BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kambing adalah penghasil daging yang sangat produktif. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenyataan bahwa sekitar 10% pasokan daging di Indonesia berasal dari kambing (Rangkuti et al., 1984). Selain daging, kambing juga mampu menghasilkan susu dan kulit yang dapat digunakan untuk kerajinan tangan, bulu kambing juga bernilai karena dapat digunakan untuk serat tekstil. Selain berbagai fungsi utamanya, kambing daerah tropis juga mempunyai arti penting lain. Diantaranya adalah untuk investasi, jaminan bila terjadi kegagalan panen pada petani kecil dan sebagai hewan penyedia pupuk kandang. Kambing mempunyai banyak kelebihan diantaranya mudah beradaptasi dengan lingkungan, memiliki resistensi terhadap penyakit, dan hidup baik pada kondisi dimana hewan domestik lain sulit untuk hidup. Perkembangan ternak ruminansia masih sulit berkembang, hal ini terkendala oleh ketersediaan hijauan yang terbatas. Indonesia merupakan negara tropik yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim penghujan produksi hijauan di Indonesia sangat berlimpah,
sedangkan produksi hijauan pada musim kemarau sangat
terbatas. Hal tersebut dapat mempengaruhi proporsi pemberian pakan
1
hijauan pada ternak. Feradis (2010) mengatakan bahwa musim sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan, asupan serat kasar, dan protein kasar pada kambing di dataran rendah, menengah, dan tinggi di Indonesia. Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak, Dari aspek ekonomi biaya pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh kepada tingkat produksi ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak (misal calving interval, tingkat kematian). Ketersediaan pakan hijauan saat musim hujan melimpah sedangkan pada musim kemarau pakan hijauan sangat sedikit sehingga hal ini berdampak pada peternakan yang mengalami penurunan produktivitas. Salah satu upaya untuk mengantisipasi akan hijauan yang terbatas pada saat kemarau adalah dengan menggunakan manajemen pakan metode restriksi (pengurangan pakan dalam batas kebutuhan tubuh), kemudian dilanjutkan dengan memberikan refeeding (pemenuhan pakan kembali pasca restriksi), sehingga timbul efek compensatory growth dari fase restriksi. Pola pembatasan pakan yang tepat akan banyak menguntungkan karena tidak mengganggu proses metabolisme dan dapat meningkatkan penyerapan zat makanan karena laju digesti menjadi lambat.
2
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan waktu pembatasan dan pemenuhan kembali jumlah pakan terhadap konsumsi pakan, kecernaan dan perubahan bobot badan pada kambing kacang jantan.
Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi pemberian pakan dalam aspek produksi pada ternak.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dan Malaysia (Devandra dan Burns, 1994). Kambing kacang memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak (Batubara et al., 1993). Menurut Jakfar (2010), kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan
peluang
untuk
dikembangkan.
Potensinya
adalah
mudah
pemeliharaan dan bisa kawin secara alami. Potensi lainnya adalah daging dan kotoran. Sebagai penghasil daging, ternak ini digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat. Keunggulan
kambing
kacang
lainnya
adalah
jumlah
anak
perkelahiran yang tinggi tidak hanya kembar dua tetapi juga dapat mencapai tiga atau empat. Selain itu kambing kacang juga memiliki potensi yang lain seperti daya adaptasi yang baik terhadap kondisi yang terbatas seperti cekaman panas dan kualitas pakan yang rendah (Dinas Peternakan Brebes dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, 2005). Meskipun kambing ini sangat mudah beradaptasi terhadap kondisi pakan setempat (Sianipar et al., 2003), pengembangan kambing kacang juga terhambat karena adanya keterbatasan ketersediaan pakan pada musim kemarau (Lubis, 1994).
4
Pakan Jerami kacang tanah (rendeng). Kacang tanah merupakan tanaman
legum yang mampu mengambil nitrogen udara melalui simbiosisnya dengan bakteri Rhizobium. Kemampuan mengikat nitrogen baru dimiliki pada umur 15 sampai 20 hari setelah penanaman (Suprapto, 2001). Reksohadiprodjo (1984) menyebutkan bahwa jerami kacang tanah merupakan bagian dari limbah pertanian dan merupakan bagian terbesar dari sisa tanaman kacang tanah yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak ruminansia. Cahyono (1995) menyatakan sistematika tanaman kacang tanah adalah sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta (tanaman berbiji) Subdivisio : Angiospermae (biji berada dalam buah) Classis : Dicotylrdoneae (biji berkeping dua) Sub ordo : Polipetalis/Rosales Familia : Leguminoceae (kacang-kacangan) Sub familia : Papilionaceae Genus : Arachis Species : Arachis hypogaea L. Kacang tanah yang tergolong genus Arachis mempunyai 12 spesies. Namun, yang selama ini dikenal dan banyak dibudidayakan adalah dari spesies Arachis hypogaea L, mempunyai dua subspesies, yakni subspesies hypogeae dan subspesies fascigiata. Kedua subspesies
5
tersebut
memiliki
perbedaan
sifat-sifat
morfologi.
Kacang
tanah
subspesies fascigiata terdiri dari dua tipe, yakni tipe valensia dan tipe spanis, sedangkan kacang tanah subspesies hypogeae hanya ada satu tipe, yakni tipe virginia. Daun kacang tanah merupakan sumber protein dan zat kapur sehingga sangat baik untuk pakan ternak (misalnya ternak kelinci). Pemberiannya kepada hewan ternak tidak boleh dalam keadaan segar (daun baru dipangkas) dan juga tidak boleh dalam jumlah berlebihan, sebab daun kacang tanah yang diberikan dalam keadaan segar dan berlebihan dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (bloat) bagi hewan ternak yang memakannya (Cahyono, 1995). Jerami atau tangkai tanaman yang kering dari tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) memiliki nilai gizi lebih tinggi daripada jerami lainnya (Williamson dan Payne, 1993). Jerami kacang tanah mempunyai kandungan bahan kering (BK) sebanyak 35 %, protein kasar (PK) sebanyak 15,1 %, serat kasar (SK) sebanyak 22,7 %, total digestible nutrient (TDN) sebanyak 65 %, Ca sebanyak 1,51 % dan P sebanyak 0,20 % (Hartadi et al., 1990). Konsentrat Konsentrat merupakan bahan pakan ternak yang mengandung energi relatif tinggi, serat kasar rendah, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tinggi dan mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al., 1991). Suplementasi
pakan
konsentrat
pada
pakan
ternak
ruminansia
dimaksudkan untuk meningkatkan nilai gizi atau zat pakan, meningkatkan
6
konsumsi pakan juga meningkatkan daya cerna pakan bila diberikan pakan dasar hijauan (Mulyono, 2005). Suplementasi konsentrat ini biasanya digunakan untuk menyempurnakan susunan nutrisi dari bahan pakan dasar sebelum diberikan pada ternak dengan tujuan produksi tertentu (Parakkasi, 1999).
Pembatasan Pemberian Pakan Pertumbuhan kompensantori dapat difenisikan sebagai suatu proses fisiologis dimana organisme mempercepat pertumbuhannya setelah periode pembatasan pakan dalam rangka untuk mencapai berat badan yang pertumbuhannya berkurang (Hornick et al., 2000). Penelitian Aboelmaaty et aI. (2008) menunjukkan bahwa dengan penurunan pemberian pakan pada ternak kambing 50% dari rata-rata konsumsi sebelumnya selama 35 hari menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Namun demikian setelah pengembalian jumlah pakan selama 35 hari ternyata terjadi kompensasi pertambahan berat badan. Kompensasi pertambahan berat badan pada tiap ternak akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang mungkin akan mempengaruhi kompensasi pertambahan berat badan antara lain adalah jenis atau bangsa ternak, tingkat stress, dan lama restriksi. Dashtizadeh et al. (2008) dalam penelitiannya menunjukan kelompok ternak yang diberi periode restriksi selama 75 hari mengalami peningkatan berat badan lebih tinggi di periode pemenuhan pakan
7
kembali dibanding kelompok ternak periode restriksi 45 dan 60 hari. Ryan (1990) menambahkan peningkatan durasi pembatasan pakan cenderung meningkatkan pertumbuhan berat badan saat periode pemenuhan pakan kembali. Waktu Pembatasan Pakan Pembatasan pakan pada ternak kambing sebesar 40% dilakukan selama 35 hari menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan. Yakubu et al. (2007) dan Dashtizadeh et al. (2008) menyatakan bahwa penurunan berat badan selama periode pembatasan pakan adalah strategi dalam tubuh ternak, sehingga mengakibatkan kurangnya asupan nutrisi
yang
dibutuhkan
tubuh
ternak
untuk
mempertahankan
pertumbuhan dan perkembangan. Namun setelah pengembalian jumlah pakan selama 35 hari terjadi kompensasi pertambahan berat badan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi pertambahan berat badan antara lain
jenis atau bangsa ternak, tingkat stress dan lama
restriksi (Aboelmaaty et al., 2008). Pembatasan pakan sebesar 40% pada ternak kambing Kacang jantan selama 2 bulan mengalami penurunan secara bertahap, namun pada saat pengembalian jumlah pakan kembali berat badan yang didapat tidak setinggi pada pembatasan pakan selama 35 hari. Hewan dapat merespon secara berbeda terhadap pengembalian jumlah pakan ketika pembatasan gizi sudah tidak dilakukan, perbedaan tersebut
8
dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik, usia di mana pembatasan dikenakan, lama restriksi, kualitas pakan dan durasi refeeding (Benschop, 2000). Kecernaan Kecernaan pakan didefinisikan sebagai jumlah atau bagian pakan yang tidak diekskresikan melalui feses dan diasumsikan sebagai nutrien yang diabsorbsi oleh ternak. Kecernaan biasanya dinyatakan dalam bahan kering atau dalam bentuk persentase yang disebut koefisien cerna (McDonald et al., 1995). Faktor yang mempengaruhi kecernaan bahan pakan antara lain adalah level pakan, banyaknya serat atau lignin (jenis tanaman), definisi nutrien, preparasi bahan pakan, pengaruh frekuensi pemberian pakan, palatabilitas pakan, adaptasi perubahan pakan, perbedaan spesies ternak dan status fisiologis rumen (Church dan Pond, 1988; Tomaszewska et al., 1993). Kecernaan
pada
ruminansia
dapat
ditentukan
dengan
menggunakan ternak secara langsung. Kecernaan pakan ditetapkan berdasarkan jumlah bahan pakan yang dimakan dikurangi jumlah (feses) yang dikeluarkan, demikian juga dengan nutrien yang tercerna. Penetapan kecernaan secara in vivo dilakukan menggunakan metode koleksi total atau total collection yang dibagi menjadi tiga periode yaitu periode adaptasi kandang dan pakan, periode pendahuluan, dan periode koleksi data masing-masing selama tujuh hari. Periode adaptasi dan periode pendahuluan ada kalanya dijadikan satu sehingga tidak ada batasan yang
9
nyata. Koleksi data meliputi konsumsi selama 24 jam dari pukul 8.00 sampai pukul 8.00 pada hari berikutnya (Utomo, 2012). Tillman et al., (1998) menyatakan bahwa periode koleksi berlangsung selama 5 sampai 15 hari dan selama periode ini feses dikumpulkan, ditimbang dan dicatat.
Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah sejumlah pakan yang dapat dikonsumsi ternak pada periode waktu tertentu (Van Soest, 1994). Ternak ruminansia yang normal (tidak sakit atau sedang bereproduksi) mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok (Siregar, 1996). Pakan yang dikonsumsi menentukan jumlah zatโzat makanan yang tersedia bagi ternak dan selanjutnya akan mempengaruhi tingkat produktivitas ternak tersebut. Namun yang menentukan konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat komplek, karena banyak faktor yang terkait seperti sifat pakan, ternak dan faktor lingkungan, dimana makin baik kualitas makanannya, makin tinggi konsumsi pakan (Tarigan, 2009). Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa konsumsi BK harian kambing lokal asli daerah tropis yang diberikan pakan sekenyang kenyangnya adalah 1,8% sampai 4,7 %. Suwignyo et al. (2015) menyatakan pembatasan pakan berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi nutrien, tingkat kecernaan bahan kering dan bahan organik pada kambing bligon.
10
Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan dinyatakan umumnya dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan cara penimbangan secara berkala dan dinyatakan sebagai pertumbuhan berat badan dalam satuan waktu tertentu: tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya. Pertumbuhan mempunyai tahap yang cepat dan tahap yang lambat. Tahap yang cepat terjadi pada saat sampai pubertas dan tahap lambat terjadi pada saat dewasa tubuh telah tercapai (Tillman et al., 1989). Selama pertumbuhan ada dua hal yang terjadi yaitu peningkatan bobot badan sampai mencapai dewasa yang disebut pertumbuhan dan pertumbuhan konformasi (bentuk tubuh) serta berbagai fungsi dan kesanggupanya untuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang disebut perkembangan. Hampir pada semua hewan, walaupun betina lebih cepat mencapai dewasa namun jantan lebih besar dan lebih berat dari pada betina dalam kehidupan dewasa (Lawrie, 1995). Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia, terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Faktor jenis kelamin, hormon dan kastrasi serta genotif juga mempengaruhi pertumbuhan. Dimana konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Soeparno, 1992).
11
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia, yang cocok untuk di kembangbiakkan di daerah tropis yang jarang akan ketersediaan hijauan. Kambing kacang merupakan ternak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tidak sesuai dengan hewan domestik lain, selain itu kambing kacang tahan terhadap berberap penyakit. Hijauan pakan sebagai pakan utama ternak ruminansia sering mengalami kekurangan terutama pada musim kemarau, untuk memenuhi kebutuhan hijauan dilakukan pemanfaatan dengan limbah pertanian, salah satu limbah pertanian yang banyak tersedia adalah jerami kacang tanah. Konsumsi pakan merupakan hal pokok yang akan mempengaruhi produksi ternak. Volume pakan yang diperlukan kambing tergantung dari berat badan dan kemampuan memakan. Jika kebutuhan pakan kambing cukup maka produksinya akan baik, begitu pula sebaliknya, apabila kebutuhan pakan kambing kurang maka produksinya akan turun. Kecernaan merupakan banyaknya pakan yang dapat dicerna didalam saluran pencernaan. Penambahan jumlah bahan makanan yang dimakan mempercepat arus makanan dalam usus sehingga mengurangi daya cerna. Daya cerna yang tertinggi didapat pada jumlah konsumsi sedikit lebih rendah dari kebutuhan hidup pokok, sehingga pengurangan jumlah pakan pada fase restriksi dapat meningkatkan kecernaan ternak.
12
Pengurangan jumlah pakan yang sesuai baik dalam hal jumlah maupun waktu dimungkinkan akan menghasilkan compensantory growth. Saat periode pengurangan pakan akan memicu penurunan berat badan dan pada saat pemenuhan kembali akan terjadi penambahan bobot badan. Respon
ternak
terhadap
pengurangan
jumlah
pakan
dan
pemenuhan pakan kembali akan mempengaruhi konsumsi dan kecernaan pada
ternak.
