BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km2 (Moosa et al dalam Sidabutar, 2000). Kekayaan laut Indonesia yang sangat melimpah inilah yang membuat penduduk Indonesia seharusnya mencurahkan perhatian lebih untuk laut Indonesia. Wilayah pesisir Indonesia yang memiliki berbagai ekosistem yang berdayaguna menyebabkan para pakar menyatakan bahwa masa depan potensi pangan Indonesia terletak pada lautan. Potensi kelautan ini menempatkan Indonesia sebagai Negara yang memiliki keanekaragaman hayati dan non-hayati kelautan terbesar (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009). Salah satu hasil laut yang melimpah di Indonesia adalah terumbu karang. Indonesia memegang peranan penting di bidang kelautan dunia, karena negeri yang kaya ini memiliki lautan luas yang menyimpan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia antara lain terdapat 60.000km2 areal terumbu karang yang mencakup 15 persen terumbu karang dunia (Kompas, 2004). Potensi kekayaan sumber daya kelautan masih banyak yang belum dieksplorasi secara optimal, bahkan belum diketahui potensi yang sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan ketersediaan data yang lengkap, akurat, dan up to date, sehingga laut sebagai sumberdaya alternatif yang dapat diperhitungkan pada masa mendatang akan semakin berkembang (Hymti, 2010). Dengan estimasi luasan terumbu karang di Indonesia adalah 16,5 persen luas terumbu karang dunia maka Indonesia menempati peringkat terluas kedua di dunia setelah
Australia (Bryant,
et,
al.¸1998).
Namun,
apabila dilihat
dari
sisi 1
keanekaragaman
hayati,
terumbu
karang
di
Indonesia
merupakan
pusat
keanekaragaman hayati dunia dengan 70 genus dan 450 spesies (Veron, 1995). Sumberdaya terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang bernilai sangat tinggi. Manfaat yang terkandung didalam ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung, seperti pemanfaatan ikan dan biota lainnya, pariwisata bahari, dan lain-lain, maupun manfaat tidak langsung, seperti penahan abrasi pantai, pemecah gelombang, keanekaragaman hayati dan tempat mengasuh (nursering ground), tempat mencari makan, dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi biota laut lainnya. Salah satu lokasi yang memiliki kekayaan laut berupa terumbu karang di Indonesia adalah Teluk Tomini. Teluk Tomini merupakan teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta hektar dengan potensi sumber daya alam yang kaya dan unik. Teluk yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini memiliki terumbu karang yang indah dan berbagai jenis ikan. Aset sumberdaya pesisir dan laut Teluk Tomini merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle) dan Taman Nasional Laut Kepulauan Togean yang dikenal sebagai “The Heart of Coral Triangle”. Ekosistem Teluk Tomini sebagai salah satu dari 26 kawasan andalan laut nasional memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang sangat berlimpah bagi pengembangan kawasan wisata bahari dan lumbung pangan nasional. Dari potensi tersebut maka Megawati Soekarno Putri, selaku presiden pada zaman itu mencanangkan kawasan Teluk Tomini sebagai Gerbang Mina Bahari pada tahun 2003, dan dicanangkan Program Percepatan Pembangunan Kawasan Teluk Tomini oleh Menteri Negara Percepatan Daerah pada tahun 2008.
