BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam tercapainya daya pikir dan tindakan untuk memecahkan masalah. Pada masa sekarang ini, belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan kegiatan belajar. Apalagi sekarang ditunjang dengan sarana yang sangat memadai. Saat ini seseorang dapat belajar kapan saja dan dimana saja, sebab ditunjang dengan teknologi informasi yang dapat menampilkan informasi yang terbaru sekalipun melalui alat komunikasi yang multiguna. Di sisi lain, kemudahan ini membuat masyarakat mengalami kebingungan dalam memilih informasi mana yang dapat dipercaya, atau siapa sumber yang layak dikutip. Masyarakat informasi juga memunculkan adanya kekuatiran akan pemanfaatan informasi itu sendiri. Informasi bukan lagi sebatas kata-kata atau kalimat. Informasi bagaikan pisau bermata tajam, dimana jika sampai ke pembaca yang salah dapat berakibat fatal. Dapat dipastikan bahwa sebagian besar warga masyarakat di dunia ini telah tersentuh oleh yang namanya teknologi informasi. Entah itu dalam bentuk elektronik, multimedia, atau virtual. Masalahnya adalah sulit sekali membendung arus informasi, karena itu masyarakat secara potensial dapat terjebak dalam informasi yang semakin hari 1
2
semakin bertambah dan semakin komplek. Untuk mencegahnya, setiap orang harus
mempunyai
kemampuan
dalam
mencari,
menggunakan
dan
mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien serta dapat mengembangkan menjadi pengetahuan yang baru. Kemampuan ini di masyarakat sering disebut dengan literasi informasi atau melek informasi. Dalam perguruan tinggi, literasi informasi wajib dimiliki insan sivitas akademika jika tidak mau, maka akan ketinggalan dan menjadi asing di masyarakat yang telah dikelilingi informasi ini. Dalam tridarma perguruan tinggi sivitas akademika di tuntut untuk melaksanakan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Semua dapat terpenuhi apabila didukung dengan sumber-sumber informasi yang aktual dan akurat sehingga mendapatkan keluaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Perpustakaan perguruan tinggi sebagai jantung, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar untuk mewujudkan tridarma perguruan tinggi. Dalam menerapkan ketrampilan pencarian dan pengolahan informasi di dalam kurikulum pihak universitas tentu saja memerlukan sebuah tuntunan atau panduan. Association of College & Research Libraries (ACRL) sebenarnya telah membuat standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi. Menurut Association of College & Research Libraries (ACRL) seseorang yang telah menguasai ketrampilan literasi informasi, dapat : 1. Menentukan batas informasi yang dibutuhkan 2. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien 3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis
3
4. Memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar pengetahuan seseorang 5. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu 6. Memahami masalah-masalah ekonomi, hukum, maupun sosial, sekitar penggunaan informasi, mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal. (ACRL, 2000:1) Berdasarkan hal tersebut di atas, maka literasi informasi menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk mengurangi pengaruh negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini dan juga untuk meningkatkan kemampuan akademik seseorang. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, ruang lingkup dan keragaman informasi yang digunakan dalam proses pembelajaran menjadi sangat beragam. Menjadi sebuah tantangan utama bagi semua orang khususnya mahasiswa untuk meningkatkan ketrampilan, ilmu pengetahuan, dan kefasihan untuk secara efektif menggunakan informasi yang di dapatnya. Seseorang yang memiliki ketrampilan tersebut dapat dikatakan orang yang melek informasi atau information literate. Perpustakaan Universitas
Atma Jaya Yogyakarta telah
lama
melakukan kegiatan literasi informasi. Sebelum tahun tahun 2000 literasi infrmasi yang dilaksanakan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diberikan kepada mahasiswa baru dan belum menyentuh layanan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Pemustaka diajari pencarian sumbersumber informasi secara manual. Rentang tahun 2000-2009 literasi informasi
4
yang di lakukan perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diberikan kepada mahasiswa S1 maupun Pascasarjana dengan mengajarkan pemustaka cara mengakses sumber-sumber informasi baik manual maupun melalui database jurnal yang dilanggan. Sampai tahun 2009, literasi informasi dilaksanakan dalam kegiatan promosi perpustakaan . Pada tahun 2009-2010 perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai membenahi kegiatan literasi informasi dengan menyiapkan materimaterinya dan pustakawan yang ditunjuk untuk mengajar literasi informasi. Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta juga bekerjasama dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) dan Jaringan Perpustakaan Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik telah mengirimkan pustakawannya guna mengikuti pelatihan Literasi Informasi. Pada tahun 2011 perpustakaan universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai mengadakan latihan Literasi informasi setiap 2 bulan sekali. Materi pelatihan masih tahap pengenalan sumber-sumber informasi dari database online seperti skripsi, tesis, prosiding dan e-journal. Sejak tahun 2012 perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mulai merencanakan dan melakukan literasi informasi secara terstruktur dengan diperkuat SK dari Kepala Perpustakaan mengenai literasi informasi. Sejak saat itu pemustaka berhak mendapatkan pelatihan literasi informasi. Pelaksanaan kegiatan terstruktur literasi informasi ini dilaksanakan secara terjadwal dengan empat level selama satu tahun. Penelitian ini difokuskan
5
pada efektivitas pelatihan program literasi informasi mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang merupakan pengguna langsung perpustakaan.
B. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Bagaimana ketergunaan literasi informasi yang dilaksanakan Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta, berdasarkan perspektif pemustaka khususnya mahasiswa ? 2. Apakah sudah sesuai penerapan standar literasi informasi menurut ACRL di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta ? 3. Perbaikan apa saja yang perlu dilakukan Perpustakaan Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
untuk
menjadikan
program
literasi
informasi
Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta menjadi lebih baik ?
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dan menjadi pertanyaan peneliti dan akan dijawab di dalam penelitian ini ialah bagaimana efektifitas program literasi informasi mahasiswa di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta ?
6
D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan 1. Untuk mengetahui ketergunaan literasi informasi yang dilaksanakan Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta kepada pemustaka khususnya mahasiswa. 2. Untuk mengetahui penerapan standar literasi informasi menurut ACRL (The Association of College and Research Libraries) di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta . 3. Untuk mengetahui perbaikan yang harus dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta untuk menjadi program literasi informasinya menjadi lebih baik. 4. Untuk mengetahui efektivitas penerapan program literasi informasi di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN 1.
Keilmuan, menambah pengetahuan calon pustakawan dalam literasi informasi.
2.
Institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan barometer terhadap kompetisi literasi informasi yang dimiliki oleh mahasiswa Univesitas Atma Jaya Yogyakarta.
3.
Penulis, melalui setiap proses yang dikerjakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis
7
sendiri,
salah
satunya
peningkatan
kemampuan
dalam
pemberdayaan informasi. 4.
Pembaca,
memberi
kemampuan
pemahaman terhadap
terhadap
literasi
informasi
pembaca
bahwa
dibutuhkan
untuk
mendukung kehidupan dan menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI Penulis menggunakan sistematika penulisan yang di susun dalam 4 (empat) Bab yaitu : Bab I. Pendahuluan Latar belakang Identifikasi masalah Rumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian Sistematika penulisan skripsi Kajian riset sebelumnya Landasan teori Metode penelitian. Bab II. Deskripsi lokasi Sejarah objek yang diteliti Visi
8
Misi Komitmen dan sasaran perpustakaan UAJY Struktur organisasi perpustakaan UAJY Lokasi / gedung, koleksi Keanggotaan Pengguna / Pemustaka Layanan baik sistem layanan maupun jenis layanan. Bab III. Analisa Data Statistik deskriptif Teknik analisa data Uji kualitas data Interpretasi hasil analisis. Bab IV. Penutup Kesimpulan Saran G. KAJIAN RISET SEBELUMNYA 1. Penelitian Listika Fadhilatu Rizka Nasution Penelitian yang terdahulu dilakukan oleh Listika Fadhilatu Rizka Nasution, seorang mahasiswa Universitas Sumatera Utara di Medan pada tahun 2009, dengan judul Literasi Informasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan (S1) Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara (semester VII/T.A 2009/2010). Dengan hasil sebagai berikut:
9
“ Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui literasi informasi di program Studi Ilmu Perpustakaan (PSIP) S1 (semester VII/T.A 2009/2010) dengan menggunakan standar yang dibuat oleh Association of college and research (ACRL). Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa PSIP semester VII/ T.A 2009/2010, berjumlah 30 orang. Sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2009. Hasil analisa menunjukkan literasi informasi yang dimiliki mahasiswa PSIP dengan menggunakan acuan standar yang dibuat ACRL adalah sebagai berikut: kemampuan yang dimiliki hampir setengah mahasiswa untuk menentukan kealamiahan dan keluasan informasi dapat dikatakan sudah baik. Dalam hal kmampuan mengakses informasi, dapat disimpulkan sebagian besar mahasiswa telah memiliki kemampuan yang baik. Untuk mengevaluasi informasi yang diperoleh secara kritis, mayoritas mahasiswa sudah melakukannya dengan baik. Kemampuan sebagian besar mahasiswa dalam menggunakan dan mengkomunikasikan informasi juga sudah baik. Setengah mahasiswa juga telah paham terhadap isu hukum, ekonomi dan sosial seputar informasi secara etis dan legal dapat dikatakan sudah cukup baik. Dari penjabaran kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa, maka dapat dikatakan literasi informasi mahasiswa PSIP sudah cukup baik”. Kata kunci : Literasi informasi Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian di atas adalah kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa dalam berliterasi informasi. Perbedaannya adalah obyek penelitian yang diteliti dengan waktu penelitian.
H. LANDASAN TEORI 1. Efektivitas Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Atmosoeprapto (2002:139) menyatakan efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai
10
sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat. Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sasaran telah dicapai. Gibson dalam Tangkilisan (2005:65) mengatakan bahwa
efektivitas
organisasi dapat diukur melalui : a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan c. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap d. Perencanaan yang matang e. Penyusunan program yang tepat f. Tersedianya sarana dan prasarana g. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik Efektivitas berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Jadi efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran. Sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para pakar di atas, dapat simpulkan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan. Jadi apabila tujuan tersebut telah dicapai, baru dapat dikatakan efektif.
11
2. Literasi Informasi a. Pengertian Literasi informasi diperkenalkan oleh Paul Zurkowski pada tahun 1974. Beliau ketika itu menjabat sebagai President of Information Industry Association mengajukan proposal kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) USA. Paul Zurkowski menyatakan bahwa dalam program nasional, salah satu yang harus dicapai adalah literasi informasi secara universal. Sedangkan definisi literasi informasi sendiri menurut Amstrong dalam Webber (2008:40) yang menyatakan bahwa pengertian literasi informasi : “Information literacy is knowing when and why you need information, where to find it, and how to evaluate, use and communicate it in an ethical manner”.
Dalam pengertian tersebut menyatakan bahwa literasi informasi adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui kapan dan mengapa kita memerlukan informasi, dimana menemukannya, dan bagaimana mengevaluasinya, menggunakan dan mengkomunikasikannya secara etis.
Menurut Dictionary for Library and Information Science oleh
Reitz (2004:356) literasi informasi adalah “Skill in finding the infrmatin ne needs including and understanding of how libraries are organized, familiary with resource they provide (including information formats and automated search tools), and knowledge of commonly used techniques. The concepst also includes the skill required to critically evaluate information contents and employ it effectively, as well as understanding of the technological infrastructure
12
on which information transmission is based, including its social, and cultural context and impact”. Dari pernyataan di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah kemampuan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan, termasuk pemahaman bahan perpustakaan yang diatur, akrab dengan sumber yang tersedia (termasuk format informasi dan alat penelusuran otomatis) dan ilmu pengetahuan dari teknik yang dapat digunakan. Konsep tersebut juga mencakup kemampuan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi isi informasi dengan kritis dan menggunakannya secara efektif, seperti pemahaman terhadap alat-alat teknologi sebagai dasar penyampaian informasi, termasuk bidang sosial, politik, konteks budaya dan dampaknya. Dalam final report America Library Association’s Presidential
committee
on
Information
Literacy
(ALA:
1989)
memberikan definisi yang banyak digunakan yaitu, “Information literacy is a set of abilities reuiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effetivelly the needed information.”
Artinya bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan memiliki
kemampuan
untuk
menemukan,
mengevaluasi,
dan
menggunakannya secara efektif. Hal senada juga diberikan oleh Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) yaitu literasi informasi adalah seperangkat ketrampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari
13
suatu masalah yang ada. Ketrampilan ini meliputi mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan, mengomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi (APISI: 2007). Dari definisi tersebut literasi informasi merupakan kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dari berbagai jenis sumber. Literasi informasi menjadi hal yang sangat penting dimiliki oleh setiap orang khususnya mahasiswa untuk mengurangi pengaruh negatif dari pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini dan juga untuk meningkatkan kemampuan akademik seseorang. b. Tujuan Literasi Informasi Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki seseorang terutama dalam dunia perguruan tinggi karena pada saat ini semua orang dihadapkan dengan berbagai jenis sumber informasi yang berkembang sangat pesat, namun belum tentu semua informasi yang ada dan diciptakan tersebut dapat dipercaya dan sesuai dengan kebutuhan informasi para pencari informasi. Literasi informasi akan memudahkan seseorang untuk belajar secara mandiri dimana pun berada dan berinteraksi dengan berbagai informasi. Literasi informasi juga sangat berguna dalam dunia perguruan tinggi untuk mendukung pendidikan dan dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik untuk menemukan informasi bagi dirinya sendiri dan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Selain itu
14
dengan memiliki literasi informasi maka para peserta didik mampu berpikir secara kritis dan logis serta tidak mudah percaya terhadap informasi yang diperoleh sehingga perlu mengevaluasi terlebih dahulu informasi yang diperoleh sebelum menggunakannya. Menurut ACRL (Association of Colloge & Research Libraries) menyatakan bahwa, individu yang menguasai literasi informasi akan mampu untuk: a. Menentukan informasi yang dibutuhkan. b. Mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien c. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis. d. Memasukkan informasi yang dipilih ke dalam basis pengetahuan seseorang. e. Menggunakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan tertentu. f. Memahami masalah-masalah ekonomi, mengakses dan menggunakan informasi secara etis dan legal. Dengan demikian, literasi informasi menjadi sangat penting untuk dimiliki dan terus ditingkatkan oleh setiap orang terutama dikalangan mahasiswa terlebih di dalam era globalisasi informasi agar dapat memperoleh dan memanfaatkan informasi sesuai dengan kebutuhannya sebagai orang yang berintelektual. Literasi informasi memiliki tujuan dalam membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi (pendidikan, kesehatan, pekerjaan) maupun lingkungan masyarakat.
15
c. Manfaat Literasi Informasi bagi mahasiswa di perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta Literasi informasi merupakan kemampuan yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seseorang terutama orang yang berada dalam dunia pendidikan. Dengan adanya literasi informasi yang diadakan di perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta secara berkelanjutan, mahasiswa akan mendapatkan manfaat dalam pemahaman mengenai cara menggunakan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan secara legal dan beretika. Menurut Adam (2009:1) manfaat literasi informasi adalah 1. Membantu dalam pengambilan keputusan Apabila seseorang tertimpa suatu permasalahan, pemecahannya adalah mencari informasi supaya dapat segera memecahkan permasalahan tersebut. Jika seseorang tersebut telah mempunyai kemampuan literasi informasi niscaya ia akan tahu caranya mencari, menemukan, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efesien efektif, beretika dan legal untuk mengambil keputusan
dalam
memecahkan
suatu
permasalahan
yang
dihadapinya. 2. Menjadi manusia pembelajar Informasi merupakan kebutuhan yang vital bagi setiap orang. Dengan mempunyai kemampuan literasi informasi seseorang menjadi manusia pembelajar, karena literasi informasi memiliki
16
peran yang strategis dalam meningkatkan kemampuan. Dengan orang semakin terampil dalam mencari, menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi semakin terbuka pula kesempatan seseorang untuk melakukan pembelajaran secara mandiri. 3. Menciptakan pengetahuan baru Seseorang yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi dicirikan oleh
kemampuannya
dalam
memecahkan
masalah
dan
mengkomunikasikan gagasannya dengan baik. Selain itu ia juga dapat berpikir kritis, analitis dan membangun argumentasinya secara logis dengan didukung fakta dan informasi yang diperlukan. Dengan memiliki kemampuan literasi informasi yang baik, seseorang dapat membuat inovasi baru dari pengetahuan sebelumnya. Berdasarkan beberapa pendapat tentang manfaat literasi informasi yang telah diuraikan di atas, Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengadakan kegiatan pelatihan literasi informasi secara terstruktur dan sudah terjadwal. Dengan adanya pelatihan literasi di Perpustakaan
Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta
mahasiswa
mendapatkan manfaat yang telah diuraikan di atas. Mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan literasi informasi di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta diharapkan menjadi mahasiswa yang literat (information literate), yaitu menjadi manusia pembelajar mandiri dan kompeten.
17
d. Model Literasi Informasi Sejak diperkenalkan tahun 1974, model literasi informasi kemudian berkembang. Perkembangan ini menunjukkan keragaman pendekatan terhadap pemahaman literasi informasi di beberapa negara maju. Ada banyak model literasi informasi yang digunakan sebagai rujukan, untuk mengajarkan
literasi
informasi.
Model-model
literasi
informasi
merupakan cara yang terpola dalam mengajarkan pemustaka agar memiliki kemampuan untuk mencari informasi. Berikut adalah beberapa model literasi informasi yang sering digunakan dengan keunikan masing-masing : a. British Models British Model (George, 2013) adalah sebuah model yang pertama dikembangkan pada tahun 1981 oleh Michael Marland dalam bukunya Information Skills in the Secondary Currriculum (George, 2013:1). Model ini diterapkan di sekolah dan disebut dengan keterampilan informasi. British Model mempunyai sembilan langkah untuk memecahkan masalah yaitu : a) Memformulasikan dan menganalisa kebutuhan b) Mengidentifikasi dan memeriksa sumber-sumber informasi c) Menelusur dan menemukan sumber-sumber individu d) Menguji, memilih sumber-sumber informasi e) Mengintegrasikan sumber-sumber informasi tersebut f) Menyimpan dan mensortir informasi
18
g) Menginterpretasikan,
menganalisa,
mensintesiskan
dan
mengevaluasi informasi h) Mempresentasikan atau mengkomunikasikan informasi dan i) Mengevaluasi. b. Big6 (George, 2013) Model literasi informasi Big6 dikembangkan oleh dua pakar literasi informasi yaitu Mike Eisenberg dan Bob Berkowitz pada tahun 1988. Model ini merupakan model yang paling banyak digunakan dalam mengajarkan keahlian literasi informasi. Model ini banyak digunakan di sekolah maju dalam kegiatan program literasi informasi mereka. Bahan-bahan tentang model ini juga sangat mudah diperoleh di internet dibandingkan model-model lainnya. Itu sebabnya, pengguna model ini dapat dengan mudah memperoleh hal-hal baru yang dikembangkan oleh Eisenberg dan Berkowitz melalui internet. Dengan demikian, penggunaannya juga semakin memasyarakat. Apalagi, pengembang model ini juga menciptakan model sederhana bagi para siswa di sekolah dasar untuk memudahkan mereka dalam mengembangkan keterampilan literasi informasi sejak dini. Model ini disebut dengan Super3 yaitu Plan, Do dan Review. Sejauh ini, hanya model ini yang dikembangkan secara khusus untuk anak-anak di sekolah dasar.
19
Enam langkah dalam model Big6 adalah : a) Definisi tugas atau masalah 1. Mendefinisikan masalah informasi 2. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi b) Strategi pencarian informasi 1. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan 2. Menyeleksi sumber terbaik c) Lokasi dan Akses 1. Melokasikan
sumber-sumber
informasi
secara
intektual maupun fisik 2. Menemukan informasi dalam sumber d) Pemanfaatan informasi yang sudah diperoleh 1. Menghubung-hubungkan informasi 2. Menyarikan informasi yang relevan e) Pengintegrasian informasi yang diperoleh dari sumbersumber tersebut /Sintesa 1. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber 2. Mempresentasikan informasi f) Pengevaluasian terhadap hasil informasi yang diperoleh dan proses pemecahan masalahnya. 1. Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas 2. Nilai proses dari segi efesiensi.
20
c. Sconul Seven Pillars Model Seven Pillar Model dibuat oleh Standing Conference of National and University Libraries (SCONUL), pada tahun 1999. Model ini menggabungkan ide-ide tentang berbagai ketrampilan yang terlibat dengan kedua kebutuhan untuk menjelaskan dan menggambarkan hubungan antara informasi, ketrampilan dan kemampuan teknologi informasi, serta gagasan tentang kemajuan dalam pendidikan perguruan tinggi yang terkandung dalam pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Dalam SCONUL Seven Pillars Models for Information Literacy disebutkan bahwa ketrampilan dalam Sconul Seven Pillar Model (SCONUL, 2013) ini yaitu : a) Mengenal kebutuhan informasi b) Membedakan cara mengatasi kesenjangan, mengetahui sumber informasi c) Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi d) Menentukan lokasi dan akses informasi e) Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda f) Mengorganisir,
menerapkan
dan
mengkomunikasikan
informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai dengan situasi g) Menyatukan dan membangun atas informasi yang ada dan mendukung penciptaan ilmu baru
21
d. Empowering Eight (E8TM) Empowering 8 (E-8) adalah sebuah model pemecahan masalah untuk model pembelajaran berbasis sumber belajar. E-8 dikembangkan pada bulan November 2004 dalam International Workshop on Information Skills for Learning di University of Colombo, Sri Langka. Kegiatan ini didukung penuh oleh IFLA/ALP dan NILIS di University of Colombo, Sri Lanka. Model yang dihasilkan oleh peserta dari negara-negara Asia ini disebut dengan Empowering 8 dan dipercaya sebagai model yang cocok penerapannya di negaranegara Asia.
