Kecukupan Kecukupan Kebiasaan Protein Energi makan BAB pagi II Tingkat Pengetahuan Kecukupan Asupan Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku gizi Energi Ibu dan ibu di dan protein Gizi sekolah Protein ibu Sarapan Sarapan Kecukupan pagipagi zat gizi TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi
Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum berangkat kerja atau sebelum berangkat sekolah memberikan tenaga untuk badan selama mulai kerja, antara pukul 08.00-11.00 WIB. Jarak waktu makan malam dengan makan pagi cukup lama, yaitu sekitar 10-12 jam (Moehji, 1989). Sarapan pagi sama dengan makan siang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Winarno, 1997). Sarapan pagi yang baik harus mengandung 20-30% jumlah zat gizi yang dibutuhkan sehari (Roedjito, 1989). Sarapan pagi merupakan sumber energi bagi segala aktifitas tubuh di sekolah, termasuk berpikir dan belajar, karena energi yang berasal dari makan malam telah terpakai untuk aktifitas tubuh malam hari sebelum tidur dan pada saat tidur (Roedjito, 1989). Jika sarapan pagi tidak selalu dilakukan, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah yang mengambil cadangan lemak. Dalam keadaan seperti ini, tubuh tidak berada dalam keadaan baik untuk melakukan aktifitas. Sehingga anak akan terganggu konsentrasinya (Moehji, 1989). Enegi dan protein dari sarapan utuk anak –anak dianjurkan berkisar 20-25 % yaitu 200300 klori. Didalam menyusun menu sarapan perlu diperhatikan kelengkapan gizi yang dikandungnya. Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula dalam darah akan menurun sekitar dua jam setelah seseorang bangun tidur. Jika anak tidak sarapan,dia biasanya akan merasa lemas atau lesu sebelum tengah hari karena gula darah dalam tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004 ). Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi hari. Sarapan pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi anak akan memacu pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan di sekolah (Elizabeth, 2003).
B. Pola Makan Pola makan adalah gambaran tentang jenis, Sumber dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari yang sudah merupakan kebiasaan yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. (Suhardjo,1992). Pola makan anak terdiri dari tiga kali makan utama ( Pagi,Siang,Malam) dan dua kali makan selingan (Snack). Waktu memberikan makanan selingan adalah diantara dua waktu makan, tepatnya diantara waktu makan pagi dan makan siang serta diantara makan pagi dan makan siang dan diantara makan siang dan makan malam. Waktunya jam 10 pagi dan jam 4 sore. C. Perilaku Konsumsi sarapan Pagi Permasalahan makan pada anak biasanya adalah sulit makan atau tidak mau makan. Apabila hal tersebut tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan anak kekurangan gizi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya selain itu, anak-anak sekolah umumnya sering tidak mau makan pagi ( sarapan) karena berbagai alasan. Misalnya tidak terbiasa sarapan takut terlambat kesekolah sehingga tergesa-gesa berangkat ke sekolah, atau malas makan dll. Kebiasaan tidak sarapan pada anak-anak akan menyebabkan lambung kosong dan kadar gula darah berkurang ( keadaan hipoglikemia) sehingga menyebabkan badan lemas mengantuk sulit menerima pelajaran, serta turunnya gairah belajar dan kemampuan merespon (Iriyanto,2007) D. Pengetahuan Gizi Ibu Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan adalah suatu keadaan di mana seseorang dapat menguasai dan memahami pengertian tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari orang lain, generasi sebelumnya,atau melalui informasi yang lainya. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan berpengaruh kepada perilaku kesehatan seseorang sebagai indikator kesehatan masyarakat karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, 2002). Faktor ibu memegang peranan penting dalam menyediakan dan menyajikan makanan yang bergizi dalam keluarga, sehingga berpengaruh terhadap status gizi anak (I D N Supariasa, 2007). Orang yang berpendidikan tinggi lebih cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam jumlah dan mutunya dibandingkan mereka yang berpendidikan rendah. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku didasari oleh pengetahuan, maka perilaku dapat bersifat langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2007
E. Kecukupan zat Gizi Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu yang lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai untuk penduduk yang tinggal diwilayah tertentu. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan sebagai standar guna mencapai status gizi optimal bagi penduduk (Almatsier,2001) Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi (WKNPG, 1998). Angka kecukupan energi adalah kebanyakan asupan ( intake) makanan dari seseorang yang seimbang dengan curahannya (expenditure)-nya sesuai dengan susunan dan ukuran tubuh, tingkat kegiatan jasmani dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan secara ekonomis dalam jangka waktu lama (Khumaidi, 1994). Angka kecukupan protein adalah asupan protein makanan, paling sedikit yang seimbang dengan hilangnya nitrogen yang dikeluarkan oleh tubuh dalam keseimbangan energi pada tingkat kesehatan jasmani yang dilakukan (Khumaidi, 1994). Menurt data SUSENAS tahun 1995, angka kecukupan energi adalah sebesar 2200 kalori/kapita/hari, sedangkan angka kecukupan protein adalah 50 gram/kapita/hari (Depkes RI, 2000). KECUKUPAN ANAK SEKOLAH Golongan Umur (th) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (kg) Energi (kal) Protein (gr) 7-10 25 120 1800 45
Pria 10-12 35 138 2050 50 Wanita 10-12 37 140 2050 50 Gambar 3 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi , 2004. F.
