BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma protein, dengan nilai normal 3,5 – 5,5 g/dl. Albumin juga didapatkan pada ruang ekstrasel (40% terdapat pada plasma dan 60% di ruang ekstrasel). Albumin berperan dalam membantu mempertahankan tekanan osmotic koloid darah (75-80% tekanan osmotic plasma), sebagai protein pembawa untuk substansi lipofilik dalam darah seperti: asam lemak rantai panjang, bilirubin, beberapa hormon steroid, vitamin, obat-obatan (a.l sulfonamide, penicillin-G, dicumarol, dan aspirin), ion Cu (10% Cu diikat oleh albumin), methane dan ion kalsium (Soewoto, 2003). Peran albumin tersebut di atas semakin penting disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain keadaan hipoalbumin yang sering dijumpai pada pasien dengan pra bedah, masa recovery atau pemulihan setelah tindakan operasi ataupun dalam proses penyembuhan. Selain itu albumin
dapat digunakan
sebagai prediktor terbaik harapan hidup penderita. Serum albumin merupakan salah satu parameter penting dalam pengukuran status gizi pada penderita dengan penyakit akut maupun kronik. Pasien-pasien yang rentan terhadap malnutrisi, terutama yang terkait dengan hipoalbuminemia adalah: hipermetabolisme akibat stress(penyakit, infeksi, tindakan medik dan bedah), pasien DM terutama dengan ulkus dan gangren, gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, penyakit saluran cerna,
perioperatif, kasus bedah digestive, keganasan, anoreksia nervosa, luka bakar, geriatric dan penyakit-penyakit kronis. Sehubungan dengan kondisi klinisnya, seringkali penderita tidak dapat mengkonsumsi makanan yang diberikan kepadanya, atau makanan yang dikonsumsinya tidak mencukupi kebutuhannya. Malnutrisi akan menyebabkan gangguan pada semua sistem dan organ tubuh.
Selain menurunkan daya tahan dan mempermudah infeksi, keadaan
malnutrisi juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti luka yang sukar sembuh, hipoproteinemia (hipoalbuminemia), oedema anasarka, gangguan motilitas usus, gangguan enzim dan metabolisme, kelemahan otot, atau hal-hal lain yang semuanya memperlambat penyembuhan pasien. Makanan dengan tinggi potein pada pasien dengan hipoalbuminemia adalah meningkatkan dan mempertahankan kadar albumin serta meminimalkan kemungkinan penurunan kadar albumin untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Kebutuhan protein dalam sehari adalah 0,8 gram/Kg berat badan per hari untuk orang dewasa sehat, dan perlu ditingkatkan hingga 2 gr /Kg berat badan pada penderita
dengan
hipoalbuminemia,
agar
kebutuhan
gizi
pasien
hipoalbuminemia tercukupi (Makhmudi,2005). Beberapa cara alternatif untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah, salah satunya pemberian Suplemen Oral tinggi protein berupa pemberian putih telur .(Buckle et al, 1999). Alternatif lain penambahan ikan, terutama ikan gabus (Ophiocephalus Striatus), baik dalam bentuk olahan ikan maupun dalam bentuk ekstrak. Hasil penelitian pemberian ekstrak ikan gabus pada pasien luka bakar lebih efektif dibandingkan dengan pemberian putih telur dengan menunjukkan peningkatan kadar albumin serum (Susetyowati, 2006).
