I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah penghasil minyak nabati
yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan minyak kelapa sawit dunia. Oleh karena itu peluang perkebunan kelapa sawit dan perindustrian pengolahan kelapa sawit (PKS) masih sangat prospek baik untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri (Lubis dan Agus, 2011). Manfaat minyak kelapa sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan (minyak goring, margarin, lemak kue), indsustri nonpangan (industri farmasi, industi oleokimia, sabun, lilin, dan industri kosmetik) dan sebagai salah satu bahan penghasil biodiesel. Untuk bagian - bagian yang bukan berasl dari minyak kelapa sawit seperti tandan kosong dapat dimanfaatkan menjadi kompos ataupun mulsa bagi tanaman kelapa sawit dan untuk tempurung/cangkangnya dapat digunakan sebagai bahan bakar atau arang aktif. Disamping itu tanaman kelapa sawit juga bermanfaat sebagai sumber devisa Negara dan menyediakan lapangan kerja yang mengarah kesejahtraan masyarakat (Fauzi, 2012). Mengelola dan mengontrol bisnis kebun sawit yang luasnya sudah mencapai ribuan hektar, bahkan mencapai ratusan ribu hektar, buka hal yang mudah apalagi lokasi kebunnya terpencar - pencar. Untuk itu, perencanaan dan pengawasan memegang peranan yang penting dan mutlak dilaksanakan. Dengan demikian, sektor perkebunan mampu menghasilkan produk yang efisien. Prinsip Laporan Tugas Akhir
1
manajemen modern menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi usaha dapat dicapai apabila dilaksanakan melalui suatu proses perencanaan yang matang, pelaksanaan yang tepat, dan pengawasan yang ketat. Para ahli berpendapat bahwa perencanaan yang matang sudah merupakan setengah dari keberhasilan. Perencanaan merupakan tahapan awal yang sangat menentukan keberhasilan selanjutnya (Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian, 2013). Di perkebunan kelapa sawit gulma merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman pokok kelapa sawit. Dalam arti luas gulma adalah semua jenis tumbuhan yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak dikehendaki dalam pengelolaan perkebunan. Jika gulma tidak dapat dikendalikan maka gulma dan pokok kelapa sawit akan bersaing mendapatkan unsur hara, selain itu tempat berkembangbiaknya hama dan penyakit (Shari, 2010). Gulma merupakan tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya, atau di sekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) dan atau tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman pokok tersebut. Gulma merupakan pesaing bagi tanaman kelapa sawit dalam penyerapan unsur hara, air dan cahaya matahari sehingga harus dilakukan pengendalian secara intensif yang bertujuan untuk memudahkan kontrol dalam pelaksanaan pekerjaan serta dapat menekan populasi hama dan penyakit. Secara umum penurunan hasil tanaman akibat kehadiran gulma dapat mencapai 20% - 80% bila gulma tidak dikendalikan (Sembodo, 2010 dan Shari, 2010). Menurut Sunarko (2014) gulma juga mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Kerusakan tanaman atau penurunan produksi
Laporan Tugas Akhir
2
pertanian akibat gulma pada umumnya memiliki hubungan yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam hal ini faktor yang paling nampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara tanaman dan gulma. Untuk itu pengendalian gulma penting dilakukan dalam penyelamatan produksi tanaman. Sebab, sebagian besar gulma mampu berkembang dengan cepat dan mendominasi lahan. Manajemen pengendalian gulma adalah pengelolaan sumber daya secara efektif untuk mencapai proses pengendalian gulma yang telah ditentukan. Tujuan manajemen pengendalian gulma adalah menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pegendalian gulma untuk mencapai pengendalian gulma yang efisien dan efektif, dimana manajemen gulma ini meliputi : perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan pengawasan. Dari uraian di atas dan sehubungan dengan pentingnya masalah pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit maka pada pelaksanaan tugas akhir ini penulis mengambil judul “Manajemen pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) PT. Agra Masang
Perkasa Plantation Unit 1 (PT. AMP PLANTATION UNIT 1) Kabupaten Agam, Sumatera Barat”.
Laporan Tugas Akhir
3
1.2
Tujuan
1) Mengetahui dan memahami Manajemen pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1. 2) Teknik pengendalian gulma di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 Phase II ada dua cara yaitu secara kimia (penyemprotan piringan dan pasar pikul) dan secara mekanik (pendongkelan anakan kayu dan anakan sawit). 3) Menganalisa kebutuhan biaya alat, biaya bahan, biaya tenaga kerja dan prestasi kerja dalam pengendalian gulma yang dilakukan oleh perusahaan pada budidaya tanaman kelapa sawit. 1.3
Manfaat Tugas Akhir Adapun manfaat yang diperoleh adalah :
1) Mahasiswa mampu menganalisis manajemen pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit yang efisien dan efektif. 2) Dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menejemen pengendalian gulma agar dapat dioptimalkan untuk memperoleh hasil yang efektif.
Laporan Tugas Akhir
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika tanaman menurut Pahan (2010), dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi
: Tracheopita
Subdivisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermeae
Subkelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Arecales
Famili
: Palmae
Subfamili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menurut Suwarto dan Octavianty (2010) memiliki varietas yang cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain - lain. Berdasarkan warna buah dari species Elaeis guineensis Jacq. dikenal varietas : Nigrescens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi orange setelah buah matang. Virescens, buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna orange.
Laporan Tugas Akhir
5
Albescens, waktu muda buah berwarna kuning pucat dan tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna merah. 2.2
Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif.
Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Pahan, 2010). 2.2.1. Akar (radix) Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Akar yang pertama muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula, yang panjangnya 15 cm. Dari radikula akan tumbuh akar lain yang berfungsi untuk mengambil air dan hara dari media. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang - cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Akar juga dipengaruhi oleh sistim perakaran dari tanaman pengganggu atau gulma (Adi, 2011). 2.2.2. Batang (caulis) Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang Laporan Tugas Akhir
6
tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm – 75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Sunarko, 2010). Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan pelepah daun (Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm – 60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl). Kecepatan tumbuh berkisar 35 cm – 75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (Sunarko, 2010). 2.2.3. Daun (Folium) Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun - daun membentuk satu pelepah yang panjangnya lebih dari 7,5 m – 9 m dan jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar 250 helai – 400 helai. Daun kelapa sawit yang masih muda dan kuncup berwarna kuning pucat. Daun pada tanaman kelapa sawit yang masih muda dan kuncup berwarna kuning pucat.
Daun pada tanaman kelapa sawit merupakan tempat
berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin dalam proses fotosintesis berlangsung maka semakin banyak bahan makanan yang dibentuk, sehingga produksi tanaman akan meningkat (Adi, 2011).
Laporan Tugas Akhir
7
2.3
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh faktor luar
maupun faktor dalam tanaman kelapa sawit itu sendiri, antara lain jenis atau varietas tanaman. Sedangkan faktor luar adalah faktor lingkungan antara lain iklim dan tanah (Lubis dan Agus, 2011). 2.3.1. Tinggi tempat dan topografi Kelapa sawit akan tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian 0 m - 400 m dari permukaan laut,
namun yang terbaik adalah
pada
ketinggian 0 m - 300 m. Tinggi tempat dari permukaan laut erat kaitannya dengan suhu udara. Akibat sulitnya mendapatkan areal yang datar sampai dengan bergelombang saat ini, maka areal topografi berbukit sampai dengan curam juga menjadi pertanaman kelapa sawit, namun tentunya dibutuhkan perlakuan khusus dalam hal konservasi tanah. Agar areal berbukit atau curam yang di tanami kelapa sawit dapat menguntungkan, diperlukan pembuatan teras-teras yang terencana dan penataan jalan yang baik (Pahan, 2010). 2.3.2. Tanah Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, akan tetapi agar kelapa sawit dapat tumbuh secara optimal memerlukan jenis tanah yang cocok. Jenis tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit adalah jenis tanah Podsolik merah kuning, Latosol dan Aluvial yang terkadang meliputi tanah gambut, dataran pantai dan muara sungai (Sunarko, 2010). Kriteria lahan untuk budidaya tanaman kelapa sawit menurut Pahan (2010), yang cocok adalah sebagai berikut :
Laporan Tugas Akhir
8
-
Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
-
Tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20% - 60 %, debu 10% - 40 %, liat 20% - 50%.
-
Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.
-
pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0 - 6,0 namun yang terbaik adalah pH 5 - 6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
2.3.3. Iklim Faktor iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar Utara - Selatan 12º pada ketinggian 0 m - 500 m dpl. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin (Evizal, 2014). Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum adalah sebagai berikut : a. Curah hujan Kelapa sawit dapat tumbuh dengan curah hujan yang baik adalah
2.000
mm – 2.500 mm/tahun, tidak mempunyai defisit air dan hujan relatif merata
Laporan Tugas Akhir
9
sepanjang tahun. Kebutuhan tanaman kelapa sawit yang efektif adalah 1.300 mm – 1.500 mm per tahun. Karena itu jumlah curah hujan yang kurang dari 2.000 mm per tahun masih tetap baik bagi kelapa sawit sepanjang tidak terdapat defisit air 250 mm. Curah hujan yang jumlahnya lebih dari 2.500 mm juga tetap baik selama hari hujan tidak lebih dari
180 hari dalam setahun.
Curah hujan rata - rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1.250 mm –
3.000 mm per tahun yang merata
sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari 3). Curah hujan > 3.000 mm/tahun menjadi pembatas ringan, namun curah hujan < 1.250 mm/tahun menjadi pembatas berat (Adi, 2011). Defisit air yang tinggi dapat menyebabkan produksi hanya akan normal kembali setelah 3 tahun – 4 tahun. Defisit air yang tinggi menyebabkan bunga -bunga dalam periode perkembangan bunga sebelum anthesis menjadi gugur. Demikian juga bunga - bunga yang telah anthesis bisa aborsi (Adi,2011). b. Temperatur Temperatur yang optimal 24o C - 28º C, terendah 180 C dan tertinggi 32º C serta kelembaban rata - rata 32º C. Kelembaban 80 % dan penyinaran matahari 5 jam - 7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain - lain. Kelembaban rata - rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit.
