti bau busuk yang mengganggu, sumber penularan penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai yang dapat mengakibatkan banjir. (Naatonis, 2010)
1
Universitas Sumatera Utara
2
Melihat kondisi tersebut, penanganan sistem pengelolaan persampahan suatu kota harus dilaksanakan dengan efisien dan efektif, sehingga dapat dicapai hasil maksimum sesuai yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam pengelolaan persampahan hal yang perlu diperhatikan yaitu diantaranya adalah pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sementara serta pembuangan akhir, dimana yang paling menentukan baik tidaknya pengelolaan sampah adalah pengangkutan sampah. (Naatonis, 2010) Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Propinsi Sumatera Utara dengan jumlah penduduk yang padat dan merupakan kota terbesar kedua setelah Kota Medan. Pertambahan penduduk terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk semakin meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan kebutuhan hidup sehari-hari akan pangan dan sandang juga ikut meningkat. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari penduduk diperoleh dari salah satu pasar yang ada di Kota Pematangsiantar, yaitu Pasar Horas. Masalah lain yang sedang dihadapi oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar dalam pengelolaan pasar adalah masalah sampah. (Hadi, 2006) Menurut Peraturan Menteri Perdagangan (2008), Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh sampah pasar semakin banyak seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan dan meningkatnya jumlah pedagang dan pembeli serta keanekaragaman barang yang diperjualbelikan. Produksi sampah yang dihasilkan oleh aktivitas perdagangan di pasar-pasar Kota
Universitas Sumatera Utara
3
Pematangsiantar per hari rata-rata adalah sekitar 52 m3. Sebagian besar sampah tersebut adalah sampah organik yang berasal dari pedagang sayur-mayur dan buahbuahan serta sisa-sisa makanan. Tentu saja belum termasuk dari para pembeli atau pengunjung yang membuang sampah sembarangan. (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, 2005) Menurut penulis, salah satu penghasil sampah yang seringkali memiliki permasalahan dalam penanganannya, terjadi di pasar-pasar yang secara umum merupakan penghasil sampah terbanyak. Salah satu gambaran buruk sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah di Pasar Horas tercermin dari masih banyaknya timbulan dan tumpukan sampah pada daerah sekitarnya (TPS), karena kurangnya armada sampah dari TPS ke TPA. Hal tersebut kemungkinan juga diakibatkan oleh luasnya daerah yang harus dilayani, terbatasnya sarana dan prasarana, dana dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah Kota Pematangsiantar, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pelayanan dengan volume timbunan sampah akibat dari perkembangan Kota Pematangsiantar. Menurut penulis, dalam pengelolaan sampah juga tidak terlepas dari perilaku pedagang dalam mengelola sampah. Perilaku pedagang yang dimaksud diantaranya perlakuan terhadap sampah sebelum dibuang, penyediaan tempat sampah, dan bahan pewadahan yang digunakan. Dari hasil survei pendahuluan, sebagian besar pedagang di Pasar Horas tidak memiliki tempat penampungan sampah yang memadai. Tempat penampungan sampah harus memenuhi syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan, seperti: konstruksinya kuat, tidak mudah bocor, tempat sampah mempunyai tutup, dan mudah untuk diangkat oleh satu orang. Kebanyakan mereka menggunakan
Universitas Sumatera Utara
4
keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus dan kantong plastik. Pedagang yang tidak mempunyai kotak sampah mereka akan membuang sampah di sekitar tempat pedagang, sehingga menjadikan tempat tersebut kotor. Menurut Naatonis (2010) dalam penelitiannya mengenai sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kampung nelayan Oesapa Kupang, menunjukkan pada subsistem pewadahan, sebagian besar masyarakat kampung nelayan (26,92%) sudah mempunyai pewadahan, namun belum memisahkan sampah menurut jenisnya. Sedangkan sistem pengumpulan yang dilakukan petugas kebersihan masih kurang karena 73,08% masyarakat kampung nelayan menyatakan kurang puas. Dalam penelitian Susanawati (2004) juga melakukan penelitian mengenai evaluasi pengelolaan sampah Pasar Johar berdasarkan persepsi pengelola dan pedagang serta arahan pengelolaannya di Kota Semarang, mengatakan bahwa pengelola sampah mengeluhkan
tentang rendahnya partisipasi dari pedagang untuk ikut mengelola sampah di Pasar Johar, terutama mengenai pewadahan secara individual yang sangat diabaikan oleh pedagang. Pedagang juga mengeluhkan mengenai peralatan-peralatan yang digunakan untuk operasional pengelolaan sampah, karena dinilai sering mengalami kerusakan dan pengelola tidak menyediakan peralatan cadangan sehingga mengakibatkan operasionalnya terhambat. Tempat pengumpulan sampah yang terbuka dapat menjadikan tempat perkembangbiakan kuman penyakit, yang akan menjadi sumber infeksi. Dan tempat perkembangbiakannya vektor penyakit yang dapat menularkan penyakit melalui makanan dan minuman, serta ganguan estetika. Kondisi ini perlu dicermati agar tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Pewadahan sampah yang
Universitas Sumatera Utara
5
ada pada saat ini masih belum seragam, baik dari bentuk dan kapasitas serta bahannya. Mulai dari Pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sementara hingga ke pembuangan akhir dinilai masih perlu untuk dibenahi. Untuk itu perlu adanya penelitian dalam upaya mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai dengan cara menganalisa sistem pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pedagang di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi dan situasi di atas, maka permasalahan sampah di Pasar Horas Kota Pematangsiantar yaitu masih banyaknya sampah yang berserakan di sekitar penampungan sampah sementara dan perilaku pedagang dalam mengelola sampah masih kurang, sehingga perlu diketahui bagaimana pengelolaan sampah yang ada di pasar tersebut. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk menganalisa sistem pengelolaan sampah di Pasar Horas Kota Pematangsiantar tahun 2013. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jenis sampah di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 2. Untuk mengetahui tempat penyimpanan sampah di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 3. Untuk
mengetahui
cara
pengumpulan
sampah
di
Pasar
Horas
Kota
Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
6
4. Untuk
mengetahui
cara
pengangkutan
sampah
di
Pasar
Horas
Kota
Pematangsiantar. 5. Untuk mengetahui cara pembuangan sampah sementara serta pembuangan akhir sampah di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 6. Untuk mengetahui peraturan-peraturan yang ada di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 7. Untuk mengetahui karakteristik responden di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 8. Untuk mengetahui perilaku pedagang terhadap pengelolaan sampah. 9. Untuk dapat memberikan alternatif solusi terhadap sistem pengelolaan sampah di Pasar Horas Kota Pematangsiantar. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi pihak pengelola Pasar Horas Kota Pematangsiantar dalam upaya penyehatan pengelolaan sampah. 2. Untuk dapat kiranya membantu Dinas Pasar dan Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dalam penanggulangan sampah, khususnya sampah pasar. 3. Untuk menambah pengetahuan penulis dalam rangka penanggulangan sampah, khususnya penanggulangan sampah pasar. 4. Sebagai informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya pada bidang ilmu kesehatan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara