BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perbankan yang semakin modern di tengah ketatnya kompetisi penyaluran kredit memaksa bank-bank di Indonesia untuk memperluas lini bisnisnya melalui diversifikasi pendapatan. Bank tidak lagi hanya bergantung pada pendapatan bunga, namun mulai mengandalkan pendapatan non bunga sebagai sumber penghasilannya. Pada umumnya, pendapatan non bunga tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga sumber, yakni pendapatan berbasis komisi (fee based income), pendapatan dari aktivitas perdagangan (trading income), dan pendapatan operasional lainnya seperti pendapatan dividen dan penjualan aset keuangan. Pendapatan berbasis komisi adalah pendapatan yang diterima dari pembebanan yang diperhitungkan kepada nasabah atas jasa bank yang digunakan, misalnya pendapatan dari jasa asuransi, pelayanan manajemen kas, manajemen kekayaan, transaksi pembayaran, dan transactional banking. Sementara trading income dihasilkan dari aktivitas transaksi valuta asing, derivatif, ataupun perdagangan surat-surat berharga. Aktivitas-aktivitas berbasis komisi dan perdagangan ini pada akhirnya membuat batasan antara bank komersial, bank investasi, ataupun perusahaan asuransi semakin kabur. Bank kian menjadi lebih universal dengan segmen pasar yang lebih luas. Tren peningkatan pendapatan non bunga sendiri pada dasarnya telah cukup marak di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia, dari tahun 2006 hingga 2015, terjadi peningkatan proporsi
1
pendapatan non bunga terhadap pendapatan operasional dan penurunan proporsi pendapatan bunga terhadap pendapatan operasional bank-bank umum yang ada di Indonesia. Pada tahun 2006, proporsi pendapatan non bunga terhadap pendapatan operasional bank berada pada angka 17.9% dan kian menaik menjadi 24.6% pada tahun 2015. Sebaliknya, pendapatan bunga bank umum di Indonesia pada tahun 2006 tercatat sebesar 82.1% dan menurun hingga berada pada angka 75.4% pada tahun 2015. Walau demikian, pertumbuhan pendapatan non bunga yang melaju lebih optimis tetap belum dapat menggeser posisi pendapatan bunga sebagai sumber pendapatan utama bank. Gambar 1.1. Struktur Pendapatan Operasional Bank Umum di Indonesia
proporsi pendapatn operasional
Tahun 2006-2015 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% 2006
Interest Income
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 82.1% 80.1% 77.0% 78.4% 71.7% 76.3% 75.7% 76.6% 79.3% 75.4%
Non-Interest Income 17.9% 19.9% 23.0% 21.6% 28.3% 23.7% 24.3% 23.4% 20.7% 24.6%
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (2006-2015), data diolah. Terdapat beberapa alasan yang mendasari bank-bank di Indonesia melakukan diversifikasi pendapatan. Pertama, diversifikasi pendapatan digunakan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan bank terhadap pendapatan bunga. Isu tersebut menjadi krusial saat negara mengalami krisis ataupun penurunan kondisi perekonomian. Misalnya saja pada krisis ekonomi tahun 1998 di mana terjadi 2
peningkatan Non Performing Loans yang menyebabkan kebangkrutan bank-bank di Indonesia. Selain itu, pendapatan bunga juga dianggap cukup fluktuatif karena perlu menyesuaikan tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan Bank Indonesia. Dengan melakukan diversifikasi pendapatan, bank memiliki sumber pendapatan lain sehingga dapat menekan tingkat bunga kredit sebagai kompensasinya. Hal tersebut tentunya baik bagi perekonomian negara, terlebih saat terjadi penurunan permintaan kredit dari masyarakat. Alasan kedua, perkembangan teknologi yang semakin cepat dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks kian mendorong bank untuk memasuki persaingan yang semakin ketat. Ketatnya persaingan tidak hanya terbatas pada aktivitas penyaluran kredit antarbank, namun persaingan dengan lembaga keuangan lain pula. Hal ini salah satunya disebabkan oleh peningkatan literasi masyarakat Indonesia yang tidak hanya mengenal sektor keuangan melalui bank saja, namun mulai mengenal lembaga keuangan lain seperti asuransi, multifinance, pasar modal, dan sebagainya. Bank tidak lagi menjadi satu-satunya pilihan sumber pendanaan bagi masyarakat. Selain itu, adanya wacana tentang integrasi perbankan ASEAN atau dikenal sebagai ASEAN Banks Integrasion Framework 2020 menuntut bank di Indonesia untuk semakin inovatif dengan memperluas cakupan aktvitasnya agar mampu bersaing dengan bank-bank ASEAN lainnya. Terlepas dari segala alasan dilakukannya diversifikasi pendapatan bank, hingga kini belum terdapat konsensus yang sama akan manfaat diversifikasi tersebut di antara para ahli. Masih terdapat pro dan kontra tentang apakah diversifikasi benar dapat memberikan manfaat bagi bank, atau justru menimbulkan
