BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 1 - 3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut harus dijaga kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak dalam perawatan di rumah sakit. Bermain merupakan aktivitas yang dapat dilakukan anak sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dan bermain pada anak di rumah sakit sebagai media bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi dan distraksi perasaan yang tidak nyaman (Supartini, 2004). Perasaan cemas merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Dalam penelitiannya Halstroom & Elander (1997), Brewis (1995) & Brennam (1994) membuktikan bahwa hospitalisasi anak dapat menjadi suatu permasalahan yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerjasama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stres bagi anak dan orang tuanya, baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan atau ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri (Supartini, 2004). 1
2
Menurut Supartini (2004), terapi bermain merupakan terapi pada anak yang menjalani hospitalisasi. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bermain sangat diperlukan untuk perkembangan anak. Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stres baik pada anak maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri (Nursalam, 2003). Dalam penelitian Axline (1998) menunjukkan bahwa, terapi bermain merupakan terapi untuk mengobati anak yang sedang sakit. Karena pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti cemas. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004). Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh pasien anak terutama usia 1 -3 tahun yang dirawat di rumah sakit. Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut, yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, 1999). Untuk itu, dengan melakukan permainan akan terlepas dari kecemasan yang dialaminya karena dengan
3
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainan dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Namun pada masyarakat umumnya kebanyakan orang tua belum mengetahui pentingnya bermain pada anak yang masih sakit atau dirawat di rumah sakit. Bahkan menurut Safriyani (2000), ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Padahal pendapat itu kurang begitu tepat, karena masa bermain anak merupakan aktivitas yang sangat diperlukan untuk stimulus tumbuh kembangnya, sering kali terjadi juga bahwa setelah anak dirawat di rumah sakit, aspek tumbuh kembangnya diabaikan. Petugas rumah sakit hanya memfokuskan pada bagaimana agar penyakitnya sembuh. Walaupun anak dalam kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit, tetapi bermain perlu dilaksanakan agar anak tidak merasa cemas. Untuk itu perlu diperhatikan permainan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dengan
bermain,
anak
melepaskan
ketakutan,
kecemasan,
mengekspresikan kemarahan dan permusuhan, bermain merupakan cara koping yang paling efektif untuk mengurangi kecemasan. Alasan peneliti memilih lokasi RSUD Tugurejo Semarang karena berdasarkan data jumlah pasien anak usia 1 – 3 tahun pada bulan Januari 2007 sampai Desember 2007 dari bangsal anak RSUD Tugurejo Semarang mencapai 50 % per bulannya dari jumlah keseluruhan anak yang dirawat, dan sebagian besar anak tersebut mengalami kecemasan tingkat sedang. Program terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak di RSUD Tugurejo Semarang sedang dirintis dan sampai saat ini tempat sudah tersedia,
4
tetapi sarana belum lengkap. Dari hasil survey sampai saat ini di RSUD Tugurejo Semarang tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak. Dari fenomena tersebut peneliti menilai pentingnya dilaksanakan penelitian yang memfokuskan pada “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Todler akibat hospitalisasi di RSUD Tugurejo Semarang”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti merumuskan permasalahan yaitu “Apakah ada pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan pada anak usia todler akibat hospitalisasi di RSUD Tugurejo Semarang ?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan pada anak usia todler akibat hospitalisasi di RSUD Tugurejo Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak usia todler akibat hospitalisasi sebelum dilaksanakan terapi bermain. b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan anak usia todler akibat hospitalisasi saat dirawat di rumah sakit setelah dilaksanakan terapi bermain.
5
c. Menganalisis pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia todler akibat hospitalisasi di RSUD Tugurejo Semarang.
D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa : 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan evaluasi dan masukan tentang asuhan keperawatan anak, khususnya pemberian terapi bermain sebagai upaya menurunkan kecemasan anak
selama
hospitalisasi
untuk
meningkatkan
kualitas
pelayanan
keperawatan. 2. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian ilmiah. 3. Bagi Pembaca Sebagai bahan pemikiran untuk dapat dikembangkan dan dijadikan acuan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi tentang pentingnya pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak saat dirawat di rumah sakit.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang kesehatan anak dengan menekankan bidang keperawatan khususnya tingkat kecemasan anak akibat hospitalisasi.