2
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia yang sangat pesat yang diiringi dengan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup, termasuk sumber daya terumbu karang. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi umum terumbu karang dunia yang hampir 36 persen dalam keadaan kritis akibat eksploitasi berlebih, 22 persen terancam pencemaran dari limbah darat dan erosi, serta 12 persen terancam dari pencemaran (Bryant, 1998). Terumbu karang yang terkena pencemaran dari darat menunjukkan penurunan keanekaragaman hayati sebesar 30-50% pada kedalaman 3 meter, dan 40-60% pada kedalaman 10 meter jika dibandingkan dengan terumbu karang yang masih alami. Di Indonesia, menurut penelitian P2O-LIPI yang dilakukan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 39,5 persen terumbu karang Indonesia dalam keadaan rusak, 33,5 persen dalam keadaan sedang, 21,7 persen dalam keadaan baik, dan hanya 5,3 persen dalam keadaan sangat baik. Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat, dalam kurun waktu 6 tahun antara tahun 2001-2007, kerusakan terumbu karang mencapai 8,7 persen dari luas keseluruhan Teluk Tomini yang mencapai 411.373 ha. Teluk Tomini mengalami kerusakan akibat kurang serasinya pembangunan kawasan darat dan laut. Kerusakan ekosistem yang parah misalnya kehancuran terumbu karang, hutan bakau, serta diperparah dengan kerusakan sejumlah daerah aliran sungai yang bermuara ke Teluk Tomini. Kerusakan ini dikhawatirkan akan semakin parah apabila tidak ditangani secara intensif. Upaya untuk mengurangi degradasi kerusakan terumbu karang sangat diperlukan, baik secara menyeluruh maupun dalam skala regional. Pengendalian menyeluruh tersebut merupakan strategi pengolahan ekosistem terumbu karang yang merupakan eksplorasi secara lestari, perlindungan dan pencegahan terhadap polusi dan 3
degradasi yang disebabkan oleh aktivitas manusia (Soeharsono, 1991). Manajemen yang baik diperlukan dalam pengendalian ini. Manajemen yang baik dapat dilakukan dengan inventarisasi dan pemantauan yang berkelanjutan dengan tujuan akhirnya antara lain untuk mengetahui besarnya kerusakan yang terjadi sehingga penyebaran dan keberadaan terumbu karang tetap terpantau. Hasil dari pemantauan tersebut yang nantinya digunakan sebagai dasar pengelolaan ekosistem terumbu karang. Teknologi penginderaan jauh, khususnya untuk bidang kelautan merupakan alternatif yang cukup baik untuk mengatasi permasalahan diatas. Kemampuan dari teknologi ini untuk mengumpulkan data untuk wilayah kajian yang luas dan sulit dijangkau secara langsung dalam waktu singkat secara periodik akan membantu dalam penyediaan informasi sumber daya kelautan. Sistem penginderaan jauh pada dasarnya merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisa data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1982). Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh di Indonesia semakin berkembang pesat melalui pemanfaatan secara nyata dalam kegiatan inventarisasi sumberdaya alam dan pemanfaatan lingkungan secara berkesinambungan. Namun, tidak demikian halnya untuk kelautan yang masih belum lama menggunakan teknologi penginderaan jauh. Penelitian secara intensif masih diperlukan untuk pengembangan penginderaan jauh untuk kelautan. Salah satu aplikasi penginderaan jauh adalah pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit Landsat 8 yang akan dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan Algoritma Lyzenga karena obyek yang dipetakan merupakan obyek yang berada di perairan dangkal. Algoritma Lyzenga digunakan untuk pemetaan objek perairan dangkal dengan tingkat kejernihan yang 4
homogen secara horizontal dan cahaya matahari mampu menembus kedalaman antara 15-20m (Hikmah, 2005). 1.2 Perumusan Masalah Indonesia merupakan Negara maritim yang memiliki lautan yang sangat luas dan sangat kaya akan ekosistem laut yang berdaya dan hasil guna yang melimpah. Kekayaan laut Indonesia ini yang mendasari para pakar dalam menyatakan bahwa masa depan pangan Indonesia terletak pada potensi kelautan. Kekayaan laut Indonesia yang sangat melimpah ini juga yang seharusnya membuat penduduk Indonesia mencurahkan perhatian lebih pada lautan Indonesia. Indonesia yang memiliki lautan luas dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia ini belum terekspolasi secara optimal, bahkan belum diketahui potensi yang sebenarnya karena kurangnya ketersediaan data yang lengkap, akurat dan up to date mengenai profil kelautan Indonesia. Dengan ketersediaan data yang memadai, potensi lautan Indonesia dapat dikembangkan dan diperhitungkan sebagai alternatif cadangan sumberdaya. Salah satu hasil laut Indonesia yang sangat melimpah tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki luasan terumbu karang terluas kedua setelah Australia. Selain itu, terumbu karang Indonesia juga merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia dengan 70 genus dan 450 spesies. Sumberdaya terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya memiliki nilai yang sangat tinggi. Banyak manfaat yang terkandung didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu lokasi yang memiliki terumbu karang sebagai kekayaan launya adalah Teluk Tomini.