3
risiko dan menurunkan kinerja bank. Beberapa penelitian yang mendukung manfaat diversifikasi adalah penelitian Baele et al. (2007) dan Sawada (2013) yang menemukan bahwa diversifikasi pendapatan dapat meningkatkan kinerja pasar dan mengurangi risiko bank. Hal ini mengandung arti bahwa publik memandang positif usaha bank dalam melakukan diversifikasi pendapatan. Akan tetapi, hasil penelitian Kwan dan Laderman (1999), Lepetit et al. (2008) dan Stiroh (2004) menyatakan keputusan diversifikasi pendapatan bank kurang efektif dalam memberikan manfaat pengurangan risiko. Kwan dan Laderman (1999) mengungkapkan bahwa semakin luas cakupan aktivitas bank, semakin tinggi trade-off antara hasil dan risiko. Efek positif antara diversifikasi dan risiko ini bergantung pada jenis aktivitas yang dilakukan, karena terdapat beberapa aktivitas yang secara natural memiliki risiko yang lebih tinggi, misalnya saja asuransi. Sementara Stiroh (2004) menjelaskan bahwa manfaat diversifikasi tidak dapat dirasakan oleh bank jika antara pendapatan bunga dan pendapatan non bunga memiliki tingkat korelasi yang tinggi. Korelasi yang tinggi ini bisa disebabkan oleh cross-selling produk yang ditawarkan oleh bank pada akhirnya digunakan oleh nasabah yang sama. Penjelasan lain disampaikan DeYoung dan Roland (2001) yang menyatakan bahwa pendapatan bunga cenderung lebih stabil dan tidak berisiko dibandingkan pendapatan non bunga. Alasan yang pertama, pada aktivitas penyaluran kredit, umumnya terdapat switching cost dan information cost yang cukup tinggi yang membuat baik kreditur ataupun debitur sulit untuk berpindah. Di sisi lain, pada aktivitas berbasis komisi, umumnya terdapat persaingan yang cukup ketat antarbank serta biaya informasi yang rendah sehingga memudahkan nasabah untuk
4
memilih layanan bank lain. Alasan kedua, pada aktivitas penyaluran kredit, semakin banyak aktivitas, biaya yang akan dikeluarkan adalah biaya variabel yakni beban bunga. Di sisi lain, pada aktivitas berbasis komisi, diperlukan tambahan biaya tetap misalnya biaya tenaga kerja, yang notabene akan meningkatkan operating leverage dari bank, dan selanjutnya meningkatkan volatilitas dari pendapatan bank. Ketiga, kurangnya peraturan dari regulator bank terkait struktur modal terhadap pendapatan non bunga dapat memicu perbankan melakukan arbitrase dengan cara mengalihkan risiko on-balance sheet dari aktivitas berbasis bunga menjadi risiko off-balance sheet dari aktivitas berbasis komisi, yang mana hal tersebut akan meningkatkan leverage bank. DeYoung dan Roland (2001) menegaskan bahwa walaupun diversifikasi pendapatan bank membawa potensi peningkatan kinerja yang besar, namun potensi risiko baru yang muncul juga cukup besar. Pendapatan non bunga memiliki potensi membawa risiko operasional baru, risiko pasar, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko valas, serta risiko legal. Selain pro dan kontra terkait manfaat diversifikasi tersebut, temuan menarik lainnya adalah adanya faktor pengaruh ukuran bank dalam efek diversifikasi pendapatan. Salah satu penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Hidayat et al. (2012) menyatakan bahwa ukuran bank menjadi salah satu aspek penting dalam pengukuran efek dari diversifikasi pendapatan. Diversifikasi pendapatan, khususnya pendapatan berbasis komisi, memberikan dampak risiko yang lebih besar terhadap bank yang berukuran besar. Sebaliknya, untuk bank yang berukuran kecil, diversifikasi pendapatan bank dapat mengurangi tingkat risiko total dan meningkatkan profitabilitas bank. Faktor ukuran bank ini juga disoroti oleh Lepetit
5
et al. (2008) yang mengaitkan diversifikasi pendapatan dengan besarnya biaya tetap yang harus dikeluarkan bank. Semakin luas cakupan jasa keuangan berbasis komisi, semakin tinggi biaya tetap yang harus dikeluarkan. Hal ini memiliki implikasi bahwa bank besar dapat menjalankan aktivitas berbasis komisi dengan lebih baik dibandingkan bank kecil karena adanya manfaat dari cakupan ekonominya. Ukuran bank dapat mempengaruhi perilaku bank dalam melakukan aktivitas non bunga, yang selanjutnya dapat pula mempengaruhi risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Berdasarkan penjelasan di atas, ditemukan adanya gap antara tren diversifikasi pendapatan perbankan Indonesia yang kian meningkatkan proporsi pendapatan non bunga bank dengan hasil-hasil studi empiris yang menyatakan diversifikasi pendapatan bank dapat pula meningkatkan