1
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Rumah sakit merupakan satu sistem/bagian dari sistem pelayanan kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, yang masing-masing bekerja secara otonom namun harus terkoordinir dalam sistem tersebut. Ketiga pilar tersebut adalah pilar pemilik, pilar profesional kesehatan, dan pilar manajemen. Ketiga pilar tersebut masing-masing mempunyai hierarki kekuasaan/wewenang (hierarchy of power), yang mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda. Keserasian atau ketidakserasian antara ketiga pilar tersebut menentukan berhasil tidaknya misi suatu rumah sakit (Hatta, 2010). Dalam penciptaan ketiga pilar rumah sakit tersebut, dibutuhkan rekam medis yang mampu menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Hatta (2010), rekam medis diartikan sebagai keterangan baik tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan, maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. Rekam medis memiliki pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi memiliki pengertian sebagai satu sistem penyelenggaraan rekam medis. Penyelenggaraan rekam medis merupakan proses kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di
1
2
rumah sakit, dilanjutkan kegiatan pencatatan data medis pasien, kemudian pengelolaan berkas rekam medis yang meliputi penyimpanan dan pengambilan kembali berkas rekam medis dari tempat penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman dari pihak yang membutuhkan, hingga pada pengolahan data medis pasien untuk keperluan pelaporan. Salah satunya adalah pelaporan statistik rumah sakit. Statistik adalah gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian, atau sumber catatan medik (Hatta, 2010). Statistik rumah sakit merupakan tindak lanjut kegiatan pelaporan dari masing-masing kegiatan pelayanan yang telah diberikan oleh rumah sakit. Oleh sebab itu, statistik kesehatan digunakan sebagai tolok ukur kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit. Statistik kesehatan juga dapat digunakan sebagai pembanding pelayanan yang lalu dengan yang sekarang. Statistik dapat digunakan untuk menghitung berbagai indikator statistik kesehatan. Indikator tersebut antara lain BOR, AvLOS, BTO, dan TOI (Hatta, 2010). Menurut Barry Barber dan David Johnson dalam Sudra (2010), perumusan dan perpaduan empat indikator (BOR, AvLOS, BTO, dan TOI) dituangkan dalam Grafik Barber Johnson, yang digunakan untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur untuk bangsal perawatan pasien. Perpotongan garis dari keempat indikator akan bertemu pada sebuah titik. Titik itulah yang disebut sebagai titik Barber Johnson (BJ). Apabila perhitungan nilai keempat indikator benar maka seharusnya keempat garis tersebut akan berpotongan di satu titik (Sudra, 2010).
3
Dalam Siswanto (2011) Grafik Barber Johnson digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit. Apabila titik barber Johnson berada di luar daerah efisiensi maka pelayanan kesehatan belum efisien. Jadi titik Barber Johnson digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan III pada Februari 2012 dan wawancara dengan Kepala Instalasi Rekam Medik dan petugas Instalasi Rekam
Medik
bagian
pelaporan
pada
November
2012,
peneliti
menemukan dua Grafik Barber Johnson (tahun 2009 dan 2010 serta tahun 2010 dan 2011) yang tidak terdapat titik temu dari keempat garis indikator (BOR, AvLOS, BTO, dan TOI). Terkait dengan standar pada akreditasi, rumah sakit akan mendapatkan nilai yang maksimal apabila Grafik Barber Johnson beserta analisisnya dibuat dalam pelaporan statistika rumah sakit. Grafik
Barber
Johnson,
meskipun
selalu
dibuat
setiap
tahun,
mempengaruhi kurang maksimalnya nilai akreditasi rumah sakit karena Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY tidak terdapat titik perpotongan keempat indikator statistik rawat inap. Dengan adanya latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penyebab Tidak Adanya Titik Temu pada Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apa yang menyebabkan tidak adanya titik temu pada Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.
4
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab tidak adanya titik temu Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai peneliti adalah: a) Mengetahui pengumpulan data sensus harian rawat inap, b) Mengetahui pengolahan data sensus harian rawat inap menjadi indikator statistik rawat inap, c) Mengetahui penyajian indikator statistik rawat inap pada Grafik Barber Johnson, dan d) Analisis faktor penyebab tidak adanya titik temu pada Grafik Barber Johnson.
D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a) Aspek Pelayanan Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi pembuatan Grafik Barber Johnson tahun selanjutnya. b) Aspek Peneliti Penelitian
ini
merupakan
kesempatan
bagi
peneliti
untuk
menerapkan teori-teori yang didapat saat kuliah dengan praktik di lapangan, serta peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan,
5
dan pengalaman terkait dengan pelaksanaan pembuatan Grafik Barber Johnson. 2. Manfaat Teoritis a) Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat memberikan gambaran nyata terkait proses pembuatan Grafik Barber Johnson. b) Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk meneliti kasus serupa.
E.
