BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan manusia. Bahasa berfungsi pula sebagai alat untuk menyampaikan ekspresi dari penuturnya. Sehingga bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Bahasa dapat mengelola alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. Bahasa sebagai alat komunikasi antar manusia, terdiri atas dua bagian, yakni bentuk dan makna. Bentuk adalah bagian bahasa yang dapat diserap panca indera, yaitu melalui mendengar atau melihat. Sedangkan makna adalah isi yang terkandung dalam bentuk tersebut yang menimbulkan reaksi tertentu dalam pikiran pendengar atau pembaca. Reaksi yang timbul dapat berupa pengertian, tindakan, atau keduanya karena dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi dengan serangkaian kata yang mendukung suatu amanat. Memahami semua hal itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam berkomunikasi. Seluk beluk tentang makna, dalam ilmu bahasa dikaji dalam bidang semantik. Subroto (2011:1) menegaskan bahwa semantik adalah salah satu bidang kajian atau cabang linguistik yang mengkaji arti bahasa atau arti linguistik (lingual meaning atau linguistic meaning) secara ilmiah. makna
adalah arti sebuah unit leksikal atau sebuah tuturan kalimat berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang melatarinya, dan intonasinya. Dalam berbahasa baik lisan atau tulisan orang lebih sering menggunakan idiom atau ungkapan dalam kalimatnya. Tujuan penggunaan idiom dalam komunikasi tersebut yaitu agar lawan bicara (pendengar) atau pembaca merasa lebih tertarik terhadap hal-hal yang dibaca atau didengarnya. Idiom seringkali digunakan dalam komunikasi sehari-hari untuk menyatakan sesuatu secara tersirat atau tidak langsung kepada lawan bicara atau pembaca. Kadang kala penggunaan idiom ini untuk menyatakan sindiran yang lebih halus. Masyarakat Jawa merupakan salah satu penutur bahasa daerah terbanyak di Indonesia dibandingkan dengan penutur bahasa daerah lainnya. Dalam berkomunikasi pun, penutur bahasa Jawa sering menggunakan idiom. Adapun dalam tulisan ini lebih spesifik pada idiom bahasa Jawa yang salah satu kata penyusunnya adalah anggota tubuh manusia. Idiom bentuknya berupa gabungan kata yang maknanya tidak bisa ditentukan melalui makna masing-masing kata pembentuknya. Bentuk idiom ini sering digunakan untuk mengungkapkan suatu hal yang sebenarnya dapat diungkapkan dengan bentuk lain yang bukan idiom. Istilah idiom berasal dari bahasa Yunani idiooma yang berarti yang dijadikan kekhususan (Badudu, 1986:29) . Idiom merupakan bentuk bahasa yang banyak dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh anggota masyarakat. akan tetapi orang asing yang belum menguasai bahasa tersebut akan
mengalami kesulitan dalam menangkap arti idiom, karena idiom tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa lain. Idiom dalam bahasa tertentu merupakan salah satu kekhasan bahasa tertentu. Idiom adalah serangkaian kata yang secara semantik artinya tidak dapat disimpulkan dari unsur-unsur pembentuknya dan secara sintaksis susunannya tetap atau tidak dapat diubah rangkaiannya. Konstruksi idiom itu dapat berupa kata majemuk, frasa, klausa, atau kalimat (Alwasilah, 1983:34). Arti itu tersimpan di dalam bahasa maksudnya yaitu bahasa sebagai sistem tanda lingual (tanda bahasa) merupakan paduan dari aspek bentuk (formal aspect of the sign) dan aspek arti (semantik aspect of the sign). Berdasarkan rumusan itu, untuk menjadi bahasa kita tidak hanya menerima rentetan bunyi bahasa yang kosong melompong (tanpa sesuatu yang terkandung di dalamnya) atau rentetan huruf tanpa sesuatu yang dapat ditangkap di dalamnya. Organ tubuh manusia merupakan bagian yang menarik untuk diulas, karena selalu melekat pada setiap orang. Sehingga tidak sedikit idiom bahasa Jawa yang salah satu kata penyusunnya adalah organ tubuh manusia. Pemilihan idiom yang digunakan pun juga tidak sembarangan, ada makna tersirat di balik idiom yang digunakannya. Oleh sebab itu, materi ini menarik untuk diteliti lebih jauh. Sejauh pengamatan penulis, hingga saat tulisan ini dibuat, belum banyak penelitian tentang idiom bahasa Jawa, terutama yang berhubungan dengan organ tubuh manusia. Mulai dari pemilihan nama organ tubuh manusia
yang ada dalam idiom hingga makna yang terkandung di dalamnya. Tidak semua organ tubuh manusia dapat digunakan dalam idiom. Hal ini perlu diketahui oleh masyarakat umum, khususnya oleh penutur bahasa Jawa. Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah idiom dalam bahasa Jawa yang komponen penyusunnya berupa organ tubuh manusia yang dianalisis dari segi semantik atau maknanya. Idiom dalam bahasa Jawa ini menarik untuk diteliti karena sejauh pengamatan penulis belum banyak tulisan yang membahas tema ini secara khusus dan mendalam.
1.2 Rumusan Masalah Idiom dalam bahasa Jawa sering digunakan untuk menyatakan ungkapan sehari-hari. Dengan ungkapan itu kedalaman maksud suatu gagasan dapat disampaikan dengan jelas, ringkas, dan padat. Isi yang terkandung di dalamnya senantiasa mencerminkan pandangan hidup dan cara berpikir masyarakat Jawa. Ungkapan-ungkapan Jawa lahir, hidup, dan berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Perkembangannya berlangsung secara lisan, dari mulut ke mulut dan tidak diketahui lagi siapa penciptanya yang pertama kali. Pembahasan dalam tulisan ini mencakup beberapa permasalahan. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembahasan ini yaitu: 1. Bagaimana bentuk idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia? 2. Bagaimanakah analisis semantik pada idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia?
1.3 Ruang Lingkup Pada penelitian ini ruang lingkup yang diambil yaitu idiom dalam bahasa Jawa. Lebih spesifik lagi yaitu idiom berbahasa Jawa yang berhubungan dengan anggota tubuh manusia. Maksudnya yaitu idiom bahasa Jawa yang salah satu komponennya berasal dari nama organ tubuh manusia. Adapun bahan idiom yang digunakan berasal dari Kamus Ungkapan Bahasa Jawa dan Dictionary of Javanese Proverbs and Idiomatic Expressions karya Peter Suwarno. Dalam buku tersebut memuat berbagai macam idiom berbahasa Jawa, namun pada penelitian ini hanya mengambil idiom yang berhubungan dengan organ tubuh manusia. Adapun idiom-idiom yang akan menjadi bahan penelitian ini sebagaimana terdapat pada halaman lampiran. Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada makna leksikal dan makna idiomatiknya. Kajian semantik leksikal lebih memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata, sedangkan semantik idiomatik lebih meninjau makna yang terdapat pada idiom.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan bentuk-bentuk idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia. 2. Mengetahui analisis semantik yang terkandung dalam idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia.
1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai idiom bahasa Jawa pernah dilakukan, antara lain berjudul Idiom tentang Nilai Budaya Sastra Jawa (Riyadi, 1994). Dalam penelitian ini menitikberatkan pada idiom bahasa Jawa secara umum. Selain itu pernah dilakukan penelitian juga oleh Eko Muharuddin (2006) dalam skripsinya yang berjudul Idiom Berunsur Organ Tubuh Manusia dalam Bahasa Jawa. Pada skripsi tersebut lebih menjelaskan idiom yang berunsur anggota tubuh manusia secara umum pula belum sampai pada analisis semantiknya. Dalam karyanya yang berjudul Inilah Bahasa Indonesia yang Benar (1986:29-30), Badudu dengan mengutip dari Ensiklopedia Indonesia, jilid 3, berpendapat bahwa “idiom adalah kekhususan bentuk bahasa, segala ungkapan, susun kata yang tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa pada umumnya. Idiom juga meliputi segala ungkapan, rangkaian kata serta susun kata
yang menunjukkan kekhususan dalam
suatu
bahasa sehingga
membedakannya dengan bahasa-bahasa lain; idiom biasanya tidak dapat diterjemahkan. Pada penelitian ini tidak hanya akan mengetahui idiom-idiom bahasa Jawa yang kosa katanya dari anggota tubuh manusia, tetapi juga melihat makna yang terkandung dalam idiom tersebut dengan teori semantik. Dalam Kamus Linguistik karya Harimurti Kridalaksana (2008:216) diketahui makna semantik yaitu bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara.
