BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami pertumbuhan
yang cukup baik. Berbeda dengan perbankan konvensional yang mementingkan laba, perbankan syariah menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam aktivitas usahanya. Maali et al. (2003) mendefinisikan bank syariah sebagai bank yang mengikuti syariah Islam di transaksi bisnis mereka. Syariah mengharuskan transaksi menjadi sah (halal) dan melarang transaksi yang melibatkan bunga dan spekulasi. Usmani (2002) dalam Farook (2011) menjelaskan bahwa filosofi di balik perbankan Islam bertujuan untuk membentuk distribusi keadilan bebas dari segala macam eksploitasi. Meskipun tumbuh dengan baik, sistem perbankan syariah di Indonesia masih terbilang baru dibandingkan dengan sistem konvensional yang telah lebih dulu diterapkan. Terdapat beberapa aspek yang seringkali menjadi sorotan mengenai kesesuaian aktivitas perbankan syariah terhadap prinsip-prinsip Islam. Salah satu aspek tersebut adalah aktivitas sosial perbankan syariah terhadap lingkungannya. Di Indonesia terdapat 12 Bank Syariah yang dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu Bank Umum Swasta Nasional Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa dan Bank Campuran. Lahirnya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia dan Ikatan Cendikia Muslim menjadi awal mula perkembangan bank syariah di Indonesia. Berdirinya Bank 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
2
Muamalat diikuti oleh Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah dan Bank Mega Syariah yang juga jadi pelopor berkembangnya perbankan syariah. Perhatian pemerintah Indonesia yang besar terhadap perbankan syariah, terbukti dengan berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Sejak saat itu keberaan perbankan syariah di Indonesia semakin menguat dan terus diikuti dengan pendirian bank-bank syariah lainnya. Pertumbuhan jumlah institusi perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat dalam tabel 1.1. Pertumbuhannya Bank Umum Syariah (BUS) sangat pesat, terlihat dari tahun 2009 hingga 2010 jumlah BUS yang ada meningkat sebanyak dua kali lipat. Lain halnya Unit Usaha Syariah (UUS), terjadi penurunan dari tahun 2009 hingga Juni 2015 ini disebabkan adanya UUS yang menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Sama halnya dengan BUS, Bank Pembiayan Rakyat Syariah (BPRS) turut mengalami peningkatan setiap tahunnya dari periode 2009 hingga Juni 2015. Tabel 1.1 Jumlah Institusi Perbankan Syariah
Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Juni 2015
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
3
Setelah
terjadinya
krisis
moneter
perbankan
syariah
mengalami
perkembangan yang cukup pesat, banyak perbankan nasional mulai membuka pelayanan syariah bahkan ada beberapa bank yang pada awalnya kegiatan operasionalnya
adalah
konvensional
sekarang
beralih
menjadi
syariah.
Perkembangan yang pesat itu dibuktikan oleh keberhasilan Bank Muamalat melewati krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima sedikitpun bantuan dari pemerintah. Pada krisis keuangan tahun 2008 Bank Muamalat bahkan mampu memperoleh laba lebih dari 300 miliar rupiah hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia adalah penduduk muslim terbesar di dunia lebih mempercayai bank syariah dibandingkan bank konvensional, karena dalam ajaran islam masyarakatnya dilarang untuk memakan sesuatu dari hasil riba, hal itu terdapat pada QS. Ali Imron 3:130, sehingga pada masa krisis keuangan masyarakat lebih tertarik terhadap bank syariah menerapkan prinsip bagi hasil dari pada bank konvensional yang menggunakan bunga yang termasuk kedalam hasil riba. Bank syariah yang menggunakan sistem bagi hasil lebih menggiurkan bagi masyarakat dari pada bank konvensional yang menggunakan sistem bunga, karena sistem bagi hasil tidak terlalu membebani masyarakat. Perkembangan yang pesat tersebut menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat kepada bank syariah semakin meningkat dan juga keuntungan bank syariah relatif bersaing bahkan lebih dari bank konvensional sehingga perpindahan nasabah dari konvensional ke syariah semakin meningkat tiap tahunnya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
4