Ketinggian dari
permukaan laut yang optimal adalah 0 meter - 400 meter. Pada ketinggian
Laporan Tugas Akhir
10
yang lebih, pertumbuhan akan terhambat dan produksi lebih rendah (Evizal, 2014). c.
Penyinaran matahari Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurangkurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan
bahwa
diberbagai
wilayah
kelapa
sawit
yang
lama
penyinarannya diluar batas - batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga (Lubis dan Agus, 2011). Disamping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya. Di daerah - daerah yang intensitas penyinarannya rendah, misalnya karena pohon - pohon kelapa sawit ternaungi, atau jarak tanam yang terlalu rapat, sebagian dari karangan bunga akan gugur (aborsi) sehingga produktivitas kebun menurun (Evizal, 2014). d.
Angin Kecepatan angin 5 km - 6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Adi, 2011).
2.4.
Manajemen Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Gulma merupakan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak
diinginkan. Kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara,
Laporan Tugas Akhir
11
pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama. Gulma menyebabkan gangguan dan kerugian pada tanaman budidaya kelapa sawit (Pribadi dan Anggraeni, 2010). 2.4.1. Kerugian Yang Ditimbulkan Gulma Ada beberapa kerugian yang ditimbulkan gulma pada tanaman budidaya kelapa sawit menurut Sembodo (2010), antara lain : a.
Persaingan dalam memperoleh air Air diserap dari dalam tanah kemudian sebagian besar diuapkan (transpirasi), hanya sekitar 1% saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Untuk setiap kilogram bahan organik, gulma membutuhkan 330 liter -
1900 liter air.
Kebutuhan yang besar tersebut hampir dua kali kebutuhan tanaman. b.
Persaingan dalam memperoleh unsur hara Gulma menyerap lebih banyak unsur hara dari pada tanaman. Pada bobot kering yang sama gulma mengandung kadar nitrogen dua kali lebih banyak dari jagung.
c.
Persaingan dalam memperoleh cahaya Dalam keadaan air dan hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman, maka faktor pembatas berikutnya adalah cahaya matahari. Bila musim hujan, maka berbagai tanaman akan berebut untuk memperoleh cahaya matahari.
d.
Pengeluaran senyawa beracun. Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan cara interaksi biokimia, yaitu salah satunya dengan mengeluarkan senyawa beracun, yang akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman lain. Interaksi biokimia antara gulma dan tanaman ini dapat menyebabkan gangguan
Laporan Tugas Akhir
12
perkecambahan biji, kecambah jadi abnormal. Persaingan yang timbul akibat hal ini adalah dikeluarkannya zat racun dari suatu tumbuhan yang disebut allelopathy. 2.4.2. Karakteristik Gulma Menurut Sembodo (2010), gulma dapat didefinisikan sebagai berikut: a. Gulma rumput Ciri - ciri gulma rumput berbatang bulat atau pipih dan berongga, kesamaannya dengan teki karena bentuk daunnya sama - sama sempit tetapi dari sudut pengendalian responnya terhadap herbisida berbeda. b. Gulma teki Ciri - ciri gulma teki batang berbentuk segitiga, kadang - kadang bulat dan tidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua. c.
Gulma daun lebar Pada permukaan daun terutama permukaan bawah terdapat stomata, dan tunas - tunas pada titik memencarnya daun. Berdasarkan bentuk masa pertumbuhannya gulma dibedakan atas:
a. Gulma berkayu Golongan ini mencakup tumbuh - tumbuhan yang batangnya membentuk cabang - cabang sekunder. b. Gulma air Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang beradaptasi terhadap keadaan air kontinu atau paling tidak terhadap kondisi tanah berair untuk periode waktu hidupnya.
Laporan Tugas Akhir
13
c. Gulma perambat Tumbuhan yang merambat yang berstatus sebagai gulma, bisa sangat agresif dan perlu pengendalian. Gulma ini dapat menimbulkan masalah mekanis seperti Mikania chordata. d. Gulma epifit dan parasit Gulma ini dapat menyebabkan pepohonan akan kehilangan daun karena cabang - cabangnya telah dimatikan oleh parasit tersebut. Ditinjau dari siklus hidupnya gulma dibedakan menjadi : a. Gulma semusim Gulma semusim merupakan gulma yang siklus hidupnya dalam satu tahun atau satu musim, contohnya Ageratum conyzoides. b. Gulma dua musim Gulma dua musim disebut juga dengan gulma biennial, gulma ini memerlukan dua musim pertumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya, biasanya berbentuk roset pada tahun pertama dan menghasilkan bunga pada tahun kedua. c. Gulma tahunan Gulma tahunan disebut juga dengan gulma perennial, gulma ini hidup lebih dari dua tahun dan mungkin dalam kenyataannya hampir tidak terbatas, contohnya Imperata cylindrica. 2.4.3. Klasifikasi gulma di perkebunan kelapa sawit Menurut Syahputra dan Sarbino, (2014) berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi lima kelas: A, B, C, D, dan E.
Laporan Tugas Akhir
14
a. Gulma kelas A Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahaya bagi tanaman perkebunan. Contohnya sebagai berikut:
Imperata cylindrica (alang-alang)
Mikania micrantha (mikania)
Mimosa invisa (kucingan)
b. Gulma kelas B Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis - jenis gulma yang
merugikan
tanaman
perkebunan
sehingga
dilakukan
tindakan
pemberantasan atau pengendalian. Contoh gulma kelas B adalah sebagai berikut:
Gleichenia linearis (pakis kawat)
Brachiaria mutica
Lantana camara
Melastoma malabathricum
c. Gulma kelas C Gulma kelas C adalah jenis - jenis gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian
tersebut
tergantung
pada
ketersediaan
biaya
atau
mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun). Contoh gulma kelas C adalah sebagai berikut :
Axonopus compressus (rumput pahit)
Boreira latifolia (kentangan)
Cyperus rotundus (teki - tekian)
Laporan Tugas Akhir
15
Cyperus cyperoidis (teki - tekian)
Passpalum conjugatum (paitan)
Ottocloa nodosa (bambu - bambuan)
d. Gulma kelas D Gulma kelas D adalah jenis - jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian. Contoh jenis gulma kelas D adalah sebagai berikut:
Ageratum conyzoides (babadotan)
Ageratum houstonianum (wedusan)
Cyrtococum sp
Digitaria sp
e. Gulma kelas E Gulma yang digolongkan ke dalam kelas E adalah jenis – jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman,
namun
tetap
memerlukan
tindakan
pengendalian
jika
pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman. Contoh gulma kelas E adalah sebagai berikut: Calopogonium caereleum Pueraria javanica Calopogonium mucunoides Centrosema pubescens Pueraria phaseoloides
Laporan Tugas Akhir
16
2.4.4. Metode Pengendalian Gulma Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhannya secara berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman pokok (Rogomulyo, 2012). Terdapat beberapa metode/teknik pengendalian gulma yang dapat dipraktekkan di lapangan antara lain : a. Pengendalian secara mekanis Pengendalian gulma secara mekanis adalah tindakan pengendalian gulma dengan menggunakan alat - alat sederhana hingga alat – alat mekanis berat untuk merusak atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik. b. Pengendalian secara kultur teknis Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan praktek - praktek budidaya. Penanaman jenis tanaman yang cocok untuk suatu tanah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma.
Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera
menutup ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menurunkan gulma. c. Pengendalian secara hayati Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka waktu panjang (bertahun - tahun) sebelum suatu organ pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species gulma. Dasar
Laporan Tugas Akhir
17
pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa di alam ada musuh - musuh alami yang mampu menekan beberapa species gulma. d. Pengendalian secara kimia Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia akhir - akhir ini sangat diminati, terutama untuk lahan pertanian yang cukup luas. Penggunaan senyawa kimia diterapkan karena cepat dan tidak rumit. Senyawa kimia yang dipergunakan sebagai pengendalian gulma ini dikenal dengan nama “Herbisida” yang berarti suatu senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan
gulma
tanpa
mengganggu
tanaman
pokok.
Teknik
pengendalian gulma dilakukan dengan cara menyemprot herbisida tepat pada gulma. Hal ini yang menjadi masalah adalah mahalnya biaya pembuatan dan registrasi herbisida serta terbatasnya sumber - sumber bahan baku yang tersedia. 2.4.5. Klasifikasi Herbisida Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kategori Sembodo (2010), yaitu : a. Berdasarkan cara kerjanya Berdasarkan cara kerjanya herbisida dibedakan menjadi dua yaitu Herbisida kontak Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringanjaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama gulma yang berwarna hijau.
Laporan Tugas Akhir
18
Herbisida sistemik Herbisida sistemik adalah herbisida yang dapat diserap dan di translokasikan ke seluruh bagian atau jaringan gulma sehingga setelah satu minggu pemakaian gulma akan layu, kering, dan mati. b. Berdasarkan waktu pemakaiannya Berdasarkan waktu pemakaiannya, herbisida dibedakan menjadi dua yaitu:
Herbisida pra-tumbuh Herbisida pra-tumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat gulma belum tumbuh.
Herbisida purna-tumbuh Herbisida purna-tumbuh adalah herbisida yang digunakan setelah gulma tumbuh.
c. Berdasarkan kombinasi bahan aktif Berdasarkan kombinasi bahan aktifnya, herbisida dibedakan menjadi dua yaitu:
Herbisida tunggal Herbisida tunggal adalah jenis herbisida yang hanya terdiri atas satu jenis bahan aktif. Efektivitas herbisida jenis ini hanya terbatas pada satu golongan tertentu (gulma berdaun sempit atau berdaun lebar saja) sehingga pada dosis tertentu spektrum pengendaliannya menjadi sangat sempit.