Konsumsi Energi dan Protein
1. Konsumsi energi Kebutuhan energi seorang adalah konsumsi energi dari makanan yang diperlukan untuk mencukupi pengeluaran energi seorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibatnya berat badan kurang dari berat badan ideal. yang dikeluarkan, kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan (Almatsier, 2001). 2. Konsumsi Protein Kebutuhan protein adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan atau menyusui. Kekurangan protein banyak dijumpai pada masyarakat golongan sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Protein secara berlebihan juga tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak pula, sehingga menjadi penyebab terjadinya obesitas ( Almatsier, 2001 )
G. Pendidikan Gizi di Sekolah
Pendidikan gizi disekolah mempunyai beberapa keuntungan antara lain anak-anak mempunyai pemikiran yang terbuka dibandingkan orang dewasa, dan pengetahuan yang diterima dapat merupakan dasar bagi pembinaan kebiasaan makan, salah satunya kebiasaan makan pagi ( Suharjo, 2003: 91). Tujuan umum pendidikan gizi di sekolah adalah sebagai berikut : 1) Mengingatkan kesehatan dan perkembangan fisik anak-anak di sekolah 2) Menanamkan kebiasaan makan dan cara-cara makan yang baik, salah satunya
menanamkan kebiasaan makan pagi 3) Mengembangkan pengetahuan dan sikap tentang peranan makanan yang
bergizi bagi kesehatan manusia. 4) Membantu anak-anak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tentang
produksi, pengolahan, pengawetan, penyimpanan, pemilihan pangan kaitannya dengan konsumsi pangan dan gizi. 5) Melalui pendidikan gizi disekolah dapat diharapkan tidak saja si anak
mempunyai pengetahuan, sikap dan cara praktek dalam konsumsi pangan, akan tetapi mereka juga dapat mempengaruhi keluarga dan anggotanya untuk mengubah kebiasaan yang salah menjadi kebiasaan yang mengikuti syarat syarat ilmu gizi. Menurut para ahli gizi, sedikitnya 30 persen total energi tubuh harus di penuhi saat makan pagi. karena itu, seyogyanya anak-anak dibujuk untuk membiasakan diri untuk makan pagi. Penelitian tersebut menunjukkan, bahwa makan pagi bukanlah sekedar untuk mengenyangkan perut selama belajar disekolah, tetapi lebih dari yaitu agar anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik agar mendukung prestasi belajarnya. Makan pagi berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya ingat anak. Para ahli melakukan pengujian terhadap daya ingat anak-anak usia sekolah diperlu menyatakan, perbendaharaan kata mereka sensitif terhadap efek pemberian makan pagi. artinya, kemampuan anak-anak untuk mengingat sangat dipengaruhi oleh ketersediaan kalori dan zat zat gizi dari makan pagi. penelitian ini menyimpulkan, pertama, otak sensitif terhadap penurunan jangka pendek ketersediaan zat-zat makanan. Kedua, keadaan tidak makan
pada malam dan pagi hari akan menghasilkan hambatan psikologi disertai perubahan fungsi otak, khususnya daya ingat (Sintha, 2001: 93)
H. Kerangka Teori •
Gambar 4. Kerangka Teori ( Soetjiningsih, 1995 )
I.
Kerangka Konsep
Gambar 5. Kerangka Konsep ( DepKes RI,1996 ) J.
Hipotesis
1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kecukupan energi sarapan pagi. 2. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kecukupan protein sarapan pagi.