Penelitian mengenai idiom bahasa Jawa pernah dilakukan, antara lain berjudul Idiom tentang Nilai Budaya Sastra Jawa (Riyadi, 1994). Pada penelitian ini lebih menitikberatkan pada idiom yang terkandung dalam sastra Jawa klasik yang telaah nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Adi Triyono, dkk. (1988) menulis penelitian yang berjudul Peribahasa dalam Bahasa Jawa. Yang diteliti adalah tipe-tipe idiom dalam bahasa Jawa beserta struktur, hubungan makna, dan gaya bahasanya. Pieter Soewarno (1999) menulis buku yang berjudul Dictionary of Javanese Proverbs and Idiomatic Expressions. Buku ini merupakan salah satu sumber referensi data yang digunakan dalam penelitian ini. Pada buku ini berisi kumpulan idiom dalam bahasa Jawa beserta artinya. Ia tidak membahas struktur dan makna idiom bahasa Jawa secara mendetail.
1.6 Landasan Teori Suwandi (2006:9) dalam bukunya menjabarkan tentang pengertian semantik. Kata semantik turunan dari kata Yunani semainein (‘bermakna’ atau ‘berarti’). Aminuddin (1988:15) menjelaskan bahwa semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani mempunyai makna ‘to signify’ (‘memaknai’). Menurut Lyons (1971:1) semantik pada umumnya diartikan sebagai suatu studi tentang makna (semantics is generally defined as the study of meaning). Semantik sebagai istilah teknis dijelaskan oleh F.R. Palmer sebagai berikut: “Semantics is the technical term used to refer to the study of meaning, and since meaning is a part of language, semantics is a part of linguistics” (Palmer, 1981:1).
Pada umumnya, semantik diartikan sebagai ilmu tentang makna. Chaer (2002:2) misalnya, mengatakan semantik sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yang merupakan tataran dalam linguistik (fonologi, gramatika, dan semantik).
Semantik adalah ilmu makna, studi tentang makna kata. Sebuah tanda linguistis (linguistic sign) bukanlah suatu hubungan antara suatu benda dengan suatu nama, tetapi antara sebuah konsep dengan sebuah pola bunyi (sound pattern) (Saussure dalam Ullman, 2007:1). Menurut teori yang dikembangkan berdasarkan pandangan Saussure tersebut, makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik (Chaer, 2003: 287; 2002:29).
Ada banyak pendapat mengenai ragam semantik. Ada berbagai ragam makna: makna denotative, konotatif, hakikat, intense, ekstensi, kognitif, leksikal, gramatikal, luas, sempit, pusat (tak berciri), referensial, kontekstual, konstruksi, dan sebagainya (Kridalaksana dalam Suwandi, 1984:120). Selain itu, masih ada banyak lagi pendapat dari para ahli bahasa (linguis) lainnnya, di antaranya makna idiomatikal, struktural, konseptual, referensial, asosiatif, kiasan, stilistika, dan lain sebagainya. Namun pada penelitian ini, penulis fokus pada analisis makna leksikal dan makna idiomatis. Semantik leksikal adalah objek studinya leksikon, tugas praktis yaitu membuat kamus. Semantik leksikal secara leksikologis mencakup segi-segi yang agak banyak jumlahnya, ada pokok-pokok antara lain makna dan referensi, denotasi dan konotasi, analisis ekstensional dan analisis intensional, analisis komponensial, makna
dan pemakaiannya, kesinoniman, keantoniman, kehomoniman, dan kehiponiman (Verhaar, 2004:388). Makna idiomatik adalah makna leksikal tertentu dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Sebagai idiom merupakan bentuk baku (tidak berubah), kombinasi kata-kata dalam bentuk tetap. Bentuk tersebut tidak dapat diubah berdasarkan kaidah sintaksis yang berlaku bagi suatu bahasa. (Djajasudarma, 1993:16) Idiom adalah (i) konstruksi dalam unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota memiliki makna yang ada hanya karena bersama yang lain; (ii) konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya; (iii) bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bangsa, kelompok, atau suku (Kridalaksana, 2008:90). Untuk membahas idiom dari segi makna, digunakan analisis semantis. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas tentang makna. Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa idiom merupakan rangkaian kata yang maknanya menyimang dari makna leksikal maupun gramatikalnya. Maksudnya, makna idiom tidak dapat diketahui dari kata-kata yang membentuknya. Makna yang terkandung dalam idiom dapat ditelusuri melalui hubungan (relasi) unsur-unsur makna kata pembentuk idiom.