Herbisida campuran Herbisida campuran adalah jenis herbisida yang terdiri atas dua jenis atau lebih bahan aktif. Campuran dua atau lebih bahan aktif dalam formulasi
Laporan Tugas Akhir
19
yang diproduksi oleh formulator disebut premix. Pencampuran dua atau lebih bahan aktif dalam satu formulasi harus bersifat sinergis sehingga reaksi yang terjadi tidak bertentangan. 2.5.
Fungsi - fungsi Manajemen Fungsi - fungsi manajemen elemen - elemen dasar yang akan selalu ada
dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan (Terry cit Hafni, 2015). 2.5.1.
Perencanaan (planning) Menurut Terry cit Hafni (2015) bahwa proses dasar manajemen dalam
menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tertentu adalah pada proses perencanaan. Langkah-langkah yang dilakukan seperti menetapkan tujuan dan target, merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target, menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan serta menetapkan standar keberhasilan. Di samping itu untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu perencanaan maka dapat ditentukan dari pertanyaan - pertanyaan berikut ini : -
What : apa yang menjadi tujuan perusahaan.
-
Why : mengapa melakukan kegiatan tersebut.
-
Where : dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
-
When : kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
-
Who : siapa yang akan melaksanakan.
-
How : bagaimana cara yang harus dilaksanakan untuk melakukan kegiatan.
Laporan Tugas Akhir
20
2.5.2. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian (Organizing) adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan yang di pandang. Fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumbersumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi (Rachma, 2013). 2.5.3. Pelaksanaan (actuating) Menurut Terry cit Hafni (2015) pelaksanaan merupakan suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha organisasi. Kegiatan yang ada dalam pelaksanaan ini adalah : -
Pemberian motivasi kepada tenaga kera agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
-
Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
-
Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
2.5.4.
Pengawasan (controlling) Untuk memudahkan pengawasan, setiap kegiatan penyemprotan harus
dibuatkan laporan pekerjaan dan peta kerja mengenai penggunaan bahan-bahan, tenaga kerja, peralatan, prestasi kerja, lokasi kerja, dan hal-hal lain yang diperlukan. Kelengkapan laporan dan peta kerja akan sangat membantu proses pengawasan maupun pembuatan rencana kerja selanjutnya. Dalam proses pengawasan, hal yang terpenting adalah tindakan kelanjutan pekerjaan agar pekerjaan pengendalian gulma benar-benar tuntas (Barus, 2007). Laporan Tugas Akhir
21
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan tugas akhir ini dilaksanakan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II), Desa Tapian Kandis Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Tugas akhir ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari tanggal 16 Maret 2015 dan berakhir pada tanggal 13 Juni 2015. 3.2
Metode Pelaksanaan Adapun metode yang digunakan selama tugas akhir ini adalah sebagai
berikut : a. Bekerja Setiap kegiatan pengendalian gulma yang telah disepakati oleh pembimbing lapangan diutamakan dapat dikerjakan oleh masing-masing mahasiswa serta ditentukan prestasi kerjanya. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan bergabung bersama karyawan atau tersendiri sesuai dengan kondisi di perusahaan serta atas persetujuan/perintah pembimbing Lapang. b. Demonstrasi Kegiatan demonstrasi pengendalian gulma adalah suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa dimana kegiatan ini hanya dipraktekkan atau dilakukan di lapangan dalam skala kecil oleh Mandor/Asisten agar mahasiswa mengetahui dan paham dengan kegiatan tersebut.
Laporan Tugas Akhir
22
c. Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan apabila sesuai dengan kondisi dan pertimbangan Pembimbing Lapang suatu pekerjaan tidak dapat dilakukan oleh mahasiswa mengingat faktor keselamatan, ketersediaan alat dan sebagainya.. d. Diskusi Kegiatan diskusi dilakukan khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang tidak dilakukan pada perusahaan tersebut pada saat pelaksanaan tugas akhir atau kegiatan - kegiatan lain yang dianggap perlu menurut pembimbing lapang untuk didiskusikan. 3.3 Pengumpulan Data dan Informasi Data yang dilkumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data primer Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan dan tanya jawab langsung dengan karyawan, mandor, asisten dan ka.phase serta pihak yang terkait dengan laporan ini dan masalah-masalah lain yang ada hubungannya dengan perusahaan serta data yang berasal dari
PT. Agra
Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dalam bentuk buku panduan dan penunjang. b. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari buku-buku penunjang seperti Budidaya dan Pasca Panen Kelapa Sawit, Gulma dan teknik pengendaliannya, Manajemen, Pemasaran dan Literatur lain yang berhubungan dengan tanaman kelapa sawit lainnya. Informasi yang dikumpulkan diantaranya berupa gambaran umum
Laporan Tugas Akhir
23
perusahaan, sejarah perusahaan, keadaan iklim dan tanah perusahaan, organisasi perusahaan, sumberdaya perusahaan dan kondisi keuangan perusahan. 3.4 Analisis Data dan Informasi Analisis data yang dilakukan menyangkut aspek manajemen, aspek teknis di lapangan serta aspek finansial. Data dan informasi yang telah terkumpul diuraikan,
setelah
didiskusikan
dengan
pembimbing
lapang
dan
membandingkannya dangan buku - buku panduan perusahaan atau SOP perusahaan.
Laporan Tugas Akhir
24
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Letak Geografis Tugas akhir ini dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) yang termasuk dalam kelompok Perusahaan Wilmar Group. PT. AMP Plantation Unit 1 terletak di Desa Tapian Kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. 4.2 Keadaan Iklim dan Tanah 4.2.1 Keadaan Iklim Adapun data curah hujan selama 5 tahun terakhir (2010 - 2014) di PT. AMP Plantation Unit 1 dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Data curah hujan dan hari hujan 5 tahun terakhir di AMP-1. Curah Hujan 4 Tahun Terakhir (2010 - 2014) Curah Hujan Hari Hujan Total Bulan Total CH Rata-rata CH Rata-rata HH HH Jan 688 138 30 15 Feb 290 58 17 9 Mar 735 147 30 15 Apr 899 180 36 18 Mei 504 101 37 19 Juni 138 28 14 14 Juli 188 38 11 11 Ags 154 29 13 13 Sep 270 54 17 17 Okt 580 116 23 23 Nov 518 104 24 24 Des 234 47 16 16 Total 5198 1040 268 194 Rata – Rata 1040 208 54 39 Sumber : PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1)
Laporan Tugas Akhir
25
4.2.2 Keadaan Tanah Jenis tanah di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) adalah Aluvial dan Organosol. 4.3 Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan PT. Agra Masang Perkasa Plantation 1 (AMP Plantation Unit 1) adalah salah satu perusahaan Swasta Nasional. PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) berdiri 5 April 1994. PT. AMP Plantation Unit 1 mempunyai luas kebun 9.226,42 Ha sesuai dengan SK HGU dari Mentri Negara Agraria/Ka BPN Pusat dengan SK HGU Nomor: 102/HGU/BPN-1997, SK HGU Nomor:
13/HGU/PBN-2000,
Nomor:
29/HGU/BPN99/A/21
dan
Nomor
14-540. 1-23-2004. Yang dilengkapi dengan Sertifikat HGU Nomor: 09 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 10 Tanggal 29 Oktober 1997, Nomor: 15 Tanggal 23 Agustus 2000, Nomor: 11, Tanggal 31 Maret 2004, Nomor: 12 Tanggal Maret 2004, Nomor 01 Tanggal Maret 2004, dengan luas tertanam 7.362 Ha. Dan insfratruktur 1.435 Ha dengan total luas lahan keseluruhan
8.797 Ha.
PT. AMP Plantation memiliki pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di atas tanah seluas 200.900 M2 yang berlokasi di Jorong Tapian Kandis Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat dengan SK Bupati Agam Nomor: 125/IMB/BA/1994 tertanggal 22 Desember 1994 dan Nomor: 11/IMB/2005 Tanggal 13 September 2005. Kapasitas PKS PT. AMP Plantation 80 Ton/jam. PKS PT. AMP Plantation beroperasi sejak Bulan September 1996 untuk pengolahan Buah Kelapa Sawit (CPO) dan dikembangkan untuk pengolahan inti sawit dengan istilah Lain Kernel Crushing Plant (KCP) yang menghasilkan Palm
Laporan Tugas Akhir
26
Kernel Oil (PKO) pada tahun 2005. Tata letak lahan pada AMP Plantation Unit 1 adalah: Perumahan staff
: 5 Ha
Perumhan Karyawan, Mesjid, TK
: 6 Ha
Kantor
: 2 Ha
Gudang, Bengkel
: 1,5 Ha
Perumahan Plasma
: 2 Ha
Klinik, Gudang Master
: 1,5 Ha
Peta PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.4 Keadaan Tanaman dan Produksi Luas areal yang dikelola Kebun PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) adalah 1.964,9 Ha yang terdiri dari 12 Ha areal pembibitan, 618,84 Ha areal TBM dan 1.334,06 Ha areal TM. Unit Kebun Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) ini terdiri dari 2 Phase yang masing-masing luasnya yaitu: Phase I
: 620,84 Ha (tahun tanam 2013, 2014, 2015)
Phase II
: 1.334,06 Ha (tahun tanam 1995, 1996, 1997)
PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) ini dipimpin oleh seorang Manager/Pimpinan, setiap Phase dipimpin oleh Kaphase yang dibantu oleh Asisten dan Mandor.
Laporan Tugas Akhir
27
4.5. Manajemen Perusahaan 4.5.1. Struktur Organisasi Perusahaan Dan Ketenagakerjaan a. Jumlah Tenaga kerja Jumlah karyawan/tenaga kerja yang terdapat pada Phase II, PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 sebanyak 62 orang. b. Jumlah Staf Jumlah Staf yang terdapat pada Phase II, PT. Agra Masang PerkasaPlantation Unit 1 sebanyak 3 orang. 4.5.2. Struktur Organisasi a.