Untuk pemberian suplemen oral tinggi protein pada pasien hypoalbumin selain putih telur dan ikan gabus, modisco juga dapat mengatasi gizi buruk dengan cepat dan mudah. Modisco mempunyai kandungan kalori yang tinggi serta mudah dicerna oleh usus manusia. Selain itu bahan-bahan pembuatan modisco mudah untuk didapat dengan harga yang terjangkau oleh kalangan menengah ke bawah (Sudiana & Acep, 2005). Banyak penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hubungan yang signifikan antara kadar albumin yang rendah dengan peningkatan resiko komplikasi infeksi, lama rawat inap / LOS (Length Of Stay) di rumah sakit, tingkat kematian pada pasien baik pasien yang tidak memerlukan pembedahan maupun pasien pasca bedah. Penelitian pada tahun 1997 di rumah sakit di Afrika menunjukkan prevalensi malnutrisi berat sebanyak 17% dan malnutrisi sedang 77%. Prevalensi malnutrisi rumah sakit menurut Masser dan Bader berkisar antara 30 – 50%. Pengamatan pada 351 pasien yang dirawat di rumah sakit umum Australia ditemukan 45% dengan Hb rendah, 35% hipoalbumin serta 24% berat badan kurang, hal ini terjadi pula pada 13 rumah sakit di Amerika, ditemukan 90% kurang gizi, 70% penurunan berat badan dan penurunan albumin rata-rata 0,5 g/dl (Susetyowati, 2006). Untuk penanganan gizi kurang (malnutrisi) sesuai data di atas perlu melibatkan beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan. Perawat merupakan petugas kesehatan yang selalu berada di samping pasien 24 jam, sehingga baik buruknya kondisi / status kesehatan pasien perawatlah yang pertama kali mengetahui baru kemudian dilanjutkan kolaborasi dengan pihak terkait (medis, gizi, fisiotherapi dll). Dari observasi perawat
(Peneliti) sering didapatkan keadaan pasien-pasien bedah yang tingkat LOS nya (Length Of Stay) panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi panjangnya LOS diantaranya: masih tingginya angka kegagalan / tertundanya program-program elektif (operasi, khemotherapi, radiotherapi, dll) dan sering ditemukan penyembuhan luka yang lambat. Berdasarkan fenomena di atas, kemudian perawat (peneliti) mengadakan survey pendahuluan di RSUP Dr Kariadi semarang pada bulan Januari 2009 di Ruang Bedah Wanita dan Anak (A2) terhadap 53 orang pasien yang mengalami hipoalbuminemia sejumlah 56%. Sedangkan hasil survey pada bulan Mei 2009 di ruang rawat inap Bedah Pria (A3) terhadap 65 orang pasien yang mengalami hipoalbuminemia menunjukan angka yang cukup tinggi sebesar 51,6%. Pasien
yang
mengalami
hipoalbuminemia
di
bangsal
bedah
RSUP.Dr.Kariadi Semarang diberikan terapi diet tinggi kalori tinggi protein dengan suplementasi pemberian susu skim, Putih telur maupun kombinasi Modisco Putih Telur ( MPT ). Hingga kini belum ada penelitian pengaruh antara pemberian suplementasi tinggi protein (MPT) tersebut terhadap perubahan kadar albumin pada pasien hipoalbuminemia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian quasy eksperimen ”pengaruh pemberian modisco putih telur ( MPT ) terhadap perubahan kadar albumin pada pasien dengan hipoalbuminemia di IRNA Bedah.” B. Perumusan masalah Berdasarkan masalah di atas dapat dirumuskan “ Apakah Ada pengaruh suplementasi modisco putih telur ( MPT ) terhadap peningkatan kadar albumin pada pasien hypoalbuminemia di ruang bedah RSUP. Dr. Kariadi Semarang “.
C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi Modisco Putih Telur ( MPT ) terhadap perubahan kadar albumin pada pasien dengan hipoalbumin di IRNA Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan karakteristik sample penelitian(umur, kadar albumin dalam darah, jenis penyakit/diagnose medis). b. Mendiskripsikan kadar albumin dalam darah sebelum diberi MPT. c. Mendiskripsikan kadar albumin dalam darah sesudah diberi MPT. d. Menganalisa pengaruh sulpementasi modisco putih telur (MPT) terhadap perubahan kadar albuminemia pada pasien bedah. D. Manfaat penelitian 1. Bagi RSUP Dr. Kariadi Semarang a. Dapat memberikan masukan kepada institusi RSUP. Dr. Kariadi Semarang sebagai alternative pemberian therapy komplementer pada pasien hypoalbumin. b. Mempersingkat waktu rawat inap (Length of Stay/LOS) c. Sebagai wacana penelitian lebih lanjut peningkatan kadar albuminemia dengan bahan sumber daya alam lokal 2. Bagi perawat Memberikan masukan atau informasi sebagai alternative diet tinggi protein yang lebih mudah dan murah, sebagai bahan untuk penyuluhan kepada pasien.
3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang alternative pemberian therapi komplementer untuk
meningkatan
hypoalbuminemia.
kadar
albumin
dalam
darah
pada
pasien