BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Seiring dengan makin meningkatnya kebutuhan dan permintaan hunian di
Jakarta,sehingga Pemerintah sekarang ini tidak mampu menyediakan hunian secara semuanya. Adanya kesenjangan itu dibutuhkan tempat hunian apalagi di kota. Jika di kota bertambah hunian secara horizontal perlahan-lahan akan menghabiskan lahan, Seperti yang dilansirkan Pengamat perkotaanNirwono Joga, mengatakan, Pemprov DKI Jakarta perlu mengambil langkah tegas membatasi pembangunan rumah horizontal di Jakarta. Sebagai ganti, perumahan vertikal diperbanyak untuk seluruh kalangan.Apabila sekarang lahan hanya ditempati rumah-rumah horizontal yang berimpit-impitan, setelah diremajakan bisa terbentuk perumahan vertikal yang juga masih menyediakan ruang terbuka hijau.(kompas). Disisi
lain
pembangunan
properti
sekarang
ini
diarahkan
kepada
pembangunan hunian vertikal dan bahkan beberapa tahun kedepan adanya kemungkinan gaya hidup menjadi sebuah kebutuhan ditengah-tengah minimnya ketersediaan lahan hunian dikota-kota besar seperti Jakarta (Jenks,2000). Pada perkembangan ini juga jangan sampai sangat bertolak belakang dengan ketersediannya lahan dan fungsi hunian di tengah kota. Sebagai ibukota, Jakarta sudah sepatutnya dapat memenuhi kebutuhan dan penunjang aktifitas masyarakatnya tetapi kenyataan yang ada dengan padatnya aktifitas di Ibukota membuat keadaan menjadi kurang nyaman dan tidak teratur sehingga banyak kalangan sosio menengah dan menengah keatas lebih memilih hunian yang berada di sub urban. Perlunya hunian dengan fasilitas memadai yang dapat menunjang kebutuhan mereka di tengah kota dapat menjadi solusi bagi masyarakat urban. 1
2 Bagi konsumen ekonomi menengah ke atas penyediaan hunian vertikal diwujudkan dalam bentuk apartemen, dengan fasilitas yang tentunya berbeda dengan rumah susun sederhana. Pembangunan apartemen adalah untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke atas serta meningkatkan fungsi lahan dan meningkatkan kualitas hunian padat. Dan sangat tepat jika warga berdomisili dekat lokasi kerja perkantoran dan pusat perbelanjaan. Berdasarkan analisa properti, Jakarta Selatan bagian administratif yang berada di selatan provinsi Jakarta ini merupakan wilayah paling kaya diantara kota administratif lainnya di Jakarta. Memiliki banyak perumahan kelas menengah ke atas dan sentra perkantoran paling aktif membuat pertumbuhan ekonomi diwilayah ini cukup pesat. Tingginya aktifitas ekonomi pada wilayah ini dibarengi dengan permintaan sektor properti yang cukup ramai (forum.kompas.com). Menurut perhitungan Area Analytics berdasarkan data UrbanIndo, sejak bulan Juli 2012 hingga februari 2013 pemasaran properti untuk daerah Jakarta Selatan setiap bulan selalu meningkat, di akhir bulan Februari 2013 total peoperti yang dipasarkan mencapai 4856. Dari total tersebut didapat bahwa data apartemen 475 (forum.kompas.com).
Gambar 1.1 Grafik Properti yang Terdaftar di UrbanIndo Untuk Daerah Jakarta Selatan Sumber :forum.kompas.com/properti/analisa-properti-di-jakarta-selatan.
3 Sedangkan perhitungan pengunjung pencari properti di daerah Jakarta Selatan berdasarkan data dari UrbanIndo, sebanyak pengunjung mencari 14% mencari apartemen (forum.kompas.com).
Gambar 1.2 Grafik Properti yang dicari Pengunjung Sumber :forum.kompas.com/properti/analisa-properti-di-jakarta-selatan.