Pimpinan Unit/ Estate Menejer Tugas Pokok Memimpin satu unit aktifitas kebun seluas 2.000 Ha - 4.000 Ha dengan melakukan perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun
administrasi
keuangan/pembukuan
serta
fungsi
pelaporan
manajemen sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Laporan Tugas Akhir
28
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
b. Kepala Phase (Sr. Field Conductor) Tugas Pokok Memimpin satu phase aktifitas kebun seluas 1.000 Ha - 1.500 Ha dengan
melakukan
perencanaan,
pengawasan,
pengendalian
dan
pengorganisasian serta melakukan evaluasi dan analisa hasil kerja baik operasional lapangan maupun administrasi untuk peningkatan produktifitas kerja sesuai dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya Tanggung Jawab
Merencanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Laporan Tugas Akhir
29
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Detail job description ditetapkan oleh atasan/ pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perusahaan.
c. Asisten Phase (Field Conductor) Tugas Pokok Bertugas dan bertanggung jawab serta memiliki wewenang dalam seluruh kegiatan pengelolaan kebuan seluas ± 500 ha dan membantu Officer dan Adm sesuai petunjuk teknis yang dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. Tanggung Jawab
Melaksanakan kegiatan pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan, produksi (panen) TBS secara tepat, benar, efektif dan efisien dalam mewujudkan produktifitas kerja maksimal.
Memastikan hasil kerja yang optimal, berkualitas, dan mampu menghndari kerja yang berulang.
Mengkoordinir, membina dan mengembangkan potensi kerja bawahan untuk mencapai hasil kerja maksimal dan berkualitas.
Membuat (mencatat) aktifitas kegiatan/ pekerjaan serta melaporkan hasilnya ke atasan.
Melakukan evaluasi dan analisa kegiatan usaha pengelolaan kebun sebagai upaya untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik.
Laporan Tugas Akhir
30
Detail job description ditetapkan oleh atasan/pimpinan sesuai dengan struktur organisasi perus
d. Mandor Tugas Pokok Bertanggung jawab terhadap pengawasan secara efisien terhadap gang-nya dalam hal tugas yang berhubungan dengan pembibitan, pembukaan lahan, penanaman, perawatan kebun dan panen dengan sistem manajemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen lainnya. Tanggung Jawab
Melakukan implementasi program kerja yang telah disepakati berdasarkan pada keadaan fisik, waktu, mutu, dan efisiensi.
Melakukan pengawasan terhadap gang-nya untuk tercapainya target sesuai dengan standar dengan menggunakan sumber daya manusia dan fisik secara efektif.
Memimpin gang-nya dan memelihara hubungan kerja dan semangat tim didalam gang-nya ataupun dengan gang yang lain.
Membuat laporan ke asisten berdasarkan pada produksi, produktifitas dan parameter lainnya sesuai dengan kesepakatan.
Memberikan pelatihan dan pengembngan terhadap anak buahnya didalam gang-nya.
Memastikan bahwa tenaga kerja mempunyai peralatan kerja yang sesuai standar untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya.
Laporan Tugas Akhir
31
Memastikan bahwa gang-nya menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang lingkungan.
Memastikan bahwa gang-nya menjalankan tugasnya mengacu pada kebijakan dan perundang-undangan yang berlaku tentang kesehatan dan keselamatan.
Melakukan pengembangan dan pemeliharaan secara terbuka terhadap hubungan masyarakat sekitar.
e. Pemanen Tugas Pokok Memotong TBS yang masak dan mengutip brondolan yang tercecer mulai dari pokok, piringan, pasar pikul sampai ke TPH dengan susuna yang rapi, menyusun pelepah yang dipotong pada tempat yang ditetapkan dengan sistem manjemen mutu dan lingkungan dan RSPO serta sistem manajemen sistem lainnya. Tanggung Jawab
Memanen buah masak.
Memotong tangkai tandan semepet mungkin.
Tidak meninggalkan buah masak di pokok.
Pemanen bertanggung jawab dengan pruning.
Pelepah disusun di gawang mati leter U.
Tidak ada pelepah gantung.
Tidak meninggalkan brondolan di pokok, piringan, dan pasar pikul.
Brondolan harus bersih dari sampah, pasir, batu dan kotoran.
Laporan Tugas Akhir
32
Bentuk dan struktur organisasi PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.5.3. Fasilitas Dan Kesejahtraan Karyawan. a. Sistem Penggajian/upah Pada dasarnya ada dua sistem penggajian yang bisa digunakan, dimana tergantung pada masing – masing sifat pekerjaan, kondisi medan kerja kualitas mental dari tenaga kerja yaitu :
Sistem harian tetap, dipilih jika hasil kerja per hari dapat diukur dengan pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang bagus.
Sistem borongan, dipilih jika hasil kerja per hari tidak dapat diukur pasti dan tenaga kerja memiliki disiplin kerja yang rendah. Sedangkan untuk kriteria pembayaran komponen upah adalah sebagai
berikut :
Upah Karyawan dalam 1 hari kerja adalah Rp. 64.600
Upah pemanen adalah harga per tandan Rp. 750
Upah knek/tukang muat 5000/ton
Tidak dibayar jika tidak bekerja baik pada hari kerja maupun hari libur.
b. Fasilitas Umum Dan Khusus Fasilitas umum yang diberikan kepada semua Karyawan berupa air, rumah, listrik, mesjid, klinik, sekolah, bus untuk transportasi anak sekolah dan sarana olah raga. Fasilitas khusus diberikan kepada staff berupa motor untuk Asisten dan Kaphase dan mobil untuk Pimpinan/Manager.
Laporan Tugas Akhir
33
c. Cuti Karyawan yang sudah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus, berhak atas istirahat tahunan/cuti selama 12 (dua belas) hari kerja. 1.
Hak cuti/istirahat tahunan mulai timbul/ada, jika karyawan telah bekerja terlebih dahulu selama 12 (dua belas) bulan terus menerus dan untuk itu perusahaan wajib menyampaikan mulai berlakunya hak cuti kepada karyawan.
2.
Jatuhnya hak cuti tahunan bertepatan dengan tanggal masuk/mulai bekerjanya pekerja pada perusahaan.
3.
Pekerja yang akan mengambil hak cuti tahunan tersebut harus mengajukan permohnan terlebih dahuu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum melaksanakan cuti, kecuali dalam hal mendesak.
4.
Pelaksanaan cuti dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari pimpinan perusahaan.
5.
Bagi pekerja yang memperpanjang cutinya atanpa pemberitahuan dan seizin perusahaan atau tanpa berita dianggap mangkir, kecuali dalam hal-hal yang mendesak dan nyang bersangkutan harus dapat menunjukkan bukti-bukti atau alasan-alasan yang tepat.
6.
Pekerja yang menjalani cuti dan tidak kembali bekerja setelah lewat 5 (lima) hari berturut-turut dari cutinya berakhir tanpa berita, dianggap mengundurkan diri.
7.
Istirahat/cuti tahunan pada dasarnya harus dijalani secara keseluruhan dan dapat dipecah dalam beberapa bagian, namun mengingat kepentingan kedua
Laporan Tugas Akhir
34
belah pihak cuti tahunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah satu bagiannya paling sedikit 6 (enam) hari. 8.
Selama melaksanakan cuti maka, gaji/upah dibayar penuh.
9.
Perusahaan dapat menunda permohonan cuti dengan alasan kepentingan kerja yang ada. Penundaan yang dimaksud diberitahukan kepada karyawan secara tertulis dalam waktu 3 (tiga) hari seteah permohonan cuti diterima.
10. Hak cuti tidak dapat diganti dalam bentuk uang. 11. Hak atas istirahat/cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah lahirnya hak cuti tahunan itu pekerja ternyata tidak mempergunakan haknya bukan karena alasan-alasan yang diberikan oleh pengusaha atau karena alasan-alasan tertentu yang disampaikan oleh pekerja kepada pengusaha. 12. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya (undang - undang ketenagakerjaan Nomor: 13 tahun 2003 pasal 80). 4.5.4. Keselamatan Kerja a. Tiap karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya sendiri dan wajib memakai peralatan/perlengkapan keselamatan kerja yang telah disiapakan perusahaan, serta wajib mematuhi atau mengikuti dan melaksanakan ketentuan serta syarat - syarat keselamatan dan perlindungan kerja yang berlaku. b. Peralatan dan perlengkapan kerja diberikan berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan dari karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang dimaksud dalam program sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan mempertimbangkan kemampuan perusahaan.
Laporan Tugas Akhir
35
c. Apabila karyawan melihat atau menemukan hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya/mengganggu kesehatan dan keamanan kerja, maka karyawan wajib melaporkan ke pimpinan. 4.5.5. Prekrutan, Mutasi, Promosi, dan Transfer Karyawan Perekrutan pekerja pada PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 saat ini dengan cara melihat dan mengambil lamaran kerja yang masuk ke kantor pusat. Mutasi, pemindahan Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 semuanya atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat. Promosi Karyawan pada PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 semuanya atas keputusan dan penilaian Manajemen pusat/Kantor pusat. Transfer Karyawan tidak ada
dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa
Plantation Unit 1 ini. 4.6. Pelaksanaan fungsi fungsi manajemen di perusahaan 4.6.1. Perencanaan (planning) Perencanaan disusun sebalum kegiatan di lapangan dilaksanakan, hal ini berguna sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Penyusunan rencana di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 melibatkan peran dari masing - masing pihak dari jajaran tertinggi (General Manejer) sampai dengan jajaran terendah (Mandor). Rencana yang disusun meliputi penggunaan alat dan bahan serta sarana prasarana yang akan digunakan dalam pekerjaan demi memperlancar proses produksi.
