BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kebutuhan nutrisi setiap orang dimulai dari sarapan. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah, 2012). Sarapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang dan bermanfaat dalam mencegah hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah, dan mencegah dehidrasi setelah berpuasa sepanjang malam (Gibson & Gunn, 2011). Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010). Tetapi setelah dilakukan survei di kawasan Menteng, Jakarta Pusat diketahui hasilnya sebagai berikut:
1 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2 60
53,5
40
26,4 15,5
20
4,6
0 Persentase Sarapan Tidak sarapan karena susah makan di pagi hari Tidak sempat sarapan Tidak lapar di pagi hari Tidak Sarapan karena takut gemuk
Gambar 1.1 Hasil survei persentase sarapan di Menteng, Jakarta Pusat Sumber: Survei Belvita, 2016 Jika dilihat dari hasil survei, maka peluang untuk produk sarapan cukup besar karena adanya beberapa orang yang tidak sarapan dengan alasan tidak sempat. Hal tersebut menjadi celah untuk memunculkan inovasi produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dalam hal sarapan. Beberapa survei yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa daftar sepuluh besar makanan yang diberikan kepada anak di bawah enam tahun untuk sarapan tetap tidak berubah sejak enam tahun terakhir. Pilihan utama tetap terletak pada kecepatan menyiapkan dan kepraktisan dalam mengkonsumsi. Mc Donald dan beberapa raksasa restoran cepat saji lainnya cepat merespon fenomena tersebut dan saat ini mereka cukup asyik menangguk rejeki di pasar sebesar tidak kurang dari 40 milyar dolar ini dengan menyajikan menu portable yang murah harganya. Dengan hampir 14,000 gerainya di seluruh daratan Amerika, Mc Donald sangat menikmati dominasi bisnis makan pagi ini dan bisnis ini segera
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3 menjadi bidang usaha yang paling cepat pertumbuhannya dalam perusahaan (anonim, 2016) Pasar sarapan sebesar itu tentu saja akan menggiurkan pemain fast food lainnya seperti Taco Bell, Del Taco dan bahkan Starbucks. Gerai kopi yang satu ini mulai sadar akan besarnya “morning market” ini ketika banyak dari pelanggannya membawa produk pesaing pada saat menikmati sarapan di gerainya, maka segera saja diciptakan produk sarapan yang berharga sekitar 3 dolar yang belakangan ternyata sangat digemari pelanggan mereka. Lebih menarik lagi ternyata bahwa produk tersebut dicari tidak hanya pada waktu sarapan, tetapi varian tersebut kemudian malah menjadi menu kegemaran sepanjang hari, “People wants breakfast all day at Starbucks” demikian menurut eksekutif mereka. Perpaduan antara kopi lezat dan produk sarapan yang tepat ini kemudian ternyata telah menjadi salah satu keunggulan kompetitif dari Starbucks (anonim, 2016) Improvisasi lebih jauh dengan menyediakan drive-through corner dan jam buka yang lebih pagi juga dilakukan oleh beberapa restoran fast food lainnya dan menjadi feature standar dari sebuah restoran siap saji modern. Walaupun bisnis ini menurut beberapa studi akan mengalami masa sulit karena meningkatnya harga bahan pangan akhir-akhir ini, tetapi pola konsumsi yang telah terjadi tidak mungkin bisa diubah dalam waktu sekejap. Selama kondisi lalu lintas di kota-kota besar makin memburuk, maka mau tidak mau konsumen harus pandai beradaptasi menentukan pilihan menu sarapan mereka berikut cara mengonsumsinya. Konsumen cenderung untuk selalu mencari variasi dalam memilih menu makan siang atau makan malam, tetapi tidak untuk menu sarapan. Oleh karena itu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4 walaupun skala bisnis ini terus meningkat, tetapi jumlah variasi menunya relatif tetap sehingga membuat bisnis ini semakin efisien dan kompetitif. Di industri manufaktur sendiri, bisnis “quick meal” ini sangat menjanjikan. Kraft misalnya sangat menikmati bisnis frozen breakfast yang sangat menggiurkan. Produk sarapan beku ini bernilai 1,4 milyar dolar per tahun dan masih tumbuh sebesar 3% per tahun. Sebuah pengembangan usaha yang tepat waktu untuk raksasa fast food ini disaat mereka sedang menghadapi tekanan kenaikan harga bahan susu dan usaha revitalisasi brand di tengah gempuran private label yang berharga lebih murah (anonim, 2016) Hal lain yang juga diharapkan oleh konsumen adalah kemampuan untuk dapat menyediakan energi secara perlahan dan dalam waktu yang panjang disamping untuk memberikan rasa kenyang. Kebutuhan ini dapat menjadi peluang bagi produk pangan berbasis kedelai karena disamping memberikan protein nabati berkualitas tinggi yang dapat memberikan rasa “penuh” dalam waktu yang panjang, kedelai juga sangat fleksibel untuk diolah menjadi makanan maupun minuman berenergi tinggi. Disamping kandungan serat pangan yang tinggi , kedelai juga memiliki fleksibilitas soal kandungan lemaknya sehingga dapat dibuat sebagai whole cereal atau defatted. Kemudahan ini menjadikan terus meningkatnya produk sereal berbasis kedelai yang mengandung protein tinggi dan rendah lemak dengan pertumbuhan sekitar 20% per tahun sejak 2005 sampai 2007 (anonim, 2016). Adanya kebiasaan orang Indonesia untuk menyantap sarapan berupa nasi uduk, lontong sayur, mi goreng, nasi goreng yang tinggi karbohidrat akan memicu gula darah sehingga membuat orang justru mudah mengantuk. Persentase