Pengaruh
dari
penambahan
pakan
kembali
akan
meningkatkan konsumsi pakan, juga dapat meningkatkan kecernaan bahan kering pakan. Peningkatan kecernaan bahan kering pakan akan menambah jumlah zat-zat gizi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi. Hipotesis Perlakuan pembatasan dan pemenuhan kembali pakan pada perbedaan waktu akan memiliki efek yang lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan
pembatasan
pakan
dan
pemenuhan
kembali
terhadap
peningkatan konsumsi pakan, peningkatan kecernaan nutrien dan pertambahan bobot badan pada kambing kacang.
13
MATERI DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan di kandang percobaan Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, dan Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta. Materi Ternak percobaan. Ternak yang digunakan adalah 19 ekor kambing kacang jantan yang memiliki karakter morfologi panjang badan 50,33 cm, tinggi pundak 52 cm, tinggi pinggul 58,4 cm dan lingkar dada 64,77 cm (Setiadi et al., 1997), dengan rata- rata umur delapan bulan. Jenis kambing yang digunakan adalah kambing kacang yang memiliki ciriciri ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak (Batubara et al., 1993), dengan berat badan awal rata- rata 16,71 kg. Kandang percobaan. Kandang percobaan yang digunakan terdiri atas satu unit kandang berbentuk panggung dengan petak-petak individu berukuran 1,5 x 0,75 m yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Tempat pakan menempel di luar bagian depan dari petak individu, sedangkan untuk tempat air minum digunakan ember yang dimasukkan ke dalam kandang. Alat. Alat yang digunakan adalah timbangan duduk dengan merek Camry kapasistas 10 kg dengan ketelitian 25 g untuk menimbang pakan, timbangan berat badan merk Camry kapasitas 100 kg untuk menimbang
14
berat badan kambing. Chopper, parang, ember, rangkaian alat-alat laboratorium. Pakan. Pakan yang digunakan terdiri atas hijauan berupa jerami kacang tanah (rendeng) yang dibeli dari petani di wilayah Sleman. Konsentrat yang digunakan adalah konsentrat komersial berbentuk pelet dengan nama Gemuk Aยฎ produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia. Pemberian pakan dihitung 3% bahan kering dari bobot badan untuk kambing perlakuan kontrol, dengan perbandingan hijauan dan konsentrat 60:40, sedangkan untuk kambing perlakuan restriksi jumlah pakan yang dberikan sebanyak 60%, sehingga jumlah pakan yang dikurangi adalah 40% dari kebutuhan total harian dalam bahan kering maka, pemberian pakan dalam bentuk bahan kering tersaji pada Tabel 1.
Bahan pakan PO
Tabel 1. Komposisi ransum perlakuan Perlakuan (% BK dari BB ternak) BK BO PK P1 P2 P0 P1 P2 P0 P1 P2
Fase full feeding dan 4,74 4,74 4,74 refeeding Fase restriksi 2.92 2.92 2.92
P0
TDN P1
P2
1,28
1,28 1,28
0,48
0,48 0,48
1,64
1,64
1,64
0.76
0.76 0.76
0.28
0.28 0.28
0.98
0.98
0.98
Keterangan : BB : berat badan, BK : bahan kering, BO : bahan organik, PK : protein kasar, TDN : total digestible nutrient, PO : control, P1 : restriksi 1 bulan, P2 : restriksi 2 bulan.
Air minum diberikan secara ad libitum serta dikontrol pada saat pemberian pakan pagi dan sore. Komposisi hijauan dan konsentrat yang diberikan pada kambing kacang saat penelitian disajikan pada Tabel 2.
15
Bahan pakan Rendeng Konsentrat
Tabel 2. Komposisi kimia pakan penelitian Komposisi BK (%) BO (%) PK (%) SK (%) LK (%) TDN (%) 28,47 18,73 16,09 24,68 7,56 65,96 85,46 79,33 16,04 10,63 79,33 71,11
Keterangan : BK : bahan kering, BO : bahan organik, PK : protein kasar, SK : serat kasar, LK : lemak kasar, TDN : total digestible nutrient.
Metode Penelitian
dilaksanakan
pada
bulan
Agustus
2014
sampai
Desember 2014, bertempat di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Analisis komposisi kimia pakan dilakukan di Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Pra-penelitian Pra-penelitian dilakukan selama satu bulan dimaksudkan untuk membiasakan ternak dengan lingkungan yang baru (adaptasi ternak). Ternak di tempatkan pada kandang yang telah disediakan, kemudian diberikan pakan berupa konsentrat dan hijauan sesuai kebutuhan.
Tahapan penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap, dapat dilihat skema penelitian pada Gambar 1. Tahap pertama yaitu pengurangan pakan yang berlangsung selama satu bulan dan dua bulan. Jumlah pakan yang dikurangi adalah 40% dari kebutuhan total harian dalam bahan kering maka, jumlah pakan yang dberikan sebanyak 60%. Perbandingan hijauan dan konsentrat adalah 60:40. Tahap kedua berlangsung selama
16
satu bulan dan dua bulan, yaitu tahap pemenuhan kembali pakan sesuai dengan 3% bahan kering dari berat badan ternak. Pakan hijauan kacang tanah (rendeng) dan konsentrat diberikan secara ad libitum. Perubahan dari proses full feeding ke restriksi dilakukan secara gradual, yaitu penurunan pakannya dilakukan secara bertahap dilakukan selama satu minggu pada akhir perlakuan. Hal yang sama dilakukan ketika perpindahan dari pengurangan pakan ke tahap pemenuhan kembali pakan.
Restriksi
Refeeding
- P1 : 1 bulan -P2 : 2 bulan
- P1 : 1 bulan - P2 : 1 bulan
Pengambilan data Data yang diambil selama penelitian adalah konsumsi pakan, bobot hidup. Konsumsi
pakan.
Konsumsi
pakan
dihitung
dengan
cara
mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan pakan sisa atau pakan yang tidak dimakan. Pakan yang akan diberikan ditimbang terlebih dahulu, sedangkan sisa pakan ditimbang pada sore hari untuk pakan yang diberikan di pagi dan pagi hari untuk pakan yang diberikan pada sore hari.
17
Bobot hidup. Bobot hidup diambil setiap satu minggu sekali dengan cara menimbang berat badan ternak sebelum diberi pakan, dilakukan pada pagi hari agar mendapat berat kosong ternak. Kecernaan. Feses ditampung selama 24 jam selama periode pengamatan, ditimbang. Contoh feses dijemur di bawah sinar matahari. Pengamatan dilakukan selama 7 hari secara berturut pada akhir periode restriksi dan refeeding, kemudian feses yang sudah kering dikomposit dari setiap perlakuan untuk dianalisis bahan kering, bahan organik, protein kasar, dan serat kasar. Koefisien cerna nutrien dapat dihitung dengan formula : a. Konsumsi Bahan Kering (BK) : Konsumsi BK = (pemberian pakan x % BK) - (sisa pakan x % BK) b. Konsumsi Bahan Organik (BO) Konsumsi Bahan Organik = Konsumsi bahan kering x % BO c. Kecernaan Bahan Kering (KcBK) : Kecernaan BK =
(๐๐๐๐ ๐ข๐๐ ๐ ๐ต๐ ๐๐๐๐๐ โ๐ต๐ ๐๐๐ ๐๐ ) ๐๐๐๐ ๐ข๐๐ ๐ ๐ต๐ ๐๐๐๐๐
x 100%
d. Kecernaan Bahan Organik (KcBO) : Kecernaan BO =
(๐พ๐๐๐ ๐ข๐๐ ๐ ๐ต๐ ๐๐๐๐๐ โ๐ต๐ ๐๐๐ ๐๐ ) ๐พ๐๐๐ ๐ข๐๐ ๐ ๐ต๐ ๐๐๐๐๐
x 100%
Rancangan Percobaan dan Analisis data Rancangan Percobaan penelitian dilakukan dalam Rancangan Acak Kelompok. Data yang diperoleh dianalisis variasi pola searah menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows.
18