Perencanaan disusun dalam beberapa bagian
berikut :
Laporan Tugas Akhir
36
a. Rencana kerja harian (RKH) Rencana kerja harian yang dibuat oleh Mandor yang berisikan jenis kegiatan, rotasi, luas lahan yang akan dikerjakan, jumlah tenaga kerja, kebutuhan alat dan bahan. b. Rencana kerja bulanan (RKB) Rencana kerja bulanan dibuat oleh Mandor dan dibantu oleh Asissten yang berisikan jenis kegiatan, rotasi, luas lahan yang akan dikerjakan, jumlah tenaga kerja, dalam 1 bulan kerja (30 hari kerja). Hasil tersebut diserahkan pada Pimpinan kebun dan dibawa ke kantor pusat kebun. c. Rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) tahunan Rencana kerja tahunan adalah Hasil dalam bentuk financial mengenai anggaran dalam 1 tahun dan disusun dalam bentuk Budget. Budget berisikan tentang volume kerja, jenis kegiatan, rotasi, luas lahan yang akan dikerjakan, jumlah tenaga kerja, kebutuhan alat dan bahan dalam 12 bulan. 4.6.2. Pengorganisasian (organizing) Organisasi merupakan pengelompokan orang - orang (pekerja) yang memiliki pekerjaan yang sama serta tujuan yang sama. Organisasi dalam suatu pekerjaan sangat penting untuk dilaksanakan, sehingga masing - masing orang (pekerja) dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Struktur organisasi yang dijalankan secara baikdan benar akan memberkan hasil yang memuaskan dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 menyusun dan mejalankan sistem organisasi yang terdiri atas tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing - masing personil yang terdapat dalam struktur Organisasi.
Laporan Tugas Akhir
37
4.6.3. Pelaksanaan (actuating ) Pelaksanaan kegiatan di kebun merupakan tanggung jawab dari pimpinan kebun kemudian dilimpahkan kepada Asisten/pengawas. Dalam urusan di kantor, Asisten dibantu oleh Mandor sedangkan untuk kegiatan di lapangan dibantu oleh Mandor perawatan. Mandor perawatan mengawasi dan mengatur karyawan yang bekerja di lapangan. Dalam melaksanakan kegiatan di lapangan Asisten berpedoman kepada rencana kerja bulanan yang telah disetujui pihak kebun dan berdasarkan kebijakan teknis agronomi yang dikeluarkan perusahaan. Kegiatan lapangan
di PT. Agra
Masang Perkasa Plantation Unit 1 dimulai pagi hari pukul 05.30 Wib. Setiap pagi Asisten memberikan pengarahan tentang teknis pekerjaan yang akan dilaksanakan kepada Karyawan dan mengevaluasi hasil kerja yang telah dilaksankan. Mandor perawatan memberikan pengarahan kembali kepada para karyawan dan mengawasi para karyawan. Untuk mendorong dan memacu peningkatan kinerja karyawan dalam mengerjakan pekerjaan di lapangan perlu adanya motivasi agar karyawan melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar serta bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. 4.6.4. Pengawasan (controlling ) Pengawasan merupakan unsur dasar manajemen yang harus dilaksanakan untuk mengetahui hasil pekerjaan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan dilakukan. Pengawasan dilakukan oleh tingkat tertinggi perusahaan yaitu Menejer (Pimpinan) sampai tingkat terendah yaitu Mandor. Pengawasan dilakukan pada setiap bentuk pekerjaan baik di lapangan. Pengawasan dilakukan dengan
Laporan Tugas Akhir
38
mengamati pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja dan memastikan pekerjaan tersebut telah sesuai dengan instruksi yang telah di berikan. Pengawas berhak memberikan tindakan kepada pekerja yang melakukan kesalahan atau bekerja tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Tindakan dapat berupa teguran atau peringatan baik secara lisan ataupun tulisan.
Laporan Tugas Akhir
39
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Analisis Hasil Kegiatan pengendalian gulma yang dilaksanakan di PT. Agra Masang
Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada setiap metode kegiatan pengendalian gulma. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi : 5.1.1. Pengendaalian secara kimia a. Circle and Path Spraying (Penyemprotan piringan dan pasar pikul) Kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul dilaksanakan di blok 15 C dengan luas blok 27,54 Ha. Kegiatan ini dilakukan 3 kali dalam setahunnya. Penyemprotan piringan dan pasar pikul dilakukan dengan menggunakan alat Inter kep dengan herbisida Glyphosate Isopropilamina 150 cc/kep dan Metil Metsufuron 7,5 gr/kep. Semua gulma yang ada di piringan dan pasar pikul harus disemprot merata dan pada akhirnya gulma akan mati setelah 1 minggu penyemprotan. Kemampuan pekerja ditargetkan 4 Ha/Hk. Dokumentasi dari kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul dapat dilihat pada Lampiran 3. Adapun alat yang dibutuhkan untuk kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul menggunakan inter kep di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Laporan Tugas Akhir
40
Tabel 2. Penggunaan alat circle and Path Spraying No Nama alat Satuan Jumlah Jumlah terpakai 1 Inter kep* Unit 8 0.016 2 Glas Ukur@ Buah 1 0.01 3 Trailer Unit 1 Spraying# Jumlah Keterangan : @ Usia ekonomis 1 tahun * Usia ekonomis 5 tahun # Usia ekonomis 10 tahun
0.001
Harga Biaya (Rp) (Rp) 918.000 14.688 25.000 2.500 424.000.00 0
424.000 441.188
Adapun bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul menggunakan Inter kep di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Penggunaan bahan circle and Path Spraying Harga No Nama bahan Satuan Jumlah (Rp) 1 Glisat 480 SL Liter 12.45 36.000 2 Tiara 20 WDG Kg 0.62 160.000 4 Solar Liter 4 12.500
Biaya (Rp) 448.200 99.200 50.000
Jumlah
579.400
Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul menggunakan Inter kep di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Penggunaan tenaga kerja circle and Path Spraying Jenis sub Waktu No Satuan Jumlah kegiatan pelaksanaan 1. Chemist 07.30 WIB HKO 8 piringan dan pasar pikul Jumlah
Harga (Rp)/Ha 64.600
Biaya (Rp)/Ha 516.800
516.800
Adapun rekapitulasi biaya kegiatan chemist piringan dan pasar pikul menggunakan Inter kep di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini. Laporan Tugas Akhir
41
Tabel 5. Rekapitulasi biaya circle and Path Spraying No Jenis Biaya 1. Biaya Alat 2. Biaya Bahan 3. Biaya Tenaga Kerja Total Biaya 4. Biaya Per Hektar (Total biaya : Luas Blok) 5. Biaya Per Tanaman (SPH = 135)
Biaya (Rp) 441.188 579.400 516.800 1.537.388 55.824 414
Adapun biaya kegiatan chemist piringan dan pasar pikul menggunakan Inter kep di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Biaya circle and Path Spraying Phase II Biaya Per Blok No Biaya Per Hektar (Rp) (Luas = 27,54 Ha) Rp 1.
55.824
1.537.388
Biaya per Phase (Luas = 1.334,06 Ha) Rp 74.472.565
5.1.2. Pengendalian Secara Makanis a. Dongkel Anak Sawit Dan Anak Kayu Kegiatan dongkel anak sawit dan anak kayu dilaksanakan di blok 16 B dengan luas blok 25,26 Ha. Kegiatan ini dilakukan 1 kali dalam setahunnya. Anak sawit merupakan brondolan yang tertinggal di piringan, pasar pikul, gawangan mati dan TPH yang telah tumbuh yang tidak diinginkan keberadaannya sehingga dianggap sebagai gulma sedangkan anak kayu adalah anakan kayu yang tumbuh di piringan, pasar pikul, gawangan mati dan TPH Pengendaliannya dilakukan dengan cara mendongkelnya langsung, setiap pekerja harus mencapai 1,5 Ha/HK. Adapun alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pendongkelan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Laporan Tugas Akhir
42
Tabel 7. Penggunaan Alat Pendongkelan No Nama Satuan Jumlah Alat 1 Dodos@ Unit 17 2 Parang@ Unit 17 Jumlah Keterangan : @ Usia ekonomis 1 tahun
Jlh Terpakai 0.057 0.057
Harga (Rp) 71,500 64,000
Biaya (Rp) 4.076 3,.48 7.724
Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan dongkel di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja Pendongkelan No Jenis Sub Waktu Satuan Jumlah Kegiatan Pelaksanaan 1. Dongkel 07.30 WIB HKO 17 Jumlah
Harga Biaya (Rp) (Rp) 64.600 1.098.200 1.098.200
Adapun biaya rekapitulasi untuk kegiatan dongkel di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. Rekapitulasi Biaya Pendongkelan No Jenis Biaya 1. Biaya Bahan 2. Biaya Alat 3. Biaya Tenaga Kerja Total Biaya 4. Biaya Per Hektar (Total biaya : Luas Blok) 5. Biaya Per Tanaman (SPH = 135)
Biaya (Rp) 7.724 1.098.200 1.105.924 43.782 324
Adapun biaya untuk kegiatan pendongkelan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini. Tabel 10. Biaya Pendongkelan Phase II Biaya Per Blok No Biaya Per Hektar (Rp) (Luas =25,26 Ha) Rp 1.
43.782
Laporan Tugas Akhir
1.105.924
Biaya Per Phase (Luas = 1.334,06 Ha) Rp 58.407.815
43
b. Pembuangan Epifit Pada Batang Sawit Kegiatan pembuangan epifit ini dilaksanakan di blok 16 B dengan luas blok 25,26 Ha. Kegiatan ini dilakukan 1 kali dalam setahunnya. Pembuangan epifit pada batang adalah kegiatan pengendalian gulma jenis anak kayu, anakan sawit yang tumbuh di pokok sawit dan pakis . Adapun alat yang digunakan adalah parang dan egrek. Setiap pekerja harus mencapai 1,5 Ha/HK. Adapun alat yang dibutuhkan untuk kegiatan pembuangan epifit di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Penggunaan Alat Pembuangan Epifit Jlh No Nama Alat Satuan Jumlah Harga(Rp) Biaya(Rp) Terpakai 0.057 1. Parang@ Unit 17 64.000 3.648 0.057 2. Egrek@ Unit 17 102.000 5.814 Jumlah 9.462 Keterangan : @ Usia ekonomis 1 tahun Adapun tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan pembuangan epifit di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Penggunaan Tenaga Kerja Pembuangan Epifit Jenis Sub Waktu No Satuan Jumlah Kegiatan Pelaksanaan 1. Pembuangan 07.30 WIB HKO 17 epifit Jumlah
Harga (Rp) 64.600
Biaya (Rp) 1.098.200 1.098.200
Adapun biaya rekapitulasi untuk kegiatan pembuangan epifit di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Laporan Tugas Akhir
44
Tabel 13. Rekapitulasi Biaya Pembuangan Epifit No Jenis Biaya 1. Biaya Bahan 2. Biaya Alat 3. Biaya Tenaga Kerja Total Biaya 5. Biaya Per Hektar (Total biaya : Luas Blok) 6. Biaya Per Tanaman (SPH = 135)
Biaya (Rp) 9.462 1.098.200 1.107.662 43.854 326
Adapun biaya untuk kegiatan pembuangan epifit di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini. Tabel 14. Biaya pembuangan epifit Phase II Biaya per blok No Biaya per hektar (Rp) (luas =25,66 Ha) Rp 1.
