1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa muka bumi ini sebagian besar ditutupi oleh perairan yang mencapai 70.8% dibandingkan dengan daratan yang hanya 29.2%. Jumlah keseluruhannya yaitu
1,386 Juta Km3. Dari jumlah tersebut, sebanyak 97%
merupakan air laut (asin) dan sisanya yaitu 3% adalah air tawar (air permukaan dan air bawah tanah). Dalam Soemarto (1986 : 16) mengemukakan mengenai jumlah air yang ada di muka bumi ini, yaitu sebagai berikut: “Besarnya jumlah air yang ada di muka bumi ini (atmosfer, di atas permukaan tanah dan dibawah permukaan tanah) adalah sebanyak 1.400 x 106 atau 1.400 x 1015 m3. Dalam jumlah tersebut sebagian besar merupakan air laut (air asin) yaitu sebesar 97% dan yang tiga persennya berupa air tawar”.
Gambar 1.1 Sebaran Air Di Muka Bumi
Sumber: Gleick, P. H., 1996
1
2
Gambar di atas menunjukkan bahwa air yang terdapat di muka bumi ini jumlahnya sangat banyak, akan tetapi jumlah air (tawar) yang dapat dimanfaatkan manusia sangat sedikit sekali yaitu hanya 3% dibandingkan dengan air yang terdapat di lautan mencapai 97%. Air merupakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan manusia, mulai dari kebutuhan untuk rumah tangga, pertanian, irigasi, industri, dan lainnya. Tanpa adanya air, manusia akan mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Meskipun dalam hal-hal tertentu, air dapat digantikan, misalnya dengan dedaunan atau bebatuan, akan tetapi air merupakan hal yang paling praktis dan nyaman bagi manusia. Air sebagai sumberdaya alam yang melimpah di muka bumi ini, harus diperhatikan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Secara kualitas, air harus dilestarikan dan dijaga agar tidak tercemar dan dapat memenuhi standar baku air bersih yang ditentukan. Standar baku tersebut harus memenuhi syaratsyarat yaitu: Syarat fisik, terdiri dari bau, rasa, dan warna, syarat kimia, airnya harus bersih dari zat-zat kimia yang dapat meracuni tubuh dan merusak alat-alat rumah tangga, dan syarat biologis, airnya harus bersih dari bakteri-bakteri yang merugikan. Secara kuantitas, air harus dilestarikan dan dijaga agar jumlahnya di muka bumi ini tidak berkurang, karena keberadaan air relatif tetap atau konstan jika proses-proses dalam siklus hidrologinya berjalan dengan baik, seperti banyaknya hujan, infiltrasi, perkolasi, dan lainnya, tetapi persebarannya tidak merata, ada daerah yang banyak memiliki potensi air, tetapi ada juga daerah yang potensi airnya sangat minimal. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya
3
infiltrasi, penggunaan lahan, dan yang paling berpengaruh adalah manusia yang menempati daerah itu sendiri. Infiltrasi bagus, penggunaan lahan sesuai peruntukkannya, dan di dukung oleh perilaku manusia yang peduli lingkungan akan mendukung terhadap keberadaan air yang banyak dan berkualitas, tetapi sebaliknya kalau infiltrasinya jelek karena penggunaan lahan sudah tidak sesuai dengan peruntukkannya disebabkan oleh perilaku manusia yang sudah tidak peduli terhadap lingkungan, maka akan mengancam terhadap berkurangnya keberadaan dan kualitas dari potensi air di daerah tersebut. Akibatnya, air bersih menjadi barang langka dan sulit untuk diperoleh. Kebutuhan penduduk terhadap air, semakin hari semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya pertumbuhan penduduk, laju peningkatan industri, dan pembangunan yang meminggirkan daya dukung ekologis. Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akan menekan terhadap semakin meningkatnya permintaan terhadap air. Dalam masalah ini, kita jangan dulu melihat terlalu jauh untuk berbagai kebutuhan, akan tetapi kalau ditinjau dari salah satu aspek kebutuhan saja, misalnya untuk rumah tangga (minum, masak, wudhu, mencuci, dan lain-lain) harus dipertimbangkan jumlahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 Kg beras membutuhkan 40 ribu liter air (4 m3) dan kebutuhan manusia sehari-hari akan air yaitu sebanyak 60 – 200 liter air. Sementara, kalau dikaitkan dengan keberadaan air di muka bumi, khususnya Pulau Jawa yang menempati 7% dari daratan Indonesia yang menopang 65% dari penduduk Indonesia, hanya mampu menyediakan air sekitar 4,5% dari jumlah air tawar nasional. Dikatakan juga oleh Irianto, 2003: www.kompas.com, bahwa:
4
“Diperkirakan kebutuhan air 10 tahun kedepan adalah 164,671 miliar meter3, sedangkan potensi ketersediannya cenderung menurun (BW. no 22 2003:11). Faktanya sekarang, kapasitas produksi PDAM di seluruh Indonesia mencapai 91 liter per detik dan baru mencukupi 43% penduduk perkotaan tiga tahun lalu yang diperkirakan berjumlah 64,4 jiwa (BPS). Pada akhir PJP II di tahun 2019 dengan perkiraan penduduk perkotaan 150,2 juta jiwa dan konsumsi perkapita sama (125 liter per hari) serta cakupan pelayanan mencapai 70%, kapasitas produksi harus ditingkatkan empat kali”.
