BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia (Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi faktor risiko penyakit tidak menular yang utama sebesar 93,6% akibat kurang mengkonsumsi buah; 48,2% akibat kurang aktivitas fisik; dan 23,7% akibat merokok (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007, angka kematian penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2010 (Wiranto, 2012). Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menunjukkan bahwa kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah (Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2012). WHO memperkirakan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005 sampai dengan 2015 di seluruh dunia (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012). Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1.000 penduduk. Di Pulau Jawa, kurang lebih 500.000 penderita kanker terdiagnosis setiap tahunnya. Angka tertinggi prevalensi kanker di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
1
(DIY), yaitu 9,6 per 1.000 penduduk dan angka terendah terdapat di Maluku yaitu 1,5 per 1.000 penduduk (Wiranto, 2012). Menurut Oemiati, et al. (2011), beberapa kanker dengan prevalensi tinggi di Indonesia adalah kanker ovarium, kanker serviks, kanker payudara, kanker kulit, kanker gondok, kanker endokrin, kanker jaringan lunak, kanker kolon, dan kanker hati. Kanker kolon adalah tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum (Siregar, 2007). Di beberapa negara berkembang, kanker kolon merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di antara semua jenis keganasan. Prevalensi tinggi kanker kolon ditemukan pada populasi dengan tingkat ekonomi menengah ke atas (Melinda, 2012). Prevalensi kanker kolon di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil observasi Bagian Patologi Anatomi RSCM Jakarta menunjukkan bahwa pada tahun 1986-1990 penderita kanker kolon berjumlah 275 orang. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi 368 orang pada tahun 1991-1995 dan 584 orang pada tahun 1999-2003 (Melinda, 2012). Salah satu upaya pencegahan kanker dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup dan pola makan. Konsumsi sayuran dan buah secara teratur akan menurunkan risiko kanker karena sayuran dan buah mengandung antioksidan (Jong, 2005). Antioksidan adalah peredam radikal bebas. Penelitian yang ada menyatakan bahwa antioksidan dalam makanan terutama sayur dan buah bersifat protektif terhadap kanker (Silalahi, 2006). Masyarakat yang banyak mengkonsumsi buah dan sayur mempunyai risiko rendah untuk terkena kanker (Soenardi dan Soetardjo, 2005).
2
Saat ini telah banyak dilakukan riset mengenai manfaat berbagai macam tumbuhan, baik sayuran maupun buah, yang ditengarai dapat menurunkan risiko kanker. Namun penelitian mengenai zat aktif yang terkandung di dalamnya, titik tangkap, dosis terapi, dan efek sampingnya masih perlu diteliti lebih lanjut (Widyasari, et al., 2006). Dalam kajian in vitro, salah satu mekanisme untuk menghambat pertumbuhan sel kanker adalah melalui jalur apoptosis, yaitu kematian sel yang terprogram. Apoptosis dapat terjadi melalui jalur yang berbeda, tetapi berakhir pada aktivasi enzim caspase eksekusioner (Mitchell, et al., 2009). Caspase-3, sebagai salah satu caspase eksekusioner memecah nukleus dan mengaktifkan DNase sitoplasmik untuk memecah DNA intranukleus. Oleh karena itu caspase-3 disebut sebagai caspase akhir dan sering digunakan sebagai penanda apoptosis (Mitchell, et al., 2009; Coleman dan Tsongalis, 2010). Salah satu buah yang diduga mempunyai potensi antikanker adalah pepino. Pepino adalah salah satu jenis buah dari famili Solanaceae (terung-terungan). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ekstrak pepino mengandung asam askorbat, alkaloid, karotenoid, dan komponen fenol yang efektif sebagai sumber antioksidan dan senyawa pelawan radikal bebas. Berbagai senyawa aktif yang terkandung dalam pepino tersebut didapatkan dari ekstraksi menggunakan beberapa pelarut yang berbeda (Husnah, et al., 2009 dan Sudha, et al., 2011). Ekstrak aquades dan etanol pepino mengandung senyawa asam askorbat, asam fenolat, dan flavonoid, namun ekstrak aquades mengandung asam
3
askorbat dan total flavonoid yang lebih tinggi daripada ekstrak etanol pepino (Hsu, et al., 2011). Penelitian mengenai efek antioksidan pada pepino belum banyak dilakukan, baik secara in vitro maupun in vivo. Penelitian oleh Ren dan Tang (1999) menyatakan bahwa ekstrak aquades pepino dapat menginduksi apoptosis pada sel kanker kolon HT-29.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pencegahan kanker menjadi isu yang penting. Salah satu cara mencegah kanker adalah mengkonsumsi antioksidan yang berasal dari buah dan sayur. Banyak kandungan antioksidan dalam buah dan sayur serta efeknya terhadap pencegahan kanker yang belum dipelajari. Kajian mengenai efek antioksidan pada buah pepino masih terbatas. Efek ekstrak aquades pepino (Solanum muricatum) terhadap proliferasi sel kanker, khususnya sel kanker kolon WiDr masih menjadi pertanyaan.
C.
Tujuan Penelitian a.
Tujuan Umum Mengetahui
pengaruh
ekstrak
aquades
pepino
(Solanum
muricatum) terhadap proliferasi sel kanker kolon WiDr.
b.
