BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dislipidemia merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya
abnormalitas kadar lipid yang ditandai dengan peningkatan salah satu atau kombinasi dari kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL maupun penurunan kadar HDL dalam darah (Linn et al., 2009). Dislipidemia sebagian besar (hingga 80%) disebabkan oleh faktor gaya hidup, sedangkan 20% sisanya disebabkan oleh faktor genetik (Smith, 2007). Dislipidemia memiliki prevalensi yang tinggi hampir di seluruh negara di dunia. Di China, tepatnya di kota Beijing diperoleh prevalensi dislipidemia pada orang dewasa berumur 45-89 tahun sebesar 56,1±0,9% (Wang et al., 2011). Di Amerika Serikat, sebanyak 53% orang dewasa usia ≥ 20 tahun menderita dislipidemia (Toth et al., 2012). Sedangkan di Indonesia, prevalensi dislipidemia juga cukup tinggi. Di kota Jakarta didapatkan prevalensi dislipidemia pada penduduk usia lanjut (usia ≥ 60 tahun) sebesar 44,6% (Khairani dan Sumiera, 2005) dan di kota Padang lebih dari 50% penduduk yang berusia 55-85 tahun memiliki nilai total kolesterol ≥ 240 mg/dL dan LDL ≥ 160 mg/dL (Kamso et al., 2002). Dislipidemia
merupakan
faktor
risiko
penting
dalam
terjadinya
aterosklerosis yang sangat erat kaitannya dengan penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner (Bittner, 2005). Peningkatan total kolesterol di dalam
1
2
darah, terutama kolesterol LDL yang disertai dengan peningkatan radikal bebas di dalam darah akan menyebabkan terjadinya oksidasi LDL yang pada akhirnya akan mengakibatkan aterosklerosis (Colpo, 2005). Mengingat efek buruk yang ditimbulkan akibat dislipidemia, maka dibutuhkan pengobatan yang tepat untuk mengurangi penimbunan lemak di saluran darah. Salah satu alternatif pengobatan dislipidemia adalah penggunaan obat herbal yang memanfaatkan bahan tanaman. Obat herbal telah diterima secara luas hampir di seluruh negara di dunia. Bahkan WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis dan degeneratif (WHO, 2003). Senyawa flavonoid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan bila dikonsumsi secara rutin dapat melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskuler (Knekt et al., 2002). Penelitian yang dilakukan Castilla et al (2006) membuktikan bahwa flavonoid dari anggur merah dapat bersifat hipolipidemik. Antosianin merupakan salah satu flavonoid yang telah banyak diteliti memiliki aktivitas farmakologis seperti antioksidan, antimutagenik, antihipertensi, dan hepatoprotektif. Antosianin banyak terdapat dalam bahan makanan seperti buah-buahan, kacang-kacangan, padi-padian, dan umbi-umbian. Salah satu umbiumbian yang kaya akan antosianin adalah ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu memiliki kandungan antosianin yang tinggi dibandingkan dengan ubi jalar yang berwarna putih, kuning, dan jingga (Suda et al., 2003).
3
Umbi ubi jalar ungu telah diteliti banyak memiliki aktivitas farmakologis. Ekstrak air umbi ubi jalar ungu terbukti memiliki aktivitas antioksidan pada darah dan berbagai organ pada mencit yang mengalami stres oksidatif (Jawi et al., 2006). Ekstrak air umbi ubi jalar ungu juga dapat menurunkan kadar glukosa darah dan MDA serta meningkatkan kadar antioksidan total dalam darah tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin (Jawi et al., 2012). Aktivitas antidislipidemia umbi ubi jalar ungu diduga erat kaitannya dengan aktivitas antioksidan. Stres oksidatif akibat pengaruh dari radikal bebas dapat meningkatkan sekresi hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan akibatnya sekresi kortisol juga meningkat. Kortisol dapat meningkatkan pelepasan asam lemak ke dalam darah yang nantinya akan meningkatkan kadar kolesterol total (Kershbaum et al., 1961; Tjahyono, 2000). Dari mekanisme tersebut maka ubi jalar ungu yang telah
terbukti
aktivitas
antioksidannya
berpotensi
memiliki
aktivitas
antidislipidemia dengan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Antosianin yang banyak terkandung dalam ubi jalar ungu juga memiliki mekanisme menurunkan kadar kolesterol dengan menghambat penyerapan kolesterol di dalam saluran cerna dan dapat menghambat sintesis kolesterol di dalam hati dengan menghambat secara kompetitif enzim HMG-KoA reduktase (Graf et al., 2013). Antosianin merupakan senyawa yang tidak stabil dalam suasana netral atau basa, sehingga pelarut yang biasa digunakan untuk mengekstraksi antosianin dari suatu bahan tanaman adalah air atau alkohol asam. Alkohol asam yang digunakan biasanya adalah metanol atau etanol yang mengandung sejumlah kecil asam mineral seperti HCl 1% (Markakis, 1982). Metanol merupakan pelarut yang
4
memiliki gugus polar (-OH) dan gugus nonpolar (-CH3) sehingga dapat melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar. Penelitian Bridgers et al (2010) membuktikan bahwa ekstraksi antosianin dari ubi jalar ungu menggunakan metanol
asam
lebih
banyak
menarik
antosianin
dibandingkan
dengan
menggunakan etanol asam. Selain itu metanol dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah menguap (titik didih metanol 63,5ºC - 65,7ºC) (Moffat et al., 2005) sehingga penguapannya lebih mudah dibandingkan dengan air. Dari latar belakang tersebut timbul masalah apakah ekstrak metanol umbi ubi jalar ungu dapat memengaruhi profil lipid melalui efek antioksidannya? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan dugaan tersebut, mengingat belum ada penelitian yang meneliti aktivitas ubi jalar ungu sebagai antidislipidemia dan bahan makanan ubi jalar ungu sangat mudah didapat dan dikembangkan di masyarakat. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian pada tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur wistar yang diinduksi pakan kaya lemak.
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh ekstrak metanol umbi ubi jalar ungu terhadap profil
lipid tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur wistar yang diinduksi pakan kaya lemak?
5
1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh ekstrak metanol umbi ubi jalar ungu terhadap
profil lipid tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur wistar yang diinduksi pakan kaya lemak.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh
ekstrak metanol umbi ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Poir.) terhadap profil lipid tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan galur wistar yang diinduksi pakan kaya lemak, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan obat baru untuk mengobati dislipidemia.