BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kematian
merupakan
hal
yang
pasti
akan
dialami
setiap makhluk hidup. Kematian menurut ilmu kedokteran didefinisikan sebagai berhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara permanen (mati klinis).
Kematian ada
yang wajar dan tidak wajar. Kematian yang tidak wajar harus
diselidiki
lebih
lanjut.
Setelah
diadakan
penyelidikan lebih lanjut ditemukan bahwa cara kematian tidak wajar
diantaranya disebabkan oleh pembunuhan,
pemerkosaan, keracunan, bunuh diri, penganiayaan, serta overdosis
narkotika.
Kematian
tidak
wajar
sebagian
besar tidak terdeteksi dan ketika mayat ditemukan sudah mulai membusuk dengan banyak larva lalat di sekujur tubuhnya (Gill, 2005). Penyalahgunaan
narkotika
sudah
menjadi
masalah
mendunia dengan berbagai manifestasi yaitu terjadinya pembunuhan di Amerika Selatan serta banyaknya kematian akibat umum
penyalahgunaan dari
beberapa
obat
yang
pedesaan,
dilakukan kota,
di
maupun
toilet negara.
Kematian akibat penyalahgunaan obat merupakan masalah
1
bagi semua strata sosial baik bagi golongan tingkat ekonomi menengah keatas maupun golongan ekonomi lemah. Hal ini penting bagi praktisi forensik untuk mengetahui jenis obat yang sering disalahgunakan serta mengetahui tanda dan gejala penyalahgunaan obat pada pemeriksaan fisik
baik
dalam
keadaan
hidup
atau
mati(Shepherd,
2003). Setiap hari di Amerika Serikat dua ribu lima ratus remaja
usia
dua
menyalahgunakan pertama
belas
obat
kalinya.
hingga
tujuh
belas
tahun
rasa
sakit
untuk
penghilang
Penyalahgunan
obat-obatan
menjadi
masalah yang paling umum di Amerika Serikat serta
di
beberapa negara lain yaitu Eropa, Afrika selatan dan Asia. Di Amerika serikat lebih dari lima belas juta pengguna yaitu
obat-obatan
cocaine,
mengkombinasikan
hallucinogen,
beberapa
inhalant
serta
obat
morfin.
Pada tahun 2005, di Amerika terdapat 22.400 kematian yang diakibatkan overdosis opioid (Patricia, 2015). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia,
tindak
pidana
narkoba
di
Indonesia
tahun
2007-2011 cenderung meningkat. Jumlah kasus Narkotika dari
tahun
dua
ribu
tujuh
hingga
dua
ribu
sebelas
2
sejumlah
11.380,
10.008,
11.135,
17.834
dan
19.045
(Indrianny, 2012). Salah
satu
prosedur
dalam
pemeriksaan
jenazah
adalah dengan mengirimkan larva serangga yang ditemukan ke
laboratorium
parasitologi
untuk
mengetahui
umur
larva sebagai penunjang dalam perkiraan waktu kematian. Dengan hasil investigasi serangga dapat diketahui Post Mortem Interval seseorang. adalah
waktu
manusia
sejak
ataupun
Post Mortem Interval (PMI)
kematian
hewan
terjadi
sampai
pada
seorang
ditemukannya
jenazah
tersebut yang dapat diartikan sebagai perkiraan waktu kematian(Anderson, keberhasilan
1999).
dalam
disebabkan
oleh
merupakan
hal
PMI
dapat
investigasi
tindakan yang
kematian,
maupun
sangat
menjadi
non
penting
kunci
baik
yang
kriminal. dalam
PMI
proses
investigasi pada kasus pembunuhan dan kasus kematian lain
yang
tidak
diketahui
saat
kematiannya(Buchan
&
Anderson, 2001). Estimasi secara akurat PMI sangat
penting
terdapat
dalam
beberapa
mengestimasi
investigasi
metode
postmortem
forensik, analisis
yang
merupakan hal yang kematian.
dapat
interval.
Saat
digunakan Pada
ini
untuk
entomologi
serangga yang terdapat pada jenazah
3
dapat
menentukan
postmortem estimasi
waktu
interval. postmortem
metode
ini
ketika
jenazah
kematian
Terdapat interval
bergantung
dua
atau
pendekatan
untuk
menggunakan
terhadap
ditemukan.
seseorang
status
Metode
serangga, dekomposisi
pertama
dengan
analisis kolonisasi dari serangga pada jenazah, metode kedua adalah dengan mengamati perkembangan lalat imatur yang
terdapat
pada
jenazah.