43.854
1.107.662
Biaya Per Phase (Luas =1.334,06 Ha) Rp 58.503.867
5.2. Analisis Manajemen 5.2.1
Circle and path spraying (Penyemprotan piringan dan pasar pikul)
a. Perencanaan (planning) Perencanaan penyemprotan piringan dan pasar pikul yang dilakukan PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1, berdasarkan data yang didapatkan dari lapangan melalui survei yang dilakukan oleh Asisten dan Mandor. Kemudian Asisten melakukan perencanaan teknik pengendalian gulma berdasarkan karapatan gulma yang ada di lapangan, jenis gulma yang dominan, herbisida yang akan digunakan, penetapan dosis, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan atau yang digunakan dan rotasi pengendalian yang akan dilakukan. Dari data survei lapangan didaptkan gulma yang dominan adalah Sawit liar (kelas B), Cyperus rotundus (kelas C), Asystasia intrusi (kelas C), Ageratum conyzoides (kelas D) (Lampiran 3 Gambar 5), Euphorbia hirta (kelas C) dan Laporan Tugas Akhir
45
Borreria latifolia (kelas C). Adapun keadaan pasar pikul sebelum disemprot dapt dilihat pada Lampiran 3 Gambar 6. Pengendalian ini dilakukan oleh Karyawan penyemprotan yang dimulai pada pagi hari jam 07.30 Wib sampai dengan jam 14.00 Wib. Adapun biaya rencana penyemprotan piringan dan pasar pikul pada
Blok 15 C dengan luas
27,54 Ha yang akan dikeluarkan yaitu dapat dilihat pada Tabel 15 dibawah ini. Tabel 15. Rencana biaya penyemprotan piringan dan pasar pikul. No Jenis kegiatan Biaya (Rp) 1. Alat Pelindung Diri (APD) 57.063 2. Alat 283.221 3. Bahan 1.652.400 4. Tenaga kerja 2.967.215 Total 4.959.899 Sumber : PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) phase II b. Pengorganisasian (organizing) Adapun bentuk struktur organisai dalam penyemprotan piringan dan pasar pikul dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini. Menejer
Ka. Phase
Kepala Gudang
Kepala Transportasi Operator
Gambar 2. Struktur org Karyawan Gudang
Asisten Pemeliharaan
Mandor
Karyawan
Gambar 1. Struktur organisasi penyemprotan piringan dan pasar pikul Plantation Unit 1 Phase II
Laporan Tugas Akhir
46
Tangung jawab dan wewenang masing - masing personil : a. Estate Menejer/Pimpinan Menejer adalah orang yang mengesahkan segala sesuatu yang akan dikerjakan pada perusahaan. Menejer bertugas mengevaluasi kegiatan yang dilakukan serta memecahkan masalah yang ada. b. Kapala Phase Kepala phase bertugas membuat perencanaan kegiatan yang akan digunakan yaitu, biaya, bahan, alat, tenaga kerja dan menentukan lokasi yang akan dikerjakan kemudia mengawasi kegiatan di lapangan secara langsung, memberikan laporan kepada Menejer. c. Kepala Gudang Kepala gudang bertugas menyetujui bon racun atau bahan kimia yang dibuat oleh Asisten dan mengeluarkan bahan dan alat yang akan digunkan. d. Asisten Pemeliharaan Asisten pemeliharaan bertugas membuat rencana kerja dan mengatur kegiatan kerja setiap hari, membuat bon racun atau bahan kimia yang akan digunakan mengatur dan menyediakan tenaga kerja dengan yang dibutuhkan. Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya tiap hari, mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan. e. Asisten Tranportasi Asisten transport bertugas menyediakan tranfortasi yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut selama kegiatan berjalan sampai selesai.
Laporan Tugas Akhir
47
f. Mandor Mandor bertugas mencampuran herbisida dengan air (mixing), menetapkan target kerja dan ancak pekerja setiap hari sesuai kondisi, mengawasi pekerja dalam melakukan pekerjaanya sampai selesai dan memeriksa hasilnya setiap saat di lapangan, mempunyai wewenang memberikan sanksi kepada anggotanya yang melakukan kesalahan. g. Operator Operator bertugas membawa alat dan bahan ke lapangan dan menunggu sampai selesai pekerjaan. h. Karyawan Gudang Karyawan gudang bertugas melaporkan semua barang yang masuk dan keluar dari gudang kepada kepala gudang serta mengeluarkan barang yang telah diorder oleh kepala gudang. i. Karyawan Karyawan bertugas melakukan penyemprotan gulma sesuai dengan standar perusahaan dan target yang telah ditentukan dengan jumlah Karyawan 8 orang. c. Pelaksanaan (actuating ) Pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma penyemprotan piringan dan pasar pikul sebagai berikut. Melakukan mixing pagi hari oleh Mandor di gudang dan menyediakan serta mencek alat yang akan dipakai atau yang akan digunakan. Melakukan pembagian ancak kepada anggota.
Laporan Tugas Akhir
48
Pekerja melakukan penyemprotan herbisida di pasar pikul dengan lebar semprotan 2 m serta piringan dengan lebar semprotan 2 m. Pengawasan dilakukan oleh Mandor hingga pekerjaan selesai dilakukan oleh pekerja atau pekerja telah mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun biaya (1 blok) yang dikeluarkan yaitu biaya alat Rp. 441.188, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2, biaya bahan Rp. 579,400, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan biaya tenaga kerja Rp. 516,800, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan kegiatan pengendalian gulma penyemprotan piringan dan pasar pikul sebagai berikut. o Mandor Melakukan pengawasan langsung di lapangan mulai dari kegiatan dimulai sampai kegiatan selesai dan menegur anggotanya apabila melakukan kesalahan. o Asisten Pemeliharaan Melakukam pengontrolan ke lapangan langsung pada kegiatan sedang berjalan dan menerima lapran dari Mandor lapangan. o Kepala Phase Melakukan pengontrolan secara tidak langsung ke lapangan tetapi menerima laporan dari Asisten serta mengevaluasi laporan yang diterima dari Asisten. o Menejer
Laporan Tugas Akhir
49
Melakukan pengontrolan secara tidak langsung ke lapangan tetapi menerima laporan dari kepala phase serta mrngevaluasi laporan dari kapala phase. 5.2.2
Pendongkelan anak sawit dan anak kayu.
a. Perencanaan (planning) Perencanaan pendongkelan anak sawit dan anak kayu ini dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) berdasarkan data yang telah didapatkan di lapangan yang terlebih dahulu disurvei oleh Asisten dan Mandor di lapangan kemudian Asisten melakukan perencanaan pengendalian apa yang akan dilakukan dengan karapatan gulma yang ada di lapangan, jenis gulma apa yang dominan, barapa tenaga kerja yang dibutuhkan atau yang digunakan dan rotasi pengendalian, maka dari data survai yang didapatkan gulma yang dominan adalah Sawit liar (kelas B), Mimosa pudica (kelas A), Melastoma malabathrisum (kelas B). Pengendalian ini dilakukan oleh Karyawan pemeliharaan yang dimulai pada pagi hari jam 07.30 Wib sampai dengan jam 14.00 Wib. Adapun biaya rencana pendongkelan anak kayu dan anak sawit pada Blok 16 B dengan luas 25,26 Ha yang akan dikeluarkan yaitu dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini. Tabel 16. Rencana biaya pendongkelan No Jenis kegiatan Biaya (Rp) 1. 4.
Alat Tenaga kerja
7.724 1.255.348 Total 1.263.072 Sumber : PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantaion Unit 1) phase II
Laporan Tugas Akhir
50
b. Pengorganisasian (organizing) Adapun struktur organisasi pada kegiatan dongkel anak sawit dan anak kayu dapat dilihat pada Gambar 2. Menejer Ka. Phase Asisten Pemeliharaan
Mandor Karyawan
Gambar 2. Struktur organisasi pendongkelan anak sawit dan anak kayu AMP Plantation Unit 1 Phase II
Tangung jawab dan wewenang masing - masing personil : a. Estate Manejer/Pimpinan Menejer adalah orang yang mengesahkan segala sesuatu yang akan dikerjakan pada perusahaan. Menejer bertugas mengevaluasi kegiatan yang dilakukan serta memecahkan masalah yang ada. b. Kapala Phase Kepala phase bertugas membuat perencanaan kegiatan yang akan digunakan yaitu, biaya, bahan, alat, tenaga kerja dan menentukan lokasi yang akan dikerjakan kemudia mengawasi kegiatan di lapangan secara langsung, memberikan laporan kepada Menejer.
