BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi
baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi bukan hanya sekedar sebuah kegiatan namun sebuah kebutuhan dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan proses pernyataan manusia yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Komunikasi juga merupakan sebuah proses dimana ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka.1 Di dalam komunikasi ada beberapa unsur yakni sumber pesan (surce), pesan (message), saluran (channel), dan penerima pesan (receiver), serta efek (effect).2 Menurut Harold D. Laswell guna memahami komunikasi, kita harus mengerti unsure-unsur yang diformulasikan olehnya dalam bentuk pernyataan, Who Says What in Which Chanel to Whom and With What Effect? Yang bisa diartikan siapa berbicara apa dengan saluran apa dan mendapat efek apa.3 Ada beberapa jenis komunikasi , salah satunya adalah komunikasi massa. Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang banyak tersebut dapat secara
1
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2001. Hal.70
2
Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo Widiasarana Indonesia: Jakarta. 2004. Hal 3 Ibid
3
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.4 Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukan oleh Bittner (Rakhmat,
2003:
188),
yakni:
komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (“mass communication is massages communicated througha mass mediumto a large number of people”).5 Adapun pengertian komunikasi massa lainnya menurut Gerbner (1967) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of message in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkesinambungan serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat). 6 Sebagai sarana dalam proses komunikasi massa akan diperlukannya media atau wadah untuk menyampaikan pesan komunikasi massa yaitu media massa. Media massa merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam penyampaian pesan kepada khalayak. Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai kriteria media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio, siaran televisi, film, dan media online.7 Televisi dilihat dari asal kata, dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu “Tele” dan “Vision”, yang secara harfiah dapat berarti sebagai visualisasi dari 4
Elvino Ardianto, Lukito Komala, Siti Karlinah. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media: Bandung2007. Hal.9 5 Ibid. Hal 3 6 Ibid 7 Ibid. Hal.103
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
sebuah objek yang jauh. Televisi dan radio merupakan media massa elektronik. Media massa yang dalam menyampaikan pesan akan sangat bergantung pada aliran listrik. Pada masa sekarang media massa elektronik juga dapat ditayangkan melalui bantuan tenaga diesel. Televisi merupakan salah satu media penyampaian informasi yang paling digemari oleh masyarakat. Melalui televisi, masyarakat tidak hanya mendapatkan informasi tetapi juga pendidikan dan hiburan. Seiring berkembangnya zaman, semakin banyak stasiun televisi yang berlomba-lomba memperebutkan hati dan minat masyarakat. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa televisi pada saat ini merupakan salah satu media yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Karena dari media televisi orang atau masyarakat mendapatkan sebagian dari kebutuhan hidupnya yaitu informasi, hiburan, pemgetahuan, pendidikan dan lain sebagainya. Banyaknya stasiun televisi swasta di Indonesia tentunya menimbulkan persaingan untuk mendapatkan keuntungan yang semakin besar. Masing-masing stasiun televisi swasta gencar membuat berbagai macam acara yang dapat membuat ratingnya meningkat dan tinggi, sehingga dapat disukai oleh khalayak, maka setiap stasiun televisi swasta saling berlomba-lomba untuk menyajikan berbagai macam program yang menarik, sehingga berbeda dari stasiun televisi swasta lainnya. Namun, sayangnya kemunculan berbagai stasiun televisi swasta di Indonesia tidak diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia yang memadai. Fenomena yang terjadi sekarang pada industri pertelevisian membawa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi swasta bersaing dengan ketat dalam menyuguhkan program-program yang membidik penonton dengan berbagai segmen. Para praktisi penyiaran televisi berlomba menayangkan program menarik mulai dari format hiburan, musik, drama, sinetron, film, komedi, kuis, kartun, dan lain-lain. Serta format informasi seperti : berita (kriminal, gossip), diskusi (dialog, seminar), wawancara (wawancara dengan terpidana, presiden), dan olahraga (sepak bola, basket, dan lain-lain). Akibat penayangan berbagai program format hiburan, program khusus untuk anak pun semakin sedikit yang diberikan untuk anak. Program anak-anak saat ini sudah sangat sedikit sekali dikarenakan kalahnya persaingan oleh program-program seperti sinetron, talk show, program musik yang peminatnya lebih banyak dibandingkan program anak-anak. Contohnya saja anak kecil saat ini lebih suka menonton program seperti “Dahsyat” ataupun “FTV” dibanding program anak. Seharusnya stasiun televisi swasta memberikan dan menayangkan program anak yang lebih baik dan lebih mendidik untuk pertumbuhan anak. Saat ini pun program anak yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta lebih banyak tidak memberikan edukasi untuk anak-anak itu sendiri, seperti “Crayon Sinchan” (RCTI), “Spongebob” (Global TV), “Naruto” (Global TV), “Marsha and The Bear” (ANTV) yang sampai saat ini. Salah satunya contoh program anak-anak yang tidak mendidik yaitu “Larva” yang disiarkan oleh RCTI setiap hari Sabtu pukul 06.00 WIB yang awalnya ditayangkan setiap hari Minggu pukul 08.30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