Unsur-unsur yang tercakup dalam E-8 adalah :
a) Identifikasi / Identify 1. Menentukan subyek/topic 2. Menentukan dan memahami target pendengar 3. Memilih bentuk yang cocok untuk produk akhir 4. Mengidentifikasi kata kunci 5. Merencanakan strategi penelusuran 6. Mengidentifikasi jenis sumber informasi dan lokasi informasi dapat ditemukan b) Eksplorasi / Explore 1. Menentukan sumber-sumber yang cocok dengan topik yang dipilih 2. Menemukan informasi yang cocok dengan topik yang dipilih
22
3. Melakukan wawancara, karya wisata atau penelitian luar lainnya. c) Memilih / Select 1. Memilih informasi yang sesuai 2. Menentukan informasi dari yang terlalu mudah sampai yang terlalu sulit 3. Mencatat informasi dengan membuat pengaturan visual seperti chart, grafik dan sejenisnya. 4. Menentukan tahapan proses 5. Mengumpulkan sitasi yang cocok d) Mengorganisir / Organise 1. Menyeleksi informasi 2. Membedakan antara fakta, opini dan fiksi 3. Memeriksa ketumpangtindihan di antara sumber 4. Menyusun informasi dalam susunan yang logis 5. Menggunakan visual organizer untuk menguji e) Mencipta / Create 1. Menyiapkan
informasi
bahasa yang dibuat sendiri 2. Merevisi 3. Membuat format bibliografi
dengan
menggunakan
23
f) Menyajikan / Present 1. Menyajikan atau mempresentasikan hasil karya ilmiah / penelitian 2. Membagikan informasi kepada peserta/audien 3. Menayangkan informasi dalam bentuk yang tepat dan sesuai dengan peserta/audien 4. Menyiapkan
dan
menggunakan
perlengkapan
dengan semestinya g) Menaksir / Assess 1. Menerima masukan dari peserta / audien 2. Menilai penampilan orang lain sebagai respons hasil karya orang lain 3. Merefleksikan hasil karya ilmiah / penelitian 4. Mengungkapkan ketrampilan baru yang telah dipelajari dalam proses penelitian 5. Memperhatikan hal-hal yang dapat dilakukan dengan lebih baik lagi di waktu mendatang h) Menerapkan / Apply 1. Meninjau ulang semua masukan dan penilaian yang telah diberikan 2. Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar berikutnya.
24
3. Menggunakan pengetahuan baru yang didapat dalam berbagai situasi 4. Menentukan subjek lain yang dapat menerapkan ketrampilan ini 5. Memberi tambahan pada portfolio yang dibuat e. Tujuh Langkah Knowledge Management (Diao Ai Liem et.al, 2007) Di Indonesia, lahir sebuah model baru yang disebut dengan Tujuh Langkah Knowledge Management yang dikembangkan oleh Diao Ai Lien dan kawan-kawan dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta pada tahun 2007. Model ini merupakan gabungan antara Big6 dan Empowering Eight yaitu dengan menambahkan kemampuan ke-8 dari Empowering Eight ke dalam Big6 (Diao Ai Lien et.al, 2007:6). Model ini dikembangkan untuk membantu para mahasiswa dalam menyelesaikan tugas penelitian mereka di kampus. Dengan target pengguna yang spesifik ini maka pada langkah menciptakan kegiatan yang secara jelas dilakukan adalah menulis, yaitu menulis hasil karya penelitian maupun skripsi mereka. Tujuh langkah langkah yang dicakup dalam model ini yaitu : a. Merumuskan masalah b. Mengidentifikasi dan mengakses informasi (fisik dan intelektual) c. Mengevaluasi sumber informasi dan informasi
25
d. Menggunakan informasi e. Menciptakan karya f. Mengevaluasi karya g. Menarik pelajaran Dari model-model literasi informasi yang telah sedikit diuraikan, perpustakaan Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta
menggunakan
Empowering Eight dan Sconul Seven Pillar Model untuk program literasi informasinya. e. Standar Literasi Informasi untuk Perguruan Tinggi Association of College & Research Libraries (ACRL) telah membuat suatu kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi informasi individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas, pustakawan, dan staf
lainnya dapat
menentukan indikator tertentu
untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki kemampuan literasi informasi. Di pihak mahasiswa juga akan mendapati bahwa kompetensi literasi informasi ini akan berguna, karena kompetensi
ini
memberikan
mahasiswa
suatu
kerangka
untuk
mengendalikan interaksi mereka dengan informasi yang berada di lingkungan mereka. Standar Literasi Informasi untuk Pendidikan Tinggi (information Literacy Competency Standar for Higher School) yang disetujui Dewan ACRL tanggal 18 Januari 2000, dalam standar ini disebutkan lima
26
standar yang memiliki 22 (dua puluh dua) indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah : 1. Standar Satu Mahasiswa yang literat menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat mendefinisikan dan menyatakan dengan jelas kebutuhannya terhadap informasi. b) Mahasiswa yang literat mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk dari sumber informasi yang potensial. c) Mahasiswa yang literat mempertimbangkan biaya dan keuntungan yang diperoleh dari informasi yang dibutuhkan d) Mahasiswa yang literat mengevaluasi jenis dan batas informasi yang diperlukan. 2. Standar Dua Mahasiswa yang literat mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efesien Indikatornya a) Mahasiswa yang literat dapat memilih metode pencarian atau sistem penelusuran informasi yang paling sesuai untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. b) Mahasiswa yang literat membuat dan melakukan strategi penelusuran yang telah dirancang dengan efektif.