Dalam pemakaian bahasa Jawa, idiom memiliki frekuensi kemunculan yang cukup tinggi, baik dalam bahasa lisan maupun tulis. Masyarakat gemar menggunakan idiom dalam berbahasa mungkin karena pemakaian idiom dianggap dapat memperindah bahasa seseorang.
Pembicaraan tentang idiom pada umumnya hanya mengemukakan batasan dan contoh-contoh yang amat terbatas, misalnya Alwasilah (1983:150), Keraf (1970:109-110), Chaer (2002:74-77; 2003:296-297).
Pembicaraan tentang idiom dalam bahasa Indonesia bahkan kadang-kadang hanya digunakan dalam rangka menjelaskan eksistensi satuan linguistis yang lain, misalnya kata majemuk. Pembahasan seperti in dapat dijumpai dalam Kridalaksana (2007:107-108) dan Alwi (2003:151, 241). Padahal, banyak hal yang menarik dan perlu diketahui dan dikaji mengenai idiom.
Kridalaksana (2007:107) berpendapat idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya. Pakar ini juga menyatakan idiom harus dibedakan dengan kata majemuk. Alwi et al. (2003: 151; 241) menjelaskan idiom adalah perpaduan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat secara langsung ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung. Alwi et al. menegaskan perbedaan antara kata majemuk dengan idiom sebagai berikut. Dalam verba majemuk dan nomina majemuk penjejeran dua kata atau lebih menumbuhkan makna yang secara langsung masih dapat ditelusuri dari masing-masing kata yang tergabung , sedangkan perpaduan yang membentuk idiom memunculkan makna baru. Ada beberapa ciri-ciri idiom dalam bahasa Jawa. Pertama, idiom merupakan ungkapan yang terdiri dari gabungan kata (konstruksi multikata). Kedua, idiom memiliki makna yang unik dan khas, maksudnya maknanya tidak sama dengan makna gabungan unsur-unsurnya, bersifat non-literal, dan untuk memahaminya umumnya perlu dianalogikan atau diasosiasikan dengan hal lain yang disamakan atau dibandingkan. Ketiga, makna idiom yang unik atau khas tersebut, pada umumnya dapat disimpulkan atau ditelusuri unsur-
unsur pembentuknya. Keempat, perilaku idiom di dalam tuturan atau kalimat pada umumnya dapat berperilaku sebagai sebuah satuan semantik tunggal. Kelima, struktur idiom pada umumnya bersifat tetap. Idiom yang maknanya tidak dapat atau sulit disimpulkan atau ditelusuri dari unsur-unsur pembentuknya, nampaknya ada namun lebih sedikit. Makna idiom gêdhe
êndhase tidak dapat dijelaskan hanya dengan
mengetahui makna kata gêdhe dan êndhase. Makna idiom gêdhe êndhase adalah ‘sombong’. Makna idiom ini tidak berkaitan dengan makna kata gêdhe dan êndhase dan tidak sama dengan gabungan makna ‘nggêdhek
ake
êndhase’. Unsur-unsur pembentuk idiom telah membentuk satu kesatuan yang padu dengan satu makna. Dalam idiom gêdhe êndhase, unsure pembentuk gêdhe dan êndhase telah membentuk satu kesatuan yang padu yang harus muncul seperti itu. Makna idiom pikirane landhêp dhêngkul ‘pikirannya tajam lutut’ dapat diketahui melalui unsur kata pembentuknya. Landhêp ‘tajam’ berarti keadaan suatu barang yang dapat melukai. Dhêngkul ‘lutut’ merupakan organ tubuh manusia, terletak di antara kaki dan paha, berfungsi sebagai engsel gerak pada kaki yang berbentuk tumpul. Dari makna unsur-unsur pembentuk idiom ini dapat diketahui hubungan makna perlawanan karena bentuk lutut tidak tajam atau tumpul. Oleh karena itu, idiom landhêp dhêngkule ‘tajam lututnya’ berarti bodoh. Dari relasi antarpembentuk makna idiom inilah terbentuk tipetipe makna idiom yang selanjutnya akan dibahas pada bab III.