perkembangan yang terjadi pada bank syariah telah menjadi tolak ukur bagi keberhasilan ekonomi syariah di Indonesia. Pada tahun 2013 perbankan syariah telah menjadi bigget retail islamic banking di dunia yang memiliki 17,3 juta nasabah, hal ini berarti perbankan syariah masih memiliki peluang yang besar untuk menambah jumlah nasabah dan memiliki prospek yang sangat cerah. Tabel 1.2 Statistik Perbankan Syariah
Keterangan Laba Pendapatan Beban Dana Pihak Ketiga
Statistik Perbankan Syariah 2013 2014 Rp. 4.360.000.000.000 Rp. 2.040.000.000.000 Rp. 27.800.000.000.000 Rp. 24.700.000.000.000 Rp. 22.800.000.000.000 Rp. 22.600.000.000.000 Rp. 217.800.000.000.000 Rp. 183.500.000.000.000
Sumber : Syariah.Bisnis, 2015 Namun berdasarkan statistik perbankan Indonesia yang dirilis oleh Bank Indonesia, perolehan laba Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2014 merosot dari 53% menjadi 2,04 triliun rupiah dari tahun sebelumnya 4,36 triliun rupiah. Pendapatan syariah yang diperoleh sepanjang tahun lalu senilai 24,7 triliun rupiah dan 27,8 triliun rupiah. Beban perbankan syariah mencapai 22,6 triliun rupiah dari tahun sebelumnya mencapai 22,8 triliun rupiah. Dana Pihak Ketiga yang diperoleh perbankan syariah mencapai 217,8 triliun rupiah dari capaian 2013 senilai 183,5 triliun rupiah. Penurunan laba bersih terjadi karena bank syariah tetap ingin mempertahankan nasabah, meski biaya dana meningkat. Akibatnya, margin yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
5
diperoleh perbankan syariah menurun. Praktik ini umum dilakukan oleh bank kecil dalam rangka menjaga loyalitas nasabah. Karena itu pada saat ini perbankan diharapkan tidak hanya mencari keuntungan yang maksimum, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan kesinambungan dalam menjalankan aktivitas operasional perbankan tersebut. Dalam melakukan aktivitasnya perbankan juga dituntun untuk bertanggung jawab dalam lingkungan eksternal maupun lingkungan internal perusahaan, tanggung jawab tersebut di kenaal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut European Commision (2002) mengungkapkan CSR sebagai “konsep dimana perusahaan memadukan kepedulian social dan lingkungan dalam operasi bisnis dan dalam interaksi mereka dengan pemangku kepentingan secara sukarela”. CSR mulai diperkenalkan pada era tahun 1950-an (Solihin, 2008). Pada awal perkembangan CSR, hanya sedikit perbankan yang sadar akan pentingnya peran perbankan kepada lingkungan dalam bentuk CSR. Namun, awal era 2000-an perbankan mulai sadar akan dampak yang diberikan perbankan kepada lingkungan dan berbondong-bondong melakukan CSR. Organisasi keuangan internasional telah banyak memberikan panduan dasar pengungkapan CSR seperti Global Reporting Initiative Sustainibility Reporting Guidelines yang diterbitkan oleh Global Reporting Initiative(GRI), Social Accountability 8000 yang diterbitkan oleh Social Accountability International. Dan juga dirumuskan ke dalam ISO 2006 :Guidance Standard on Social Responsibility. ISO 26000 berupa pedoman yang mengatur pelaksanaan CSR bagi semua jenis
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
6
perusahaan. Di Indonesia sendiri, pemerintah telah memberikan kemudahan dalam pegungkapan CSR setelah dikeluarkannya UU No. 40 Tahun 2007 Psl 74 mengenai laporan tahunan 3 harus memuat beberapa informasi, salah satunya laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Konsep CSR sendiri telah lama diperkenalkan dan dikembangan dalam Islam oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh bahwa disetiap aktivitas jual-beli harus disertai rasa tanggung jawab. Dan juga Nabi Muhammad SAW selalu memberikan sebagian dari penghasilan berdagangnya kepada orang yang membutuhkan. Rasulullah selalu memperhatikan lingkungan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal tersebut mencerminkan bahwa Rasulullah telah sejak lama mengajarkan tanggung jawab sosial atau CSR kepada umat-nya. Islam secara jelas dan tegas memerintahkan umatnya untuk bertanggung jawab kepada lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sehingga dengan mengikuti syariat islam maka akan terjamin keteraturan tatanan sosial dan keteraturan lingkungan. Untuk mencapai keteraturan, dibutuhkan usaha dan kesadaran semua pihak yang terlibat. CSR yang berkembang dalam ekonomi Islam berbeda dengan CSR yang telah lama berkembang pada ekonomi konvensional. CSR konvensional hanya menitikberatkan kepada pertanggung jawaban secara horizontal. Yakni hanya untuk lingkungan perbankan, masyarakat dan alam. Sedangkan CSR yang digunakan perbankan berbasis syariah menitikberatkan kepada pertanggung jawaban secara horizontal dan vertikal. Dimana, pertanggung jawaban secara vertikal bermakna