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa air yang tersedia sudah sangat kritis keberadaanya dan bahkan akan menimbulkan ketidakseimbangan dengan kebutuhan masyarakat. Lebih jauhnya, akan menyebabkan manusia menjadi kesulitan bahkan kekurangan air. Lembaga Kemitraan Air Dunia mencatat lebih dari 2 miliar manusia atau lebih dari 30% penduduk dunia di 44 negara, mengalami kekurangan air. Begitu pula Indonesia yang merupakan 5 dari 9 negara terkaya memiliki cadangan air, namun di musim kemarau juga mengalami kekurangan air. Oleh karena itu, pertambahan kuantitas penduduk yang terus menerus sangat membutuhkan usaha sadar dan disengaja untuk menyediakan sumberdaya air yang berkelanjutan. Desa Sariwangi merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan parongpong Kabupaten Bandung. Dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Bandung, desa Sariwangi ini termasuk daerah resapan air (Recharge Area). Daerah resapan air dicirikan dengan wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan. Secara geologi, tanahnya memiliki sifat berporus dan endapan vulkaniknya muda. Secara fisik, morfologinya curam, dan vegetasinya berupa hutan (masih banyak tumbuhan).
5
Airtanah merupakan salah satu sumber air yang dapat dijadikan sebagai cadangan air bagi penduduk desa Sariwangi, yaitu dengan penggunaan mataair, sumur gali, dan sumur bor. Hampir 98% penduduk desa Sariwangi menggunakan airtanah sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Oleh karenanya, penduduk Sariwangi tidak akan mengalami kesulitan air jika melihat dari karakteristik tersebut. Pada kenyataannya sekarang, desa Sariwangi yang seharusnya menjadi daerah konservasi karena merupakan daerah resapan air (Recharge Area), sejak tahun 2000 sudah banyak mengalami perubahan. Penggunaan lahan yang tadinya sawah dijadikan pemukiman, bahkan di daerah atas yaitu daerah Mekarwangi dengan ketinggian 900 – 1000 m dpl, yang seharusnya dikonservasi untuk menjaga ketersediaan airtanah, malah dijadikan perumahan-perumahan mewah oleh para pengembang ataupun pengusaha. Otomatis, daerah ini yang seharusnya memiliki cadangan airtanah yang banyak, akibat dari banyaknya bangunan yang menutupi tanah, infiltrasi menjadi berkurang sehingga terjadi kesulitan dalam mendapatkan air, misalnya untuk membuat sumur, mereka harus sampai pada kedalaman > 20 meter. Hal ini akan berdampak ke daerah bawah (Pangkalan, Lembur Tengah, dan Lapang) yaitu terhadap keberadaan airtanah yang tadinya jarang mengalami kesulitan, sekarang terjadi. Selain itu, mataair yang tadinya jumlahnya banyak, sekarang satu persatu menjadi hilang Dari hasil analisis, kemungkinan tersedot atau terserap oleh daerah atas yang menggunakan sumur bor pada kedalaman > 20 meter. Selain munculnya masalah mengenai air, juga semakin banyaknya penduduk akibat dari banyaknya pendatang yang mencari lahan untuk perumahan. Dari hasil
6
observasi, desa Sariwangi memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang dihitung berdasarkan data dari monografi desa tahun 2000 dan 2006 yaitu sebesar 2,3%. Jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak 11.153 Jiwa, sedangkan pada tahun 2006 menjadi 12.900 Jiwa. Hal ini akan berpengaruh terhadap semakin meningkatnya kebutuhan terhadap air. Dengan semakin bertambahnya penduduk di desa Sariwangi, sementara resapan & ketersediaan airnya terancam semakin berkurang, akan timbul masalah yang tadinya desa Sariwangi merupakan daerah resapan air (sumber air), kemungkinan akan terjadi kesulitan bahkan kekurangan air. Dari pernyataan di atas, masalah peningkatan kebutuhan terhadap air akibat semakin bertambahnya penduduk harus diupayakan dengan suatu usaha dan salah satunya adalah dengan mengadakan penelitian untuk mengkaji berapa potensi air yang ada, dalam hal ini adalah airtanah, dan berapa kebutuhan masyarakat Sariwangi terhadap air tersebut. Hal ini dilakukan supaya masalah tersebut bisa dikendalikan, yaitu mengendalikan antara air yang tersedia dengan jumlah maksimum penduduk yang harus ada di Sariwangi. Selain itu, penelitian ini juga penting dilakukan untuk mengatasi agar tidak terjadi kekurangan air di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peneliti tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh mengenai masalah tersebut dan mengambil judul penelitian: ”Potensi dan Kebutuhan
Airtanah
Bagi
Penduduk
Parongpong Kabupaten Bandung”.