5
Teluk tomini merupakan teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta hektar dengan potensi sumber daya alam yang kaya dan unik. Teluk yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini memiliki terumbu karang yang indah dan berbagai jenis ikan. Aset sumberdaya pesisir dan laut Teluk Tomini merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral Triangle). Ekosistem Teluk Tomini sebagai salah satu dari 26 kawasan andalan laut nasional memiliki potensi sumber daya pesisir dan laut yang sangat berlimpah bagi pengembangan kawasan wisata bahari dan lumbung pangan nasional. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dunia yang sangat pesat yang diiringi dengan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya, berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup, termasuk sumber daya terumbu karang. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi umum terumbu karang dunia yang hampir 36 persen dalam keadaan kritis akibat eksploitasi berlebih, 22 persen terancam pencemaran dari limbah darat dan erosi, serta 12 persen terancam dari pencemaran. Teluk Tomini mengalami kerusakan akibat kurang serasinya pembangunan kawasan darat dan laut. Kerusakan ekosistem yang parah misalnya kehancuran terumbu karang, hutan bakau, serta diperparah dengan kerusakan sejumlah daerah aliran sungai yang bermuara ke Teluk Tomini. Kerusakan ini dikhawatirkan akan semakin parah apabila tidak ditangani secara intensif. Upaya untuk mengurangi degradasi kerusakan terumbu karang sangat diperlukan, baik secara menyeluruh maupun dalam skala regional. Manajemen yang baik diperlukan dalam pengendalian ini. Manajemen yang baik dapat dilakukan dengan inventarisasi dan pemantauan yang berkelanjutan dengan tujuan akhirnya antara lain untuk mengetahui besarnya kerusakan yang terjadi sehingga penyebaran dan 6
keberadaan terumbu karang tetap terpantau. Hasil dari pemantauan tersebut yang nantinya digunakan sebagai dasar pengelolaan ekosistem terumbu karang. Teknologi penginderaan jauh, khususnya untuk bidang kelautan merupakan alternatif yang cukup baik untuk mengatasi permasalahan diatas. Kemampuan dari teknologi ini untuk mengumpulkan data untuk wilayah kajian yang luas dan sulit dijangkau secara langsung dalam waktu singkat secara periodik akan membantu dalam penyediaan informasi sumber daya kelautan. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh di Indonesia semakin berkembang pesat melalui pemanfaatan secara nyata dalam kegiatan inventarisasi sumberdaya alam dan pemanfaatan lingkungan secara berkesinambungan. Namun, tidak demikian halnya untuk kelautan yang masih belum lama menggunakan teknologi penginderaan jauh. Penelitian secara intensif masih diperlukan untuk pengembangan penginderaan jauh untuk kelautan. Salah satu aplikasi penginderaan jauh adalah pemetaan terumbu karang menggunakan citra satelit Landsat 8 yang akan dilakukan pada penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan Algoritma Lyzenga karena obyek yang dipetakan merupakan obyek yang berada di perairan dangkal. Algoritma Lyzenga digunakan untuk pemetaan objek perairan dangkal dengan tingkat kejernihan yang homogen secara horizontal dan cahaya matahari mampu menembus kedalaman antara 15-20m. Lokasi penelitian ini adalah Teluk Tomini bagian Kota Gorontalo. Lokasi ini dipilih karena beberapa alasan diantaranya adalah kurangnya penelitian dilokasi ini. Selain itu karena lokasi ini merupakan lokasi yang memiliki penggunaan lahan paling beragam diantara lokasi lainnya di Teluk Tomini bagian Provinsi Gorontalo. Keragaman penggunaan lahan disekitarnya diasumsikan sebagai keragaman dampak
7
terhadap ekosistem Teluk Tomini. Oleh karena itu, lokasi ini dijadikan sebagai fokus lokasi penelitian yang terbagi menjadi tiga titik lokasi survey. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, pertanyaan penelitian yang muncul adalah: 1.
Bagaimana teknologi penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk ekstraksi data terumbu karang?
2.
Dimana dan bagaimana kondisi terumbu karang di sebagian perairan Teluk Tomini?
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1.
Mengetahui kemampuan teknologi penginderaan jauh untuk ekstraksi data terumbu karang.
2.
Mengetahui lokasi sebaran dan kondisi terumbu karang di sebagian perairan Teluk Tomini.
1.5 Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui cara pemanfaatan teknologi penginderaan jauh yang dilakukan untuk ekstraksi data terumbu karang.
2.
Mengetahui lokasi sebaran dan kondisi terumbu karang yang dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi hasil sumberdaya dan pemantauan secara intensif.
3.
Sebagai acuan proses rehabilitasi apa yang dapat dilakukan agar terumbu karang tidak mengalami degradasi secara kualitas dan kuantitas.
8