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
7
bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab langsung kepada Allah SWT untuk ikut mensejahterakan masyarakat sekitar dan memelihara lingkungan perusahaan. Dalam perbankan syariah, pengungkapan CSR harus menyediakan informasi secara lengkap berdasarkan nilai-nilai keIslaman. Nilai-nilai keIslaman tersebut adalah hal yang harus ditunjukkan kepada stakeholder perbankan syariah. Sehingga perbankan syariah dapat dipercaya dan dijadikan solusi terhadap prinsipprinsip perbankan yang bertolak belakang dengan prinsip syariah. Disamping itu, pengambilan keputusan dalam perbankan syariah dipengang oleh pihak manajemen dan pemilik saham (share holder). Padahal yang mempunyai peran penting dalam perbankan syariah adalah para nasabah. Karena nasabah-lah yang menyetorkan uangnya kepada perbankan. Tetapi nasabah tidak ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan. Sehingga pertanggung jawaban perbankan syariah kepada nasabah diharapkana lebih besar untuk membuat nasabah percaya kepada perbankan syariah. Kepercayaan nasabah kepada perbankan syariah adalah hal yang mutlak harus dimiliki agar nasabah mau menginvestasikan uangnya. Untuk itu perbankan syariah harus memberikan pertanggung jawaban kepada nasabah agar membuktikan bahwa perbankan syariah dapat dipercaya. Serta nasabah dapat diberikan pelayanan yang lebih baik dengan menyuguhkan informasi-informasi yang berguna bagi nasabah di dalam laporan CSR. Perbankan syariah diharapkan mampu memberikan banyak produk berbasis syariah. Dan juga memberikan kemudahan kredit kepada pengusaha kecil. Karena
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
8
dalam perbankan konvensional, pemberian kredit kepada pengusaha kecil sangat jarang terjadi dan dibatasi (Aggarwal dan Youssef, 2000). Dalam perkembangannya, perbankan syariah belum mampu sepenuhnya terlepas dari sistem perbankan konvensional. Masih banyak terdapat unsur non halal yang diterima dalam pendapatan perbankan syariah. Untuk itu diperlukan sebuah lembaga yang bisa mengawasi ketaatan syariah pada perbankan syariah. Dewan pengawas syariah adalah lembaga yang mempunyai tugas untuk mengawasi dan membuat peraturan syariah. Taat tidaknya perbankan syariah dapat dilihat berdasarkan dari peraturan yang dibuat oleh dewan pengawas syariah. Sehingga dewan pengawas syariah merupakan pemeran utama dari perbankan syariah dalam menjalankan aktivitasnya. Dan juga bertanggung jawab atas permasalahan kesyariahan dalam perbankan syariah. Anggota dari dewan pengawas syariah adalah orang-orang yang memiliki pemahaman terhadap perbankan dan syariat Islam. Sehingga diperlukan seleksi anggota dewan pengawas syariah yang ketat untuk menghasilkan anggota dengan kemampuan yang baik. Karena mereka itulah yang akan menentukan ketaatan syariah perbankan dan juga sebagai simbol dari kepatuhan perbankan syariah. Semakin berkembangnya perbankan syariah tidak dapat dipisahkan dari peran masyarakat yang menerima kehadiran perbankan syariah sebagai sebuah solusi. Bagi masyarakat produk perbankan syariah yang dinilai syar’i menjadi sebuah pertimbangan untuk beralih kepada perbankan syariah. Sehingga perbankan syariah harus mampu mempertanggung jawabkan nilai-nilai syariah yang dimilikinya kepada masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
9
Namun demikian masih banyak perbankan syariah yang belum sepenuhnya menerapkan CSR berdasarkan prinsip syariah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maali et al. (2003) menyimpulkan bahwa pengungkapan yang dilakukan oleh perbankan syariah masih jauh dari yang seharusnya diungkapkan. Penelitian mengenai pengungkapan CSR pada perbankan syariah telah banyak dilakukan. Namun penelitian tersebut masih kurang menjelaskan tingkat syariah suatu perbankan syariah. Oleh karena itu penelitian yang mengembangkan tingkat kepatuhan syariah perlu dilakukan lebih banyak. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farook et al (2011) yang berjudul “Determinants of Corporate Social Responsibility disclosure : case of Islamic Banks” menyatakan bahwa tekanan politik dan masyarakat memliki pengaruh negatif sedangkan jumlah populasi muslim dan Investment Account Holders memiliki pengaruh yang positif. Islamic-Governance Score juga teruji meningkatkan tingkat pengungkapan CSR oleh bank syariah. Penelitian ini memodifikasi penelitian yang telah sebelumnya dilakukan oleh farook et al (2011). Penelitian ini menekankan kepada satu negara yang menjadi fokus penelitian. Peneliti ingin melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR di Indonesia. Peneliti hanya menggunakan pengukuran terhadap dewan pengawas syariah dan IAH (Investment Account Holder). Penelitian ini dilakukan mengingat sedang berkembangnya institusi perbankan syariah di Indonesia. Serta mayoritas penduduk muslim yang tinggal di negara tersebut membuat pengungkapan CSR tentang nilai-nilai Islam harus lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
10
ditingkatkan. Pengungkapan CSR diharapkan dapat mengungkapkan secara lebih baik sehingga dapat bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat. Sebagai salah satu bank skala besar di Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. tidak pernah melupakan perannya ikut membantu seluruh lapisan masyarakat. Dari sisi bisnis, komitmen PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk terhadap pelaku usaha sudah tidak diragukan lagi. Lihat saja, penyaluran kredit bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) terus tumbuh setiap tahunnya. Begitu pula dengan penyaluran kredit program, dan kredit usaha rakyat (KUR). Melalui skema Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL), BRI berkomitmen membantu masyarakat antara lain dalam bidang pendidikan dan lingkungan. Kedua sektor tersebut memang menjadi fokus utama penyaluran CSR BRI sepanjang tahun ini. Muhamad Ali, Sekretaris Perusahaan PT BRI Tbk mengatakan pihaknya selalu berkomitmen membantu segala lapisan masyarakat, termasuk melalui CSR. “Kalau soal komitmen, kami tidak perlu diragukan lagi dan dari sisi perusahaan, BRI berharap program CSR yang dijalankan betul-betul bermanfaat bagi masyarakat,” katanya. Sepanjang Januari-April 2013, penyaluran dana bina lingkungan atau CSR BRI mencapai Rp. 18,5 miliar. Angka tersebut terdiri dari realisasi program bina lingkungan di bidang pembangunan sarana umum sebesar Rp. 1,11 miliar, bantuan bencana alam sebesar Rp. 1,05 miliar, bidang pendidikan Rp. 1,17 miliar kesehatan Rp. 3,21 miliar, sarana ibadah Rp. 1,53 miliar dan pelestarian alam Rp. 433 juta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
11
Selain itu, BRI juga memberikan bantuan di bidang kesehatan sebesar Rp. 3,2 miliar, pembangunan sarana ibadah Rp. 1,5 miliar, dan bidang pelestarian lingkungan sebesar Rp. 433 juta. Sepanjang tahun lalu, dana bina lingkungan yang tersalurkan oleh BRI mencapai Rp. 253,009 miliar. Sebagai program bina lingkungan sarana umum diselenggarakan di Kota Batam, yakni melalui penataan dan pemberdayaan PKL di Kawasan Square 91 Kota Batam. Pada kesempatan tersebut, BRI memberikan bantuan berupa 50 unit gerobak bagi PKL senilai Rp. 187,5 juta. “Program sejalan dengan CSR BRI untuk memberdayakan UMKM, dalam hal ini dengan mekanisme penataan dan pemberdayaan PKL ke depan,” ungkap Ali. Pada masa mendatang, para PKL diharapkan dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sasaran pengembangan bisnis BRI melalui unit kerja BRI setempat.Sebagai salah satu contoh BRI peduli dengan kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah dengan membantu mereka melakukan pemulihan (recovery) terhadap kelangsungan usahanya. Dampak banjir di Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu lalu tidak hanya merugikan masyarakat pada umumnya, tapi juga kalangan UMKM, sehingga dilakukan pemulihan itu di beberapa lokasi.Kawasan yang menjadi lokasi pemulihan antara lain di Bukit Duri, Johar Baru, Tanjung Priok, Grogol, Pluit, Bekasi, Marunda, Bendungan Hilir, dan beberapa wilayah lainnya.Bentuk-bentuk bantuan yang diberikan tidak dalam bentuk uang tunai namun meliputi fasilitas penunjang usaha para korban banjir seperti kompor gas dan peralatan memasak bagi usaha kuliner, gerobak usaha, tenda maupun sarana penunjang lainnya. Banjir yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
