BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Ketaksaan muncul bila kita sebagai pendengar atau pembaca sulit untuk menangkap pengertian yang kita baca, atau yang kita dengar. Bahasa lisan sering menimbulkan ketaksaan sebab apa yang kita dengar belum tentu tepat benar yang dimaksudkan oleh si pembicara atau si penulis. Didalam tulisan kita mengenal tanda baca yang akan memperjelas maknanya. Oleh Karena itu penting adanya mempelajari ketaksaan makna kalimat. Sehingga kita dapat mengetahui secara jelas apakah kalimat yang kita dengar atau yang kita baca dari suatu artikel pada surat kabar atau majalah itu mengandung ketaksaan makna atau tidak. Sehingga nantinya tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam mengartikan makna pada kalimat artikel tersebut. Makna dan lambang serta aspek semantik dan tata bahasa merupakan unsur-unsur yang tidak dapat dipisahkan-pisahkan. Ketaksaan (ambiguitas) dapat timbul dalam berbagai variasi tulisan atau tuturan. Sehubungan dengan hal ini Kempson yang dikutip oleh Ulmann dalam Djajasudarma (1993: 54) menyebutkan tiga bentuk utama ketaksaan, ketiganya berhubungan dengan fonetik, gramatikal, dan leksikal. Ketaksaan ini muncul bila kita sebagai pendengar atau pembaca sulit untuk menangkap pengertian yang kita baca, atau yang kita dengar. Ambiguity berkaitan dengan ciri ketaksaan makna dari suatu bentuk kebahasaan. Kata bunga misalnya, dapat berkaitan dengan “bunga mawar“ , “bunga anggrek” maupun “gadis”. Contoh lain dari ketaksaan makna adalah pada kalimat berikut ini
“He shoots the bird in the kitchen” kalimat tersebut dapat mempunyai dua pengertian yang berbeda. Kalimat tersebut dapat diartikan sebagai berikut: -Dia sedang berada di dapur ketika dia menembak burung itu. Atau -Dia menembak burung yang ada di dapur itu. Lyon dalam bukunya Semantics (1977: 396) memberi contoh ketaksaan dalam bentuk kalimat, seperti berikut “ They passed the port at midnight” kalimat tersebut dapat mempunyai dua pengertian yang berbeda, tergantung pada kata ‘port’ yang mengacu pada makna “pelabuhan” atau makna lain “sejenis minuman anggur”. Jadi kalimat tersebut dapat diartikan sebagai berikut: -
Mereka telah melewati pelabuhan itu pada waktu tengah malam, atau
-
Mereka telah menikmati minuman anggur itu pada waktu tengah malam.
Ketaksaan sering kita temukan pada majalah ,surat kabar,dan lain-lain. Misalnya pada majalah, kita dapat melihat pada artikel, judul-judul, kolom jokes, dan lain-lain. Contoh kalimat dalam kolom jokes majalah yang merupakan kalimat taksa adalah seperti berikut: HAIRSTYLE A lady of easy virtue had just given birth to a bouncing baby boy. The sentimental old-maid nurse gaze down at the kid and said, ”Such lovely red hair –did he get it from his father?” ”I can’t say for sure, dearie,” the mother said. ”He kept his hat on all the time.” (Hello, July, 2002) Dalam jokes di atas, kalimat ”He kept his hat on all the time.” mengalami ketaksaan makna, karena kata He dalam kalimat tersebut yang menyebabkan kalimat tersebut menjadi taksa. Jika melihat isi cerita jokes di atas, kata ’He’ dapat mengacu kepada dua pengertian yang berbeda. Pengertian yang pertama, kata He adalah mengacu
