BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Pengembangan kedelai telah memberi kontribusi terhadap perekonomian nasional (PDB sub sektor tanaman pangan) meskipun nilainya masih relatif kecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya. Ditingkat petani, kedelai masih dianggap sebagai tanaman sampingan, tanaman sela atau tanaman untung-untungan. Untuk mengatasi itu maka upaya peningkatan produksi kedelai perlu diikuti dengan usaha menyadarkan petani menjadi profesional dalam berusahatani sehingga produktivitas kedelai dapat meningkat (BPS, 2009).
Sampai saat ini, kedelai bisa dikatakan masih menjadi salah satu komoditas pangan yang sangat penting di Indonesia. Hal ini antara lain diindikasikan dari tingginya gejolak yang timbul akibat kenaikan harga kedelai yang cukup tinggi beberapa waktu lalu. Di sisi lain, kejadian kenaikan harga kedelai yang mengguncangkan perekonomian ternyata memberi hikmah kepada kita untuk berpikir kembali bahwa aspek ketahanan pangan yang bertumpu pada kekuatan sendiri merupakan perihal yang memang harus digalakkan dan diwujudkan dalam kehidupan penduduk, terutama bila kita tidak ingin selalu bergantung pada negara lain (Adisarwanto, 2008).
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan seperti kecap, tahu dan tempe. Kacang kedelai merupakan salah satu sumber
1 Universitas Sumatera Utara
protein nabati dan minyak nabati bagi tubuh. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910 (http://rileks.com, 2009).
Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan ditingkat nasional, khususnya ketersediaan bahan pangan kedelai, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan produksinya dan tentunya harus diprogramkan secara teliti, terencana, berjangka panjang, dan tepat sasaran. Tujuan utamanya tak lain adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri secara bertahap bila pemenuhan kedelai melalui impor bisa berkurang atau hanya dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri benar-benar tidak dapat dipenuhi (Adisarwanto, 2008).
Petani dan keluarganya diharapkan mengelola usaha taninya dengan penuh kesadaran, melakukan pilihan-pilihan yang tepat dari alternatif yang ada melalui bantuan penyuluh pertanian dan pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena itu, petani yakin akan mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan.
Kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,20 ton/tahun. Dari jumlah tersebut, produksi dalam negeri hanya mampu mencukupi 35−40% sehingga kekurangannya (60−65%) dipenuhi dari impor. Kenaikan harga kedelai di pasar dunia yang mencapai 100% menyebabkan harga kedelai di dalam negeri meningkat tajam, yaitu dari sekitar Rp3.500/kg pada akhir tahun 2007 dan menjadi Rp7.500/kg pada awal tahun 2008. Kenaikan harga tersebut pada gilirannya akan meningkatkan harga bahan pangan berbahan baku kedelai seperti tahu dan tempe yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kenaikan harga kedelai diharapkan akan menarik petani untuk
Universitas Sumatera Utara
kembali menanam kedelai yang selama ini ditinggalkan karena dinilai tidak menguntungkan. Selain itu, melalui berbagai program, pemerintah juga terus berupaya menaikkan produksi kedelai nasional menuju swasembada pada tahun 2010-2012 (Departemen Pertanian 2008).
Menurut BPS (2009) menyatakan bahwa tidak seperti komoditi padi dan jagung, luas panen dan produksi kacang kedelai justru mengalami penurunan yang sangat signifikan (mencolok) terutama dari tahun 2005 ke tahun 2006, untuk luas panen yaitu turun sebesar 54,56 persen yaitu turun dari 3.501 hektar tahun 2005 menjadi 1.591 hektar tahun 2006. Tahun 2007 luas panen kacang kedelai juga menurun menjadi 1.224 hektar atau penurunan rata-rata selama tiga tahun terakhir sebesar 38,82 persen. Sementara produksinya juga mengalami penurunan yang sejalan dengan penurunan luas panen, yaitu tahun 2005 sebesar 5.101 ton turun menjadi 2.284 ton tahun 2006 atau turun 55,22 persen dan kembali menurun pada tahun 2007 menjadi sebesar 1.761 ton atau turun sebesar 22,90 persen. Jadi, dalam tiga tahun terakhir secara keseluruhannya diperkirakan turun sebesar rata-rata 39,06 persen per tahunnya.
Sedangkan produktifitasnya mengalami kenaikan yang tidak signifikan dari tahun 2005 ke 2006 yaitu 14,31 kwintal per hektar atau 1.431 ton/Ha tahun 2005 menjadi 14,35 kwintal per hektar atau 1.435 ton/Ha tahun 2006 atau naik 0,28 persen dari tahun 2007 kembali naik menjadi 14,39 kwintal per hektar atau 1.439 ton/Ha atau naik 0,28 persen. Secara keseluruhan dalam tiga tahun terakhir rata-rata kenaikan produktivitas kacang kedelai sebesar 0,28 persen setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Produksi Kacang Kedelai Menurut Kabupaten/Kota 2002-2006 (ton) Kabupaten/Kota Regency/City Kabupaten/Regency 1. N i a s 2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. A s a h a n 9. Simalungun 10. D a i r i 11. K a r o 12. Deli Serdang 13. L a n g k a t 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Bharat 17. Samosir 18. Serdang Bedagai 19. Batu Bara 20. Padang Lawas Utara 21. Padang Lawas Kota/City 22. S i b o l g a 23. Tanjung Balai 24. Pematang Siantar 25. Tebing Tinggi 26. M e d a n 27. B i n j a i 28. Padangsidimpuan Jumlah/Total Sumber:
2002 98 173 800 195 11 0 169 465 500 0 0 3 675 2 918 0 0 0 0 0 0 0 0
2003 32 2 045 1 141 201 24 47 658 179 1 670 0 0 2 133 2 277 0 0 0 0 0 0 0 0
2004
2005
2006
0 2 149 1 539 12 1 22 1 152 228 60 0 0 5 288 1 842 0 2 0 0 0 0 0 0
0 2 232 1 428 43 1 0 660 634 31 0 0 4 034 3 018 0 1 0 63 3 468 0 0 0
0 198 1 142 218 0 0 327 291 38 0 69 1 467 2 282 0 0 0 41 643 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 2 2 21 10 3 5 19 2 172 11 14 0 12 17 10 197 10 466 12 333 BPS Sumatera Utara, 2009
0 0 0 6 10 142 22 15 793
0 0 0 3 10 296 17 7 042
Rendahnya produksi kedelai di dalam negeri juga ikut berdampak pada krisis kedelai saat ini. Persoalan yang sebenarnya bukan pada rendahnya ketersediaan kedelai didalam negeri. Akar dari krisis kedelai di dalam negeri adalah buruknya kinerja produksi dan produktivitas kedelai di dalam negeri. Kinerja produksi kedelai yang buruk tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi dan teknologi serta produktivitas kedelai yang
Universitas Sumatera Utara
buruk terlihat dari semakin sempitnya luas lahan kedelai dibandingkan jumlah permintaan kedelai yang semakin meningkat.
Selain itu, ada persepsi ditengah-tengah masyarakat yang beranggapan bahwa kedelai tidak cocok untuk ditanam didaerah tropika. Persepsi ini sebenarnya tidak salah, tetapi saat ini telah banyak dilakukan uji varietas dan uji daya adaptasi beberapa varietas kedelai unggul sehingga varietas kedelai yang telah dilepas kepada petani sudah sesuai dan cocok dengan lingkungan tumbuh yang ada didaerah tropika. Namun, pada prakteknya di lapangan masih terbentur oleh kendala teknis dan masalah faktor sosial ekonomi, terutama dalam hal penerapan budidayanya. Hal inilah penyebab target produksi kedelai yang optimal tidak tercapai (Adisarwanto, 2008).
Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang telah dihasilkan, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani. Disamping itu, pasar komoditas kedelai masih terbuka lebar. Upaya untuk menekan laju impor dapat ditempuh melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Strategi pengembangan sistem produksi kedelai yang dapat ditempuh meliputi: 1) pemanfaatan VUB dan penerapan teknologi budidaya tepat guna, 2) pemanfaatan lahan yang masih luas untuk perluasan areal tanam kedelai, baik sebagai tanaman utama maupun tanaman sela, 3) penyediaan kredit lunak yang mudah diakses petani, 4)
Universitas Sumatera Utara
revitalisasi penyuluhan, 5) pemanfaatan tenaga yang terbatas untuk menekan kehilangan hasil dan, 6) penggunaan alsintan sederhana yang terjangkau sesuai dengan keterbatasan modal.
Kebijakan pengembangan kedelai diarahkan kepada: 1) intensifikasi kedelai untuk meningkatkan produktivitas, 2) introduksi teknologi biaya rendah untuk menekan biaya produksi, 3) pengembangan teknologi, 4) perluasan areal tanam untuk meningkatkan luas panen dan produksi kedelai, 5) peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan anomali iklim.
Program pengembangan sistem produksi meliputi: 1) penggunaan varietas unggul dan pemupukan berimbang yang dikemas dalam pengelolaan sumber daya dan tanaman terpadu (PTT), 2) pemanfaatan sumber-sumber pertumbuhan produksi, 3) budidaya kedelai hemat lahan, air, tenaga kerja, dan input kimiawi, 4) penyediaan kredit dan pendampingan untuk penerapan teknologi PTT, 5) penanaman kedelai pada Musim Kering di lahan tidur, 6) pelatihan penyuluh dalam identifikasi dan penanggulangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) serta anomali iklim (Departemen Pertanian, 2007).