WIB. Program “Larva” sendiri itu berasal dari Korea Selatan yang dirilis pada Tahun 2011 dengan konsep animasi 3D yang diproduksi oleh Tuba Entertainment. “Larva” yang di Produseri oleh Ahn Sungjai, dan Meang JooGong sebagai penulis sekaligus direktur program yang dibuat oleh Tuba Entertaiment. Program “Larva” adalah program yang menceritakan tentang kehidupan larva bewarna merah dan larva bewarna kuning. Kedua larva tersebut memiliki sifat yang berbeda. Larva merah memiliki tubuh lebih kecil dan memiliki warna kemerahan, dia juga memiliki watak yang keras, egois, dan terkadang curang tapi lebih sering sial karena tingkah lakunya sendiri. Larva kuning memiliki badan yang besar dan memiliki warna kuning. Dia memiliki sifat polos, lambat, rakus dan suka kentut. Larva kuning sangat menyukai larva merah walaupun larva merah sering bersikap kasar padanya. Namun pada dasarnya mereka bersahabat. Larva kuning sering lupa diri apabila melihat makanan. Dia lebih sering mendapatkan keberuntungan daripada larva merah. Didalam program “Larva” tersebut banyak unsur-unsur kekerasan dan ketidak-sopanan dalam bentuk non-verbal, contohnya saja seperti larva kuning yang selalu memperebutkan makanan yang dimakan oleh larva merah, karena kesal larva kuning menendang si larva merah sampai terjatuh. Program ini berbahaya untuk anak-anak dikarenakan setiap episodenya selalu ada unsur kekerasan didalamnya. Apalagi sering ditemukan adegan-adegan kekerasan di program anak-anak seperti kartun tersebut sangat berbahaya apabila diberikan kepada anak-anak yang sangat mudah menerima apapun yang dia lihat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
tanpa bisa mencernanya dahulu. Sepeti kasus Revino dan kasus Farhat yang lompat dari balkon rumahnya karena ingin menjadi seperti pokemon yang mengakibatkan kakinya patah.8 Seharusnya konten yang diberikan dalam program kartun tidak boleh ada unsur kekerasan seperti yang diatur oleh KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standard Program Siaran (SPS) KPI Tahun 2012 yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252); Perlindungan anak ada di BAB X Pasal 14: 1. Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu yang tepat sesuai dengan pergolongan program siaran. 2. Lembaga peniyiaran wajib memperhatikan kepentingan anak dalam setiap aspek produksi siaran.9 Berdasarkan peraturan dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) di atas seharusnya televisi memberikan program anak yang mendidik anak. Karena usia anak yang masih kecil sangat mudah menerima apapun yang dia lihat dan sangat mudah meniru dan mempraktekan aksi-aksi program yang dia sukai. Contohnya saja televisi memberikan program yang memiliki nilai budaya Indonesia agar si anak mengetahui budaya Indonesia sendiri agar budaya Indonesia tidak punah dimakan zaman. Bisa juga diberikan program kartun yang memiliki pesan moral 8 9
http://santideybi.wordpress.com (di askes pada tanggal 02 Januari 2015 jam 08.30). www.kpi.go.id (di akses pada tanggal 02 Januari 2015 jam 09.00)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
didalamnya karena anak kecil lebih tertarik dengan kartun maka alangkah baiknya apabila memasukan pesan moral di program kartun tersebut jadi anak senang menontonnya tapi tetap mendapatkan informasi atau pesan moral yang sesuai dengan umurnya dan bisa ditiru hal baiknya untuk pertumbuhan si anak ini sendiri. Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan meneliti penelitian yang berjudul “Konsep Kekerasan Pada Film Animasi Larva Di RCTI.”
1.2
Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah tanda-tanda yang mengandung unsur kekerasan
dalam program animasi “Larva” dengan menggunakan analisis semiotika yang meliputi performa pemain (Visual) yang dibagi berdasarkan sequence yang terdapat dalam program animasi “Larva”.
1.3
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis konsep kekerasan pada film animasi “Larva”?.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
pembahasan unsur kekerasan pada program larva yang tayang di RCTI.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Akademis Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kajian ilmu pengetahuan, penambahan wawasan mengenai dunia pertelevisian Indonesia, khususnya dalam program kartun anak di stasiun televisi swasta. Dan memberi kesempatan bagi peneliti dan masyarakat lebih mengetahui karakteristik program kartun anak “Larva” di stasiun televisi swasta tersebut.
1.5.2 Manfaat Praktis Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pertelevisian Indonesia agar memacu mereka untuk dapat semakin berkreasi dan berkarya dalam bidangnya. Serta menjadikan dunia pertelevisian sebagai media penyampaian informasi secara langsung dan menyeluruh ke berbagai lapisan masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/