Dengan adanya analisa tersebut penulis memilih proyek Apartemen menengah ke atas di Jakarta Selatan sebagai proyek perancangan tugas akhir. Keberadaannya hunian apartemen ditengah kota Jakarta selatan ini dapat menjadi alternatif hunian bagi para masyarakat urban yang memiliki aktifitas rutin di ibukota. Dan telah menjadi gaya hidup bagi suatu kalangan untuk bertempat tinggal di apartemen. Dikarenakan lahan yang terbatas mulailah muncul sebuah ide untuk membuat suatu hunian yang dibuat secara vertikal yang kemudian dikenal dengan Apartemen. Seiring dengan perkembangannya gaya hidup di kota, apartemen pun lambat laun digabungkan dengan fungsi lain seperti kantor atau pertokoan (Akmal, 2007). Menurut J.F. McLennan pada buku The Philosophy Of Sustainable Design (2004), sustainable design adalah upayameminimalisir atau bahkan menghilangkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui desain yang pandai dan sensitif
4 terhadap lingkungan. Perwujudan dan produk yang diharapkan dari sustainable designmenggunakan energi yang terbarukan, minimnya dampak negatif terhadap lingkungan, dan menghubungkan manusia dengan lingkungannya secara timbal balik. Sustainable architecture digunakan sebagai istilah yang menjelaskan sebuah strategi, komponen-komponen, dan teknologi dalam meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan kenyamanan dan taraf hidup di beberapa kasus yang terkait. Beberapa komponen tersebut antara lain: pencahayaan alami, kualitas udara dalam ruang, pemanas ruang pasif, penghawaan alami, efisiensi energi, dll. Salah satu komponen dalam sustainable architecture yaitu pencahayaan alami menjadi fokus pada penelitian ini karena kebutuhan pencahayaan setiap ruang berbeda-beda bergantung pada jenis aktivitas yang terjadi di dalamnya. Aktivitas apartemen pada umumnya tidak dapat menggunakan pencahayaan alami secara maksimal karena bukaan yang besar pada kantor menyebabkan timbulnya kesilauan (intensitas cahaya yang berlebih) sehingga mengganggu kenyamanan visual dan ada juga yang bukaannya sedikit sehingga menyebabkan gelap. Kenyamanan visual akan sangat bervariasi tergantung pada kebutuhan dari aktifitas yang dilakukan didalam ruangan tersebut. Apabila suatu ruangan sudah nyaman secara visual dengan menggunakan pencahayaan alami disiang hari akan mengurangi pemakaian pencahayaan buatan yang berlebihan. Latar Belakang Proyek dan Lokasi Apartemen berada pada daerah Jakarta Selatan merupakan daerah strategis/tengah kota dimana area sekitarnya adalah pusat perekonomian yang dikelilingi oleh perkantoran maupun lokal dengan maksud mempermudah akses
5 bagi penghuni apartemen yang bekerja pada kawasan tersebut. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang pesat pada Jakarta Selatan menjadikan suatu tempat yang cocok untuk difungsikan sebagai hunian tempat tinggal. Tapak yang akan dipilih terletak disekitar lingkaran Mega Kuningan dimana area tersebut terletak pada area segi tiga emasyang sedang berkembang dengan banyaknya dibangun kantor-kantor untuk nasional maupun internasional. Tapak yang akan digunakan terletak pada Jalan Utana Mega Kuningan. Tapak ini terletak tepat didepan The Ritz Carlton Jakarta. Tapak ini memiliki luasan total sebesar 10650 m2 (1 ha).
Gambar 1.3 Lokasi Tapak Sumber: Google Maps
Bentuk tapak menjadi suatu tantangan dalam mendesain, serta letak tapak yang dekat dengan jalan utama merupakan suatu keuntungan dimana fungsi penunjang yang akan dibangun berupa kantor atau pertokoan. Tapak tersebut memiliki regulasi sebagai berikut: Peruntukan
: Wkt (Wisma Kantor)/Wdg (Wisma Dagang)
Luas Tapak
: 10650 m2
KDB
: 50 % = 50 % x 10650 = 5325 m2
6 : 5 = 5 x 10650 = 53250 m2
KLB
Ketinggian maksimal : 40 Lantai Untuk luasan tapak akan mengikuti ketentuan dari Universitas Bina Nusantara, dimana luas tapak maksimum yang diperbolehkan adalah 10.000m² (1ha) untuk peminatan digital. Sehingga tapak yang digunakan sesuai dengan ketentuan. Peruntukan Wkt/Wdg pun sesuai dengan fungsi yang akan dibangun yaitu berupa mixed use.
Gambar 1.4Bukaan dan Fasade Cahaya Alami pada Apartemen Sumber: www.google.com
1.2 Masalah (IsuPokok) Tinggal di Jakarta dengan kondisi iklim tropis, dimana potensi angin dan cahaya matahari merupakan sumber daya alam yang cukup berlimpah, maka sebisa mungkin perancangan bangunan selalu berorientasi pada pemanfaatan kondisi dan potensi alam tersebut.