1.7 Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan analisis semantik, yakni melihat idiom dari segi makna yang terkandung di dalamnya. Adapun bahan penelitian ini adalah informasi atau data yang diperoleh dari buku atau kamus idiom bahasa Jawa. Bahan penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu bahan mentah dan bahan jadi. Dalam penelitian bahasa, bahan mentah berupa keseluruhan pemakaian bahasa, seperti idiom misalnya, yang diketahui batas-batasnya akibat dari banyaknya orang yang memakai, lamanya pemakaian, dan luasnya daerah serta lingkungan pemakaian (Sudaryanto, 1995:36). Bahan jadi adalah bahan penelitian yang sudah dipilih dan dipilah dari semua bahan mentah yang ada atau diperkirakan ada untuk dijadikan bahan yang digunakan dalam penelitian. Bahan jadi penelitian disebut data penelitian. Jadi, sebagai bahan penelitian, data penelitian itu bukanlah bahan mentah, melainkan bahan jadi penelitian; dia ada berkat pemilihan dan pemilahan aneka macam tuturan (Sudaryanto, 1990:3). Berdasarkan tahapan strategi metode penelitian ini terdiri dari cara pengumpulan data, cara analisis data, dan penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1995: 57). Pada tahapan pertama, penulis mengumpulkan data dari sumber tertulis untuk mendapatkan data. Sumber tertulis tersebut berupa kamus idiom bahasa Jawa yaitu Kamus Ungkapan Bahasa Jawa dan Dictionary of Javanese Proverbs and Idiomatic Expressions karya Peter Suwarno. Tahap kedua adalah analisis data. Analisis dilakukan dengan klasifikasi data berdasarkan bentuk idiom dan analisis semantik dari makna leksikal dan makna idiomatikalnya. Tahap terakhir yang ditempuh dalam
penelitian ini adalah tahap penyajian hasil analisis data berdasarkan bentuk, medan makna, dan makna idiom.
1.8 Sistematika Penyajian Hasil penelitan ini akan disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah yang mengungkapkan alasan pemilihan masalah idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia, rumusan masalah, tujuan penelitian yang mengungkapkan tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini. Ruang lingkup penelitian yang digunakan untuk membatasi penelitian, tinjauan pustaka yang berisi pandangan beberapa ahli tentang idiom dan contoh-contohnya, landasan teori berisi teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, metode penelitian yang berisi metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian ini dan sistematika penyajian.
Bab II berisi tentang bentuk-bentuk idiom. Pada bab ini berisi tentang deskripsi ragam bentuk idiom yang dapat terbentuk berdasarkan hasil klasifikasi idiom bahasa Jawa. Bab III berisi deskripsi dan analisis semantik dari masing-masing idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia, ditinjau dari makna leksikal dan makna idiomatikal. Bab IV berisi kesimpulan dari hasil analisis idiom bahasa Jawa yang berhubungan dengan organ tubuh manusia dan saran untuk penelitian yang akan datang.