BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik koloid. Kadar albumin di dalam serum dapat berkurang pada orang-orang dengan nutrisi yang jelek, penyakit hati lanjut, atau orang-orang dengan kondisi katabolik yang berhubungan dengan kanker atau penyakit inflamasi. (Fulks et al, 2010) Albumin juga sangat penting untuk transportasi berbagai molekul, termasuk bilirubin, asam lemak bebas, obat-obatan , dan hormon (Nagao et Sata, 2010).
Kadar albumin juga telah digunakan dalam
memonitor status nutrisi pada pasien yang sakit baik akut maupun kronis (Fulks et al, 2010). Albumin digunakan sebagai penanda nutrisi pokok pada pasien dengan gagal ginjal kronis,
dan kondisi hipoalbumin sangat berhubungan dengan
mortalitas (Friedman et Fadem, 2010). Dua faktor yang mempengaruhi pengaturan sintesis albumin adalah asupan nutrisi khususnya konsumsi protein dan penyakit. Pengurangan konsumsi protein memperlambat sintesa mRNA albumin dan menyebabkan kadar serum yang rendah.
Refeeding dengan asam amino atau protein nmenginduksi
peningkatan sintesa albumin dengan cepat . Kadar albumin juga dapat turun pada pasien dengan gangguan inflamasi dan sakit yang lain (Friedman et Fadem,
1
2
2010). Hipoalbumin dapat disebabkan karena kondisi yang bervariasi, termasuk didalamnya sindroma nefrotik, gagal jantung, penyakit hati, dan malnutrisi. Sebagian besar kasus hipoalbumin pada pasien yang dirawat di rumah sakit disebabkan oleh respon inflamasi akut dan kronik. Pasien-pasien yang masuk ke ICU (Intensive Care Unit) umumnya bervariasi, yaitu pasien elektif paska operasi mayor, pasien emergensi akibat trauma mayor, sepsis atau gagal nafas. Keparahan penyakit dan terapinya dapat mengganggu asupan makanan normal dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya, lamanya tinggal di ICU dan kondisi kelainan sebelumnya, seperti alkoholisme dan kanker dapat memperburuk status nutrisi. Malnutrisi sendiri sering dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, mortalitas akibat perburukan pertahanan tubuh, ketergantungan dengan ventilator, tingginya angka infeksi dan penyembuhan luka yang lama, sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dan peningkatan biaya perawatan (Wiryana, 2007). Pada gangguan fungsi hati, kadar albumin yang rendah umumnya terjadi karena gagal hati yang kronis terutama karena sirosis. Pada sirosis hati, angka albumin merupakan faktor prediktif yang penting, karena penurunan kadar albumin menyebabkan ascites dan edema. Dalam penelitiannya Nagao et Sata (2010) menyimpulkan bahwa kadar albumin serum merupakan faktor risiko independen untuk mortalitas karena berbagai sebab pada populasi yang lebih tua dan merupakan indikator prognostik yang penting. Begitu juga dalam penelitian Fulks et al (2010) disimpulkan bahwa kadar albumin memprediksi risiko kematian pada populasi sehat pada aplikasi asuransi. Khilnani et al (2004) juga
3
meneliti pasien-pasien dengan PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) yang dirawat di ICU, dan didapatkan bahwa kadar albumin merupakan prediktor kematian independen pada pasien-pasien tersebut disamping juga nilai APACHE II. Mekanisme langsung yang menyebabkan hipoalbumin berhubungan dengan kematian masih belum jelas. Vincent et al (2014) menyatakan bahwa penurunan kadar albumin menyebabkan gangguan pada homeostasis normal dan metabolisme serta pengiriman obat dan efikasinya, sehingga pemberian obat perlu dilakukan penyesuaian. Hipoalbumin juga dapat menyebabkan terjadinya edema, salah satunya adalah edema paru, yang dapat menyebabkan terjadinya kematian. Dengan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini akan kami sampaikan bahwa albumin dapat digunakan sebagai salah satu prediktor risiko kematian pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa pasien yang dirawat di ICU seringkali mengalami kondisi hipoalbumin.
4
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah kadar albumin darah pasien yang dirawat di ICU RSUP Dr Sardjito merupakan prediktor risiko terjadinya mortalitas di ICU?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh kadar albumin darah terhadap kematian pasien di ICU.
E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan klinisi dapat mengurangi angka mortalitas pasien di ICU dengan mempertahankan kadar albumin dalam nilai yang optimal. Selain itu secara ilmiah diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terutama dalam lingkungan bidang anestesiologi dan terapi intensif.
F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian sudah dilakukan untuk menilai korelasi antara kadar albumin dengan mortalitas (Tabel 1).
Sepengetahuan peneliti, penelitian
mengenai kadar albumin pasien ICU dihubungkan dengan angka mortalitas belum pernah
diteliti
di
RSUP
dr
Sardjito.
5
Tabel 1. Beberapa penelitian tentang mortalitas yang dihubungkan dengan kadar albumin darah NO
PENELITI
TAHUN
SAMPEL
DESAIN
HASIL PENELITIAN
PENELITIAN 1
Vincent et al
2003
90 penelitian kohort
Meta analisis
Hipoalbumin sangat berhubungan dengan keluaran klinis yang buruk, penurunan 10g/L meningkatkan odds mortalitas 137% dan morbiditas 87%
2
3
4
Khilnani et al
Park et al
Nagao et Sata
2004
2009
2010
82 pasien PPOK yang
Prospektif
Kadar albumin merupakan prediktor independen
masuk ICU
observasional
kematian pasien PPOK yang dirawat di ICU
7227 pasien yang
Kajian
Persentase mortalitas di dalam rumah sakit
masuk ICU setelah
Retrospektif
berhubungan dengan kadar albumin yang
pembedahan esofagus
multisenter
rendah
454 pasien di daerah
Prospektif
Kadar albumin merupakan prediktor kematian
hiper endemik
observasional
independen karena berbagai sebab, dengan odds
Hepatitis C 5
6
Fulks et al
Khan et al
2010
2010
ratio 10,79
1.704.566 pendaftar
Prospektif
Kadar albumin memberikan prediksi kematian
asuransi
observasional
dengan berbagai sebab
284 pasien operasi
Retrospektif
Kadar albumin preoperatif yang rendah
6
subtotal esofagektomi 7
Gupta et Lis
2010
merupakan prediktor yang kuat pada kematian
29 penelitian mengenai
Kajian
Serum albumin sebelum terapi merupakan
angka bertahan hidup
sistematik
penanda prognosis yang signifikan pada kanker
207 pasien tua dengan
Prospektif
Albumin merupakan prediktor independen
gagal jantung akut
observasional
terbaik untuk kematian di rumah sakit
74 pasien yang
Prospektif
Kadar albumin berbeda secara statistik pada
menjalani operasi usus
kohort
pasien dengan komplikasi dan hidup atau mati
16 penelitian tentang
Topik eviden
11 penelitian menemukan hubungan antara
pasien yang menjalani
terbaik
albumin serum rendah dan komplikasi pasca
pasien kanker 7
8
9
Arques et al
Poziomyck et al
Goh et al
2011
2012
2015
operasi esofagektomi untuk keganasan esofagus
operasi