Desa
Sariwangi
Kecamatan
7
B. Rumusan Masalah Bertambahnya penduduk, akan bertambah pula kebutuhan terhadap air, sedangkan kuantitas dan kualitas air dari hari ke hari semakin menurun akibat berbagai kegiatan manusia yang kurang menyadari akan pentingnya kelestarian lingkungan Perlu dilakukan upaya dan salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan cara memberikan informasi kepada masyarakat baik itu secara langsung ataupun tidak langsung yaitu dengan cara mengadakan penelitian. Dalam hal ini, peneliti mencoba melakukan penelitian lebih jauh untuk menggali informasi lebih dalam mengenai potensi airtanah dan kaitannya dengan kebutuhan penduduk terhadap air di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Bandung. Masalah ini akan diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah potensi dan kebutuhan airtanah di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Bandung saat ini? 2) Bagaimana prediksi kebutuhan penduduk Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Bandung terhadap airtanah berdasarkan potensi airtanah yang tersedia saat ini? 3) Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumberdaya air di desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Bandung?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Menghitung jumlah (potensi) dan kebutuhan airtanah yang terdapat di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Bandung saat ini.
8
2) Memprediksi kebutuhan penduduk terhadap air di masa yang akan datang berdasarkan potensi airtanah yang tersedia saat ini dan prediksi jumlah penduduk masa yang akan datang di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Bandung 3) Memberikan suatu informasi sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan sumberdaya airtanah yang terdapat di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Memberikan gambaran sebagai informasi mengenai kondisi airtanah dan kebutuhan penduduk terhadap airtanah di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung. 2) Memberikan gambaran sebagai informasi mengenai prediksi kebutuhan airtanah dan jumlah penduduk di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung. 3) Memberikan informasi kepada masyarakat yang dapat dijadikan masukan berupa usaha atau upaya pelestarian sumberdaya airtanah di Desa Sariwangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung. 4) Sebagai bahan kajian atau literatur bagi peneliti selanjutnya.
E. Definisi Operasional Judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Potensi dan Kebutuhan Aitanah Bagi Penduduk Desa Sariwangi Kecamatan parongpong Bandung”.
9
Agar tidak terjadi kesalahan makna dan perluasan pikiran, maka peneliti akan menguraikan definisi operasional sebagai berikut: 1. Potensi Air Menurut Winarno (1986: 21) yang dimaksud dengan potensi air adalah: “Jumlah air yang tersedia, berupa air permukaan dan air tanah yang dinyatakan dalam jangka rata-rata setahun”. Dalam penelitian ini, potensi air yang dimaksud adalah potensi airtanah yang banyak digunakan penduduk Desa Sariwangi Parongpong Bandung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Airtanahnya berupa airtanah dangkal yang terdapat pada lapisan akuifer di atas lapisan impermiabel. 2. Kebutuhan Penduduk Terhadap Air Kebutuhan penduduk terhadap air adalah jumlah penduduk terhadap potensi air yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk segala kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian ini, kebutuhan yang dimaksud dibatasi pada kebutuhan rumah tangga, yaitu kebutuhan air untuk mandi, minum, masak, wudhu, mencuci pakaian & alat dapur, menyiram tanaman, ternak/lahan pertanian, dan mencuci kendaraan. Dalam perhitungannya menggunakan parameter jumlah penduduk desa Sariwangi dengan standar kebutuhan air menurut Ditjen Cipta Karya DPU tahun 1982. 3. Penduduk Desa Sariwangi Penduduk Desa Sariwangi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh penuduk yang berada di daerah penelitian yaitu penduduk Desa Sariwangi Kecamatan
Parongpong
Kabupaten
Bandung
yang
diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kebutuhan airtanah dengan melihat dari tingkat ekonomi.
10
Dalam hal ini, penduduk Desa Sariwangi diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu kelas rendah, sedang, dan kelas tinggi yang dilihat dari perbedaan mata pencaharian dan pendapatan. Jadi, jika disimpulkan mengenai definisi operasional dalam penelitian ini adalah perhitungan mengenai potensi airtanah dangkal yang terdapat di atas lapisan
impermiabel
yang
dicirikan
dengan
penggunaan
sumur
gali.
Perhitungannya dilakukan dengan cara mengukur parameter-parameter seperti kedalaman dasar sumur, kedalaman muka airtanah, ketinggian sumur, jarak antar sumur, dan lainnya, sedangkan perhitungan kebutuhan airtanah dibatasi oleh kebutuhan rumah tangga seperti mencuci, minum, wudhu, dan lainnya dengan melihat jumlah penduduk dan standar kebutuhan air rata-rata per orang menurut Ditjen Cipta Karya tahun 1982. Penduduk yang dijadikan sampel adalah penduduk yang telah diklasifikasikan berdasarkan tingkat ekonomi yang dilihat dari perbedaan mata pencaharian dan pendapatan yang terdiri dari kelas rendah, sedang, dan tinggi.