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5 kebiasaan orang yang sarapan cukup baik yaitu 17% mengaku sering sarapan dan 56% selalu sarapan. Namun banyak orang yang kerap melupakan asupan gizi seimbang saat sarapan. Sarapan yang sehat dan seimbang dengan komposisi lengkap terdiri dari cairan, protein 12-15%, vitamin, mineral, lemak 30-35% dan karbohidrat 50%. Inilah nutrisi sarapan yang sering dilupakan orang Indonesia pada umumnya (Suganda, 2016). Setelah melihat hasil survei di Menteng dan penjualan restoran cepat saji maka dapat disimpulkan adanya peluang bagi produk sarapan yang cepat sebagai solusi bagi 26,4% orang yang tidak sarapan dan 4,6% orang yang takut gemuk ketika sarapan. Sehingga produk yang dibuat harus memenuhi kriteria nutrisi sarapan yaitu mengandung protein, vitamin, mineral, lemak dan karbohidrat yang seimbang atau sesuai kebutuhan gizi sarapan. Ada beberapa kategori produk yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia, produk tersebut dilampirkan pada Gambar 1.2
Jenis Produk Makanan dan Minuman 6
6
Makanan kering
10 33
9
Produk Kue Produk Susu
10 11
15
Makanan Bayi
Gambar 1.2 Jenis Produk Makanan dan Minuman yang Biasa Dikonsumsi Masyarakat Indonesia Sumber: USDA, Data Hasil Perhitungan Riset Ekonomi Menggunakan Euromonitor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6 Konsumsi produk susu mempunyai persentase 11% pada gambar 2.1 akan tetapi jumlah tersebut masih tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pasokan susu yang tidak mendukung untuk peningkatan konsumsi susu, sehingga harus impor dan harganya menjadi mahal sehingga menyebabkan masyarakat malas mengonsumsi susu, padahal nutrisi dalam susu sangatlah lengkap dan bisa mencukupi kebutuhan nutrisi manusia. Konsumsi susu masyarakat Indonesia terbilang rendah atau kisaran 11,09 liter per kapita per tahun dibandingkan sejumlah negara di ASEAN sekira 20 liter per kapita per tahun. Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto mengatakan pertumbuhan sektor industri pengolahan susu pada tahun 2013 sebesar 12 persen atau meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 10 persen (anonim, 2016). Adanya peningkatan pada industri pengolahan susu sebesar 10% menjadi peluang bagi industri untuk membuat produk berbasis. Akan tetapi sebuah produk yang berbasis susu saja tidaklah cukup, perlu adanya sebuah identitas atau ciri khas produk tersebut sehingga membedakan dengan produk lainnya. Konsep susu digabungkan dengan konsep sarapan merupaan produk yang jarang, akan tetapi bukannya tida ada. Di pasaran sendiri sudah ada produk sejenis seperti Energen, Quaker oats, Ceremix, Entrasol Quick Start, Milko cereal drink dan Bear brand gold malt. Namun, diantara produk tersebut hanya ada dua produk yang siap minum sedangkan produk lainnya harus diseduh terlebih dahulu dengan air panas. Hal tersebut hanya sedikit mempercepat proses sarapan. Hal tersebut menjadi peluang yang cukup besar untuk menciptakan produk to go (ready to drink) atau dengan kata lain produk langsung minum yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7 meminimalkan waktu penyajian bagi konsumen, karena produk sarapan to go yang saat ini bermain dipasar tidaklah banyak sedangkan konsumen yang membutuhkan sangatlah banyak terutama para pekerja yang mobilitasnya tinggi. Sebuah perusahaan makanan dan minuman di Cakung, Jakarta Timur yang fokus pada kebutuhan nutrisi masyarakat memiliki misi untuk menyehatkan masyarakat Indonesia salah satunya melalui sarapan sehat dan bernutrisi. Hal itu ingin diwujudkan dalam suatu produk yang tidak hanya sekedar dijual tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat serta mencukupi kebutuhan masyarakat baik secara nutrisi maupun rasa. Maka perlu adanya suatu produk susu untuk sarapan bukan hanya bernutrisi, mengenyangkan, menyehatkan tetapi juga disukai oleh konsumen atau dengan kata lain rasa produk sesuai dengan keinginan konsumen. Untuk mewujudkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen maka perlu dilaukan penelitian terhadap atribut yang diharapkan oleh konsumen. Dalam melakukan pengembangan produk harus berfokus pada pelanggan karena apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya bila tidak berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan (Tjiptono, 2002). Oleh karena itu, pengembangan produk dengan fokus kebutuhan pelanggan akan menjadi salah satu strategi untuk memenangkan persaingan. Pengembangan produk sebaiknya menggunakan metode yang terstruktur (Ulrich,2001). Pengembangan produk harus diawali dengan identifikasi kebutuhan pelanggan (Ulrich, 2001). Menurut Nasution (2006), banyak konsep atau metode yang dapat diterapkan pada perancangan dan pengembangan produk seperti metode Kano, Fuzzy, Triz dan Quality Function Deployment
(QFD). Namun, metode yang fokus pada