7 Matahari memberi banyak manfaat kepada kita, memberi sinar dan kehangatan yang merupakan ciri daerah tropis, serta memberi kesehatan dan energi. Anginpun sangat bermanfaat untuk memberikan kesejukan, kesegaran, kebersihan aroma dan kelegaan bernafas pada paru-paru kita. Namun pada kenyataannya sinar matahari langsung membawa serta panas ke dalam bangunan. Sinar langsung matahari hanya diperkenankan masuk ke dalam ruangan untuk keperluan tertentu atau bila hendak dicapai efek tertentu. Perlu diketahui bahwa langit di Indonesia sering sangat menyilaukan yang mengakibatkan mata menjadi penat. (Prasasto Satwiko, 2004) Umumnya apartemen yang digunakan sebagai hunian sering mengalami gangguan visual. Hal tersebut dikarenakan intensitas cahaya yang masuk kedalam ruangan tidak sesuai dengan standar kebutuhan cahaya untuk aktivitas kegiatan tertentu. Untuk menyiasati permasalahan tersebut banyak apartemen yang mengendalikan bukaan dan fasadenyauntuk mengurangi intensitas cahaya berlebihan yang masuk dalam ruangan.
1.3 Formulasi Masalah Permasalahan yang timbul : •
Bagaimana merancang fasade unit dan bukaan apartemenyang dapat mempertimbangkanintensitas cahaya yang masuk ke dalam ruangan untuk mencapai kenyamanan visual?
1.4 Ruang Lingkup Lingkup Pembahasan Proyek: • Perancangan apartemen serta fasilitas penunjangnya yang disesuaikan dengan topik dan tema yang diangkat.
8 Batasan Masalah: 1. Apartemen • Pada proyek ini, difokuskan pada penentuan orientasi massa bangunan berdasarkan analisa tapak yang diakibatkan oleh bangunan menghadap pada pusat lingkaran mega kuningan. 2. Penerapan konsep pertimbangan fasade terhadap pencahayaan alami • Difokuskan padaanalisis terkait pencahayaan alami dengan mencari besar bukaan dari luas ruang yang sesuai untuk mendapatkan pencahayaan yang optimal bagi unit apartemen sesuai standar kebutuhan lux yang ada. Kemudian menentukan fasade yang paling mendekati untuk menyesuaikan standar lux agar lebih optimal. • Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pada saat kondisi sunny with sun (cerah), lokasi di Jakarta, tanggal 21 Juni, waktu 09.00, 12.00, dan 15.00.
1.5 Maksud Maksud dari penelitian ini adalah: Merancang sebuah bangunan apartemen yang mampu mempertimbangkan terhadap intensitas cahaya dengan bukaandan fasade sesuai standar kebutuhan lux yang ada.
1.6 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah:
9 • Merancang unit-unitapartemen yang dapat mempertimbangkan terhadap kebutuhan intensitas cahaya untuk mencapai kenyamanan visual sesuai jenis aktivitas di dalamnya.
1.7 State Of The Art (TinjauanPustaka) Tabel 1.1State of The Art
No
Judul Jurnal
Nama Penulis
1
Pemandu Cahaya Matahari Alami di Bangunan (2008)
N. Fachrizal
2
StrategiDaylightin Pada Bangunan Multi –Lantai Diatas dan Dibawah Permukaan Tanah.
Danny Santoso Mintorogo
3
A Daylight Knowledge Base For Performance Driven Façade Design Exploration(2011)
Jaime M. L. GagnePhD, Marilyne
4
Daylight Performance Of Subtropical MultiResidential Towers (2012)
Garcia – Hansen, V. , Kennedy, R. , Sanders, P. ,Varendorff.
5
Multy-Objective Façade Optimization For Daylighting Design Using A Genetic Algorithm (2010)
Jaine M. L. Gagne and Marylne Andersen
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Isi Jurnal Sistem penerangan alami suatu bangunan turut menentukan penggunaan energi listrik dalam bangunan itu. Strategi –strategi penerangan alami pada bangunan berlantai banyak yang diatas maupun dibawah permukaan tanah. Untuk membimbing desainer terhadap potensi pencahayaan yang berfokus pada elemen desain pada fasade. Menilai pencahyaan yang baik, terutama di daerah tropis ,usulan desain di nilai berdasarkan pencahayaan berbasis iklim pemodelan dan hasilnya dibandingkan pada apartemen. Didasarkan pada algoritma genetika (GA) yang memfasilitasi eksplorasi desain fasade dihasilkan berdasarkan penerangan (lux) dan silau.
10