Penggunaan
pendekatan
tersebut bergantung kepada cuaca, iklim, lokasi serta kondisi
jenazah.
mempengaruhi morphin,
Terdapat
kecepatan
opiate,
tioridazine,
obat
pertumbuhan
cocaine,
amitryptiline,
beberapa
diazepam,
methohexital,
serangga
barbiturate,
nortriptyline,
yang
dapat yaitu
clomipramine,
levomepromezine,
hydrocortisone,
methadone,
sodium
methamphetamine,
phencyclidine, serta malathion(Verma & Paul, 2013). Berdasarkan dapat
penjelasan
mempengaruhi
bahwa
pertumbuhan
obat-obat
larva
lalat
tertentu sehingga
dapat menyebabkan kurang tepatnya prediksi PMI. Yang mana
PMI
kematian,
menjadi maka
kunci
penelitian
keberhasilan ini
akan
investigasi
mendeskripsikan
karakteristik serangga yang terdapat pada bangkai tikus
4
yang diberikan morfin dosis letal baik dari segi jenis maupun pertumbuhan serangga. B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan, disimpulkan beberapa masalah yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan genus larva serangga yang terdapat pada bangkai tikus yang terpapar morfin dan kontrol? 2. Apakah terdapat perbedaan urutan kedatangan larva serangga pada bangkai tikus yang terpapar morfin dan kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan pertumbuhan serangga pada bangkai tikus yang terpapar morfin dan kontrol? C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah 1. Membandingkan genus larva serangga pada bangkai tikus putih strain wistar yang terpapar morfin dan kontrol.
5
2. Membandingkani pada
bangkai
urutan tikus
kedatangan yang
larva
terpapar
serangga
morfin
dan
kontrol. 3. Membandingkan
pertumbuhan
larva
serangga
pada
bangkai terpapar morfin dengan kontrol. D.
Keaslian Penelitian Penelitian mengenai larva serangga pada bangkai
tikus
yang terpapar morfin dalam kepentingannya untuk
perkiraan
PMI
penelitian larva
berdasarkan
yang
sesuai
Penelitian
serupa
dengan
ini
referensi
karena
letak
berbeda
jenis
geografis
dengan
belum dan
terdapat
daur
suatu
penelitian
hidup
daerah.
sebelumnya
karena penelitian ini mengidentifikasi genus serangga yang terdapat pada bangkai tikus serta dilakukan di lingkungan terbuka sehingga serangga datang dan tumbuh secara alamiah. Adapun penelitian sebelumnya yaitu: 1. Faizal,
Djoko
&
Shidarta
(2011)
melakukan
penelitian dengan judul Paparan Morfin Dosis Letal pada
Bangkai
Sarcophaga
Tikus bertempat
terhadap di
Pertumbuhan
Malang.
Larva
Penelitian
menjabarkan pengaruh Morfin terhadap bangkai tikus
6
yang
diberikan
yang
dibunuh
morfin
dibandingkan
dengan
dislokasi
tikus
wistar
cervical
dengan
desain penelitian eksperimental laboratorium dengan seting ruangan bersuhu antara 23 C-26 C. Penelitian yang
dilakukan
penulis
berbeda
dalam
hal
seting
tempat. 2. Bayu,
(2012)
melakukan
penelitian
dengan
judul
Perubahan Kecepatan Larva Lalat Chrysomyia sp. Pada bangkai tikus yang Mengandung Berbagai Kadar Morfin bertempat penulis
di
Malang.
berbeda
prosedur
Penelitian
dalam
persiapan
perlakuan tikus
yang
dilakukan
pemberian
obat,
seting
tempat
dan
penelitian. E.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini antara lain: 1.
Dapat
membantu
kedokteran
pemecahan
forensik
masalah
terutama
dalam
dalam
bidang mengusut
kematian akibat penyalahgunaan narkotika. 2.
Bagi
civitas
akademika
berguna
untuk
menambah
referensi tentang entomologi forensik.
7
3.
Bagi
peneliti
lainnya
dapat
bermanfaat
sebagai
acuan penelitian selanjutnya.
8