kebutuhan dan keinginan konsumen ialah Quality Function Deployment (QFD).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8 Konsep ini dibangun serta dikembangkan guna untuk menjamin bahwa produk yang memasuki tahapan produksi benar-benar akan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan, dengan jalan membentuk tingkat kualitas yang diperlukan dan kesesuaian yang maksimum pada setiap tahap pengembangan. QFD adalah suatu teknik yang dapat digunakan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan dan spesifikasi atau persyaratan teknis ke dalam suatu rancangan produk atau jasa yang sesuai dengan pelanggan. Hal ini penting dalam rangka untuk memberikan produk atau jasa yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Beberapa manfaat QFD menurut Goetsch dan Davis (2010) jika diterapkan adalah meningkatkan keandalan produk, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan kepuasan konsumen, meningkatkan pendapatan dan mereduksi biaya pengembangan produk dan waktu produksi. Keunggulan metode QFD dibandingkan metode lain yaitu adanya format standar dalam menterjemahkan keinginan konsumen menjadi karakteristik teknik yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk membuat produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan, membantu tim perencana untuk membuat suatu produk berdasarkan fakta (Purwanto, 2012). QFD dapat menurunkan waktu desain produk sampai dengan 60 persen. Hal ini dapat terwujud karena QFD dapat meningkatkan komunikasi lebih awal diantara tim yang terlibat dalm proses pengembangan (Purwanto, 2010). QFD memiliki beberapa tahapan perencanaan dan pengembangan melalui matriks: perencanaan produk (House of Quality), penjabaran desain (part deployment),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9 perencanaan
manufaktur
(process
planning)
dan
perencanaan
produksi
(production operation planning) (Cohen, 1995). Maka dari latar belakang tersebut dapat dilakukan pengembangan produk yang fokus pada kebutuhan konsumen, sehingga penulis mengambil judul Pengembangan Produk Minuman Susu Sereal UHT Dengan Fokus Kebutuhan Konsumen Menggunakan Metode Quality Function Deployment.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, perumusan masalah dari pembuatan minuman susu sereal UHT pengganti sarapan ini adalah: a.
Apa saja atribut-atribut yang harus diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasaan pelanggan produk minuman Susu Sereal UHT?
b.
Atribut apa yang menjadi prioritas terkait dengan pengembangan produk minuman Susu Sereal UHT?
c.
Bagaimana desain produk minuman Susu Sereal UHT yang berfokus pada pelanggan?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a.
Mengetahui atribut-atribut yang harus diperhatikan karena berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasaan pelanggan produk minuman Susu Sereal UHT.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10 b.
Mengetahui atribut yang menjadi prioritas terkait dengan pengembangan produk minuman Susu Sereal UHT?
c.
Mendapatkan desain produk minuman Susu Sereal UHT yang berfokus pada pelanggan.
1.4. Batasan Masalah Agar pembahasan dan pemecahan masalah dapat dilakukan maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: a.
Produk yang akan menjadi bahasan dalam penelitian pengembangan produk ini adalah minuman Susu Sereal yang diproses secara UHT.
b.
Sampel konsumen untuk pengumpulan data survei konsumen hanya dilakukan di Cakung.
c.
Sampel yang diambil adalah orang yang bekerja dan terbiasa mengonsumsi produk minuman sejenis. Hal ini berkaitan dengan keinginan perusahaan untuk menggali kelemahan dan keunggulan produk dan meningkatkan jumlah pelanggan.
d.
Penelitian ini dibatasi sampai matriks perencanaan produk (tahap 1 pada QFD).
e.
Cakupan atribut kebutuhan konsumen meliputi isi produk, kemasan dan harga. Sedangkan upaya perbaikan yang sampai tahap pengujian hanya yang berkaitan dengan isi produk, sementara untuk atribut lainnya hanya berupa saran perbaikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11 1.5. Sistematika Penulisan Dengan tujuan agar laporan ini dapat lebih mudah dan lebh jelas dalam membahas serta menganalisa permasalahan yang ada, maka tulisan ini disusun secara sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini dijelaskan tentang teori yang digunakan sebagai landasan atau pedoman untuk membahas atau menganalisa masalah-masalah yang dihadapi sebagai kerangka berfikir. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang objek penelitian pengumpulan data dan metode pengumpulan data, dan tahapan-tahapan penelitian. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini merupakan pokok pembahasan penelitian, karena data-data yang terkumpul diuraikan dan diolah menurut kegunaanya untuk dianalisa. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini data-data yang telah diperoleh dianalisa dan dibuat langkah-langkah penyelesaiannya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari keseluruhan isi proposal ini dan juga berisi saran-saran yang mesti dilakukan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/