datang secara tiba-tiba menyebabkan banyak pengusaha mikro tidak sempat menyelamatkan peralatan usaha maupun barang dagangannya.Dengan kemampuan modal yang terbatas, hal ini menyebabkan banyak pengusaha-pengusaha mikro mengalami kerugian cukup besar.Sebagai upaya lainnya dalam memperbaiki lingkungan, BRI menunjukan komitmennya untuk membantu masyarakat pada Jumat (26/4/2013) memberikan bantuan Bina Lingkungan sarana umum kepada Desa Pesawahan , Kecamatan Cilongkok di KabupatenBanyumas, Jawa Tengah. Bantuan BRI hampir senilai Rp. 120 juta itu untuk keperluan perbaikan akses jalan menuju desa, karena kondisi jalan menuju Desa Pesawahan tidak memadai, jalanan yang terjal dan berbatu menyebabkan warga sangat kesulitan dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.Dengan adanya perbaikan jalan ini, akses menuju desa akan semakin mudah, sehingga warga dapat lebih mudah beraktivitas khususnya dalam mengembangkan perekonomian di desa tersebut.Program ini adalah program lanjutan yang dilakukan oleh BRI kepada Desa Pesawahan, sebelumnya BRI memberikan bantuan ternak kambing dan pembuatan kandang agar kesejahteraan warga disana semakin meningkat. Sumber : Marketing Digital (Inforial.bisnis.com) Dengan adanya uraian diatas dapat diketahui bahwa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang belum konsisten. Dari hasil penelitian ini membuktikan masih perlunya penelitian lebih lanjut. Maka penulis tertarik untuk menguji lebih lanjut seberapa besar pengaruh Islamic governance score, Investment account holder, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR di perbankan syariah dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
PENGUNGKAPAN CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) (Studi kasus pada Perbankan Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia (BI) periode 2011-2015)”.
B.
Rumusan Masalah Penelitian Dewan pengawas syariah adalah lembaga yang mengawasi ketaatan syariah
pada perbankan syariah. Peraturan yang dibuat oleh dewan pengawas syariah mencerminkan tingkat ketaatan perbankan syariah. Sehingga dewan pengawas syariah merupakan pemeran utama dalam perbankan syariah dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam penelitian ini, peniliti akan berfokus kepada IG-Score(Islamic Governance-Score). Dimana IG-Score adalah penilaian yang lebih mendalam kepada dewan pengawas syariah. Serta akan terlihat indikator-indikator yang terdapat dalam dewan pengawas syariah yang berhubungan dengan pengungkapan CSR. Sementara itu, ketimpangan antara pemilik saham (share holder) dengan IAH (Investment Account Holder) atau nasabah menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Pemilik saham mempunyai wewenang langsung terhadap keputusan perbankan syariah sedangkan nasabah tidak. Sehingga perbankan seharusnya mempunyai tanggung jawab lebih besar kepada nasabah. Pertanggung jawaban kepada nasabah dapat diwujudkan dalam bentuk laporan CSR. Tanggung jawab terhadap nasabah menjadi faktor yang diperhatikan dalam pengungkapan CSR. Oleh karena itu, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
1. Apakah IG-Score (Islamic governance- Score) mempengaruhi pengungkapan CSR pada perbankan syariah? 2. Apakah
IAH
(Investment
Account
Holder)
mempengaruhi
pengungkapan CSR pada perbankan syariah? 3. Apakah Ukuran perusahaan mempengaruhi pengungkapan CSR pada perbankan syariah? C.
Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh IGScore (Islamic Governance-Score) terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. 2. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh IAH (Investment Account Holder) terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. 3. Menganalisis dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan CSR pada perbankan syariah. 2. Kontribusi Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi, diantaranya untuk:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
a. Bagi akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedepannya. b. Bagi sektor perbankan syariah Dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan kebijakan
finansial
guna
meningkatkan
kinerja
perusahaannya sehingga dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan. c. Bagi Penulis Diharapkan dapat memperoleh pemahaman, memperluar wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebelum terjun ke bidang yang sesungguhnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z