pada kata father dan pengertian yang kedua, kata He adalah mengacu pada kata a baby boy. Jadi kalimat tersebut mengalami ketaksaan gramatikal karena konteks kalimat. Jadi apabila diartikan kalimat tersebut bermakna: a) Dia (Ayah) selalu memakai topi sepanjang waktu, atau b) Dia (Bayi laki-laki) selalu memakai topi sepanjang waktu. Untuk memahami isi cerita jokes di atas, pembaca dapat menggunakan kedua makna dari kata He tersebut dan menghubungkan maknanya dengan isi cerita, sehingga maknanya dapat di pahami dengan mudah. Ketaksaan dapat terjadi dalam suatu kalimat pada wacana atau percakapan dalam majalah. Terkadang penulis sengaja menulis artikel jokes dan anecdotesnya dengan kalimat-kalimat taksa (ambigu) agar pembaca tertarik untuk membaca artikel tersebut. Namun terkadang ada juga penulis yang tidak sengaja atau tidak mengetahui bahwa artikel yang mereka buat menimbulkan ketaksaan makna bagi para bembaca sehingga mereka menjadi salah dalam memahami artikel yang telah ditulis oleh penulis majalah tersebut dan juga salah dalam memahami maksud yang disampaikan penulis lewat artikelnya. Dalam artikel majalah atau surat kabar biasanya terdapat kolom jokes dan anecdotes yang ditulis oleh penulis dengan tujuan agar para pembaca tertarik untuk membaca majalah tersebut. Namun mereka tidak mengetahui bahwa artikel yang mereka tulis tersebut mengandung ketaksaan makna. Oleh karena itu, mempelajari makna sangat penting adanya bagi para pemakai bahasa agar tidak terjadi ambiguity (makna ganda) yang dapat mempengaruhi pengertian makna tersebut. Oleh karena adanya ambiguitas makna tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian ambiguitas makna kalimat pada kolom jokes dan anecdotes pada majalah Hello edisi Januari-Desember 2006. B. RUMUSAN MASALAH Dalam hal ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas,yaitu: 1. Apakah yang dimaksud dengan Ketaksaan/ Ambiguitas makna? 2. Ada berapa macam bentuk Ketaksaan makna dalam kajian ilmu semantik? 3. Bagaimanakah contoh-contoh ketaksaan makna kalimat dalam kolom jokes dan anecdotes pada majalah Hello Edisi Jauari-Desember 2006? 4. Apakah sebab-sebab yang menimbulkan adanya ambiguitas makna? 5. Mengapa ambiguitas dipakai dalam jokes dan anecdotes dalam majalah Hello? 6. Bagaimana memahami ketaksaan leksikal dan gramatikal dalam kolom jokes dan anecdotes majalah Hello edisi Januari-Desember 2006?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah apa yang dicapai penelitian tersebut dan mengapa penelitian tersebut diadakan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisa ketaksaan leksikal/makna dengan mengetahui bentuk-bentuknya dalam kolom jokes dan anecdotes majalah Hello edisi Januari-Desember 2006.
2. Untuk mendeskripsikan ketaksaan gramatikal dengan mengetahui struktur kalimatnya dalam kolom jokes dan anecdotes majalah Hello edisi Januari-Desember 2006. 3. Untuk menganalisa sebab-sebab terjadinya ketaksaan leksikal dan gramatikal. 4. Untuk mempelajari bagaimana memahami makna leksikal dan gramatikal kolom jokes dan anecdotes majalah Hello edisi Januari-Desember 2006. D. RUANG LINGKUP PENELITIAN Teori yang digunakan dalam menganalisis mengenai makna adalah teori semantik mengenai ketaksaan makna( makna ganda). Penulis menggunakan teori Kempson dalam Can(1993:8) mengenai ketaksaan; Ullman dalam pateda(2001:202-206) tentang jenisjenis ketaksaan. Mempelajari makna pada hakikatnya adalah mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa dapat saling mengerti. Dalam menganalisis makna penulis menemukan ada tiga jenis ketaksaan pada kolom jokes dan anecdotes dalam majalah Hello edisi January-Desember 2006 yaitu ketaksaan fonetik, ketaksaan leksikal, dan ketaksaan grammatikal.Tetapi penulis hanya membatasi ruang lingkup penelitian pada kajian-kajian mengenai ketaksaan leksikal dan gramatikal makna yang dapat penulis temukan banyak dalam majalah tersebut yakni ketaksaan leksikal dan gramatikal.