BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2% per tahun, sedangkan produksi kayu bulat diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun (Priyono, 2001). Kegiatan pemanenan dan pengolahan kayu sampai saat ini masih menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Data Departemen Kehutanan dan Perkebunan tahun 1999/2000 menunjukkan bahwa produksi kayu lapis di Indonesia mencapai 4,61 juta m3, sedangkan kayu gergajian mencapai 2,06 juta m3 . Dengan asumsi limbah yang dihasilkan mencapai 61%, maka diperkirakan limbah kayu yang dihasilkan mencapai lebih dari 5 juta m3 (Dephut 1999/2000). Limbah kayu berupa serbuk kayu pemanfaatannya belum optimal. Pada industri pengolahan kayu sebagian limbah serbuk kayu biasanya digunakan sebagai bahan bakar tungku, dibakar begitu saja tanpa penggunaan yang berarti atau dibiarkan menumpuk sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (Febrianto, 1999). Tingkat
pencemaran
serbuk
kayu
yang
tinggi,
dapat
disikapi
dengan
memanfaatkannya agar mempunyai nilai ekonomis, yakni menjadikannya sebagai media tanam bagi pertumbuhan jamur. Serbuk kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung serat organik (selulosa, serat dan lignin). Kandungan tersebut dapat mempercepat pertumbuhan jamur.
1
2
Jamur yang dalam bahasa daerah (Sunda) dikenal dengan sebutan “supa” atau dalam bahasa Inggris disebut “mushroom” termasuk golongan fungi atau cendawan. Menurut masyarakat awam, jamur ialah tubuh buah yang dapat di makan. Sedangkan menurut ahli ialah fungi yang mempunyai bentuk tubuh buah seperti payung. Struktur reproduksinya berbentuk bilah (gilis) yang terletak pada permukaan bawah dari payung/tudung. Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil dan termasuk ordo Agaricales dan kelas Basidiomycetes. Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Jamur ada yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan. Yang merugikan adalah berbagai jenis jamur penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya jamur yang menyebabkan keracunan saat dikonsumsi dan jamur yang menyebabkan kayu cepat lapuk. Yang menguntungkan adalah berbagai jenis jamur yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, misalnya jamur yang berperan dalam pembuatan tempe, tape dan kecap. Jamur lain yang termasuk jenis jamur yang menguntungkan adalah jamur konsumsi seperti jamur kuping, jamur merang, dan jamur tiram.
Kandungan
nutrisi
jamur
kuping
sendiri
terdiri
air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal. Lebih dari 72% lemak dalam jamur ini termasuk unsaturated sehingga aman dan sehat jika dimakan. Dalam pertumbuhannya, jamur seperti jazad heterotof yang lain membutuhkan sumber karbon, energi, nitrogen dan mineral serta vitamin. Di samping itu lingkungan seperti temperatur, kelembapan dan kandungan oksigen
3
sangat menentukan pertumbuhan dan kandungan oksigen sangat menentukan pertumbuhan jamur tersebut. Pertumbuhan miselium jamur kuping memerlukan suasana semiaerob yang biasanya terdapat pada permukaan media tumbuh karena pada daerah tersebut banyak oksigen (O2) . Untuk perkembangan jamur memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia, misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalsium dan karbon. Oleh karena itu, diperlukan penambahan pupuk untuk bahan campuran pembuatan substrat tanaman. Pada umumnya, untuk mempercepat dan meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur digunakan pupuk NPK dan TSP. Tetapi karena harga pupuk mahal, maka dicari alternatif lain pengganti pupuk yaitu menggunakan blotong kering. Blotong merupakan limbah pabrik gula yang menyebabkan pencemaran. Blotong banyak mengandung bahan organik, mineral, serat kasar, protein kasar, dan gula yang masih terserap di dalam limbah blotong tersebut, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur. Bedasarkan potensi tersebut maka penggunaan blotong dapat meningkatkan produktivitas dibandingkan menggunakan pupuk NPK dan TSP, sehingga
blotong digunakan sebagai
pengganti pupuk NPK dan TSP (Martina, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Ismailiyati (2006), blotong dapat
dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan
jamur. Pemberian blotong berpengaruh positif terhadap jumlah badan buah dan berat basah jamur merang dengan pemberian blotong sebanyak 400 gram pada media tanam sebanyak 2 kg. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mencoba mengadakan penelitian dengan media tanam dan jamur yang berbeda yaitu Efektivitas
4
pemberian blotong kering terhadap produksi berat kering jamur kuping (Auricularia auricula) pada media serbuk kayu.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Apakah pemberian blotong kering dapat meningkatkan produksi berat kering
2.
jamur kuping (Auricularia auricula) ?
Pada kadungan blotong kering berapkah yang efektif
meningkatkan
produksi berat kering jamur kuping (Auricularia auricula) ?
1.3 Tujuan Penelitian Bedasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui pengaruh pemberian blotong kering terhadap produksi berat kering jamur kuping (Auricularia auricula).
2.
Mengetahui kadar pemberian blotong kering yang efektif untuk berat kering jamur kuping (Auricularia auricula).
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis a. Menambah khasanah keilmuan bagi peneliti.
5
b. Menambah pengetahuan tentang budidaya jamur kuping (Auricularia auricula) 2.
Manfaat Praktis a. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa blotong kering dapat dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman khususnya media tanam jamur. b. Memberi informasi kepada petani jamur untuk meningkatkan produksi jamur dengan cara penambahan blotong kering terhadap media jamur.
1.5 Batasan Penelitian. Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan-batasan penelitian agar tidak menyimpang dari rumusan masalah. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1.
Pada penelitian ini hanya meneliti tentang pemberian blotong kering terhadap produksi berat kering jamur kuping (Auricularia auricula) pada media serbuk kayu.
2.
Jamur yang digunakan dalam penelitian adalah jamur kuping (Auricularia auricula).
3.
Parameter pengukuran dalam penelitian ini adalah berat kering pada jamur kuping yang telah dipanen dari media serbuk kayu yang diberi blotong kering.