risiko ataupun menurunkan kinerja. Sementara itu, isu terkait ukuran bank juga perlu menjadi sorotan untuk menentukan bagaimana sistem pengawasan yang sesuai bagi bank skala besar dan kecil, jika dampak risiko atas aktivitas yang dilakukan ternyata berbeda. Sementara itu, penelitian mengenai dampak diversifikasi pendapatan pada bank berskala kecil dan bank berskala besar di Indonesia masih cukup terbatas. Hal ini menjadikan isu diversifikasi pendapatan bank di Indonesia menarik untuk dikaji kembali dampaknya terhadap kinerja dan risiko bank dengan mempertimbangkan aspek ukuran bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti kajian berjudul “Pengaruh Diversifikasi Pendapatan terhadap Kinerja dan Risiko Bank dengan Ukuran Bank sebagai Variabel Moderasi”.
6
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, rumusan permasalahan yang ditarik oleh penulis adalah apakah diversifikasi pendapatan yang dilakukan oleh bank di Indonesia memiliki pengaruh terhadap kinerja dan risiko bank yang bersangkutan. Selain itu, dirumuskan pula permasalahan terkait apakah dampak dari diversifikasi pendapatan tersebut berbeda antara bank berskala besar dan bank berskala kecil. Dari rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitian yang ditetapkan oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Apakah terdapat pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap kinerja bank di Indonesia? b. Apakah terdapat pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap risiko bank di Indonesia? c. Apakah terdapat perbedaan pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap kinerja dan risiko antara bank berskala kecil dan bank berskala besar?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap risiko dan kinerja perbankan di Indonesia. Tujuan lain adalah menguji pengaruh ukuran bank terhadap efek diversifikasi pendapatan pada bank berskala besar dan bank berskala kecil.
7
1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan tersebut, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Untuk keperluan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi penambah wawasan dan sudut pandang serta pelengkap dari penelitianpenelitian yang telah ada. Selain itu, diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi sumber referensi untuk mendukung penelitian selanjutnya. b. Untuk keperluan pengambilan keputusan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perbankan dalam melakukan aktivitas dan menyusun strategi untuk meminimalkan risiko ataupun meningkatkan kinerja. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pandangan baru bagi investor dalam mengevaluasi perbankan. c. Untuk pemerintah dan regulator, penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai pandangan untuk membuat aturan dan pengawasan terkait diversifikasi pendapatan yang dilakukan perbankan di Indonesia.
1.5. Lingkup Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menentukan batasan sebagai lingkup penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keuangan periode 2010-2015 dari bank-bank konvensional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Risiko dan kinerja bank diukur berdasarkan risiko dan kinerja akuntansi bank. Selain diversifikasi pendapatan, penelitian ini turut memasukkan beberapa variabel kontrol sebagai variabel independen.
8
1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun secara berurutan terdiri dari lima bagian sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bagian ini menjelaskan segala sesuatu terkait latar belakang, rumusan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan dalam penelitian ini. BAB II: Landasan Teori Bagian ini menjelaskan kerangka teori dan kajian penelitian terdahulu yang mendasari penelitian. Selain itu, pada bab ini juga dipaparkan hipotesis dari hasil penelitian. BAB III: Metodologi Penelitian Pada bagian ini dijelaskan metode penelitian yang menjadi acuan analisis yang terdiri dari populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional, metode analisis data, dan metode pengujian hipotesis yang digunakan dalam mendapatkan hasil penelitian. BAB IV: Analisis dan Pembahasan Bagian ini membahas mengenai hasil teknik analisis dan jawaban atas rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ditetapkan. Selain itu, disajikan pula hasil pengujian hipotesis beserta interpretasi dari tiap hasil yang didapatkan.
9
BAB V: Penutup Bagian ini berisi penutup dari penelitian ini yang terdiri dari kesimpulan penelitian, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran bagi penelitian selanjutnya.
10