Untuk mencukupi kebutuhan kedelai dengan sasaran menekan laju impor menjadi 40% pada tahun 2010 dan menuju swasembada pada tahun 2015 diperlukan upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri rata-rata 9,72% per tahun, dan peningkatan areal tanam serta produktivitas kedelai diproyeksikan meningkat masing-masing 7,25% dan 2,25% per tahun. Dengan skenario ini, 60% kebutuhan kedelai tercukupi pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2010 dan swasembada kedelai akan dicapai pada tahun 2015 (Departemen Pertanian, 2007)
Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produktivitas usaha tani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usaha taninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usaha tani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunakan teknologi yang didorong oleh aspek sosial dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja, dkk, 2004).
Produksi kedelai dalam negeri terus menurun seiring dengan merosotnya areal tanam. Untuk mencukupi permintaan kedelai dalam negeri yang terus meningkat, maka perlu dilakukan peningkatan produksi kedelai melalui perluasan areal tanam. Dilihat dari sisi petani, merosotnya luas areal tanam kedelai menunjukkan kurangnya partisipasi petani untuk menanam kedelai karena dinilai tidak menguntungkan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan produktivitas kedelai berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi dan teknologi, untuk mendorong partisipasi petani menanam kedelai.
Mengacu pada hal tersebut maka harus ada peran antara petani dan penyuluh agar terjadi suatu perubahan yang dalam hal ini peningkatan produktivitas. Konsumsi kedelai oleh masyarakat Indonesia dipastikan akan terus meningkat setiap tahunnya mengingat beberapa pertimbangan seperti: bertambahnya populasi penduduk, peningkatan pendapatan per kapita, dan kesadaran masyarakat akan gizi makanan maka perlu peningkatan produktivitas kedelai dengan melihat aspek sosial, ekonomi dan teknologi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam era globalisasi saat ini, teknologi memegang posisi kunci menghasilkan produksi kedelai yang optimal. Oleh karena itu, penguasaan teknologi produksi menjadi amat penting bagi petani dalam meningkatkan usahatani kedelainya. Sukses tidaknya penerapan teknologi produksi kedelai bisa dilihat dari tingkat produktivitas yang dapat dicapai petani.
Sampai saat ini, tingkat adopsi atau penerapan paket teknologi produksi kedelai oleh petani dinilai masih rendah dan senadainya sudah ada, petani tidak menerapkannya secara terpadu semua komponen teknologi yang dianjurkan, melainkan hanya satu atau dua komponen yang dianggap paling penting saja. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan pendekatan kebijakan yang bersifat teknis maupun non teknis agar penerapannya bisa meningkat sehingga dapat menekan besarnya kesenjangan hasil di tingkat petani. Besarnya senjang hasil tersebut sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh faktor biofisik lahan dan kondisi sosial ekonomi dalam proses alih teknologi (Adisarwanto, 2008).
Tercapainya tingkat produksi kedelai merupakan hasil keterpaduan partisipasi petani dalam penanaman, penerapan teknologi budidaya, kerja sama dalam kelompok yang ditunjang oleh kelancaran pelayanan dan penyuluhan. Pemerintah mengharapkan petani melakukan intensifikasi dalam penanaman kedelai. Dalam upaya untuk mengurangi beban impor dan mengantipasi permintaan yang terus meningkat dimasa mendatang, pemerintah telah mencanangkan untuk memperluas pengembangan kedelai dengan memanfaatkan lahan berpotensi yaitu lahan-lahan yang dapat ditanami kacang kedelai, antara lain: lahan sawah (irigasi teknis, ½ teknis, dann lahan sawah tadah hujan), lahan kering (masam dan non masam), serta lahan pasang surut. Lahan sawah irigasi teknis
Universitas Sumatera Utara
memiliki potensi produktivitas yang paling optimal karena tingkat kesuburan tanahnya relatif subur serta ketersediaan air irigasi yang cukup dengan pola tanam kedelai-padipadi.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi dan teknologi apa saja yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Beringin.
1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang antara lain: 1. Apa saja faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian? 2. Apa saja faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian? 3. Apa saja teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian? 4. Bagaimana pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi pertanian dan teknologi terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1.
Untuk menganalisis faktor-faktor sosial yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
2.
Untuk menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.
3.
Untuk menganalisis teknologi yang mempengaruhi produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.
4.
Untuk menentukan bagaimana pengaruh beberapa faktor sosial ekonomi pertanian terhadap produktivitas kacang kedelai di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam peningkatan produktivitas pada kacang kedelai serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara