I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang sedang dikembangkan di Indonesia karena menjadi salah satu tanaman pangan penting setelah beras dan jagung, sehingga kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun sebagian besar mengimpor karena kebutuhan kedelai yang tinggi. Konsumsi kedelai di Indonesia dalam setahun mencapai 2,25 juta ton, sementara jumlah produksi nasional mampu memasok kebutuhan kedelai hanya sekitar 779 ribu ton. Kekurangan pasokan sekitar 1,4 juta ton, ditutup dengan kedelai impor dari Amerika Serikat. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi kedelai, hingga saat ini impor kedelai cenderung meningkat (Kemendag, 2013) Kebutuhan kedelai nasional meningkat setiap tahunnya, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi makanan dan berkembangnya industri pangan dan pakan ternak. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan (tahun 2010-2014) kebutuhan kedelai setiap tahunnya ± 2.300.000 ton biji kering (Ditjen Tanaman Pangan, 2013). Kemampuan produksi dalam negeri saat ini (tahun 2011) baru mampu memenuhi sebanyak 851.286 ton atau 37,01% dari kebutuhan (BPS, 2011). Sedangkan berdasarkan data BPS tahun 2012 baru mencapai 783.158 ton atau 34,05%, sehingga untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut dipenuhi dari
1
2
impor. Indonesia saat ini mendapatkan pasokan kedelai terbesar dari Amerika dan Argentina ( BPS, 2012). Perkembangan impor biji kedelai mulai tahun 2000 terus meningkat secara konsisten setiap tahunnya diatas satu juta ton dan pada tahun 2012 mencapai dua juta ton lebih yaitu sebesar 2,128 juta ton. Trend impor biji kedelai selama kurun waktu 13 tahun menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ketahun. Dipihak lain, menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengakibatkan harga barang impor menjadi mahal dan menimbulkan kesulitan bagi industri yang bahan bakunya bergantung pada impor, antara lain industri tahu dan tempe (BPS, 2012). Perkembangan impor kedelai dari tahun 2000 sampai dengan 2012 dapat kita lihat pada Gambar 1.1. 2500000 Tahun 2000000
Volume impor (ton)
1500000 1000000 500000 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber: BPS, 2012 Gambar 1.1. Volume Impor Biji Kedelai Selama Tahun 2000-2012
Total produksi kedelai dunia selama kurun waktu 2008-2012 masih didominasi oleh produksi Amerika Serikat dengan mencapai produksi 80,0 juta
3
ton/tahun, Brasil 65,7 juta ton/tahun dan Argentina 51,5, juta ton/tahun. Ketiga Negara tersebut menguasai sekitar 70% pangsa produksi. Disisi lain, Indonesia masih jauh di bawah 1 juta ton/tahun (Adisarwanto, 2014). Trend peningkatan impor biji kedelai diikuti dengan penurunan luas areal tanam. Selama lima tahun terakhir, diketahui bahwa perkembangan luas areal tanam kedelai di Indonesia di tingkat dunia masih jauh di bawah Amerika Serikat, Brasil dan India. Perkembangan areal tanam di Indonesia dapat diliahat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perkembangan areal panen, Produktivitas, dan Produksi kedelai di Indonesia Peroide tahun 2009-2013 Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS,2014.
Luas Panen(Ha) 722791 660823 622254 567624 550797
Produktivitas(Ku/Ha)
Produksi(Ton)
13.48 13.73 13.68 14.85 14.16
974512 907031 851286 843153 780163
Dari Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa luas areal panen kedelai selama lima tahun terkahir (2009-2013) menunjukkan penurunan, yaitu dari 722.791 ha menjadi 550.797 ha. Produksi kedelai nasional masih rendah misalnya pada tahun 2013 hanya mencapai 14.16 kuintal/ha, padahal ditingkat penelitian dan percobaan memiliki potensi produksi mencapai 2 ton/ha atau lebih (Deptan, 2008). Luas areal panen sangat mempengaruhi jumlah produksi. Trend penurunan areal panen kedelai juga terjadi di Provinsi Bali 2009 dari 9.378/ha (tahun 2009)
4
menjadi 5.605/ha (tahun 2013). Trend penurunan jumlah produksi dapat kita lihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Perkembangan Areal Panen, Produktivitas, dan Produksi kedelai di Provinsi Bali peroide tahun 2009-2013 Tahun
Luas Panen(Ha)
2009 2010 2011 2012 2013
9,378 4,827 6,896 6,344 5,605
Produktivitas( Ku/Ha) 14.42 11.51 12.33 12.94 13.26
Produksi(Ton) 13,521 5,554 8,503 8,210 7,433
Sumber : BPS, 2014.
Total produksi kedelai tahun 2013 tercatat mengalami penurunan sebesar 777 ton (9,46%) bila dibandingkan produksi kedelai tahun 2012. Luas tanaman berkurang 739 hektar (11,65%), terutama pada subround I (Januari-April) dan subround III (September-Desember) 2013 (BPS, 2014). Berkurangnya produksi kedelai antara lain menurunnya volume program bantuan langsung benih unggul dari pemerintah pusat dan daerah serta harga yang belum menjanjikan. Penyebab lain adalah gairah petani untuk menanam kedelai menurun dipicu oleh kedelai impor yang masuk dengan harga yang lebih murah (Deptan, 2008). Produksi kedelai tahun 2013 di Bali tersebar di masing-masing Kabupaten/Kota. Kabupaten Klungkung merupakan pemberi konstribusi produksi kedelai terbesar yakni mampu berproduksi 2.150 ton biji kering (28,93%), disusul Badung 1.905 ton (25,63%), Jembrana 1.702 ton (22,90%), sedangkan kabupaten/kota lainnya seperti Tabanan, Gianyar, Denpasar, Karangasem, Buleleng dan Bangli hanya mampu berkonstribusi dibawah 10% (BPS, 2014).
5
Tingkat harga kedelai tahun 2013 sudah dalam batas kewajaran dengan selisih harga yang jauh dari harga jual komoditas kedelai di tingkat pengrajin (HJP) tahu/tempe yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 7.700,00/kg sesuai Peraturan Menteri Perdagangan. Disisi lain, kenaikan harga kedelai merupakan hal yang sangat diharapkan oleh petani. Kenaikan harga kedelai ini tentunya merupakan peluang bagi pengembangan industri perbenihan kedelai di Indonesia (Permendag No.37/M-DAG/PER/7/2013). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian perlu menggalakkan budidaya tanaman kedelai melalui program-program yang dapat mendukung petani kedelai lebih produktif. Untuk itu perlu penetapan kawasan atau sentra pengembangan budidaya kedelai dengan bantuan penuh kepada petani, sehingga para petani bisa mandiri dan mencapai keekonomisan dengan memperhitungkan kecukupan kebutuhan dalam negeri. Upaya peningkatan produksi terus dilakukan walaupun terjadi penurunan luas areal panen. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan benih yang bermutu. Penyediaan benih kedelai bermutu selama ini mengandalkan sistem jaringan benih antar lapang dan musim (Jabalsim). Pemerintah perlu mendorong pengembangan penangkar benih kedelai dan kerjasama dengan produsen benih yang sudah ada, seperti penangkar benih kedelai yang ada di petani. Penangkaran benih kedelai saat ini yang sedang berkembang di Provinsi Bali berada di Subak Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung dan merupakan satu-satunya penangkar benih kedelai yang ada di Kabupaten
6
Klungkung. Subak Kusamba dengan luas 101 ha yang terbagi menjadi empat tempek, yaitu Tempek Nengah, Tempek Uma Kutuh, Tempek Taman Sari dan Tempek Uma Gelgel dengan jumlah petani sebanyak 308 orang. Namun tidak seluruh anggota Subak yang ikut dalam penangkaran ini.Jumlah petani yang ikut dalam penangkaran benih kedelai berjumlah 25 orang yang berada dalam satu wilayah tempek uma kutuh. Banyak hal yang perlu diketahui dalam sistem penangkaran benih kedelai yang ada di Subak Kusamba ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai sistem usahatani, untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani penangkar benih kedelai dan kendala-kendala yang dihadapi baik kendala teknis maupun non-teknis. Sehingga diharapkan akan ada gambaran mengenai pendapatan petani dari usahatani dan sistem penangkaran benih kedelai tersebut. Untuk itu penangkaran benih kedelai yang ada di Subak Kusamaba ini sangat menarik untuk dikaji. 1.2
Rumusan Masalah Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai
berikut. 1.
Seberapa besar pendapatan yang diterima oleh petani sebagai penangkar benih kedelai di Subak Kusamba, Kabupaten Klungkung?
2.
Kedala apa saja yang dihadapi dalam usaha tani penangkaran benih kedelai di Subak Kusamba, Kabupaten klungkung?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
7
1.
Mengetahui pendapatan yang diterima oleh petani sebagai penangkar benih kedelai di Subak Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.
2.
Mengetahui kedala-kendala yang dihadapi dalam usaha tani penangkaran benih kedelai di Subak Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten klungkung
1.4
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut. 1.
Peneliti Penelitian ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi peneliti untuk memeperoleh data dan gambaran mengenai sistem usaha tani penangkaran benih kedelai.
2.
Penangkar Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pendapatan yang diterima oleh petani sebagai penangkar benih kedelai.
3.
Instansi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran-saran kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Klungkung, dan Instansi lainnya yang terkait untuk menentukan kebijakan untuk meingkatkan kualitas dan kuantitas benih kedelai yang berkelanjutan di Provinsi Bali pada khususnya.
8
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian mencakup analisis pendapatan yang
mencakup jumlah penerimaan total/total revenue (TR) besarnya Biaya total/Total Cost (TC) pendapatan usahatani (TR-TC) dan R/C Ratio usahatani penangkaran benih kedelai dalam satu kali musim tanam. Selain itu, dikaji lebih dalam mengenai kendala teknis dan non-teknis yang dihadapi oleh petani sebagai penangkaran benih kedelai.