27
c) Mahasiswa yang literat melakukan temu kembali informasi secara pribadi maupun secara online dengan menggunakan berbagai metode. d) Mahasiswa yang literat memperbaiki strategi penelusurannya jika diperlukan. e) Mahasiswa yang literat mengutip, mencatat, mengelola informasi dari sumber-sumbernya. 3. Standar Tiga Mahasiswa yang literat mengevaluasi dari sumber-sumbernya secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilihnya ke dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat dapat merangkum ide utama yang akan diambil dari informasi yang dikumpulkan. b) Mahasiswa yang literat menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya. c) Mahasiswa yang literat dapat menyatukan ide-ide utama untuk membentuk konsep baru. d) Mahasiswa yang literat dapat membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari informasi.
28
e) Mahasiswa yang literat
mengetahui dan menentukan
pengetahuan baru memiliki dampak pada sistem nilai individu
dan
mengambil
langkah
untuk
menyatukan
perbedaan. f) Mahasiswa yang literat memeriksa kebenaran pemahaman dan interprestasi informasi melalui wacana dengan individu lain, para ahli di bidangnya dan para praktisi. g) Mahasiswa yang literat menentukan apakah pertanyaan awal harus diperbaiki. 4. Standar Empat Mahasiswa yang literat secara individu atau sebagai anggota kelompok, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil tertentu. b) Mahasiswa yang literat memperbaiki proses pengembangan suatu hasil karya. c) Mahasiswa yang literat mengkomunikasikan hasil karya atau kinerja secara efektif kepada orang lain. 5. Standar Lima Mahasiswa yang literat memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum.
29
Indikatornya a) Mahasiswa yang literat memahami banyak tentang masalah etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan teknologi. b) Mahasiswa yang literat mematuhi undang-undang peraturan, kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses dan penggunaan sumber informasi. c) Mahasiswa yang literat mengakui penggunaan sumber-sumber informasi saat menunjukkan hasil karyanya. Standar literasi informasi inilah yang diterapkan di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam melakukan kegiatan pelatihan program literasi informasi kepada para mahasiswa.
3. Perpustakaan Perguruan Tinggi a. Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Sebagai bagian dari institusi perguruan tinggi, perpustakaan diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat yang dapat dijabarkan sebagai berikut : -
Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah,
30
menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi untuk mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku. -
Dalam
menunjang
penelitian
maka
kegiatan
perpustakaan
perguruan tinggi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi atau ekstern di luar institusi. -
Dalam
menunjang
pengabdian
kepada
masyarakat
maka
perpustakaan perguruan tinggi melakukan kegiatan dengan mengumpulkan,
mengolah,
menyimpan,
menyajikan
dan
menyebarluaskan informasi bagi masyarakat. -
Pada dasarnya tugas perpustakaan perguruan tinggi secara umum adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan,
mengolah
dan
merawat
pustaka
serta
mendayagunakan untuk kepentingan civitas academika pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. b. Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Berdasarkan standarisasi sebagai lembaga, fungsi perpustakaan adalah (Utomo,2002:1): -
Lembaga pengelola sumber-sumber informasi
-
Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi
-
Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan
-
Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa)
-
Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa.
31
Dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0103/o/1981 menyatakan Perpustakaan
Perguruan Tinggi
berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian dan pusat informasi bagi pelaksanaan tridarma perguruan tinggi. Sejalan
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
teknologi,
komunikasi dan budaya serta peningkatan kebutuhan pemustaka maka fungsi PPT dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut : a) Studying Center, artinya bahwa perpustakaan merupakan pusat belajar maksudnya dapat dipakai untuk menunjang belajar (mendapatkan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam jenjang pendidikan) b) Learning Center, artinya berfungsi sebagai pusat pembelajaran (tidak hanya belajar) maksudnya bahwa keberadaan perpustakaan di fungsikan sebagai tempat untuk mendukung proses belajar dan mengajar.
(Undang-undang
No 2
Tahun
Perpustakaan harus ada di setiap satuan
1989
Ps.
35:
pendidikan yang
merupakan sumber belajar). c) Research Center, hal ini dimaksudkan bahwa perpustakaan dapat dipergunakan sebagai pusat informasi untuk mendapatkan bahan atau data atau informasi untuk menunjang dalam melakukan penelitian.
32
d) Information
Resources
Center, maksudnya
bahwa
melalui
perpustakaan segala macam dan jenis informasi dapat diperoleh karena fungsinya sebagai pusat sumber informasi. e) Preservation of Knowledge center, bahwa fungsi perpustakaan juga sebagai pusat pelestari ilmu pengetahuan sebagai hasil karya dan tulisan bangsa yang disimpan baik sebagai koleksi deposit, local content atau grey literatur f) Dissemination of Information Center, bahwa fungsi perpustakaan tidak
hanya
mengumpulkan,
pengolah,
melayankan
atau
melestarikan namun juga berfungsi dalam menyebarluaskan atau mempromosikan
informasi.
Center, bahwa
disamping
Dissemination
of
Knowledge
menyebarluaskan
informasi
perpustakaan juga berfungsi untuk menyebarluaskan pengetahuan (terutama untuk pengetahuan baru) c. Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi Secara umum tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah menyusun kebijakan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah, dan merawat pustaka serta mendayagunakannya baik bagi sivitas akademika maupun masyarakat luar kampus. Menurut pedoman umum pengelolaan koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi dapat di rinci sebagai berikut:
33
-
Mengikuti perkembangan kurikulum serta perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pengajaran atau proses pembelajaran
-
Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam rangka studi
-
Mengikuti perkembangan mengenai program-program penelitian yang diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi peneliti.
-
Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik berupa tercetak maupun tidak tercetak
-
Menyediakan
fasilitas,
yang
memungkinkan
pemustaka
mengakses perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan kebutuhan informasi yang diperlukan. (PNRI, 2004) I. METODE PENELITIAN 1.
Jenis penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai metode penelitian, karena peneliti ingin mengetahui tingkat efektifitas program literasi informasi mahasiswa di Perpustakaan Uniersitas Atma Jaya Yogyakarta dengan hasil olahan data statistik yang kemudian diinterpelasikan dalam analisis
34
data. Sedangkan pengumpulan data dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden sebagai sampel penelitian. Kuesioner mengenai literasi informasi, didukung observasi serta wawancara yang kemudian diinterprestasikan. Kuesioner disusun dengan mengacu pada Information Literacy Competency Standards for Higher Education dari Association of College and Research Libraries (ACRL), sebagai indikator pengukuran mahasiswa UAJY dalam penilaian tingkat literasi informasi. 2.
Lokasi penelitian Lokasi yang dipilih oleh peneliti yaitu di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dengan alasan peneliti ingin mengetahui efektivitas penerapan program literasi informasi di perpustakaan sehingga hasil yang diperoleh menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi perpustakaan tempat peneliti selama ini mengabdi sekaligus untuk meningkatkan mutu program literasi informasi.
3.
Variabel penelitian a.
Definisi Konseptual Pada penelitian ini penulis menerangkan serta memaparkan efektivitas program literasi informasi yang dilaksanakan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Literasi informasi adalah kemampuan
seseorang
dalam
mencari,
menggunakan
dan
mengevaluasi informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efesien serta dapat mengembangkan menjadi pengetahuan yang baru.
35
Konseptual
literasi
informasi
menggunakan
standar
ACRL
(Association of College & Research Libraries ) meliputi : menentukan sifat
dan cakupan
informasi
yang
dibutuhkan,
mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis, menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu, dan memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi. b.
Definisi Operasional Definisi operasional adalah sesuatu yang menjadi obyek pengamatan dalam penelitian yang berdasarkan atas sifat atau halhal yang dapat didefinisikan atau diobservasikan. Obyek penelitian dikhususkan kepada mahasiswa pemustaka Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Association of College & Research Libraries (ACRL) telah membuat suatu kerangka standar untuk menilai kemampuan literasi informasi individu, kerangka ini memuat garis besar proses fakultas, pustakawan, dan staf lainnya dapat menentukan indikator tertentu untuk mengetahui seorang mahasiswa dapat dianggap memiliki kemampuan literasi informasi. Standar
Literasi
Informasi
untuk
Pendidikan
Tinggi
(information Literacy Competency Standar for Higher School) yang disetujui Dewan ACRL tanggal 18 Januari 2000, dalam
36
standar ini disebutkan lima standar yang memiliki 22 (dua puluh dua) indikator yang berfokus pada kebutuhan mahasiswa pendidikan tinggi. Lima standar tersebut adalah : 1) Standar Satu Mahasiswa yang literat menentukan jenis dan batas informasi yang diperlukan. Indikatornya a). Mahasiswa yang literat mendefinisikan dan menyatakan dengan jelas kebutuhannya terhadap informasi. b). Mahasiswa yang literat mengidentifikasi berbagai jenis dan bentuk dari sumber informasi yang potensial. c). Mahasiswa yang literat mempertimbangkan biaya dan keuntungan
yang
diperoleh
dari
informasi
yang
dibutuhkan. d). Mahasiswa yang literat mengevaluasi jenis dan batas informasi yang diperlukan. 2)
Standar Dua Mahasiswa
yang
literat
mengakses
informasi
yang
diperlukan dengan efektif dan efesien. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat dapat memilih metode pencarian atau sistem penelusuran informasi yang paling sesuai untuk mengakses informasi yang dibutuhkan.
37
b) Mahasiswa yang literat membuat dan melakukan strategi penelusuran yang telah dirancang dengan efektif. c)
Mahasiswa yang literat melakukan temu kembali informasi secara pribadi maupun secara online dengan menggunakan berbagai metode.
d) Mahasiswa
yang
literat
memperbaiki
strategi
penelusurannya jika diperlukan. e)
Mahasiswa yang literat mengutip, mencatat, mengelola informasi dari sumber-sumbernya.
3) Standar Tiga Mahasiswa yang literat mengevaluasi dari sumber-sumbernya secara kritis dan memasukkan informasi yang telah dipilihnya ke dalam sistem pengetahuan dan nilai yang dimilikinya. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat dapat merangkum ide utama yang akan diambil dari informasi yang dikumpulkan. b) Mahasiswa yang literat menentukan dan menerapkan kriteria awal untuk mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya. c) Mahasiswa yang literat dapat menyatukan ide-ide utama untuk membentuk konsep baru. d) Mahasiswa yang literat dapat membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya untuk menentukan
38
nilai tambah, kontradiksi, atau karakteristik unik lainnya dari informasi. e) Mahasiswa yang literat mengetahui dan menentukan pengetahuan baru memiliki dampak pada sistem nilai individu dan mengambil langkah untuk menyatukan perbedaan. f)
Mahasiswa yang literat memeriksa kebenaran pemahaman dan interprestasi informasi melalui wacana dengan dengan individu lain, para ahli di bidangnya dan para praktisi.
g) Mahasiswa yang literat menentukan apakah pertanyaan awal harus diperbaiki. 4) Standar Empat Mahasiswa yang literat secara individu atau sebagai anggota kelompok, menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat menerapkan informasi baru dan yang lama untuk merencanakan dan menciptakan hasil tertentu. b) Mahasiswa yang literat memperbaiki proses pengembangan suatu hasil karya. c) Mahasiswa yang literat mengkomunikasikan hasil karya atau kinerja secara efektif kepada orang lain.
39
5) Standar Lima Mahasiswa yang literat memahami isu ekonomi, hukum, dan sosial seputar penggunaan akses informasi secara etis dan sesuai hukum. Indikatornya a) Mahasiswa yang literat memahami banyak tentang masalah etika, hukum dan sosial-ekonomi seputar informasi dan teknologi. b) Mahasiswa yang literat mematuhi undang-undang peraturan, kebijakan institusi dan etika yang berhubungan dengan akses dan penggunaan sumber informasi. Semua
indikator
akan dijadikan sumber
pedoman untuk
mendapatkan data primer yang berupa hasil dari kuesioner ditambah dengan wawancara. 4.
Populasi dan Teknik pengambilan sampel a. Populasi Menurut
Sugiyono
(2011:61)
populasi
adalah wilayah
generalisasi terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi adalah keseluruhan dari obyek/subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diamati, dipelajari dan di teliti. Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang mengikuti program literasi
40
informasi dalam 1 (satu) bulan terakhir yaitu bulan Oktober 2014 sebanyak 395 mahasiswa. b. Teknik pengambilan sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Gay dalam Kuncoro (2009:126) sebaiknya untuk penelitian deskriptif besarnya sampel adalah 10% dari populasi. Maka untuk penelitian ini sampelnya sabanyak 395 x 10% = 39,5 dibulatkan menjadi 40 Maka oleh karena itu, peneliti membagikan kuesioner kepada 40 mahasiswa yang telah mengikuti pelatihan literasi informasi di Perpustakaan kualifikasi,
Universitas mahasiswa
Atma
semester
Jaya V
Yogyakarta. (lima)
keatas,
Dengan dengan
pertimbangan bahwa mahasiswa semester V telah memiliki pemahaman yang lengkap terhadap literasi informasi. Dimana pengambilan sampel menggunakan teknik sampling random atau acak. 5.
Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti yang dikemukakan Simamora (2008:43) sebagai berikut :
41
a.
Observasi Pengumpulan data langsung pada objek yang akan diteliti, melakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap gejala atau fenomena yang diteliti. Dalam metode ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung pada pelaksanaan kegiatan literasi informasi yang dilakukan oleh Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
b.
Kuesioner Merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden yang sudah ditentukan. Disusun secara terstruktur yang berguna untuk menjaring data sehingga diperoleh data yang akurat berupa tanggapan langsung dari para responden. Kuesioner disebarkan kepada mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang telah mengikuti pelatihan program literasi informasi.
c.
Wawancara Dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang berkepentingan dalam perpustakaan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga dapat mendukung penelitian. Pada penelitian ini penulis memilih wawancara digunakan sebagai
tambahan
informasi
data
untuk
mendapatkan
42
kelengkapan data yang belum terdapat pada berbagai pertanyaan kuesioner. Peneliti sekaligus sebagai seorang pewawancara telah mempersiapkan pedoman pertanyaan terlebih dahulu secara tertulis tentang yang hendak penulis tanyakan kepada responden yang belum terdapat pada kuesioner tetapi keberadaannya diperlukan sebagai penguat data. d.
Studi kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk mencari teori dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan melalui buku-buku, referensi, artikel dan sumber data lainnya. Kegunaan studi kepustakaan adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dan relevan dengan masalah yang diangkat.
6.
Analisis Data Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan bantuan
wawancara,
kemudian
dideskripsikan
dengan
cara
menggunakan analisis persentase. Untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden, penulis menggunakan rumus seperti yang dikemukakan Simamora (2008: 220) adalah sebagai berikut:
43
P = f/n x 100% Dimana: P = Persentase f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (frekuensi jawaban) n = Jumlah responden Dalam penafsiran data digunakan metode penafsiran data sebagaimana di kemukakan oleh Simamora, (2008: 220). Penafsiran data menggunakan dua angka di belakang koma, sebagai berikut: 0,00%
= Tidak ada
0,01% - 24,99%
= Sebagian kecil
25% - 49,99%
= Hampir setengah
50%
= Setengahnya
50,01% - 74,99%
= Sebagian besar
75% - 99,99%
= Pada umumnya
100%
= Seluruhnya Setelah dibuat persentase, selanjutnya data diinterpretasikan
menggunakan analisis kuantitatif, dengan menggunakan metode deduktif.