Laporan Tugas Akhir
51
c. Asisten Pemeliharaan Asisten perawatan bertugas membuat rencana kerja dan mengatur kegiatan kerja setiap hari, membuat bon racun atau bahan kimia yang akan digunakan mengatur dan menyediakan tenaga kerja dengan yang dibutuhkan. Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya tiap hari, mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan. d. Mandor Mandor bertugas menetapkan target kerja dan ancak pekerja setiap hari sesuai kondisi, mengawasi pekerja dalam melakukan pekerjaanya sampai selesai dan memeriksa hasilnya setiap saat di lapangan, mempunyai wewenang memberikan sanksi kepada anggotanya yang melakukan kesalahan. e. Karyawan Karyawan bertugas melakukan pekerjaan pendongkelan gulma sesuai dengan standar perusahaan dan target yang telah ditentukan dengan jumlah Karyawan 17 orang. c. Pelaksanaan (actuating ) Pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma pendongkelan anak sawit dan anak kayu sebagai berikut. Mandor menyediakan alat - alat yang dibutuhkan oleh pekerja. Mandor melakukan pembagian ancak kepada para pekerja. Pekerja melakukan pendongkelan hingga selesai/mencapai target yang telah Adapun biaya (1 blok) yang dikeluarkan yaitu biaya alat Rp. 7.724, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Table 7, biaya bahan Rp. 0 dan biaya tenaga kerja Rp.1,098,200 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 .
Laporan Tugas Akhir
52
d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan kegiatan pengendalian gulma pendongkelan anak sawit dan anak kayu sebagai berikut.
Mandor Mandor bertugas melakukan pengawasan langsung di lapangan mulai dari kegiatan dimulai sampai kegiatan selesai dan menegur anggotanya apabila melakukan kesalahan.
Asisten Pemeliharaan Asisten Pemeliharaan bertugas melakukam pengontrolan ke lapangan langsung pada kegiatan sedang berjalan dan menerima lapran dari Mandor lapangan.
Kepala Phase Kepala phase bertugas melakukan pengontrolan secara tidak langsung ke lapangan tetapi menerima laporan dari Asisten serta mengevaluasi laporan yang diterima dari Asisten.
Estate Menejer Menejer bertugas melakukan pengontrolan secara tidak langsung ke lapangan tetapi menerima laporan dari kepala phase serta mrngevaluasi laporan dari kapala phase.
5.2.3. Pembuangan epifit pada batang sawit a. Perencanaan (planning) Dimana perencanaan pembuangan epifit pada batang sawit ini dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) berdasarkan data yang telah didapatkan di lapangan yang terlebih dahulu dilakukan disurvei oleh Asisten dan Laporan Tugas Akhir
53
Mandor di lapangan kemudian Asisten melakukan perencanaan pengendalian apa yang baik dilakukan dengan karapatan gulma yang ada di batang kelapa sawit, jenis gulma apa yang dominan, barapa tenaga kerja yang dibutuhkan atau yang digunakan dan rotasi pengendalian, maka dari data survai yang didapatkan gulma yang dominan adalah Sawit liar (kelas B), Asystasia intrusi (kelas C), Stenchlaena palustris (kelas B), Malestoma malabthricum (kelas B), Nephrolepis biserrata (kelas D). Pengendalian ini dilakukan oleh Karyawan pemeliharaan yang dimulai pada pagi hari jam 07.30 Wib sampai dengan jam 14.00 Wib. Adapun biaya rencana pembuangan epifit pada batang sawit pada
Blok 16 B dengan luas
25,26 Ha yang akan dikeluarkan yaitu dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini. Tabel 17. Rencana biaya pembuangan epifit pada batang sawit No Jenis kegiatan Biaya (Rp) 1. Alat 9.462 4. Tenaga kerja 1.255.348 Total 1.264.810 Sumber : PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (AMP Plantation Unit 1) phase II b. Pengorganisasian (organizing) Adapun bentuk struktur organisai dalam pembuangan epifit pada batang sawit adalah dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Laporan Tugas Akhir
54
Manejer Ka. Phase Asisten Pemeliharaan
Mandor Karyawan
Gambar 3. Struktur organisasi pembuangan epifit pada batang sawit AMP Plantation Unit 1 Phase II Tangung jawab dan wewenang masing - masing personil : a. Estate Menejer/Pimpinan Menejer adalah orang yang mengesahkan segala sesuatu yang akan dikerjakan pada perusahaan. Menejer bertugas mengevaluasi kegiatan yang dilakukan serta memecahkan masalah yang ada. b. Kapala Phase Kepala phase bertugas membuat perencanaan kegiatan yang akan digunakan yaitu, biaya, bahan, alat, tenaga kerja dan menentukan lokasi yang akan dikerjakan kemudia mengawasi kegiatan di lapangan secara langsung, memberikan laporan kepada Menejer. c. Asisten Pemeliharaan Asisten pemeliharaan bertugas membuat rencana kerja dan mengatur kegiatan kerja setiap hari, membuat bon racun atau bahan kimia yang akan digunakan mengatur dan menyediakan tenaga kerja dengan yang dibutuhkan. Mengawasi pelaksanaan kerja dan memeriksa hasilnya tiap hari, mempunyai wewenang untuk menegur bawahannya langsung di lapangan.
Laporan Tugas Akhir
55
d. Mandor Mandor bertugas menetapkan target kerja dan ancak pekerja setiap hari sesuai kondisi, mengawasi pekerja dalam melakukan pekerjaanya sampai selesai dan memeriksa hasilnya setiap saat di lapangan, mempunyai wewenang memberikan sanksi kepada anggotanya yang melakukan kesalahan. e. Karyawan : Karyawan bertugas melakukan pekerjaan pendongkelan gulma sesuai dengan standar perusahaan dan target yang telah ditentukan dengan jumlah Karyawan 17 orang. c. Pelaksanaan (actuating ) Pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma pembuangan epifit pada batang sawit sebagai berikut. Mandor menyediakan alat - alat yang dibutuhkan oleh pekerja. Mandor melakukan pembagian ancak kepada para pekerja. Pekerja melakukan pembuangan epifit hingga selesai/mencapai target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Adapun biaya (1 blok) yang dikeluarkan yaitu biaya alat Rp. 9,462 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11, biaya bahan Rp. 0 dan biaya tenaga kerja Rp. 1,098,200 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan kegiatan pengendalian gulma pembuangan epifit pada batang sawit sebagai berikut.
Laporan Tugas Akhir
56
Mandor Melakukan pengawasan langsung di lapangan mulai dari kegiatan dimulai sampai kegiatan selesai dan menegur anggotanya apabila melakukan kesalahan.
Asisten Pemeliharaan Melakukam pengontrolan ke lapangan langsung pada kegiatan sedang berjalan dan menerima lapran dari Mandor lapangan.
Kepala Phase Melakukan pengontrolan secara tidak langsung ke lapangan tetapi menerima laporan dari Asisten serta mengevaluasi laporan yang diterima dari Asisten.
Estate Menejer Melakukan pengontrolan secara tidak langsung ke lapangan tetapi menerima laporan dari kepala phase serta mrngevaluasi laporan dari kapala phase.
5.3.
Pembahasan
5.3.1. Aspek Manajemen a. Circle and path spraying (Penyemprotan piringan dan pasar pikul) Penyemprotan piringan dan pasar pikul ini dilakukan agar piringan dan pasar pikul bersih yang bertujuan untuk mengurangi persaingan hara, air dan tempat antar tanaman kelapa sawit dengan gulma, memudahkan kegiatan pemeliharaan, memudahkan kegiatan pemanenan dan tidak menjadi tempat hama penyakit berkembang biak. Kegiatan pengendalian gulma dengan yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) ini sudah terlaksana dengan baik dan target
Laporan Tugas Akhir
57
yang dibuat oleh perusahan sudah tercapai dimana target menurut SOP yaitu 0,35 Ha/HK, bahkan karyawan mampu menyelesaikan hingga 4 Ha/HK. Namun bila ditinjau hasil pengendalian gulma dengan cara kimia terlihat kurang efektif. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh herbisida yang digunakan kurang tepat, atau mungkin juga bahan aktifnya terlalu rendah. Hal ini terjadi kemungkinan dalam penyemprotan piringan dan pasar pikul belum sempurna menerapkan 5 T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat pestisida, tepat aplikasi dan tepat waktu, apabila salah satu diantara 5 T di atas tidak diterapkan dengan baik maka hasil dari kegiatan penyemprotan kurang baik dan belum efektif (Jou, 2014). b. Dongkel anakan kayu dan anakan sawit Pendongkelan ini dilakukan agar anak kayu dan anak sawit tidak tumbuh menjadi besar,dan nantinya tidak menjadi pesaing bagi tanaman utama. Kegiatan pengendalian gulma dengan yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) ini sudah terlaksana dengan baik dan target yang dibuat oleh perusahan sudah tercapai oleh karyawan. Target prestasi kerja menurut SOP yaitu I,5 Ha/HK, dan hal ini tidak sesuai menurut SOP Perusahaan. Gulma yang didongkel harus dibalik yaitu akar gulma harus menghadap ke atas dan daun menghadap ke bawah. Pada kegiatan ini karyawan/pekerja tidak menjalankannya pada semestinya dimana karyawan/pekerja meletakan gulma yang sudahh didongkel di pasar pikul dan di gawangan saja dan tidak membaliknya. Hal ini dapat mengakibatkan gulma dapat hidup kembali, frekuensi/pengulangan kegiatan akan pendek dan akan menambah biaya pada perusahaan.