Keaslian Penelitian Penelitian terkait dengan Grafik Barber Johnson sebelumnya pernah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu: 1. Rahmawati, Putri F (2012) dengan judul “Evaluasi Indikator Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon Tahun 2010-2011” Penelitian Rahmawati bertujuan untuk mengevaluasi ketepatan perhitungan keempat parameter tahun 2010-2011, mengetahui faktor penyebab tidak tercapainya standar efisiensi, dan mengetahui proses evaluasi terhadap keempat indikator. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Perhitungan keempat parameter di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon dilakukan secara manual. Proses perhitungan yang dilakukan sudah sesuai namun terdapat beberapa kekeliruan dalam perhitungan tersebut. Penyebab dari tidak tercapainya standar efisiensi untuk salah satu parameternya adalah adanya persaingan rumah sakit di wilayah sekitar,
6
ketersediaan jumlah tenaga perawat yang terbatas, dan ada salah satu kelas perawatan dalam rumah sakit yang kurang diminati pasien. Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian Rahmawati (2012) adalah menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan
kualitatif.
Perbedaannya
adalah
penelitian
Rahmawati (2012) mengevaluasi ketepatan perhitungan parameter dari tahun 2010-2011 untuk melihat faktor penyebab tidak tercapainya standar efisiensi dan dampak yang terjadi akibat tidak tercapainya standar efisiensi. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti mengetahui faktor penyebab tidak adanya titik temu pada Grafik Barber Johnson melalui pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data sensus harian rawat inap. 2. Irina, Endiah S (2011) dengan judul “Perbandingan Tingkat Efisiensi Pengelolaan Setiap Bangsal Rawat Inap Tahun 2010 Berdasarkan Grafik Barber Johnson di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang” Penelitian Irina memiliki tujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembuatan Grafik Barber Johnson di RSUD Muntilan
Kabupaten
Magelang, mengetahui Grafik Barber Johnson secara komputerisasi di setiap Bangsal di
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang, dan
membandingkan Grafik Barber Johnson Komputerisasi dengan Manual Berdasarkan versi Rano Indradi Sudra, Soejadi, dan Erry Rustiyanto. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian tersebut menggunakan sampel dua orang yaitu satu
petugas
sensus dan
satu petugas
pelaporan,
sedangkan obyeknya adalah Laporan Rekam Medis RSUD Muntilan
7
Kabupaten Magelang tahun 2010. Teknik pengumpul data dengan wawancara, observasi/ pengamatan pemeriksaan
keabsahan
data
dan studi dokumentasi. Uji
dengan
triangulasi.
Pelaksanaan
Pembuatan Grafik Barber Johnson di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang tentang tujuan dari pembuatan grafik , pihak yang telibat, dan data dasar sudah sesuai dengan Prosedur Tetap RSUD Muntilan Kabupaten Magelang. Sedangkan proses pembuatan dan periode pembuatan Grafik Barber Johnson belum sesuai dengan prosedur tetap. Persamaan dengan penelitian Irina adalah menggunakan jenis penelitian, teknik pengumpul data, dan uji pemeriksaan keabsahan data yang sama, serta memiliki kemiripan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengetahui proses pembuatan Grafik Barber Johnson. Perbedaan dengan penelitian Irian adalah penelitian ini meneliti dari pengumpulan sensus harian rawat inap hingga dapat disajikannya hasil olahan sensus harian rawat inap
dalam Grafik
Barber Johnson. Sehingga dapat diketahui faktor penyebab tidak ada titik temu pada Grafik Barber Johnson di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY. 3. Siswanto, Heri (2006) dengan judul “Tingkat Efisiensi Pengelolaan Tempat Tidur di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto tahun 2005 Dilihat dari Grafik Barber Johnson” Penelitian Siswanto (2006) memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi pengelolaan tempat tidur di RSPAD Gatot Subroto pada tahun 2005 dengan lima kegunaan dari indikator dari Grafik
8
barber Johnson. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Kemudian teknik analisis data menggunakan deskriptif univariat, intepretasi data, dan triangulasi. Hasil penelitian pada Siswanto (2006) adalah indikator-indikator yang digunakan RSPAD Gatot Soebroto untuk menentukan tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit adalah BOR, LOS, TOI, dan BTO. Setelah dibandingkan dengan Grafik Barber Johnson, diketahui bahwa tingkat efisiensi pengelolaan RSPAD Gatot Subroto tahun 2005 belum efisien. Hal ini diketahui setelah disajikan dalam Grafik Barber Johnson, tersaji di luar daerah efisiensi. Persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Siswanto adalah menggunakan metode penelitian dan metode pengumpalan data yang sama. Selain itu pada penelitian Siswanto (2006) peneliti membuat Grafik Barber Johnson tahun 2003-2005 dan grafik tersebut tidak terdapat titik temu. Perbedan terletak pada tujuan penelitian, teknik analisis data, dan subyek penelitian. Peneliti pada penelitian ini menjadikan petugas bangsal yang melakukan sensus harian rawat inap, petugas Instalasi Rekam Medik yang mengambil dan mengumpulkan sensus harian rawat inap, dan petugas pelaporan sebagai subyek penelitian. Sedangkan teknik analisis data yang akan dilakukan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.