Tujuan Khusus 1. Mengkaji
efek
antiproliferasi
ekstrak
aquades
pepino
(Solanum muricatum) terhadap sel kanker kolon WiDr.
4
2. Mencari nilai IC50 ekstrak aquades pepino pada sel kanker kolon WiDr. 3. Mengkaji efek ekstrak aquades pepino (Solanum muricatum) terhadap pemacuan apoptosis pada sel kanker kolon WiDr dengan melihat ekspresi caspase-3.
D.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai potensi pepino (Solanum muricatum) sebagai sumber antioksidan yang dapat menurunkan risiko kanker, sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai potensi buah tersebut.
E.
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai efek antiproliferasi ekstrak tanaman terhadap sel kanker telah banyak dilakukan, di antaranya adalah “Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa” oleh Ira Djajanegara dan Prio Wahyudi (2009). Penelitian mengenai efek pemberian ekstrak tanaman terhadap apoptosis juga telah dilakukan, yaitu “Ekstrak Etanol Biji Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Meningkatkan Ekspresi Caspase3 Aktif pada Cell Line Ca Colon WiDr” oleh Anis Widyasari, Dwi Retnoningsih, dan Naima Lassie (2006). Beberapa penelitian mengenai pepino yang pernah dilakukan antara lain:
5
1.
“In Vitro Free Radical Scavenging Activity of Raw Pepino Fruit (Solanum muricatum Aiton)” dan “Antioxidant Activity of Ripe Pepino Fruit (Solanum muricatum Aiton)” (Sudha, et al., 2011). Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antioksidan pada buah pepino menggunakan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl), ABTS (2,2'-azinobis(3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonic acid)), OH radical (Hydroxyl Radical),
reducing power,
chelation,
FRAP
(Ferric Reducing Ability of Plasma), dan total antioksidan. Buah pepino diekstraksi menggunakan etil asetat dan didapatkan senyawa terlarut fenol dan flavonoid. Penelitian ini menunjukkan aktivitas senyawa fenol dan flavonoid pada ekstrak etil asetat pepino. 2.
“Analisis Rasio Proteksi Antiulser Sari Buah Pepino (Solanum muricatum Aiton) Menggunakan Mencit sebagai Model Hewan Coba” (Saptarini, et al., 2011). Pada penelitian ini dilakukan pemberian sari buah pepino kepada kelompok mencit intervensi, kemudian dilanjutkan pemberian asam asetat pekat kepada seluruh mencit. Sari buah pepino dapat melindungi lambung dari sifat korosif dari asam asetat pekat, sehingga sari buah pepino bersifat antiulser melalui aktivitas senyawa alkaloid, flavonoid, dan tanin.
3.
“Identifikasi
dan
Antioksidan
Ekstrak
Uji
Aktivitas Kasar
Golongan
Buah
Pepino
Senyawa (Solanum
6
muricatum Aiton) berdasarkan Variasi Pelarut” (Husnah, et al., 2009). Pada penelitian ini, ekstrak kasar pepino dilarutkan ke dalam beberapa macam pelarut untuk mengetahui senyawa aktif yang terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa aktif yang berbeda terlarut pada pelarut berbeda. 4.
“Protective Effects of An Aqueous Extract from Pepino (Solanum muricatum Ait.) in Diabetic Mice” (Hsu, et al., 2011). Penelitian ini menganalisis kandungan asam askorbat, asam fenolat, dan flavonoid pada ekstrak aquades dan ekstrak etanol pepino (Solanum muricatum Ait.), serta menguji efek protektif dari ekstrak aquades pepino
pada
mencit
diabetes.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa ekstrak aquades dan ekstrak etanol pepino mengandung total asam fenolat, namun kandungan asam askorbat dan total flavonoid pada ekstrak aquades pepino lebih tinggi daripada ekstrak etanol pepino. Ekstrak aquades
pepino
diabetes
mencit
dapat melalui
menurunkan mekanisme
perkembangan antioksidatif,
antiinflamasi, dan antiglikatif. 5.
“Extract of Solanum muricatum (Pepino/CSG) Inhibits Tumor Growth by Inducing Apoptosis” (Ren dan Tang, 1999). Penelitian ini menguji kandungan ekstrak aquades pepino terhadap apoptosis sel kanker. Penelitian dilakukan secara in vitro pada sel kanker prostat (PC3, DU145),
7
lambung (MKN45), hati (QGY-7721, SK-HEP-1), payudara (MDA-MB-435), ovarium (OVCAR), kolon (HT-29), dan paru-paru (NCI-H209); dan secara in vivo pada mencit yang diinduksi dengan kanker lambung MKN45. Hasil in vitro dari penelitian ini menunjukkan aktivitas sitotoksik ekstrak aquades pepino terhadap semua sel kanker yang diujikan. Hasil in vivo dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak aquades pepino dapat menurunkan
keparahan
kanker
pada
mencit.
Pada
penelitian di atas dilakukan eksperimen menggunakan sel kanker kolon HT-29. Ekstrak aquades pepino mempunyai efek antiproliferasi pada sel tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk melengkapi hasil penelitian yang ada. Beberapa penelitian in vitro yang telah dilakukan, penelitian untuk mengetahui efek ekstrak aquades pepino (Solanum muricatum) terhadap proliferasi dan pemacuan apoptosis sel kanker kolon WiDr belum pernah dilakukan.
8