Laporan Tugas Akhir
58
c. Pembuangan epifit pada batang sawit Pembuangan epifit ini dilakukan agar brondolan yang lepas dari tandan kelapa sawit tidak sangkut pada batang kelapa aswit, agar batang sawit bersih, tidak menjadi tempat hama penyakit dan memudahkan kegiatan pemanenan berkembang biak. Kegiatan pengendalian gulma dengan yang dilakukan di PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II) ini sudah terlaksana dengan baik dan sesuai target yang dibuat oleh perusahan, target prestasi kerja menurut SOP yaitu I,5 Ha/HK, dan karyawan mampu menyelesaikan yang ditergetkan oleh perusahaan. Pembuangan epifit dilakukan dengan membuang semua gulma yang ada di batang sawit. Namun karyawan/pekerja hanya membuang anak sawit, anak kayu dan gulma pakisan yang besar saja, dimana dalam batang sawit itu banyak pakisan yang tumbuh tidak dibuang oleh karyawan. Hal ini dapat berakibat gulma yang ada pada batang tanaman kelapa sawit dapat menyebabkan kerugian bagi tanaman dan juga dapat menjadi inang hama dan penyakit selain itu juga akan berdampak pada pengulangan kegiatan dan peningkatan biaya. 5.3.2. Aspek Biaya Adapun total biaya pengendalian gulma dalam 1 aplikasi dapat dilihat dari Tabel 18 di bawah ini. Tabel 18. Rekapitulasi seluruh kegiatan pengendalian gulma 1 aplikasi Biaya Per Phase No Nama Kegiatan Rencana Realisasi 1. Circle and Path Spraying 240.261.538 74.472.565 2. Dongkel Anak Kayu dan Anak Sawit 66.707.002 58.407.815 3. Pembuangan Epifit Pada batang Sawit 66.799.052 58.503.867
Laporan Tugas Akhir
59
Adapun total biaya pengendalian gulma dalam 1 tahun untuk masingmasing kegiatan dapat dilihat dari Tabel 19 di bawah ini. Tabel 19. Total biaya pengendalian gulma untuk 1 tahun No
Nama Kegiatan
1. Circle and Path Spraying 2. Dongkel Anak Kayu dan Anak Sawit 3. Pembuangan Epifit Pada Batang Sawit
Biaya Per Phase Rencana Realisasi 720.784.614 223.417.695 66.707.002 58.407.815 66.799.052 58.503.867
Kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan pada PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit 1 (Phase II), biaya perencanaan pada kegiatan circle and path spraying Rp. 720.784.614 dan biaya realisasinya Rp. 223.417.695 dilihat dari data yang ada biaya rencana lebih besar dari biaya realisasi dimana ini terjadi karena dalam prencanaan biaya tenaga kerja (1 HK) Rp. 73.275 sedangkan biaya tenaga kerja (1HK) pada realisasi Rp. 64.600. Kegiatan circle and path spraying menggunakan alat pelidung diri (APD), biaya APD ini dihitung dalam perencanaan sedangkan dalam biaya realisasinya baiay APD ini tidak dihutung. Kegiatan pendongkelan anak sawit dan anak kayu biaya perencanaanya Rp. 66.707.002 dan biaya realisasinya Rp. 58.407.815 dimana biaya dalam perencaan lebih besar dari biaya realisasi karena dalam perencanaan biaya tenaga kerja (1 HK) Rp. 73.275 sedangkan biaya tenaga kerja (1HK) pada realisasi Rp. 64.600. Kegiatan pembuangan epifit pada batang sawit biaya perencanaanya Rp. 66.799.052 dan biaya realisasinya Rp. 58.503.867 dimana biaya dalam perencaan lebih besar dari biaya realisasi karena dalam perencanaan biaya tenaga kerja (1 HK) Rp. 73.275 sedangkan biaya tenaga kerja (1HK) pada realisasi Rp. 64.600.
Laporan Tugas Akhir
60
5.3.3.
Kendala di Lapangan
1. Dalam keadaan hujan jalan atau pasar pikul akan becek/licin, pada ancak rawa
– rawa, sehingga berpengaruh pada pekerjaan dan juga HK, sehingga kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul tidak dilakukan 2. Pada saat melakukan pembuangan epifit sulit karena batang sawit yang tinggi
dan gulma yang tumbuh juga terlalu banyak Adapun upaya pihak perkebunan untuk mengatasi kendala di atas yaitu: 1.
Dalam melakukan kegiatan penyemprotan piringan dan pasar pikul pada lahan dalam keadaan licin/becek Mandor mengarahkan anggotanya agar berhati-hati.
2.
Dalam kegiatan pembuangan epifit dilakukan dengan pelan - pelan dan hati – hati.
Laporan Tugas Akhir
61
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Manajemen pengendalian gulma yang dilakukan di PT. AMP Plantation Unit 1 Phase II masih belum baik terutama dalam segi aspek pengawasan yang masih lemah (pengawasan pendongkelan anak sawit dan anak kayu dan pembuangan epifit pada batang kelapa sawit). 2. Biaya yang dikeluarkan dalam kagiatan pengendalian gulma yang dilakukan di PT. AMP Plantation Unit 1 Phase II yaitu :
Pengendalian secara kimia sebesar Rp 167.472 /Ha/Tahun dengan prestasi kerja 4 Ha/HK.
Pengendalian sacara mekanik sebasar Rp 87.636 /Ha/Tahun dengan prestasi kerja 1,5 Ha/HK.
6.2. Saran 6.2.1. Saran untuk Perusahaan 1. Dalam kegiatan penyemprotan, sudah berjalan dengan baik namun herbisida yang digunakan kandungan bahan aktifnya terlalu rendah dan dosis yang diaplikasikan di lapangan juga rendah. Hal ini dilakukan perusahaan karena mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh RSPO. Untuk ini disarankan kepada PT. AMP Plantation Unit 1 Phase II agar dalam menejemen pengendalian gulma harus menerapkan prinsip 5 T agar dapat diperoleh hasil yang baik.
Laporan Tugas Akhir
62
2. Dalam kegiatan pembuangan epifit pada batang sawit dan kegiatan dongkel/cabut anakan sawit dan anakan kayu harus dilakukan dengan sistem menejemen yang baik (kegiatan dongkel anakan kayu dan anakan sawit dimana gulma yang sudah didongkel harus dibalik akar menghadap ke atas dan daun menghadap ke bawah dan kegiatan pembuangan epifit pada batang sawit harus bersih) khususnya dalam sistem pengawasan, agar kegiatan berjalan dengan baik. 6.1.1 Saran untuk Politeknik Pertanian 1. Untuk penempatan lokasi mahasiswa yang melakukan PKPM II sebaiknya tidak sama dengan lokasi mahasiswa PKPM I (semester V) karena dalam pengambilan data yang dibutuhkan untuk menyusun tugas akhir sulit. 2. Dosen suvervisi sebaiknya melakukan koordinasi dengan pembimbing lapangan mengenai tujuan dari PKPM II yang lebih mengarah ke manajemen.
Laporan Tugas Akhir
63
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P. 2011. Kaya Dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press.Yogyakarta. 146 Hal. Barus, E. 2007. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta. 91 hal. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. 2013. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Kelapa Sawit. http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Pedoman%20Teknis %20Pengembangan%20Tanaman%20Kelapa%20Sawit.pdf Evizal, R. 2014. Dasar – Dasar Produksi Perkebunan. Graha Ilmu. Yogyakarta. 209 Hal. Fauzi, Y. 2012. Budidaya, pemanfaatan hasil dan limbah, analisis usaha dan pemasaran kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Hafni, R. 2015. Fungsi Manajemen Secara Umum Dan Menurut Para Ahli. http://www.materisma.com/2015/01/fungsi-manajemen-secara-umumdan.html?m=1. (03 Juli 2015). Jou, W. 2014. Cara aplikasi penyemprotan pestisida yang baik dan benar pada tanaman padi. http://seratlontar.blogspot.com/2014/02/Rahasia-TeknikAplikasi-Pestisida-Dengan-5-Tepat.html ( 1 Agustus 2015). Lubis, R. E. Agus, W. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia. Jakarta Selatan. 296 Hal. Pahan, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. Pribadi, A. dan Anggraeni, I. 2010. Jenis dan Stuktur Gulma Pada Tegakan Di Lahan Gambut.http://fordamof.org/files/JENIS_DAN_STUKTUR_GULM A_PADATEGAKA.pdf. (17 Juli 2015). Ranchma. 2013. Pengertian Pengorganisasian. http://rachmabuana.blogspot.com/2013/11/pengertian-pengorganisasianorganizing.html. (1 Agustus 2015). Rogomulyo, R. 2012. Pengeloaan Gulma. https://ocw.ipb.ac.id/file.php/14/Pengendalian_Gulma/BAB1_Pengertian_ Gulma.pdf. (17 Juli 2015) Sembodo, D. R. J. 2010. Gulma dan Pengelolaanya. Graha Ilmu. Yogyakarta. 166 Hal.
Laporan Tugas Akhir
64
Shari, P. 2010. Kerugian Akibat Gulma. http://www.scribd.com/doc/44816478/Kerugian-Akibat-gulma. (27 Juni 2015) Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit Di Berbagai Jenis Lahan. Agrao Media. Jakarta Selatan. 200 Hal. Suwarto dan Octavianty. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta. 260 Hal. Syahputra, I. M. Putra M, Sundari. Indah M.S, dan Usi E. 2013. Laporan Praktikum Ilmu Tanaman Perkebunan (AGH 341) Pengendalian Gulma di Piringan Pokok dan Sanitasi Tanaman. http://sundari075210.Student.ipb.ac. id /2013/03/03/babat-gulma-piringan-kelapa-sawti-tbm/. (17 Juli 2015). Syahputra, E. dan Sarbino. 2014. Gulma Perkebunan dan Strategi Pengendaliannya. http://distantph.kalselprov.go.id/2014/08/11/gulma-danpengendaliannya/ (17 Juli 2015).
Laporan Tugas Akhir
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Perkebunan PT. AMP Plantation Unit 1
Laporan Tugas Akhir
66
Lampiran 2. Stuktur Organisasi AMP Plantation Unit 1
Laporan Tugas Akhir
67
Lampiran 3. Gambar Pengendalian Gulma Di PT. AMP Plantation Unit 1
Gambar 1. Melakukan Pencampuran (Mixing) herbisida murni dengan air
Gambar 2. Pengisian Larutan Herbisi
Laporan Tugas Akhir
Gambar 3. Penyemprotan Pasar Pikul dan Piringan
68
Gambar 4. Trailer Spraying
Gambar 5. Ageratum conyzoides
Laporan Tugas Akhir
Gambar 6. Keadaan Pasar Pikul sebelum di semprot
69